• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DENGAN HIPERTERMIA DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DENGAN HIPERTERMIA DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i

HIPERTERMIA DI RUANG MELATI

RSUD KARANGANYAR

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DISUSUN OLEH :

RIKO MARGIYANTO

P14043

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

ii Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : RIKO MARGIYANTO NIM : P.14043

PrograStudi : D3 KEPERAWATAN

Judul :ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DENGAN

HIPERTERMIA DI RUANG MELATI RSUD

KARANGANYAR.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Proposal yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah jiplakan, maka saya bersedia menerima saksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 26 Juli 2017 Yang Membuat Pernyataan

RikoMargiyanto NIM. P14043

(3)

iii

Tapi rajinnya dirimulah yang menjadikan bersemangat Jadilah dirimu sendiri

Musuhmu bukanlah mereka yang di sekelilingmu Tapi musuhmu adalah dirimu sendiri

(4)

iv

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DENGAN

HIPERTERMIA DI RUANG MELATI

RSUD KARANGANYAR

Di ajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)

Oleh:

RIKO MARGIYANTO P14043 Surakarta, 26 Juli 2017 Menyetujui, Pembimbing

NURUL DEVI ARDIANI, S.Kep.,Ns.,M.Kep

(5)

v

Dewan penguji :

Ketua :

1. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns.,M.Kep (….…………..…)

NIK. 201185071

Anggota :

1. Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns.,M.Kep (….………..)

(6)

vi Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan oleh : Nama : RIKO MARGIYANTO NIM : P14043

Program Studi : D3 Keperawatan

Judul :Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami DENGUE

HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) Dengan Hipertermia di Ruang

Melati RSUD Karanganyar

Telah di ujikan dan di pertahankan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Di tetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : Sabtu, 5 Agustus 2017

DEWAN PENGUJI

Ketua :

1. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns.,M.Kep (….………)

NIK. 201185071 Anggota :

1. Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns.,M.Kep (……….)

NIK. 201186080

Mengetahui,

Ketua Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Meri Oktariani., S.Kep., Ns.,M.Kep

(7)

vii

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DENGAN HIPERTERMIA DI RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua STIKes yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Ketua Program Studi D3 keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Sekretaris Ketua Program Studi D3 keperawatan yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya proposal penelitian ini.

4. Nurul Devi Ardiani, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing yang memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya proposal penelitian ini.

(8)

viii penelitian ini.

6. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orang tua kami, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.

Semoga proposal penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.

Surakarta, 5 agustus 2017

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ... ii

MOTTO ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iv

LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

LAMPIRAN ... xi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum ... 4 1.3.2 Tujuan Khusus ... 5 1.4 Manfaat ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar DHF 2.1.1 Definisi ... 7 2.1.2 Etiologi ... 8 2.1.3 ManifestasiKlinis ... 9 2.1.4 Klasifikasi ... 9 2.1.5 Patofisiologi ... 10 2.1.6 FasePerjalananPenyakit ... 11 2.1.7 PemeriksaanDiagnostik ... 14 2.1.8 Komplikasi ... 16 2.1.9 Penatalaksanaan ... 17 2.2 Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian ... 21 2.2.2 Diagnosis ... 26 2.2.3 Perencanaan ... 27 2.2.4 Implementasi ... 32 2.2.5 Evaluasi ... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37

3.2 Batasan Istilah ... 37

3.3 Partisipan ... 37

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.5 Pengumpulan Data ... 38

3.6 Analisa Data ... 39

BAB IV HASIL

(10)

x

4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data ... 41

4.1.2 Pengkajian ... 41

1. Biodata ... 41

2. Riwayat Keperawatan ... 42

3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional ... 44

4. Pemeriksaan Fisik ... 48 5. Pemeriksaan penunjang ... 50 6. Terapi Medis ... 51 4.1.3 Analisa Data ... 51 4.1.4 Diagnosa Keperawatan... 53 4.1.5 Rencana Keperawatan ... 53 4.1.6 Implementasi ... 56 4.1.7 Evaluasi ... 59 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan ... 63 5.5.1 Pengkajian ... 63 5.5.2 Diagnosa Keperawatan... 65 5.5.3 intervensi Keperawatan ... 66 5.5.4 Implementasi Keperawatan ... 67 5.5.5 Evaluasi ... 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 78 6.6.1 Pengkajian ... 78 6.6.2 Diagnosa keperawatan ... 79 6.6.3 Intervensi Keperawatan ... 79 6.6.4 Implementasi Keperawatan ... 79 6.6.5 Evaluasi Keperawatan ... 80 6.2 Saran ... 80

