• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II AWAL WAKTU SALAT SUBUH TONO SAKSONO

A. Konsep Awal Waktu Salat Subuh Perspektif Tono Saksono

21

22

dimulainya berpuasa bagi umat Islam di Indonesia. Selain untuk mengevaluasi awal waktu Subuh di Indonesia, ISRN UHAMKA juga sudah melakukan penelitian sekitar 35 negara di dunia, diantaranya Malaysia, Philipina, Singapure, Mesir, Turki, Saudi Arabia, Amerika Serikat hingga Inggris. Dan masih banyak Negara Eropa lainnya.25 Hal ini beliau terangkan ketika peneliti melakukan wawancara melalui aplikasi Zoom. Semua itu beliau lakukan demi menunjukan keseriusan beliau dalam meneliti awal waktu salat Subuh.26 Tono Saksono berharap bahwa hasil pengamatan ini bisa digunakan sebagai pembaruan kalender Islam di dunia. Tono Saksono juga telah membuat algoritma khusus untuk pemrosesan data fajar.

Dalam pengamatan yang dilakukan oleh Tono Saksono menggunakan empat macam alat yaitu Sky Quality Meter (SQM), All Sky Camera, Webcam, dan Drone Camera. Tono Saksono menggunakan banyak alat dalam pengamatannya untuk membuktikan keseriusan dalam meneliti awal waktu salat. Empat alat yang digunakan oleh Tono Saksono sebagai berikut :

1. Sky Quality Meter (SQM)

Sky Quality Meter (SQM) adalah instrument untuk mengukur tingkat kecerlangan langit malam. Satuan hasil pengukuran adalah mangnitude per square arc second (MPSAS).27 SQM yang digunakan Tono Saksono

25 Tono Saksono, Wawancara, Via Zoom 3 Desember 2021.

26 Ibid.

27 MPSAS (Mangnitude per square arc second) adalah sebuah pengukuran yang berskala

logaritmik.

23

dalam pengumpulan data untuk pendeteksi fajar adalah SQM-LU-DL, perangkat ini dilengkapi dengan sensor cahaya, TAOS TLS237S, dan filter penapis kanal inframerah. Ukuran fisisnya sangat fortable (97 x 61 x 25mm) yang beroprasi dengan baterai 9 volt.

Gambar 1. Sky Quality Meter28

Dengan fungsi filter penapis kanal inframerah. SQM hanya dapat mengukur intesitas pada kanal cahaya tampak (visible light) dengan panjang gelombang 0.4 – 0.7 mikron, dan juga mengukur temperature sekitaran. SQM ini mempunyai beberapa fungsi yaitu:29

a. Meneliti seberapa bagus kondisi langit di sekitar kita

b. Membandingkan nilai kecerlangan langit pada beberapa lokasi secara kuantitatif.

28 http://unihedron.com, diakses tanggal 15 Desember, pukul 21.45.

29 Ibid. lihat http://unihedron.com/projects/darksky/.

24

c. Merekam pergerakan polusi cahaya di sekitar kita.

d. Menetapkan pencahayaan kubah planetarium agar menyerupai langit yang sesungguhnya.

e. Memantau kecerlangan langit sepanjang malam, dari malam ke malam berikutnya, bahkan dari tahun ke tahun berikutnya.

SQM mengukur seberapa banyak cahaya masuk ke dalam sensornya, kemudian SQM mengubah jumlah cahaya yang masuk tersebut menjadi satuan MPSAS. Angka yang terbaca di layar lebih besar menunjukan langit yang lebih gelap. Angka yang terbaca pada SQM sebesar 21.00 MPSAS berarti menunjukan langit yang sangat gelap. Sementara pembacaan nilai dengan 16.00 MPSAS mengindikasikan langit yang cerlang akibat polusi cahaya. Selain data MPSAS, SQM juga merekam data lain diantaranya:

a. 37 baris data header yang diantaranya memuat informasi identifikasi non teknis, seperti jenis instrument, organisasi, nama pengamat, posisi lintang, bujur dan evaluasi pengamatan, zona waktu local, pemilihan field of view (FoV) instrument saat pengamatan, apakah pengukuran bergerak atau statis, resolusi temperal data yang diinginkan dan lain- lain.

