• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak Dalam Hukum Positif

BAB I PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori

3. Pajak Dalam Hukum Positif

Pasal 1 ayat 6 dalam Peraturan Daerah Lombok tengah Nomor 1 tahun 2013 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) menjelaskan bahwa: Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi

23Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, J. Milton Cowan (Ed.) (London: Mac. Donald & Evan Ltd.., 1980), hlm. 767.

24Ibn Mansur al-Afriqi, Lisan al-‘Arab, Jilid VIII (Beirut: Dar al-Sadr, t.th.), hlm. 175.

25Ahmad al-Hajj al-Kurdi, al-Madkhal al-Fiqhi: al-Qawaid al-Kulliyah (Damsyik: Dar al-Ma’arif, 1980), hlm. 186.

26Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam Bagian Pertama (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 124. Bandingkan pula dengan, Ismail Muhammad Syah, dkk.Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Bumi Aksara dengan DIRJEN Pembinaan dan Kelembagaan Agama Islam, 1992), hlm. 67

15

dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan untuk sektor Perdesaan dan perkotaan kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.27

b. Subjek Pajak Bumi Dan Bangunan

Subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu atas bumi, dan/atau memperoleh mamfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan, yang meliputi antara lain pemilik, penghuni, pengontrak, penggarap, pemakai dan penyewa.28

c. Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Objek Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bumi dan/atau Bangunan. Bumi adalah permukaaan bum dan tubuh bumi yang ada dibawahnya. permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman, (termasuk rawa-rawa tambat pengairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan.29

Pasal 77 ayat 130 dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Banguan (PBB) Sektor Pedesaan dan Perkotaan Menjelaskan bahwa: Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Dalam Pasal 77 ayat 2 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Banguan (PBB) Sektor Pedesaan dan Perkotaan juga

27Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB P2)

28Achmad Tjahjono, Perpajakan“Pembahasan Berdasarkan Undang-Undang dan Aturan Pajak Terbaru”, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009) hlm. 469

29Ibid. hlm. 470

30Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Banguan (PBB) Sektor Pedesaan dan Perkotaan.

16

dijelaskan bahwa yang termasuk dalam pengertian Bangunan adalah:31

1) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks Bangunan tersebut;

2) Jalan tol;

3) Kolam renang;

4) Pagar mewah;

5) Tempat olahraga;

6) Galangan kapal, dermaga;

7) Taman mewah;

8) Tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak;

9) Menara.

Pasal 77 ayat 332 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Bumi dan Banguan (PBB) Sektor Pedesaan dan Perkotaan menjelaskan bahwa: Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang:

1) Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan;

2) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

3) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;

4) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;

5) Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan

31Ibid.

32 Ibid

17

6) Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

d. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT)

Pasal 1 ayat 1633 Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB P2) menjelaskan bahwa: Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnya disingkat SPPT, adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak. SPPT ini diterbitkan berdasarkan laporan objek pajak pada SPOP, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Pasal 84 Ayat 134 : Berdasarkan SPOP, kepala daerah menerbitkan SPPT.

e. Pendataan dan Penetapan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak (SPPT)

Mekanisme pendataan dan penetapan dari jumlah iuran yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak dari Onjek Pajak yang dimiliki. Adapun pasal yang mengatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 tahun 2013 dalam Pasal 11 Menyatakan:

Ayat 1: Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP.

Ayat 2 : Dalam rangka pendataan, Subjek Pajak wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi SPOP

Ayat 3 : SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada Kepala Daerah, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.

Ayat 4 : Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendataan dan pelaporan Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

33Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Tengah Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB P2)

34Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,Pajak Bumi dan Banguan (PBB) Sektor Pedesaan dan Perkotaan.

18

Dan dalam Pasal 12 ayat 1 menegaskan pula: Berdasarkan SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), Kepala Daerah menerbitkan SPPT.

Dokumen terkait