(11)

xi

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 3. Lembar Audience Lampiran 4. Asuhan keperawatan Lampiran 5. Jurnal

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue

(DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue, ditularkan dengan gigitan nyamuk aedes aegypti yang masuk ke dalam tubuh penderita akan muncul manifestasi klinis yaitu demam tinggi (Sitorus, 2008).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang

ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, perdarahan, hepatomegali, dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul rejatan (sindrom rejatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Padila, 2013). Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau biasa disebut dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi suatu penyakit endemik terutama di daerah tropis dan subtropis (Warsidi, 2009).

Kasus DHF di Indonesia cenderung mengalami peningkatan pada awal musim penghujan dengan disertai penduduk di daerah Urban yang cukup padat (Hadinegoro dan Satari, 2002). Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, kasus DHF di Indonesia mengalami penurunan menjadi 1,9% dibanding tahun 2007 yaitu 2,7% dengan prevalensi 6,0%. Lima provinsi di Indonesia dengan kasus DHF tertinggi dari tahun 2007 sampai 2013, yaitu Papua sebanyak 9,8% menjadi 28,6%, Nusa

(13)

Tenggara Timur sebanyak 6,8% menjadi 23,3%, Papua Barat sebanyak 6,7% menjadi 19,4%, Sulawesi Tengah sebanyak 5,1% menjadi 12,5%, dan Maluku sebanyak 3,8% menjadi 10,8% dari 33 provinsi di Indonesia.

Setelah fase demam keadaan masih memburuk, dampak bila DHF ini tidak teratasi akan terjadi fase kritis, yaitu suhu tubuh akan menurun sekitar 37,50 C sampai 380 C atau justru berada dibawahnya, umunya terjadi pada hari ketiga sampai kelima demam, kemudian pada fase kritis terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan kebocoran plasma, karena fase kritis berlangsung antara 24 jam sampai 48 jam, jika terjadi kebocoran plasma maka kondisi pasien memburuk, sedangkan kondisi kebocoran plasma yang berkepanjangan dan keterlambatan penanganan dapat menyebabkan pasien mengalami syok (WHO, 2009 dan Setiawati, 2011). Tanda-tanda pre-syok (renjatan), muntah secara terus-menerus, kejang, kesadaran menurun, muntah darah, dan buang air besar berdarah (Sitorus, 2008).

Menurut Sitorus, (2008) Penatalaksanaan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) pra syok dapat dilakukan dengan pemberian cairan karena cairan merupakan kunci pengobatan pengganti cairan plasma secara intravena supaya renjatan (syok) dapat berlangsung dalam kurun waktu 48 jam, dan pada saat itu dianjurkan monitor dengan ketat selama 24 jam, sedangkan penatalaksanaan pada kasus DHF yang mengalami perdarahan intra abdominal yang ditandai dengan semakin tegang penurunan kadar haemoglobin dapat dilakukan dengan pemberian tranfusi darah sehingga pasien harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.

(14)

Sesuai teori penyakit ini maka diagnosa keperawatan yang akan muncul pada kasus DHF (dengue haemoragic fever) yaitu Hipertermia (Marni, 2016), batasan karakteristik dari diagnosa tersebut adalah gelisah, kulit terasa hangat (Herdman, 2015). Kemudian untuk tindakan keperawatan pada diagnosa hipertermia sesuai dengan pendapat (Bulechek dkk, 2016) yaitu perawatan hipertermi, pengaturan suhu.

Berdasarkan penelitian jurnal perawatan hipertermi dapat diberikan tindakan kompres air hangat. Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani, 2011). Kompres air hangat adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila demam. Manfaat kompres air hangat, menurunkan panas 38,8ºC menjadi 37,5ºC, untuk memperlebar pembuluh darah (vasodilator), oksigen untuk sel, membantu meningkatkan suplai darah ke area-area tubuh. Tindakan kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri dari perawat, tetapi sering diabaikan bahkan sering dibebankan pada keluarga (Djuwariyah dkk, 2016).

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu (Uliyah & Hidayat, 2014).

