• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Keperawatan Demam Berdarah Dengue (DBD) Dengue (DBD)

1. Pengkajian

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Data subjektif: apakah pasien menerapkan pola hidup bersih

dan sehat dan ketika pasien sakit apakah minum obat dan pergi ke petugas kesehatan

Data objektif:

b. Pola nutrisi dan metabolik Data subjektif:

Pasein akan mengalami penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saat menelan.

Data objektif:

Tampak Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeri tekan pada ulu hati.

c. Pola eliminasi Data subjektif:

biasanya akan terjadi konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri, ini terjeadi karena pasien dengan DHF kekurangan cairan, diet kurang serat, kurangnya aktivitas fisik, atau efek samping pengobatan

Data objek:

Tampak perut kembung d. Pola aktivitas dan latihan

Data subjektif:

Aktifitas selama sakit akan terjadi gangguan karena pasien demam. kadang disertai dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.

Data objektif:

Tampak pasien lemas,demam,dan sesak nafas

e. Pola tidur dan istirahat Data subjektif:

Pasien dengan DBD sering terjadi kelelahan, kesulitan tidur, karena demam serta panas / menggigil.

Data objektif:

Hasil observasi biasanya nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura, nteri pigastrik, nyeri otot/ sendi.

f. Pola persepsi sensori dan kognitif Data subjektif:

Apakah memiliki masalah pada persepsi kognitif Data objektif:

Biasanya pasien mengalami kecemasan dan gelisah.

g. Pola persepsi dan konsep diri Data subjektif:

Perasaan tidak berdaya Data objektif:

Tampak keterbatasan mobilitas fisik

h. Pola peran dan hubungan dengan sesame Data subjektif:

Ketergantungan terhadap orang tua,dan rewel Data objektif:

Tampak pasien rewel

i. Pola reproduksi dan seksualitas Data subjektif:

Pasien belum mengalami perubahan sistem reproduksi Data objektif:

Tampak tidak mengalami penyimpangan

j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress Data subjektif:

Ketidaknyamanan karena hospitalisasi Data objektif:

Tampak ekspresi kurang bersemangat k. Pola sistem dan nilai kepercayaan

Data subjektif:

Biasanya pasien mengalami perubahan pada pola nilai dan kepercayaan

Data objektif:

Tampak ada perubahan 2. Diagnosis

Diagnosis keperawatan pada kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) berdasarkan pathway diagnosa yang mungkin muncul yaitu (PPNI 2017):

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mencerna makanan

d. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat

e. Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi

3. Luaran keperawatan dan intervensi keperawatan

Standar luaran keperwatran Indonesia dan standar intervensi keperawatan Indonesia (PPNI, 2017)

a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ( 0.130) 1) SLKI: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam maka diharapkan termoregulasi membaik (L,14134) dengan kriteria hasil:

a) Mengigil menurun b) Kulit merah ,menurun c) Kejang menurun d) Tatikardi menurun e) Takipnea menurun f) Bradilkardi menurun g) Hipoksia menurun h) Suhu tunuh membaik i) Suhu kulit membaik

j) Tekanan darah membaik

2) SIKI: manajemen hipertermia (I.15506) Tindakan :

a) Observasi

1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi terpapar lingkungan panas penggunaan incubator) Rasional: Untuk mengetahui faktor yang memperberat atau memperingan demam

2) Monitor suhu tubuh

Rasional: memantau perubahan suhu tubuh pasien

3) Monitor kadar elektrolit

Rasional: untuk mengidentifikasi tanda-tanda dehidrasi akibat panas

4) Monitor haluaran urin

Rasional: untuk mengidentifikasi tanda-tanda dehidrasi

b) Terapeutik

1) Sedikan lingkungan yang dingin

Rasional: dengan lingkungan yang dingin dapat membantu mempermudah menurunkan suhu tubuh

2) Longgarkan atau lepaskan pakaian

Rasional:pakaian longgar mempermudahkan penguapan panas saat tubuh naik, pasien akan banyak mengeluarkan keringat

3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh Rasional:

4) Berikan cairan oral

Rasional: Hipetermi menyebabkan pengeluaran cairan yang banyak dari dalam tubuh

5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih) Rasional: linen yang basah menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien

6) Lakuakan pendinginan eksternal (mis, selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada,abdomen, dan axila)

Rasional: menurunkan demam pada pasien 7) Hindari pemeberian antipiretik atau aspirin

