• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Kependudukan Desa Sintung

BAB II PENERAPAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

3. Kondisi Kependudukan Desa Sintung

1. Jenis kelamin

Laki – laki : 4.160 Orang

Perempuan : 4.505 Orang

Jumlah : 8.665 Orang

2. Jumlah kepala keluarga : 3.212 KK 3. Kewarganegaraan

a. Warga Negara Indonesia (WNI)

Laki – laki : 4.160 Orang

Perempuan : 4.505 Orang

b. Warga Negara Asing (WNA)

Laki – laki :

Perempuan :

c. Penduduk menurut Agama :

Islam : 8.665 Orang

Keristen : -

Katolik : -

Hindu : -

Budha : -

Aliran kepercayaan : -

27

B. Hak Kepemilikan Surat Pemeberitahuan Pajak Terhutang (SPPT)Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2)

Pemerintah dalam memungut pajak tentu mengambil data dari hasil lapangan dari subjek pajak yang telah mendaftarkan objek pajaknya kepada petugas pajak baik dari Sedahan maupun langsung melaporkannya ke kantor perpajakan. Sehingga petugas pajak bisa mendata serta mempermudah petugas didalam memungut pajak di masyaratkat selaku wajib pajak. Dan adapun data kepemilikan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) di Desa Sintung yang berdasarkan hasil penelitian dilapangan yaitu:

1. Data Kepemilikan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Individu

Data kepemilikan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) individu merupakan data dari Subjek Pajak yang memiliki Objek Pajak yang sudah didaftarkan kepada petugas pajak dan sudah memiliki Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT).

Berdasarkan dari hasil penelitian dilapangan peneliti menemukan data terkait kepemilikan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) yang sudah diterbitkan pemerintah pada tahun 2021 khususnya terkait lokasi penelitian pada skripsi ini yaitu Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah yaitu:

28 Tabel 1.1

Data Kepemilikan Surat Pemberitahuan Pajak (SPPT) Individu di Dusun Karang Jangkong Desa Sintung Kecamatan

Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2021

NO NOP NM_WP SPPT

TUNGGAL

1 52.02.080.003.008.0050.0 AMAQ AHYAM

2 52.02.080.003.008.0043.0 BOHARI HAJI

3 52.02.080.003.008.0020.0 IHSAN Nb; Data selengkapnya ada di lampiran II

29

2. Data Kepemilikan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Ganda

Data kepeilikan Surat pemberitahuan Pajak Terhutan (SPPT) ganda merupakan data dari wajib pajak yang memiliki sertipikat hak milik dari objek pajak yang dimiliki namun hanya memiliki satu Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT).

Berdasarkan data kepemilikan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) individu, dari data tersebut berdasarkan hasil temuan dilapangan terdapat praktik yang dilakukan Wajib Pajak atas kepemilikan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dalam Objek Pajak yang sama namun memiliki Sertipikat Hak Milik yang berbeda. Sebagaimana dalam bentuk pertanyan Bapak Fatahurrahman bahwa Objek Pajak yang dia miliki dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) masih atas nama Bapak H.

Bukhari dan begitupun dengan Objek Tanah yang dimiliki orang- orang disekitar bumi dan bangunannya masih atas nama H.

Bukhari.38 Adapun temuan lainya yaitu pada tanah yang dimiliki oleh Bapak Sabirin Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) atas tanah tersebut masih atas nama pemilik sebelumnya yaitu Ibu Sainah.39 Dalam hal ini peneliti dengan secara sederhana memparkan data kepemilikan surat pemeberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Ganda dalam bentuk table sebagai berikut:

38Wawancara. 26 April 2021

39Wawancara. 26 April 2021

30

Tabel 1.2

Data Kepemilikan Surat Pemberitahuan Pajak (SPPT) Ganda Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok

Tengah Tahun 2021

NO NOP NM_WP NM_WP TANDA

BUKTI SPPT TUNGGAL GANDA HAK MILIK

1 52.02.080.003.008.0050.0 AMAQ AHYAM

SABIRIN INAK. LEHE MAHZAR JUNAIDI AYUNI

2 52.02.080.003.008.0043.0 BOHARI HAJI

H. MASKANAH

MAHZAR SERTIPIKAT PAPUK EPOL

MEHRAM SERTIPIKAT MUHRI

3 52.02.080.003.008.0020.0 IHSAN

IHSAN HAYADI HAERUL AMNI SAHADENI SAHRIM

SABIRIN SERTIPIKAT 4 52.02.080.003.008.0044.0 ARIS MURDIPIN SERTIPIKAT

MUHALMIN

5 52.02.080.003.008.0039.0 ZAENUDIN HAJI

H.AMIN SERTIPIKAT

ZAENUDIN INAK US

H. MULIA JATI SERTIPIKAT

31

C. Penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2)

Pengembangan pembangunan serta perekonomian yang ada di setiap daerah yang dalam hal itu tidak lepas dalam tindakan pemerintah untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah sehingga hubungan sektor keuangan antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah semakin baik. Salah satu sektor pendapatan negara terbesar ialah pajak. Dari itu, keluarlah aturan tentang perpajakan baik secara Hukum Positif maupun secara Hukum Islam yang di jadikan sebagai acuan terhadap hak serta kewajiaban wajib pajak dan mekanisme dalam penetapan dan pemungutan pajak terhadap wajib pajak.

Dalam penetapan dan pemungutan pajak memiliki proses serta mekanisme dan diatur pula didalam undang-undang.Berdasarkan hasil obsevasi dan wawancara, di tambah lagi dengan data-data pendukung lainnya yang didapatkan langsung oleh peneliti ketika berada di lokasi penelitian tentang cara penerbitan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan Dan Perkotaan (PBB P2) antara lain terdapat dalam Peraturan Daerah Lombok Tengah Nomor 1 tahun 2013 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkkotaan (PBB P2).

Dalam Peraturan Daerah Lombok Tengah Nomor 1 tahun 2013 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaaan dan Perkotaan (PBB P2), didalam Bab VI membahas tentang pendataan dan penetapan pajak yang diatur dalam 11 dan Pasal 12 yang didalamnya berbunyi:40

Pasal 11:

Ayat 1 : Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP Ayat 2 :Dalam rangka pendataan, Subjek Pajak wajib

mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi SPOP

Ayat 3 : SPOP sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap dan ditandatangani dan disampaikan kepada Bupati,

40Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2).

32

paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.

Ayat 4 : Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendataan dan pelaporan Onjek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Bupati.

Pasal 12 :

Ayat 1 : Berdasarkan SPOP sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 11 ayat (1) Bupati menerbitkan SPPT.

Dari pemaparan diatas bahwa perosedur yang dilakuakan oleh setiap wajib pajak jelasnya sudah diatur didalam undang-undang maupun peraturan daerah. sebagaimana yang dituturkan oleh Bapak Musa Salehudin selaku Kasubid Pelaporan, Keberatan, Pemeriksaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) beliau menegaskan bahwa “Setiap Wajib Pajak wajib untuk mendaftarkan Objek Pajak yang dimiliki”.41 Beliau juga menjelaskan mengenai syarat mendapatkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) terkait dokumen yang perlu dibawa dan diisi oleh Subjek Pajak antara lain:

1. Perekaman data, yakni menggunakan Sertipikat Hak Milik sebelumnya maupun dengan Surat jual beli atau Ahli Waris sebelumnya.

2. Poto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)

3. Mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)

41 Wawancara tanggal 15 Maret 2021

33 BAB III

ANALISIS SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERHUTANG (SPPT) GANDA PADA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) DENGAN DI DESA DESA SINTUNG KECAMATAN PRINGGARATA KABUPATEN

LOMBOK TENGAH

A. Tinjaun Hukum Pajak terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Ganda pada Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) di Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah.

Dalam menjalankan sistem pemeritahan serta memajukan suatu negara, pemerintah memiliki aturan serta kewajiban yang diberikan kepada seluruh warga negaranya.Sebagai warga negara yang baik ialah dengan mematuhi dan melaksanakan seluruh kewajiban yang diberikan oleh negara.Salah satu bentuk kewajiban sebagai warga negara ialah dengan membayar pajak kepada negara.Pajak merupakan salah satu sumber pendapat negara yang terbesar, salah satu jenis pajak yang memberikan pendapatan terbesar bagi negara yaitu Pajak Bumi dan Banguan. Pajak Bumi dan Bangunan Menurut Rochmat Soemitro didalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak menyatakan: Pajak adalah iuran k epada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.42

Pajak Bumi dan Bangunan pada dasarnya memiliki mekanisme dalam pembayarannya.Dan dikalangan masyarakat selaku Wajib Pajak untuk mengetahui berapa jumlah iuran yang harus dibayarkan dalam setiap Objek Pajak yang dimiliki ialah dengan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT).