Upaya pencegahan agar tidak terjadi seperti halnya yang telah dijelaskan diatas maka dari itu perlu penanganan masalah DHF secara

(15)

maksimal, yang salah satunya adalah dengan pemberian asuhan keperawatan karena pasien DHF cenderung mengakibatkan terjadinya hipertermi, yang mana keadaan tersebut dapat mengancam kehidupan pasien. Sehingga pemberian asuhan keperawatan yang cepat, tepat dan efisien dapat membantu menekan angka kejadian dan kematian pada pasien DHF. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan kasus keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami

Dengue Haemoragic Fever (DHF) Dengan Hipertemia Di Ruang Melati

RSUD Karanganyar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Dengue Hemorragic Fever (DHF) dengan Hipertermia di ruang melati RSUD Karanganyar?”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang dirawat di ruang Melati RSUD Karanganyar.

(16)

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan terhadap asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) dengan Hipertermia di ruang Melati

RSUD Karanganyar.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) dengan Hipertermia di ruang Melati

RSUD Karanganyar.

c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan terhadap asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) dengan Hipertermia di Bangsal Melati

RSUD Karanganyar.

d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan terhadap asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) dengan Hipertermia di ruang Melati

RSUD Karanganyar.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan terhadap asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) dengan Hipertermia di ruang Melati RSUD

(17)

1.4 Manfaat Penulisan

a. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan institusi pendidikan khususnya bagi mahasiswa pada penerapan pemberian asuhan keperawatan khusus keperawatan klien

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF).

b. Bagi Institusi Rumah Sakit

Bahan masukan dan evaluasi khususnya bagi institusi rumah sakit pada penerapan pemberian asuhan keperawatan khususnya keperawatan klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF).

c. Bagi Profesi Keperawatan

Bahan Laporan aplikasi hasil studi kasus khususnya dengan Dengue

Hemorrhagic Fever (DHF) yang menjadi salah satu fokus permasalahan

dalam profesi keperawatan. d. Bagi Penulis

Memberi wawasan tindakan keperawatan yang luas mengenai masalah keperawatan klien dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF).

(18)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) 2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Pengertian

Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Suriadi dan Yuliani, 2001).

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah

Dengeu (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke dalam tubuh penderita akan mengeluh demam, sakit kepala, mual, nyeri, pegal seluruh tubuh, dan hipertermia di tenggorokan (Sitorus, 2008).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, kemudian penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah (Hadinegoro dan Satari, 2006).

(19)

2.1.2 Etiologi

Menurut Suriadi dan Yuliani (2001), etiologi dari demam berdarah adalah virus dengue sejenis arbovirus. Penyebaran virus dengan perantaraan nyamuk aedes aegypti atau aedes ebopictus, biasanya nyamuk aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia adalah nyamuk betina, sedangkan cara kerja nyamuk aedes aegypti adalah dengan menggigit atau menghisap darah secara berganti-ganti sehingga dalam waktu yang tidak begitu lama banyak penderita yang terinfeksi virus dengue.

Menurut Hadinegoro dan Satari (2006), setelah nyamuk aedes

aegypti menggigit manusia dapat menularkan virus dengue kepada

manusia baik secara langsung yaitu setelah menggigit orang yang sedang mengalami viremia; maupun secara tidak langsung setelah melalui masa inkubasi dalam tubuhnya selama 8-10 hari (extrinsic

incubation period), kemudian pada manusia diperlukan waktu 4-6 hari

(extrinsic incubation period) sebelum menjadi sakit setelah virus masuk kedalam tubuh, sedangkan pada nyamuk sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuhnya, maka nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif), kemudian untuk manusia penalaran hanya dapat terjadi pada saat tubh dalam keadaan viremia yaitu antara 3-5 hari.

(20)

2.1.3 Manifestasi Klinis

Menurut Sitoris (2008), manifestasi dari demam berdarah sebagai berikut, gejala klinis penyakit demam berdarah yang tampak menurut patokan dari WHO tahun 1986 adalah demam tinggi yang mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari dengan manifestasi perdarahan, termasuk uji torniket positif dan salah bentuk perdarahan lain, yaitu petekie (bintik-bintik merah akibat perdarahan intradermak / submukosa), purpura (perdarah di kulit), ekomosis, epistaksis (mimisan), perdarahan gusi, hematemesis, dan melena (tinja berwarna hitam karena adanya perdarahan.