Rasional:

8) Batasi oksigen, jika perlu

Rasional: mencegah terjadinya iritasi c) Eduksi

1) Anjurkan tirah baring

Rasional: aktivitas yang tinggi dapat meningkatkan suhu tubuh

d) Kolaborasi

1) Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena jika perliu

Rasional: mencegah dehidrasi

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)

1) SLKI: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3×24 jam maka diharapkan tingkat nyeri menurun (L.08066)

dengan kriteria hasil:

a) Keluhan nyeri menurun b) Meringis menurun c) Gelisah menurun

d) Kesulitan tidur menurun e) Frekuensi nadi membaik f) Pola nafas membaik

g) Tekanan darah membaik h) Perilaku membaik

i) Nafsu makan membaik j) Pola tidur membaik

2) SIKI: Manajemen nyeri (I.08238) Tindakan:

a) Observasi

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri Rasional: mengetahui lokasi, karakteristik, frekuensi, durasi, frekuensi kualitas dan intensitas nyeri dari pasien

2) Identifikasi respon nyeri non verbal Rasional: mengetahui skala nyeri pasien

3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Rasional: mengetahui hal-hal yang dapat memperberat atau memperingan nyeri yang dirasakan pasien

4) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan terhadap nyeri

Rasional: mengetahui pemahaman pasien tentang nyeri

5) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

Rasional: mengetahui budaya pasien tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup Rasional: mengetahui berapa besar rasa nyeri mempengaruhi kualitas hidup pasien

7) Monitor efek samping penggunaan analgetik

Rasional: agar dapat mengantisipasi masalah baru yang akan dirasakan pasien

b) Terapeutik

1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

Rasional: membantu mengurangi rasa nyeri 2) Fasilitasi istirahat dan tidur

Rasional: mengalihkan dan memenuhi kebutuhan istirahat pasien

c) Edukasi

1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri Rasional: memberikan informasi terkait nyeri yang dirasakan pasien

2) Jelaskan strategi meredakan nyeri

Rasional: keluarga dapat mandiri meredahkan nyeri pasien

3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri Rasional: mengetahui berat nyeri

4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat Rasional: menurunkan demam secara maksimal 5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Rasional: pasien mandiri dalam mengurangi rasa nyeri

d) Kolaborasi

1) Pemberian analgetik,jika perlu

Rasional: mengurangi/ menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan pasien (PPNI, 2017).

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)

1) SLKI: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam maka diharapkan status nutrisi membaik (L.03030) dengan kriteria hasil:

a) Porsi makan yang dihabiskan meningkat b) Frekuensi makan membaik

c) Nafsu makan membaik d) Membrane mukosa membaik 2) SIKI: Manajemen nutrisi (I.03119)

Tindakan:

a) Observasi

1) Identifikasi status nutrisi

Rasional: pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan

2) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

Rasional: supaya dapat dilakukan intervensi dalam pemberian makan

3) Identifikasi makanan yang disukai

Rasional: pasien dapat tertarik untuk menghabiskan makanan yang diberikan

4) Monitor asupan makanan

Rasional: untuk menilai asupan makanan yang adekuat

5) Monitor berat badan

Rasional: mengetahui adanya penurunan atau peningkatan berat badan

b) Terapeutik

1) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu Rasional: mulut yang bersih dapat meningkatkan

nafsu makan

2) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

Rasional: meningkatkan selera makan pasien 3) Berikan makan tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

Rasional: makanan mengandung serat dapat mencegah konstipasi

4) Berikan suplemen makanan, jika perlu

Rasional: meningkatkan nafsu makan pasien c) Edukasi

1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu Rasional: meningkatkan pergerakan 2) Ajarkan diet yang diprogramkan

Rasional: membantu pasien untuk menyadari

“gambaran besar” dan memungkinkan kesempatan untuk mengubah pilihan diet

d) Kolaborasi

1) Pemberian medikasi sebelum makan (mis.

