• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUANG SANTO YOSEPH 3 RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUANG SANTO YOSEPH 3 RUMAH SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini dengan judul: “Keperawatan Anak Demam Berdarah Dengue di Ruang St. Yoseph III RS Stella Maris Makassar”. Tugas Akhir ini Karya ilmiah ini diciptakan untuk memenuhi salah satu syarat melengkapi profesi keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar. Fransiska Anita, Ns., M.Kep, Sp, Kep.MB., selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kerjasama di STIK Stella Maris Makassar.

Mery Sambo, Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan Stella Maris Makassar dan Perawat di STIK Stella Maris. Asrijal Bakri, Ns., M.Kes., selaku Kepala Unit Penelitian dan Pengabdian STIK Stella Maris Makassar. Direktur RS Stella Maris Makassar yang memberikan izin dan instruksi untuk melakukan studi kasus di ruang St. Joseph III, RS Stella Maris Makassar.

Berdasarkan hasil observasi yang kami peroleh di ruang Yoseph III RS Stella Maris Makassar selama tiga minggu latihan praktek khususnya pengobatan demam berdarah, kami menemukan bahwa pada saat melakukan intervensi keperawatan yaitu dengan pemberian paracetamol dan kompres hangat. untuk menurunkan suhu tubuh. Untuk itu penulis tertarik untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu asuhan keperawatan pada anak penderita DBD dengan hipertermia dengan menggunakan tindakan non farmakologi yaitu tindakan kompresi dengan teknik air spons hangat di ruang Yoseph III RS Stella Maris Makassar. . .

Tujuan Khusus

Manfaat penulisan

Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan untuk penerapan teknik spons air hangat dalam rencana keperawatan dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak yang mengalami demam berdarah. Kami berharap karya ilmiah ini dapat menjadi referensi atau bahan informasi bagi mahasiswa keperawatan sebagai persiapan praktik di rumah sakit.

Metode penulisan

Penulis menggunakan berbagai bahan bacaan yang berkaitan dengan artikel ilmiah ini, seperti: buku kedokteran, makalah, catatan kuliah, jurnal dan situs internet.

Sistematika Penulisan

Konsep Dasar Demam Berdarah Dengue 1. Pengertian

Virus Dengue berukuran sekitar 50 nanometer (nm) dan terdiri dari materi genetik atau komponen genom virus berupa Asam Ribonukleat. Begitu virus dengue masuk ke dalam tubuh, penderita akan mengalami keluhan dan gejala akibat viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, nyeri badan, tenggorokan hiperemia, ruam, dan kelainan yang mungkin muncul pada sistem retikuloendotelial seperti misalnya pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limpa. Pemeriksaan laboratorium penunjang pada dasarnya bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi virus dengue atau komponennya (protein, RNA), atau imunoglobulin M (IgM) dan/atau imunoglobulin G (IgG) yang merupakan respon imun ketika terjadi infeksi dengue.

Metode deteksi virus dengue atau komponennya antara lain dengan kultur virus, ELISA atau imunokromatografi untuk mendeteksi antigen NS1, dan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi RNA virus, baik secara konvensional maupun real time. Tingginya kadar NS1 dalam serum menjadikan tes antigen ini sebagai pilihan untuk mendeteksi virus dengue, terutama pada fase akut. Prinsip pemeriksaan ini adalah: antibodi terhadap virus dengue akan berikatan dengan virus dengue sehingga menghambat kemampuan virus untuk mengaglutinasi sel darah merah angsa.

Tes HH dilakukan dengan beberapa sampel, yaitu serum akut (atau saat pasien masuk rumah sakit) dan serum pemulihan (minimal satu minggu setelah sampel pertama) (Zhou dkk. Uji netralisasi. Jika sampel tidak tidak segera dilakukan, serum atau plasma harus dipisahkan dari sel darah dan disimpan pada suhu -70⁰C (Zhou et al., 2020).

Sumber gambar: (Suciari, 2019) gambar I.2       komponen darah
Sumber gambar: (Suciari, 2019) gambar I.2 komponen darah

Konsep Dasar Keperawatan Demam Berdarah Dengue (DBD) Dengue (DBD)

Distensi perut berkurang i) Perdarahan vagina berkurang.. j) Perdarahan pasca operasi berkurang k) Hemoglobin membaik.. l) Hematokrit membaik m) Tekanan darah membaik n) Denyut apikal membaik o) Suhu tubuh membaik. Discharge Planning merupakan suatu proses dimana pasien menerima pelayanan sejak masuk rumah sakit hingga kembali ke rumah. Perencanaan pulang dapat mengurangi lama perawatan pasien, meningkatkan kesehatan pasien, mencegah kekambuhan, menurunkan angka kematian dan kesakitan.