25

b. Data teknis yang di rekam adalah tanggal, waktu, perekaman data, temperature, jumlah bintang yang masuk dalam FoV, frekuensi, dan nilai MPSAS.

c. SQM merekam data kecerlangan langit dalam format ASCII.30 Jadi informasi yang akan terekam adalah data alfanumerik data yang diperlikan terekam secara otomatis ke dalam laptop dan dilakukan dengan resolusi temporal 3 detik, dengan demikian dalam jam akan terdapat sekitar 1.200 detik, sehingga dalam pengoprasian alat ini akan terekam sekitar 1.500 data (meliputi tanggal waktu perekaman data,temperature, jumlah bintang yang masuk dalam FoV, frekuensi dan nilai MPSAS).31

Dalam hal mengevaluasi kehadiran fajar yang mengahiri kegelapan malam, hanya memerlukan nilai MPSAS relative terhadap nilai kecerlangan langit sekitarnya. Studi ini berbeda dengan pengukuran kecerlangan langit untuk keperluan menganalisis polusi cahaya yang memerlukan nilai MPSAS absolut. Hal ini disebabkan karena hal yang diperlukan perilaku grafik MPSAS saat terjadi perubahan kemiringan garis singgung yang semula berfluktuasi positif – negative mendadak berubah menjadi konsisten negative. Disebutkan bahwa Tono Saksono

30 ASCII (American Standar Code for Information Interchange) merupakan suatu standar

internasional dalam kode dan symbol untuk komunikasi elektronik. Lihat

http://id.m.wikipedia.org.wiki/DSLR. Diakses pada tanggal 3 Desember 2021 pukul 19.09.

31 Tono Saksono, Wawancara, Via Zoom 3 Desember 2021.

26

melakukan pengamatan menggunakan alat SQM di beberapa daerah di Indonesia seperti Medan, Padang, Batusangkar, Jakarta, Cirebon, Yogyakarta, Balik Papan, Bitung, Labuan Bajo, dan Manokwari.32

2. All Sky Camera (ASC) Alcor System

All Sky Camera pada dasarnya adalah kamera DSLR33 (Digital Single Lens Reflex) yang dilengkapi dengan fish eye lens (lensa cembung) sehingga mampu mengambil citra panoramic 360o. ASC yang digunakan Tono Saksono dalam pengumpulan data untuk mendeteksi fajar adalah all sky camera type Alphea 6MW yang menunjukkan bahwa kamera ini memiliki kapasitas 6 mega pixel.34

Gambar 2. All Sky Camera (ASC) Alor System35

32 Tono Saksono, Wawancara, via whats app, 15 Desember 2021.

33 Kamera DSLR adalah kamera digital yang menggunakan sistem cermin otomatis dan

pentamiror untuk meneruskan cahaya dari lensa menuju viewfinder. Lihat

http://id.m.wikipedia.org/wiki/DSLR. Diakses pada tanggal 3 Desember pukul 19.47.

34 Tono Saksono, Evaluasi Awal Waktu Salat Subuh dan Isya… hlm. 64-65

35 https://www.alcor-system.com, diakses pada tanggal 15 Desember 2021, pukul 22.40.

27

ASC alphea 6MW adalah sistem pencitraan berwarna untuk citra langit malam hari yang praktis dan berbiaya rendah. Penampilannya yang berwarna merupakan dimensi penting pada citra yang dihasilkan sehingga kehadiran polusi dan awan dapat dengan jelas dibedakan. Citra yang direkam akan menampilkan warna aslinya dan sumber polusi ringan akan mudah dikenali.36

Data yang dihasilkan ASC berbentuk citra yang terdiri atas 6.4 mega pixel per frame. Diperlukan memori sekitar 6.4 MB untuk menyimpan data dalam satu kanal warna dan 19 MB untuk merekam satu frame citra dengan unsur kanal merah, hijau, dan biru.

Sama seperti SQM Tono Saksono juga mengamati fajar di Indonesia di beberapa daerah menggunakan alat All Sky Camera (ASC) diantaranya adalah Jakarta, Cirebon, Yogyakarta, Labuan Bajo, Balikpapan, Bitung, dan Manokwari.37

3. Webcam

Webcam atau web camera merupakan perangkat yang berupa sebuah kamera digital yang dihubungkan ke computer atau laptop. Layaknya kamera pada umumnya, sebuah webcam dapat mengirimkan gambar-

36 Tono Saksono, Evaluasi Awal Waktu Salat Subuh dan Isya… hlm. 64.

37 Tono saksono, Wawancara, via whats app, 15 Desember 2021.

28

gambar secara live dari manapun ia berada ke seluruh penjuru dunia dengan bantuan internet.

Webcam bekerja dengan menangkap cahaya lewat lensa berukuran kecil di bagian depan dengan bantuan detector cahaya mikrokospik yang terpasang pada microchip penerima gambar yang umumnya berteknologi charge-couple device (CCD) atau CMOS image sensor.

Gambar 3. Webcam38

Gambar yang didapatpun langsung bisa diolah secara digital dan disebarluaskan melalui internet. Hanya saja berbeda dengan kamera digital secara umum. Sebuah webcam tidak dilengkapi keeping memori atau flash memory card. Webcam dirancang untuktidak perlu menyimpan gambar karena fungsi utamanya hanya merekam dan mengirimkan

38 https://images.app.goo.gl/imUrryz9NrxsSG3Y6, di akses pada tanggal 15 Desember 2021,

pukul 12.03.

29

gambar yang diperoleh secara langsung. Oleh karena itu satu jenis webcam ada yang menggunakan kabel USB di bagian belakang. Kabel USB tersebut menyuplai listrik ke webcam dari computer dan mengambil informasi digital yang ditangkap oleh sensor webcam untuk diteruskan ke computer.39

Sampai saat ini Tono saksono mendapatkan data dari alat webcam hanya di beberapa Negara luar Indonesia dikarenakan di Indonesia alat ini belum tersedia di Indonesia. Oleh karena itu alat ini Tono Saksono gunakan diluar Indonesia yang menyediakan akses webcam.40

4. Drone

Drone adalah pesawat awak yang bisa terbang dengan dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remot control atau computer. Drone yang digunakan oleh Tono Saksono dalam mengumpulkan data awal waktu salat Subuh yaitu quadcopter dengan model 4 baling-baling dalam formasi persegi, sehingga bisa terbang dengan cepat dan terbang pada ketinggitan tertentu.

Drone yang digunakan oleh Tono Saksono dalam pengamatannya adalah drone type Drone DJI Mavic Mini dan Drone DJI Mavic 2 Pro.

Drone ini memiliki kamera infra merah, GPS, Sensor, dan alat pendukung

39 https://www.nesabamedia.com, di akses pada tanggal 3 Desember 2021 pukul 20.07.

40 Tono Saksono, Wawancara, via whats app, 15 Desember 2021.

30

lainnya. Hal tersebut memudahkan Tono Saksono dalam mengambil gambar langit fajar.

Lokasi pengamatan oleh Tono Saksono yang menggunakan type drone DJI Mavic Mini dan Dji Mavic 2 Pro telah disebutkan di Jakarta, Bogor, Banjarmasin, Palu, Pontianak dan daerah yang lain juga.41

Gambar 4. Drone DJI Mavic Mini dan DJI Mavic 2 Pro42

Dengan alat-alat tersebut Tono Saksono bisa menyajikan bukti nyata yang bisa dilihat oleh orang awam bahwa fajar itu muncul di Indonesia ketika Matahari tidak berada di ketinggian -20o di bawah ufuk, melainkan pada ketinggian 13.4o di bawah ufuk, terang beliau. Tono Saksono saat ini sudah mengoleksi ribuan hari data Subuh dunia yang meliputi empat benua, dari Indonesia, Malaysia, Mesir, Turki, Saudi Arabia, Amerika Serikat hingga Inggris. Di Indonesia khususnya ISRN

41 Tono Saksono, Wawancara, via whats app, 15 Desember 2021.

42 https://images.app.goo.gl/imUrryz9NrxsSG3Y6, di akses pada tanggal 15 Desember 2021, pukul 12.03.