Dasar serta mekanisme dalam pemungutan Pajak bumi dan banguan sudah diatur dalam Undang-Undang maupun Peraturan Daerah. Salah satu aturan yang mengacu terkait dengan pemungutan

42 Waluyo, Perpajakan Indonesia Edisi 8 Buku 1, (Jakarta : Salemba Empat, 2008) hlm.3

34

Pajak Bumi dan Bangunan yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengan Nomor 1 tahun 2013 tentang Pajak Bumi dan Banguanan Perdesaan dan Perkotaan. Namun masyarakat selaku wajib pajak masih banyak yang melakukan tindakan tindakan dalam pembayaran pajak yang menimbulkan kerugian terhadap masyarakat selaku wajib pajak lainnya. Salah satu bentuk tindakannya yaitu dengan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Ganda dikalangan masyarakat yang dalam proses penelitian peneliti menemukan bahwa terjadi pembayaran pajak bumi dan bangunan masih atas nama pemilik tanah sebelumnya sedangkan tanah sudah dijual kepada orang lain namun surat pemberitahuan pajak terhutangnya masih menyatu dengan tanah lainnya. Sedangakan sudah jelas dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 tahun 2013 sudah diatur tentang Pajak Bumi dan Banguan di dalamnya terdapat bagian serta pasal-pasal yang mengatur tentang hal tersebut. Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah tentang Pajak Bumi dan Banguan Pedesaan dan Perkotaan di jelaskan dengan jelas tentang Pajak Bumi dan Bangunan baik dari pengertian, subjek, objek dan mekanisme pendataan serta penetapan.

1. Objek Dan Subjek Pajak Bumi Dan Banguan Pedesaan Dan Perkotaan Dalam Pasal 1 ayat 6 Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB P2) menjelaskan bahwa:

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan untuk sektor Perdesaan dan perkotaan kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.43

Terkait tentang objek dan subjek pajak dijelaskan didalam Pasal 3 dan 4 Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1

43Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB P2)

35

Tahun 2013 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB P2) yang berbunyi:

Pasal 3: Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan untuk sektor Perdesaan dan perkotaan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Pasal 4: Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/

atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

2. Tata Cara Penetapan dan Pemungutan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2)

a. Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2)

Dalam Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan ini dengan mekanisme pendataan dan pengenaan dari jumlah iuran yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak dari Objek Pajak yang dimiliki. Adapun pasal yang mengatur dalam Peraturan Daerah tersebut antara lain:

Pasal 11 :

Ayat 1 : Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP.

Ayat 2 : Dalam rangka pendataan, Subjek Pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi SPOP

Ayat 3 : SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada Kepala Daerah, selambat- lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.

36

Ayat 4 : Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendataan dan pelaporan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 12

Ayat 1:Berdasarkan SPOP sebaga imana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), Kepala Daerah menerbitkan SPPT.

Dalam pemaparan pasal-pasal diatas lebih menegaskan bahwa Wajib Pajak wajib mendaptarkan objek pajaknya dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dengan SPOP lah pemerintah daerah menetapkan serta mengeluarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT).

Dalam pemaparan Peraturan Daerah Nomor 1 tahun 2013 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Perkotaan ini sudah jelas bahwasannya dapat kita pahami dalam setiap Wajib Pajak wajib mendaptarkan Objek Pajak yang dimiliki atau dikuasi olehnya sebagai bentuk dari kepatuhan sebagai warga negara yang baik dan juga sebagai bentuk sumbangsih terhadap negara didalam memajukan negara. Namun demikian, Praktek yang dilakukan masyarakat selaku Wajib Pajak masih belum menjalankan aturan yang sudah ditetapkan karna minimnya pengetahuan yang dimiliki.