Intervensi yang dilakukan dalam perencanaan pulang (discharge planner) adalah perencanaan pulang (discharge planner) yang meliputi pemberian edukasi pola makan, pola istirahat dan pemantauan setelah pasien kembali dari rumah sakit. Penerapan perencanaan pulang yang baik akan berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan pasien (Novitasari dkk., 2019). Menurut (Haullusyr, 2022), proses pelaksanaan rencana pemulangan mempunyai beberapa prinsip, yaitu proses pelaksanaan perencanaan pemulangan berfokus pada pasien, seperti kebutuhan dan keinginan pasien, yang harus dinilai secara berkala mulai dari masuk hingga keluar dari rumah sakit. RSUD. rumah sakit, yang mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat mendeteksi permasalahan yang timbul secara dini; perencanaan pemulangan dilakukan dengan melibatkan berbagai tim kesehatan, seperti perawat, dokter, ahli gizi; tim kesehatan tempat pasien masuk, perencanaan pemulangan harus direncanakan dan dilaksanakan sesuai prosedur yang diterapkan di rumah sakit.

Keberhasilan setelah dilakukan perencanaan pulang, pasien dapat mengetahui dan memahami masalah medis yang dideritanya, pengobatan saat pulang, perawatan lanjutan jika terjadi keadaan darurat, pengetahuan khusus bagi pasien dan keluarga untuk memastikan perawatan yang tepat saat pasien kembali dari rumah sakit. T, usia 10 tahun 7 bulan, dirawat di IGD RS Stella Maris Makassar, dirawat di ruang Santo Yosep III pada 2 Mei 2023 dengan diagnosa medis demam berdarah dengue (DBD). Berdasarkan data yang diperoleh, dibuat diagnosa keperawatan hipertermia berhubungan dengan proses penyakit, nyeri akut berhubungan dengan faktor berbahaya fisiologis, dan risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan pembekuan darah.

Pengkajian Pola Kesehatan

Ibu pasien mengatakan, sebelum sakit, pasien sering mengatakan hal-hal yang mengganggunya di sekolah dan di rumah. Kata ibu pasien, sebelum sakit anaknya berpenampilan anggun dan umumnya berpakaian seperti laki-laki, kata pasien sejak sakit tidak ada perubahan. Ibu pasien mengatakan, sebelum sakit, anaknya selalu diajarkan untuk rajin berdoa sebelum melakukan apapun dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, serta pasien rajin mengikuti Sekolah Minggu.

Ibu pasien mengatakan, sejak sakit, anaknya tidak bisa mengikuti Sekolah Minggu, namun selalu berdoa sebelum makan, tidur dan bangun pagi. Diagnosa ini penulis angkat karena ibu pasien mengatakan pasien demam sejak 3 hari yang lalu, badan terasa hangat, akral hangat, mukosa bibir kering, suhu tubuh meningkat, S : 39,1ºC. Diagnosis ketiga nyeri akut berhubungan dengan zat berbahaya fisiologis. Penulis mengangkat diagnosis ini karena pasien melaporkan nyeri perut, nyeri sendi dan otot, serta sakit kepala.

Pada akhir evaluasi, permasalahan teratasi sebagian dimana tubuh pasien masih terasa hangat, namun suhu tubuh turun dari 39,1ºC menjadi 38,0ºC, dan mukosa labial tidak tampak kering. Air spons lum merupakan teknik kompres hangat yang memadukan teknik blok kompres pada pembuluh darah superfisial dengan teknik usap. Tujuan penggunaan air bolu hangat adalah untuk menurunkan suhu tubuh pada anak yang mengalami hipertermia, yaitu upaya menurunkan demam dengan cara merangsang hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh.

Kompres hangat dengan air hangat dapat mengatasi masalah hipertermia karena kompres hangat dilakukan pada lima titik pembuluh darah besar yang dipadukan dengan teknik usapan. Intervensi keperawatan ini dilakukan pada anak (An.T) penderita demam berdarah yang mempunyai masalah hipertermia dengan keluhan suhu tubuh meningkat 39,4ºC, pasien merasa hangat. Penulis melakukan kompres hangat sesuai metode jamur suam-suam kuku, dengan air hangat yang ditempelkan pada lima titik (dada, ketiak, dan selangkangan) serta mengamati suhu tubuh sebelum dan sesudah tindakan.