Adanya pembesaran hati, rejatan hipovelemik yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat, tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang) disertai kulit yang terasa dingin dan lembab, terutama di ujung hidung, jari kaki, dan tangan. Penderita menjadi gelisah, timbul sianosis (warna kebiruan di kulit dan mukosa karena hemoglobin tereduksi secara berlebihan dalam darah kapiler) di sekitar mulut (Sitorus, 2008).

2.1.4 Klasifikasi

Menurut Hadinegoro dan Satari (2006), klasifikasi demam berdarah antara lain :

1) Derajat I adalah demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi.

(21)

2) Derajat II adalah derajat I disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain.

3) Derajat III adalah kegagalan sirkulasi ditandai dengan nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab, gelisah.

4) Derajat IV adalah renjatan berat, denyut nadi dan tekana darah tidak dapat diukur.

2.1.5 Patofisiologi

Menurut Suriadi dan Yuliani (2001 ), virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktivasi sistem komplement. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat berbagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

Kemudian terjadinya trombositopenia yaitu, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Kemudian yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trobositopenia dan diatesis hemoragik, renjatan terjadi secara akut (Suriadi dan Yuliani, 2001).

(22)

Nilai hematrokit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian (Suriadi dan Yuliani, 2001).

2.1.6 Fase Perjalanan Penyakit

Terdapat tiga fase perjalanan penyakit demam berdarah yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1) Fase Demam

Fase demam berlangsung 2-7 hari suhu tubuh saat demam berkisar 390 C sampai 400 C, kemudian pada fase akut biasanya disertai dengan warna kemerahan pada wajah; eritema pada kulit; rasa nyeri pada seluruh tubuh dan sakit kepala, adapun beberapa pasien juga mengeluh kesulitan menelan, nyeri faring, dan nyeri konjungtiva, selain itu gejala yang dirasakan oleh pasien yaitu, sering mengeluh tidak nafsu makan; mual; dan muntah, untuk fase demam diperlukan pengobatan untuk menghilangkan gejala yang timbul, karena selama fase awal demam sulit dibedakan antara demam dengue dengan DHF perbedaannya yaitu, pada pasien dengan demam dengue setelah terbebas dari demam 24 jam tanpa penurun panas makanpasien akan memasuki fase penyembuhan, sedangkan pada DHF setelah fase demam selesai maka akan memasuki fase kritis (WHO, 2009 dalam Setawati, 2011).

(23)

Pada fase demam pasien masih memungkinkan untuk di rawat di rumah dengan pengawasan khusus dengan cara pengawasan tanda-tanda vital, keluhan mual dan muntah, nyeri abdomen, terjadi akumulasi cairan pada rongga tubuh, adanya peleburan >2 cm, dan perdarahan yang timbul; kemudian pemberian cairan yang sesuai dengan kebutuhan pasien sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan, selain itu pemeriksaan laboratorium darah terutama pemeriksaan trombosit dan hematokrit diperlukan untuk mengontrol kondisi kesehatan penderita (Anggraeni, 2010 dan Setiawati, 2011).

2) Fase Kritis

Suhu tubuh pada fase kritis menurun sekitar 37,50 C sampai 380C atau justru berada dibawahnya, umunya terjadi pada hari ketiga samapai kelima demam, kemudian pada fase kritis terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan kebocoran plasma, karena fase kritis berlangsung antara 24 jam sampai 48 jam, apabila tidak terjadi kebocoran plasma, maka kondisi pasien akan membaik, namun jika terjadi kebocoran plasma maka kondisi pasien memburuk, sedangkan kondisi kebocoran plasma yang berkepanjangan dan keterlambatan penanganan dapat menyebabkan pasien mengalami syok (WHO, 2009 dan Setiawati, 2011).

Pasien harus dirawat di rumah sakit pada saat fase kritis karena memerlukan pengawasan khusus yang lebih intensif yaitu,

(24)

pengawasan khusus seperti : tingkat kesadaran, tanda-tanda vital,

intake dan output cairan, nyeri abdomen, terjadi akumulasi cairan

pada rongga tubuh, adanya peleburan hati >2 cm, dan perderahan yang timbul, kemudian ada fase ini dapat terjadi efusi pleura dan asites, selain itu pemeriksaan darah dilakukan secara berkala meliputi hamatokrit, trombosit, hemoglobin, dan leukosit, adapun pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan Ultra Sonografi (USG) yang dapat dilakukan pada fas kritis (WHO, 2009 dan Setiawati, 2011).