31

memiliki 353 hari data Subuh. Hal ini memberikan Tono Saksono kesimpulan bahwa dip -20o di bawah ufuk yang digunakan oleh Kementerian Agama dinilai terlalu awal untuk waktu Subuh di Indonesia yang dilewati garis khatulistiwa. Twilight di wilayah equator (garis lintang 0 derajat) seperti Indonesia, seharusnya lebih pendek daripada di lintang tinggi seperti Timur Tengah, Eropa, dan Amerika.43

Pengamatan yang dilakukan Tono Saksono di Indonesia menunjukan perbedaan yang sangat signifikan, dimana yang biasa digunakan di Indonesia adalah -20o di bawah ufuk, sedangkan hasil pengamatan beliau adalah -13,4o dibawah ufuk. Hal ini yang melatarbelakangi direktur ISRN UHAMKA Tono Saksono bahwa waktu salat subuh dimulai saat fajar terbit dan diakhiri saat matahari terbit.

Namun pemerintah menetapkan awal waktu salat Subuh saat Matahari berada di ketinggian 20o di bawah ufuk. Dip yang ditetapkan oleh pemerintah terang beliau, berbeda sekitar 6,6o dengan hasil penelitian ISRN UHAMKA di bawah pimpinan beliau.44

“Matahari sebetulnya masih dibawah ufuk, tapi atmosfer sudah merambatkan cahaya, oleh karena hal tersebut menyebabkan langit terlihat terang. Itulah fajar, saat masuknya Subuh. Nah itu terjadi pada

43 Tono Saksono, Premature Dawn, The Global Twilight Pattern, (Suara Muhammadiyah dan

ISRN Uhamka, 2021), hlm 7

44 Tono Saksono, Evaluasi Awal Waktu Salat Subuh dan Isya… hlm. 62

32

saat Matahari kira-kira di bawah 13.4o”.45 Kata Tono Saksono ketika peneliti melakukan wawancara.46

B. Respons Kementerian Agama NTB Terhadap Awal WAktu Salat SubuhPerspektif Tono Saksono

Kementerian Agama Nusa Tenggara Barat dalam menentukan awal waktu salat mengikuti keputusan dari Kementerian Agama RI pusat yaitu dengan menggunakan -20o di bawah ufuk. Kementerian Agama NTB dalam mengeluarkan jadwal waktu salat didasari oleh.. Dalam menentukan awal waktu salat pada umunya tentu menggunakan ketinggian Matahri sebagai dasarnya. Diawali dengan alat-alat klasik yang dibuat sederhana sampai alat yang lebih canggih.

Berkembangnya peradaban manusia, berbagai kemudahan-kemudahan yang diciptakan untuk membuat manusia lebih praktis dalam segala hal termasuk dalam beribadah khususnya dalam menentukan awal waktu salat. Saat ini seperti kita ketahui bersama banyak sekali jadwal waktu salat yang diterbitkan oleh berbagai instansi maupun organisasi. Namun semua itu tidak terlepas dari kaidah yang sebenarnya digunakan dalam menentukan awal waktu salat yaiu pergerakan Matahari.

45 Tono Saksono, Wawancara, Via Zoom 3 Desember 2021.

46 Ibid. hlm 62.

33

Sehungan banyak pendapat-pendapat mengenai awal waktu salat yang perbedaannya sangat signifikan sehingga Kementerian Agama dalam hal ini menaggapi waktu salat perspektif Tono Saksono.