Dalam karya ilmiah ini, penulis membandingkan suhu tubuh sebelum dan sesudah kompres hangat dengan teknik jamur suam-suam kuku pada pasien. Jurnal pertama berjudul Pengaruh Pemberian Spons Hangat Untuk Pengobatan Hipertermia Pada Penderita Demam Berdarah Dengue, dimana subjeknya adalah anak usia 8 tahun – 13 tahun, sebanyak 9 anak pada kelompok intervensi dan 9 anak pada kelompok kontrol. . kelompok kontrol rata-rata suhu tubuh pada anak pra demam berdarah dengue.. air spons 38.06ºC. Pada kelompok intervensi, rata-rata suhu tubuh anak penderita demam berdarah dengue sebelum diberikan pengobatan jamur suam-suam kuku adalah 38,22°C. Setelah pemberian spons suam-suam kuku, rata-rata suhu tubuh anak penderita demam berdarah dengue turun menjadi 37,6°C. Jurnal perbandingan lainnya berjudul Efektivitas spons suam-suam kuku dalam menurunkan suhu tubuh pada anak penderita masalah hipertermia, dimana subjek penelitiannya An.

3 tahun dengan demam 38,8ºC dan An. SL, 10 tahun, demam 39,5ºC. Setelah pemberian obat antipiretik, beri air hangat selama 20-30 menit. Kemudian nilai 20-30 menit setelah mendapatkan spons suam-suam kuku, nilai dengan mengukur kembali suhu tubuh. Dan hasil yang diperoleh di An. SL pada hari pertama dan kedua dilakukan intervensi dengan spons suam-suam kuku selama 2x2 jam dan terjadi penurunan suhu sebesar 2ºC, dan pada hari ketiga suhu pasien 38,7ºC dan dilakukan intervensi lagi dengan spons suam-suam kuku pada 2x2 jam setelah prosedur, suhu tubuh pasien turun menjadi 37,3ºC. Pada.

A, pada hari pertama intervensi dengan spons suam-suam kuku berlangsung selama 2x2 jam dan terjadi penurunan suhu tubuh sebesar 1ºC, dari suhu awal 38,3ºC menjadi 37,3ºC, pada hari kedua intervensi dengan air hangat , klien kembali mengalami hipertermia dengan suhu 38,6ºC dan kembali lagi, mediasi berlangsung selama 2x2 jam dan terjadi penurunan suhu tubuh.. suhu tubuh turun 1ºC dari suhu awal 38ºC menjadi 37ºC. Implementasinya berlangsung di An.T berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun oleh penulis, semuanya terlaksana. e. Pada akhir evaluasi, permasalahan teratasi sebagian, indikator suhu tubuh menurun dari 39,1ºc menjadi 38,0ºc, dan selaput lendir bibir menjadi lunak.

Saran

Identitas Pribadi

Gambar

Sumber gambar: (Suciari, 2019) gambar I.2       komponen darah
Sumber gambar: (Candra, 2019) Gambar 1.1   Penyakit DBD

Referensi

Dokumen terkait

Pada bab ini penulis akan menguraikan dan membahas tentang resume asuhan keperawatan yang dilakukan pada An. Z dengan post operasi hemangioma, di ruang melati II

Tujuan : Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid meliputi pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Hasil : Setelah

akhir dari tahap – tahap proses keperawatan untuk mengetahui apakan masalah – masalah keperawatan yang muncul pada kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan

Jadi kesimpulannya hasil evaluasi keperawatan pada kasus nyata didapatkan tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus, dimanamasalah keperawatan kekurangan

Penerapan teori comfort Kolcaba dapat dijadikan acuan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang infeksi anak, terutama pasien demam yang mengalami

Penulis menyimpulkan berdasarkan hasil dan pembahasan pada kasus diatas bahwa pengkajian teori keperawatan orem dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan

BAB 4 PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan yang terjadi antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada pasien

Sedaangkan pada kasus nyata pelaksanaan telah disusun dan direlasasikan pada pasien dan ada pendokumentasikan intervensi 4.4.1 Implementasi diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan