• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Pelayanan atau Pengelolaan Sampah Eksisiting

3.4. Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat 1. Kependudukan atau Kondisi Demografi

3.5.3. Kondisi Pelayanan atau Pengelolaan Sampah Eksisiting

68 Tabel 3.13 Karakteristik Sampah Kota Probolinggo Tahun 2021

No. Uraian Volume

1 Sumber sampah Sampah rumah tangga

Sampah perkotaan, industri non proses Jalan-jalan, taman dan lain-lain

80 % 11 % 9 % 2 Komposisi sampah

Sampah organik Kertas

Kayu Plastik Logam Kaca Karet

79,5 % 8 % 3,65 % 3,67 % 1,37 % 0,05 % 0,05 % 3 Jumlah sampah

Produksi sampah Berat jenis

0,5-2,5 kg/orang/hari 0,2 kg/orang/hari 4 Karakteristik sampah

Kadar air Nilai kalor Kadar abu

60,09 % 5,32 % 10,59 % Sumber : Hadiwiyoto, 1983:20-21

69 Kota Probolinggo yaitu Kecamatan Kanigaran dan Kecamatan Mayangan turut menyumbang kenaikan jumlah penduduk Kota Probolinggo. Di Kecamatan Kanigaran peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2021 yaitu 20.770 jiwa tepatnya di Kelurahan Kanigaran. Di Kecamatan Mayangan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2021 yaitu 20.904 di Kelurahan Mangunharjo. Kepadatan penduduk merupakan jumlah penduduk tiap meter persegi. Semakin banyak jumlah penduduk satu daerah maka tingkat kepadatan penduduk semakin tingi.

Jumlah dan aktivitas penduduk di suatu kota mempengaruhi peningkatan timbulan sampah. Kota Probolinggo sebagai kota dengan jumlah penduduk yang banyak dan tingkat aktivitas tinggi. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan bahwa jumlah timbulan sampah nasional pada 2020 mencapai 67,8 juta ton. Jumlah ini meningkat dari data KLHK dan Kementrian Perindustrian tahun 2016 yang melaporkan timbulan sampah di Indonesia sudah mencapai 65,2 juta ton pertahun.(Safitri et al., 2018). Persoalan sampah memang menajadi pekerjaan rumah yang serius distiap daerah termasuk di Kota Probolinggo. Kepala DLH Kota Probolinggo, Budi Krisyanto, menyebutkan bahwa Tumpukan volume sampah di Kota Probolinggo terus meningkat dengan jumlah sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tercatat 65 ton setiap harinya dengan tren peningkatan 10 sampai dengan 11 persen per harinya (Mahfud Hidayatullah, 2019). Banyak data menunjukkan terkait daya tampung TPA di beberapa daerah sudah overload. Model open dumping yang sering digunakan di TPA masih belum mampu mereduksi timbulan sampah secara signifikan.

Pengelolaan sampah wajib dilakukan oleh setiap orang sebagai sumber sampah dan dilaksanakan secara terpadu dibawah kebijakan pemerintah daerah.

Di Kota Probolinggo sampah padat yang dibuang setiap orang mencapai 2,5 kg/hari. Jumlah keseluruhan sampah domestik yang harus dikelola mencapai 40 ton/hari. Dari jumlah tersebut hanya 70% yang dapat diangkut ke TPA, sisanya 30% kemungkinan dibakar, ditimbun di berbagai

70 tempat dan dimanfaatkan kembali. Saat kajian ini dilakukan di TPA Kota Probolinggo terdapat 2 area penimbunan (landfill) yang mendekati kapasitas maksimum, sehingga diperlukan area penimbunan baru.

Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo mengoperasikan tempat pengolahan akhir sampah padat domestik yang diberi nama TPA Bestari.

Berdasarkan sertifikat tanah luas lahan TPA tersebut 17,79 Ha dan berstatus sebagai aset pemerintah daerah. Area TPA ini terletak pada ketinggian 2 meter dari permukaan laut. Saat studi ini dilakukan area tersebut dimanfaatkan untuk area timbunan, bengkel alat berat, kantor pengelola, area pengolahan kompos, gudang dan taman atau buffer zone. Pemanfaatan lahan untuk keperluan tersebut hanya sepertiga lagi telah ditempati masyarakat untuk permukiman. Penanganan sampah padat dilakukan dengan cara controleed landfill. Timbunan sampah yang telah mencapai ketebalan 1 meter, ditimbun dengan tanah setebal 5 cm. Penutupan dengan tanah tersebut berfungsi untuk meminimalisir dampak negatif pada lingkungan, khususnya mengurangi timbulan bau dan perkembangan vektor penyakit.

Sampai dengan pertengahan tahun 2019 di TPA Bestari terdapat 2 area penimbunan. Area penimbunan 1 terletak di bagian barat, dengan luas area ±10000 m2, dengan ketinggian timbunan sampah 14,14 m. Area penimbunan 2 berada di bagian tengah dengan luas area sebesar ±3250 m2 , dan ketinggian timbunan sampah hanya 3,72 m, Karena bentuknya yang tidak beraturan menyebabkan manuver kendaraan menjadi sulit. Sampai dengan akhir tahun 2018 area penimbunan pertama dianggap telah penuh. Sedangkan area penimbunan kedua diperkirakan akan penuh sampai akhir tahun 2019.

Pada tahun 2019 sedang disiapkan area penimbunan 3 dengan hanya 4500 m 2 dan akan dimanfaatkan mulai tahun 2020.

Kegiatan Pengurangan Sampah

Pengurangan sampah adalah kegiatan memperkecil jumlah sampah dengan cara pembatasan timbulan, pendaurulangan, dan pemanfatan kembali sampah sehingga beban yang ditampung oleh TPA berkurang. Target pengurangan sampah yang ditetapkan oleh pemerintah adalah 30% dari total

71 sampah pada tahun 2025. Target tersebut tidak serta merta dicapai dalam 1 tahun melainkan dilakukan secara bertahap dari tahun 2017 sampai dengan 2025. Pada studi ini kegiatan pengelolaan sampah dibagi kedalam kegiatan penanganan sampah dan pengurangan sampah. Kegiatan yang dapat mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA di kategorikan menjadi kegiatan pengurangan. Kegiatan tersebut seperti TPS 3R.

TPS 3R

TPS 3R merupakan pengembangan dari sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat untuk mewujudkan pengurangan sampah dalam skala kawasan (Kementrian PU,2017). Prinsip pengelolaan sampah dengan TPS 3R sangat sesuai dengan langkah pengurangan sampah yang telah di tetapkan oleh pemerintah yaitu pendaurulangngan dan pemanfaatan kembali. Salah satu TPS 3R yaitu TPST Al-Huda. Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Al-Huda berlokasi di Kelurahan Curahgrinting, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo. TPST AlHuda menjadi salah satu binaan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Probolinggo untuk menjalankan dan melaksanakan TPST 3R di lingkungan Curahgrinting. TPST Al-Huda telah beroperasi sejak 2013 dan menjadi salah satu TPST yang mengelola limbah domestik rumah tangga. Situs PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman), mengungkapkan bahwa TPST Al-Huda menjadi salah satu lembaga yang berkontribusi untuk mendukung program pemerintah dalam mengelola pemukiman dengan kapasitas mencapai 0,50 (PPSP, 2019). Bapak Sukardi, selaku Ketua TPST Al-Huda, juga menjadi pionir bagi bank sampah dan TPST di Kota Probolinggo dalam pengelolaan sampah domestik, khususnya kompos. Sehingga tidak heran apabila TPST Al-Huda telah memiliki SDM yang baik untuk mengelola dan mengembangkan tata kelola sampah domestik dengan baik (Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo, 2016).

Lokasi 3R Skala Kawasan Di Kota Probolinggo

1. Skala Kawasan Menengah : UPT. Pengolahan Sampah dan Limbah (PSL) Kota Probolinggo dan Unit Pengolahan Sampah Pasar Terpadu.

72 2. Skala Kawasan Kecil : Perumahan Asabri, Perumahan Bromo, Perumahan Kopian Barat, Perumahan Sumber Taman Indah, UPT.

IPLH, TPST Sumber Taman, TPST Prasaja Mulya, TPST Jrebeng Lor, TPST Kedungasem, TPST Kedung Galeng, TPST Wonoasih.

3. Skala Kawasan Sekolah : SMA Negeri 1, SMA Negeri 2, SMA Negeri 3, SMA Negeri 4, SMK Negeri 1, SMK Negeri 2, SMK Negeri 3, SMP Negeri 4, SMP Negeri 10, SD Negeri Ketapang 3, SD Negeri Mangunharjo 6 dan SD Negeri Sumber Wetan 2 Kota Probolinggo.

4. Skala Kawasan Kelompok Tani : Kelompok Tani Bangau Jaya, Kelompok Tani Pohsangit Kidul dan Kelompok Tani Makmur II.

(Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo, 2013)

Tabel 3.14 Data Lokasi TPS Terbuka di Kecamatan Kanigaran dan Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo

No Lokasi Jumlah Kelurahan

1 Kampung Dok Mayangan 1 Mayangan

2 Kentangan Selatan 1 Curahgrinting

3 SMAN 1 Probolinggo 1 Curahgrinting

4 Jl. Anggrek 1 Sukabumi

5 TWSL 1 Mangunharjo

(Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Probolinggo, 2022)

73 Tabel 3.15 Data TPS 3R di Kota Probolinggo

masuk (ton/thn)

terkelola (ton/thn) 2021 2 Jawa

Timur

Kota Probolinggo

TPS 3R UPT.

PENGELOLAAN SAMPAH

TPS 3R /

UPS A 8.61 0

2021 2 Jawa Timur

Kota Probolinggo

TPS 3R JREBENG

CERIA

TPS 3R /

UPS A 48.55 48.55

2021 2 Jawa Timur

Kota Probolinggo

TPS 3R UNGUP - UNGUP

TPS 3R /

UPS A 10.22 10.22

2020 2 Jawa Timur

Kota Probolinggo

TPS 3R UNGUP - UNGUP

TPS 3R /

UPS A 88.7 83.22

2020 2 Jawa Timur

Kota Probolinggo

TPS 3R UPT.

PENGELOLAAN SAMPAH

TPS 3R /

UPS A 174.98 168.41

2020 2 Jawa Timur

Kota Probolinggo

TPS 3R JREBENG

CERIA

TPS 3R /

UPS A 200.75 200.22

2019 2 Jawa Timur

Kota Probolinggo

TPS 3R JREBENG

CERIA

TPS 3R /

UPS A 200.75 200.22

2019 2 Jawa Timur

Kota Probolinggo

TPS 3R UNGUP - UNGUP

TPS 3R /

UPS A 251.12 243.09

2019 2 Jawa Timur

Kota Probolinggo

TPS 3R UPT.

PENGELOLAAN SAMPAH

TPS 3R /

UPS A 443.4 422.96

Status

Sampah Tahun P Provinsi Kabupaten/

Kota Nama Fasilitas Jenis

(Sumber : Data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2021) 3.5.4. Kondisi non-teknis

Dalam mendukung sistem pengolahan sampah yang baik di Indonesia perlu diperhatikan beberapa aspek non-teknis mengenai persampahan diantaranya, ketersediaan peraturan, lembaga pengelola, dan kondisi peran serta masyarakat. Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan dasar hukum, seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, dan keterlibatan masyarakat. Dasar hukum pengelolaan kebersihan yang telah diterbitkan oleh Pemerintah Kota Probolinggo baik dalam bentuk Peraturan Daerah maupun keputusan Wali Kota Probolinggo.

Aspek Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan kesediaan masyarakat untuk membantu berhasilnya program pengembangan pengelolaan sampah sesuai dengan

74 kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri. Tanpa adanya peran serta masyarakat semua program pengelolaan persampahan yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam keberhasilan adalah membiasakan masyarakat pada tingkah laku yang sesuai dengan program 32 persampahan yaitu merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar dan merata, merubah kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang kurang baik dan faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat Wibowo dan Djajawinata (2004).

Menurut Hadi (1995:75) dari segi kualitas, partisipasi atau peran serta masyarakat penting sebagai :

1. Input atau masukan dalam rangka pengambilan keputusan/kebijakan.

2. Strategi untuk memperoleh dukungan dari masyarakat sehinggga kredibilitas dalam mengambil suatu keputusan akan lebih baik.

3. Komunikasi bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menampung pendapat, aspirasi dan concern masyarakat.

4. Media pemecahan masalah untuk mengurangi ketegangan dan memecahkan konflik untuk memperoleh konsensus.

Kelembagaan Organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan yang multi disiplin yang bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial budaya dan kondisi fisik wilayah kota dan memperhatikan pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota.

Perancangan dan pemilihan organisasi disesuaikan dengan peraturan pemerintah yang membinanya, pola sistem operasional yang ditetapkan, kapasitas kerja sistem dan lingkup tugas pokok dan fungsi yang harus ditangani (Rahardyan dan Widagdo, 2005). Menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), bentuk kelembagaan pengelola sampah disesuaikan dengan katagori kota. Adapun bentuk kelembagaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kota Raya dan Kota Besar (jumlah penduduk > 500.000 jiwa) bentuk lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri.

75 b. Kota sedang 1 (jumlah penduduk 250.000 – 500.000 jiwa) atau Ibu Kota Propinsi bentuk lembaga pengelola sampah yang dianjurkan berupa dinas sendiri.

c. Kota sedang 2 (jumlah penduduk 100.000 – 250.000 jiwa) atau Kota/Kotif bentuk lembaga yang dianjurkan berupa dinas / suku dinas /UPTD Dinas Pekerjaaan Umum atau seksi pada Dinas Pekerjaan Umum.

d. Kota kecil (jumlah penduduk 20.000 – 100.000 jiwa) atau kota kotif bentuk lembaga pengelolaan sampah yang dianjurkan berupa dinas / suku dinas / UPTD, Dinas Pekerjaan Umum atau seksi pada Dinas Pekerjaan Umum.

76

77 BAB IV

ANALISIS PERENCANAAN AWAL

4.1. Proyeksi Penduduk dan Fasilitas Umum

Dokumen terkait