Pereda nyeri, antipiretik), jika perlu kolaborasi Rasional: mencegah kekambuhan pada saat makan

2) Dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu Rasional: agar mengetahui diet apa yang tepat untuk pasien

d. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler (D.0023)

1) SLKI: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3×24 jam maka diharapkan status cairan membaik (L.03028) dengan kriteria hasil:

a) Kekuatan nadi meningkat b) Turgor kulit meningkat c) Output urine meningkat d) Pengisian vena meningkat e) Perasaan lemah menurun f) Keluhan haus menurun g) Konsentrasi urine menurun h) Dispnea menurun

i) Membrane mukosa membaik j) Frekuensi nadi membaik k) Intake cairan membaik l) Tekanan darah membaik

2) SIKI: Manajemen hipovolemia (I.03116) Tindakan:

a) Observasi:

1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia Rasional: menilai status cairan 2) Monitor intake dan output cairan

Rasional: menilai keseimbangan cairan b) Terapeutik

1) Hitung kebutuhan cairan

Rasional: terpenuhinya kebutuhan cairan 2) Berikan posisi modified trendelenburg

Rasional: otak mendapat oksigen yang adekuat 3) Berikan asupan cairan oral

Rasional: kebutuhan cairan tubuh terpenuhi c) Edukasi

1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral Rasional: menghindari kehilangan cairan yang adekuat

2) Anjurkan menghindari perubahan posisi

mendadak

Rasional: perubahan posisi mendadak bisa menyebabkan rasa pusing

d) Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis Rasional: mengganti cairan yang hilang

e. Resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi (D.0149)

1) SLKI: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3×24 jam maka diharapkan tingkat pendarahan menurun (L.02017) dengan kriteria hasil:

a) Kelembapan membran mukosa meningkat b) Kelembapan kulit meningkat

c) Kognitif meningkat d) Hemoptisis menurun e) Hematemesis menurun f) Hematuria menurun

g) Perdarahan anus menurun h) Distensi abdomen menurun i) Perdarahan vagina menurun

j) Perdarahan pasca operasi menurun k) Hemoglobin membaik

l) Hematokrit membaik m) Tekanan darah membaik n) Denyut nadi apikal membaik o) Suhu tubuh membaik

2) SIKI: Pencegahan Perdarahan (I.02067) Tindakan:

a) Observasi

1) Monitor tanda dan gejala pendarahan

Rasional: mengetahui ada tidaknya pendarahan

2) Monitor nilai hematokrit/ hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah

Rasional: menilai adanya kekurangan hematokrit dan hemoglobin setelah pendarahan

3) Monitor tanda-tanda vital ortostatik

Rasional: mengetahui apakah ada kekurangan darah

4) Monitor koagulasi (mis. Prothrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin dan /platelet)

Rasional: menilai apakah ada pendarahan b) Terapeutik

1) Pertahankan bed rest selama pendarahan

Rasional: mencegah terjadinya keparahan pendarahan

2) Batasi tindakan invasif, jika perlu

Rasional: tindakan invasif dapat menyebabkan pendarahan eksternal

3) Gunakan kasur pencegah decubitus

Rasional: untuk mencegah terjadinya luka decubitus yang dapat menyebabkan pendarahan eksternal

4) Hindari pengukuran suhu rektal

Rasional: pengukuran suhu rektal dapat menyebabkan keluarnya darah dari anus jika terjadi pendarahan

c) Edukasi

1) Jelaskan tanda dan gejala pendarahan

Rasional: pasien dan keluarga dapat mengetahui jika terjadi pendarahan

2) Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi

Rasional: mencegah terjadinya luka pada kaki 3) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk

menghindari konstipasi

Rasional: banyak mengkonsumsi cairan dapat memperlancar pencernaan

4) Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan Rasional:

5) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K

Rasional: dapat mencegah pendarahan, membentuk pembekuan darah

6) Anjurkan segera melapor jika terjadi pendarahan Rasional: mencegah kehilangan darah yang besar

d) Kolaborasi

1) Pemberian obat pengontrol pendarahan, jika perlu

Kolaborasi: mencegah kehilangan darah yang besar

2) Pemberian produk darah, jika perlu

Rasional: meningkatkan produk darah yang kurang dalam tubuh

4. Implementasi

Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang direncanakan dalam rencana keperawatan (Tarwoto Wartonah, 2015). Perawat melakukan pengawasan terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai

perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari proses keperawatan dan pada kesimpulan (Herdman, 2015). Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatan meliputi data subyektif (S), data obyektif (O), analisa permasalahan (A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa data diatas.