Kekurangan pengetahuan dan kurangnya informasi tentang penerbitan serta cara mendapatkan maupun memecah Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Fatahurrahman Selaku Kepala Dusun Karang Jangkong yaitu “Kami belum tahu bagaimana sistem dan cara dalam proses mendapatkan Surat Pemeberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) ini bahkan untuk memecahkannya itu seperti apa sehingga selama ini kami hanya menggunakan Surat Pemebritahuan Wajib Pajak (SPPT) atas nama pemilik sebelumnya”.Tidak hanya tentang kurangnya pemahaman Wajib Pajak namun praktek yang terjadi yang dilakuakan oleh Wajib Pajak yaitu kelalaian dan ketidak patuhan untuk melaporkan dari Objek Pajak yang dimiliki, ini sebagaiamana dari apa yang disampaikan oleh Bapak Sabirin selaku Wajib

37

Pajak yaitu “Selama ini saya tak pernah memikirkan hal-hal yang seperti itu karna saya males mengurusnya”. Tindakan seperti ini juga masih banyak dilakuakan oleh Wajib Pajak lainnya.

b. Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2)

Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 Tahun 2013 dalam Pasal 13 yaitu:

1) Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaaan dan Perkotaa dilarang doborongkan

2) Setiap Wajib Pajak membayar pajak terutang berdasarkan SPPT dan SKPD

3) Pembayaran pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan menggunakan SSPD atau dokumen lain yang dipersamakan

4) SSPD sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) wajib diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani dan disampaikan oleh Wajib Pajak atau kuasanya kepada instansi atau pejabat yang berwenang

5) Bukti Pembayaran pajak SSPD yang telah mendapatkan validasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dalam Pasal 14 Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 Tahun 2013 yaitu:

1) Tata Cara pemerbitan SPPT, SKPD sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) dan (2) diatur dengan peraturan Bupati

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengisian dan penyampaian SPOP, SPPT, SKPD sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 11 ayat (1), Pasal 12 dan Pasal 13 ayat (3) diatur dengan peraturan bupati

38 3. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan

Adapun tata cara pembayaran dan penagihan Pajak bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 tahun 2013 Pasak 16 yang berbunyi: Ayat (1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) harus dilunasi paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.

Pasal 17 peraturan daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 tahun 2013 menegaskan bahwa dalam ayat (1) yaitu:

Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, STPD, Surak keputusan Pembentulan, Sutrat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar ileh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

Dari haisl observasi dilapangan atas praktik surat pemberitahuan pajak terhutang peneliti menemukan bahwa pembayaran tagihan pajak terhutang dilakukan oleh sepihak yaitu wajib pajak yang sudah terdaftar objek pajaknya di pemerintah daerah dan wajib pajak yang tidak mendaftarkan objek pajaknya di pemerintah daerah tidak ikut serta dalam membayar taguhan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan (PBB P2). Hal ini menunjukkan ketidak patuhan yang dilakukan oleh wajib pajak yang sebagaiman yang disampaikan oleh Kepala Desa Sintung yakni bapak Herman menyatakan bahwa “wajib pajak yang belum memecahkan sppt nya seharusnya segera melaporkan objek pajaknya ke BAPENDA dengan prosedur yang telah ditetapkan sehingga pembayarann taguhan pajak dapat dilakukan secara maksimal tanpa harus merugikan salah satu pihak baik dari wajib pajak yang sudah terdaftar maupun merugikan negara”

Berdasarkan hasil wawancara dan temuan serta data pendukung lainnya bahwasannya dalam praktek penerapan Pajak

39

Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) dengan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) ganda ini merupakan suatu praktek yang mencerminkan ketidak patuhan terhadap aturan yang diberlakukan di setiap daerah maupun aturan dalam peraturan undang-undang. Hal ini sesuai dengan Pasal 27 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 berbunyi: segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 ini dapat dipahami bahwa seluruh Warga Negara dan pemerintah di mata hukum wajib untuk menaati segala bentuk aturan hukum yang berlaku.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994 perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan dalam Bab II tentang Nomor Pokok Wajib Pajak, Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,Surat Pemberitahuan, Dan Tata Cara Pembayaran Pajak pada Pasal 2 ayat (1) menjelaskan bahwa “Setiap Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak”.

Dalam Pasal 2 ayat (1) dijelask an bahwa Semua Wajib Pajak berdasarkan sistem "self assessment" wajib mendaftarkan diri atas subjek pajak yang dimiliki dengan sebenar-benarnya.

40

B. Tinjaun Hukum Islam terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) Ganda pada Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) di Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah.