Kementerian Agama NTB, M. Zaidi Abdad mengatakan untuk tidak terlalu dipusingkan terkait awal waktu salat, karena waktu Subuh yang kita gunakan dari dulu memang sudah tepat dan dibuktikan secara ilmiah, hal tersebut beliau katakan dikarenakan dari pihak Kementerian Pusat sudah melakukan penelitian lanjut terhadap waktu salat perspektif Tono Saksono yang menggunakan dip -13.4o di bawah ufuk yang berkerjasama dengan Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) yang di pimpin oleh Thomas Djamaludin pada tanggal 23-25 April 2018 pada acara Temu Kerja Hisab Rukyat Kementerian Agama RI di Labuan Bajo, yang sekaligus dimanfaatkan untuk pengamatan fajar untuk penentuan waktu Subuh dikarenakan di lokasi tersebut masih minim polusi cahaya yang bisa memberikan galaksi Bima sakti (Milky Way) bisa terlihat dengan jelas tanpa alat bantu apapun.

Tim melakukan pengamatan dengan menggunakan alat SQM, kamera, dan secara visual sebelum fajar sampai Matahari terbit. Pengukuran menggunakan SQM dilakukan oleh Hendro Setyanto (astronom pengelola Imah Noong) pada tanggal 24 April 2018 dan Rukman Nugraha (astronom BMKG) pada tanggal 25 April 2018. Pemotretan juga dilakukan oleh Sugeng Riyadi (astronom amatir, Kepala Observatorium Assalam) menggunakan kamera DSLR yang kemudian diolah oleh Dr. Rinto Anugraha (Dosen Fisika UGM,

34

Dosen Falak UIN Wali Songo Semarang) yang menghasilakn munculnya fajar pada saat ketinggian Matahari -20o di bawah ufuk.

Gambar 5. Data Sky Quality Meter.

Keterangan Gambar :

Kurva biru : Pengukuran data SQM oleh Hendro Setyanto.

Kurva Coklat : Pengukuran data SQM oleh Rukman Nugraha.

Sumbu mendatar : Waktu WITA.

Sumbu tegak : Ukuran kecerlangan langit dalam satuan MPAS (Magnitude per Square Arc Scond).

Kurva cahaya yang terukur dengan SQM menunjukan bahwa penurunan magnitudo terjadi pada pukul 04.46 WITA dan 04.44 WITA. Penurunan magnitude mengindikasikan mulai munculnya cahaya fajar astronomi. Waktu tersebut berssesuaian dengan posisi Matahari -19.5o dan -20o di bawah ufuk.47

47 https://nasional.okezone.com, di akses pada tanggal 15 Desember, pukul 23.51.

35

Berdasarkan pengamatan tersebut Kepala Kanwil Kemenag RI NTB menjelaskan “jadi umat tidak perlu bimbang. Kriteria Subuh pada ketinggian Matahari -20o di bawah ufuk sudah benar, tidak perlu dikoreksi lagi.”48

Berdasarkan penelitian lanjut tersebut Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama NTB, M Zaidi Abdad meyakinkan bahwa ibadah dapat didasarkan pada keyakinan masing-masing. Selama yang diyakini adalah Subuh itu ketika Matahari berada dalam ketinggian -20o itu tidak akan menjadi masalahdan tidak ada keraguan.

“Awal waktu salat Subuh perspektif Tono Saksono ini sebenarnya cukup membuat Indonesia bimbang, tapi dengan tanggap tim dari Kementerian Agama RI melakukan pengamatan di Labuan Bajo menggunakan alat SQM dan DSLR dan memperoleh hasil pada posisi Matahari -20o telah mendapatkan fajar,” ucap beliau. Berdasarkan hal tersebut awal waktu salat Subuh di Indonesia tidak perlu dikoreksi menurut beliau.

C. Respons Para Tuan Guru di Kota Mataram Terhadap Awal Waktu

Dokumen terkait