Evaluasi ini juga disebut evaluasi proses. Semua itu dicatat pada formulir catatan perkembangan (progress note)

6. Perencanaan pulang (Discharge Planning)

Discharge planning merupakan suatu proses dimana pasien mendapatkan pelayanan dari awal masuk rumah sakit hingga pulang ke rumah. Discharge planning dapat mengurangi lamanya perawatan pasien, meningkatkan kesehatan pasien, mencegah kekambuhan, menurunkan angka mortalitas dan morbiditas. Dalam proses keperawatan, discharge planning merupakan salah satu dari intervensi keperawatan. Intervensi yang dilakukan pada discharge planning yaitu perencanaan pulang, memberikan edukasi mengenai pola makan, pola istrihat dan kontrol setelah pasien pulang dari rumah sakit. Pelaksanaan discharge planning yang baik akan berpengaruh dengan peningkatan kualitas kesehatan pasien (Novitasari et al., 2019).

Menurut (Haullusyr,2022) mengatakan bahwa dalam proses pelaksanaan discharge planning memiliki beberapa prinsip yaitu proses pelaksanaan discharge planning fokus terdadap pasien seperti kebutuhan, dan keinginan pasien harus dikaji secara berkala dari mulai masuk sampai keluar dari rumah sakit, mengidentifikasi masalah yang mungkin akan nampak setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat mengetahui sejak dini masalah yang timbul, discharge planning dilakukan dengan melibatkan beberapa tim kesehatan seperti perawat, dokter, ahli gizi, discharge planning dilaksanakan di setiap tim kesehatan dimana dari pasien masuk maka discharge planning harus direncanakan dan dilakukan sesuai prosedur yang di terapkan di rumah sakit.

Keberhasilan setelah dilakukan discharge planning, pasien dapat mengetahui dan memahami tentang masalah kesehatan yang diderita, pengobatan ketika pulang, perawatan lanjutan juka terjadi kegawatdaruratan, pengetahuan khusus kepada pasien dan keluarga untuk memastikan perawatan yang sesuai ketika pasien sudah pulang dari rumah sakit. Berkoordinasi dengan tempat pelayanan kesehatan terdekat unuk memantau status kesehatan pasien. Selain memberikan form discharge planning pada klien, peran perawat juga memberi edukasi. Edukasi yang dimaksud terkait dengan perawatan selama proses pemulihan penyakit seperti: (Novitasari et al., 2019)

a. Istirahat yang cukup pasca perawatan b. Konsumsi air putih 2000-2500cc/hari c. Makan makanan yang lunak

d. Menghindari makan makanan yang terlalu asam dan pedas e. Melakukan 3M plus (menguras, menutup dan memanfaatkan

kembali atau daur ulang)

f. Menggunakan kelambu dikamar tidur bila diperlukan

g. Apabila suhu tubuh tinggi sampai tiga hari langsung berobat h. Minum obat sesuai aturan

i. Kontrol sesuai jadwal atau satu minggu setelah pulang dari rumah sakit.

46 BAB III

PENGAMATAN KASUS

An. T berusia 10 tahun 7 bulan masuk Rumah Sakit Stella Maris Makassar melalui IGD, dirawat di Ruang Santo Yosep III tanggal 2 mei 2023 dengan diagnosa medis Demam Berdarah Dengue (DBD). Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 mei 2023 pukul 08:00 wita, dengan keluhan masuk pasien sudah mengalami demam sejak 3 hari yang lalu bermula saat pasien menjaga tantenya yang sedang sakit di Rumah Sakit Lakipadada Toraja, pasien diberikan obat paracetamol satu tablet siang dan malam tetapi demamnya tidak turun sehingga keesokan harinya keluarga pasien memutuskan membawa pasien ke Makassar. Saat dilakukan pengkajian di ruang perawatan pasien masih demam dengan suhu tubuh: 39,1ºc, tampak badan teraba hangat, tampak lidah sedikit kotor, lemas, tampak mukosa bibir kering, nafsu makan berkurang pasien hanya menghabiskan makanan 2-4 sendok dan 100 cc air putih, Pasien mual muntah, berat badan sebelum sakit: 58 kg, setelah sakit 57 kg dan IMT: 27,11 kg/m², pasien merasa nyeri pada kepala, perut, otot dan persendian, tampak pasien meringis, pasien saat ditanya skala nyeri pasien mengatakan skala 7. Ibu pasien mengatakan kulit pasien berwarnah kemerahan, tampak kulit pasien kemerahan, saat dilakukan test trum pleed tampak ada bintik-bintik merah pada lengan pasien, hasil pemeriksaan darah didapatkan PLT: 83 [10ᶺ3/uL].