Sebagai umat Islam tentu menjadi kewajiban untuk menjalankan segala seluruh perintah Allah SWT dan Rasul-Nya serta menjauhkan diri dari segala bentuk perbuatan yang melanggar perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.Islam hadir dengan sebagai agama rahmatal lil’alamin, Agama yang damai Islam pula hadir dengan seperangkat aturan atau syariat yang mengatur tentang berbagai macam aspek kehidupan beragama dan berkehidupan masyarakat dan bernegara. Dalam berkehidupan bermasyarakat umat islam dituntut untuk berkehidupan dengan harmonis dan damai serta memenuhi tanggungan sebagai sesame manusia. Salah satu bentuk tanggungan umat islam selain membayar zakat ialah membayar pajak.

Dalam Hukum Islam Pajak dikenal dengan nama Adh- Dharibah, yang artinya adalah beban. Pajak disebut beban karena merupakan kewajiban tambahan atas harta setelah zakat, sehingga dalam pelaksanaannya akandirasakan sebagai sebuah beban.Secara bahasa maupun tradisi, dharibah dalam penggunaannya memang mempunyai banyak arti, namun para ulamamemakai ungkapan dharibah untuk menyebut harta yang dipungut sebagaikewajiban dan menjadi salah satu sumber pendapatan negara.44

Adapun pendapat ulama mengenai dharibah sebagaimana yang didefinisikan oleh Yusuf Qaradhawi adalah kewajibanyang ditetapkan terhadap Wajib Pajak, yang harus disetorkan kepada Negarasesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari Negara, danhasilnya untuk membiayai pengeluran-pengeluaran umum di satu pihak danuntuk merealisasi sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan-tujuanlain yang ingin dicapai oleh Negara.45

Dalam mewujudkan pencapaian serta cita-cita suatu negara pajak sangat berperan penting seperti halnya Pajak Bumi dan Banguan

44Unknow Tentang Istilah Pajak Dalam Bahasa Arab dalam https://www.coursehero.com/file/p6quf01d/Dalam-istilah-bahasa-Arab-pajak-dikenal- dengan-nama-Adh-Dharibah-yang-artinya/ Dilansir Pada Tanggal 18 Maret 2020.

45 Ibid.

41

yang dalam Islam disebut dengan kata kharaj.Kata kharaj adalah kata bahasa Arab yang berasal dari bahasa Yunani, dan juga diam- bil dari bahasa Roma, Byzantium dan Yunani Kuno yang artinya pajak.

Namun, sepanjang sejarah keuangan publik Islam istilah kharaj digunakan untuk pajak tanah.Kalau dilihat secara bahasa, kharaj adalah pajak atau pendapatan yang didapatkan dari masyarakat.dapat juga diartikan sebagai upeti.46Sedangkan sebagian ulama lain men- definisikan sebagai pendapatan, pendapatan publik, tarif dan upeti.47

Kharaj dalam islam merupakan kewajiban yang harus dibayarkan dalam hal ini yang menjadi landasan dalam pemungutan pajak ialah terdapat didalam Al-Qur’an dalam surah al-Mukminun ayat 72.





















Artinya :Atau kamu meminta upah kepada mereka?, maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik, dan Dia adalah Pemberi rezeki Yang Paling Baik (QS: al-Mukminun, 23:72).48

Dalam kitab tafsir Jalalain, Imam Abu Su’ud menafsirkan terkait ayat dalam surah al-muikminun 23:72 makna kalimat

kharjan” ialah upah. Dan dalam kalimat “fakhoraja robbika khairun” tafsirannya ialah upah, pahala dan rezki yang didapatkan pada hari kemudian. Imam Abu Su’ud menjelaskan maksud dari upah yaitu rizki atau harta yang dimiliki dan sebai-baik upah atau rizki ialah yang diberikan Allah SWT.

Al-Mawardi mengatakan al-kharaj adalah biaya yang dikenakan pada kepemilikan tanah, semacam kewajiban yang harus dipenuhi.Dalam al-Qur’an diskripsi untuk pajak berbeda dengan jizyah.Oleh karena itu, kewajiban pajak telah diserahkan sepenuhnya kepada ijtihad imam (pemerintah). Berdasarkan Al-Qur’an surah al

46Muhammad Riza, Maqashid Syariah Dalam Penerapan Pajak Kharaj Pada Masa Umar Bin Khattab RA. Nomor 2.Vol.2. 2016. Hlm3

47Ibid.

48Dapertemen Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemahannya” (Bandung: SYGMA Publishing, 2010). hlm.354

Dokumen terkait