Berdasarkan data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang diangkat adalah hipetermia berhubungan dengan proses penyakit, nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, dan resiko pendarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi. Selanjutnya uraian lengkapi dipaparkan secara terperinci pada bab ini.

KAJIAN KEPERAWATAN ANAK

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji NIM:

Nama Mahasiswa: Wiwin Asmiranda NS2214901174 Wiwin Windasari NS2214901175

Kamar : 3007 bed 1 Alloanamnese : Ya

Tgl masuk RS: 2 Mei 2023 Tgl pengkajian : 4 Mei 2023 A.

Identifikasi

1. Pasien

Nama initial: An.T Warga negara : Indonesia Umur : 10 Tahun Bahasa : Indonesia Jenis kelamin: Laki-laki Pendidikan : SD kelas 4

Agama/Suku: Islam/toraja Alamat rumah: Jl.AbuBakar

2. Orang Tua

Nama Bapak: Tn. A Nama Ibu: Ny. N

Umur : 64 th Umur : 47 th

Alamat: Jl. Abu Bakar Alamat : Jl. Abu Bakar B.

Data Medik

1. Diagnosa medik

Saat masuk : Febris (ispa sedang) + munta frequent + intake tidak terjamin

pengkajian : Demam Berdarah Dengue (DBD)

2. Riwayat Kehamilan Ibu / Kelahiran dan Neonatal : 9 bulan 2 Minggu

Kehamilan : Ibu mengatakan selama hamil ibu suka makan sayur, ikan, dan daging.

Kelahiran : Ibu mengatakan anaknya lahir normal. Berat

badan 3,2 gram

Neonatal : Tumbuh kembangnya sesuai dengan usianya 3. BUGAR : Ibu mengatakan waktu anaknya lahir langsung

menagis, kulit berwarna merah dan ekstermitas atas dan bawah bergerak dengan baik

4. Kelainan bawaan/ Trauma kelahiran : ibu mengatakan tidak ada kelainan bawaan atau trauma saat kelahiran

5. Riwayat Alergi : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada alergi

6. Catatan Vaksinasi

Pasien sudah mendapatkan semua vaksinasi Jenis

Vaksinasi

I II III IV

DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan 18 bulan

BCG 2 bulan CAMPAK 9 bulan

HEP-B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan

POLIO 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan

7. Test Diagnostik a) Laboratorium

PLT : 83 [10ᶺ3/uL]

WBC : 3.06 [10ᶺ3/uL]

MCV : 76.1 [fL ] - MCH : 25.8 [pg] - PDW : 13.6 [fL] + P-LCR : 33.3 [%]+

PCT : 0.09 [%] – b) Dengue NS 1 antigen : ( positif) 8. Therapi:

Ondansentron 1amp 3x1/iv Paracetamol 100 mg 3x1/iv

Donperidone 1tablet 3x1/oral Ranitidine 50mg

Antrain 1 amp/ drips

Traneksamat ¾ / 3×1 / Oral Ambroxol syirup 3x1 /ora C. KEADAANUMUM

1. Keadaan sakit

Pasien tampak sakit ringan / sedang / berat / tidak tampak sakit Alasan: Tampak pasien terpasang infus Ring-As 12 tpm /menit, dan tampak lemah

2. Tanda-Tanda Vital a) Kesadaran :

Skala koma scale / pediatric coma scale A. Respon motorik 6 B. Respon bicara 5 C. Respon membuka mata 4 Jumlah 15 Kesimpulan : Composmentis b) Tekanan darah: 92/60 mmHg

MAP : 70,6 mmHg Kesimpulan : Perfusi ginjal memadai c) Suhu : 39,0C di: oral axila rectal d) Pernapasan: 28 x/menit

Irama : Teratur Kusmaul cheynes-stokes Jenis : Dada Perut

e) Nadi : 115 x/menit

Irama : Teratur Tachicardi Bradicardia Kuat Lemah

f) Saturasi Oksigen : 99 %

g) Hal yang mencolok : Tidak ada

3. Pengukuran

a) Tinggi badan : 145cm

b) Berat badan : 57 kg

Kesimpulan : IMT = 27,11 (Gizi Baik) 4. Genogram

Keterangan : Laki-laki :

Perempuan :

Pasien : Meninggal :

Garis perkawinan : Garis keturunan : Tinggal serumah :

Dokumen terkait