3) Fase Penyembuhan

Pasien yang telah melewati fase kritis, terjadi proses penyerapan kembali cairan yang berlebih pada rongga tubuh dalam waktu 2 samapi 3 hari dan secara bertahap kondisi pasien secara keseluruhan akan membaik (WHO, 2009 dan Setiawati, 2011).

Fase penyembuhan berlangsung antara 2-7 hari, umunya penderita demam berdarah yang telah berhasil melewati fase kritis akan sembuh tanpa komplikasi dalam waktu kurang lebih 24 – 8 jam setelah syok, kemudian fase penyembuhan ditandai dengan kondisi umum penderita yang mulai membaik, nafsu makan yang mulai meningkat, dan tanda-tanda vital yang stabil, selain itu pada fase ini pemberian cairan infuse biasanya mulai dihentikan, kemudian diganti dengan pemberian nutrisi secara oral (Anggraeni, 2010 dan Setiawati, 2011).

(25)

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Sitorus (2008), pemeriksaan diagnosis demam berdarah terutama berdasarkan pada gejala klinis, dan dibantu dengan pemeriksaan hermatologi sederhana.

Kriteria diagnosis demam berdarah klinis menurut WHO tahun 1986 dalam Sitorus (2008) masih dipakai dengan memperhatikan beberapa masalah antara lain :

1) Demam

Rentang waktu demam di rumah berkisar dari 2 sampai 10 hari, tetapi jika ditinjau dari proporsi terbanyak, demam terjadi antara 3-5 hari. Maka pada demam lebih dari 7 hari terjadi demam tifoid.

2) Perdarahan Spontan

Petekie merupakan perdarahan kulit spontan yang sering

dijumpai dengan tes torniket, kemudian jenis perdarahan kedua yang banyak dijumpai adalah mimisan atau perdarahan gusi. 3) Hepatomegali

Hepatomegali adalah hati yang semula tidak teraba, tetapi pada kasus demam berdarah tiba – tiba teraba, kemudian gejala lain adalah nyeri perut di daerah epigastrium (ulu hati) dan hipokhondium kanan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui hepatemogali adalah dengan USG, karena dapat diketahui jika lobus kanan hepar menutupi minimal lebih dari

(26)

setengan besar ginjal kanan pada skening yang terdapat di saginal kanan.

4) Hasil Pemeriksaan Hematologi

Pada penderita demam berdarah untuk pemeriksaan hematologi umumnya akan dijumpai trombositopeni pada hari ketiga sampai kedelapan terjadinya demam yang disebabkan oleh konsumsi trobosit meningkat akibat teraktifasinya sistem pembekuan darah dan pembentukan trombosit <100.000 /mm3 akibat terhambatnya trobopiesis, Kemudian penderita demam berdarah pada sumsum tulang belakang mengalami reversible berupa pengurangan kepadatan sel yang disebabkan oleh

endoteksin virus serta proses imunologi yang dapat di buktikan

dengan peningkatan jumlah Limfosit Plasma Biru (LPB).

Pada penderita demam berdarah homakonsentrasi penting dalam menegakkan diagnosis, karena hemokonsentrasi diketahui dari peningkatan hematokrit sekitar >20 % dibandingkan standar sesuai umur dan jenis kelamin, penurunan hematokrit lebih dari 20% setelah mendapat pengobatan cairan(Hadinegoro dan Satari, 2006).

5) Pemeriksaan Rodiologi

Selain pemeriksaan hematologis pada penderita demam berdarah dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologi untuk mengetahui ada atau tidaknya

(27)

pengumpulan cairan di berbagai rongga tubuh, seperti rongga pleura, pericardium, dan peritoneum.

2.1.8 Komplikasi

MenurutHadinegoro dan Satari, (2006), komplikasi dari demam berdarah antara lain :

1) Ensefalopati dengue

Pada umumnya ensefalopati sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan, tetapi juga terjadi pada demam berdarah yang tidak disertai syok, karena gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan dapat menjadi penyebab terjadinya enfefalopati, kemudian pada ensefalopati dengue mengalamai penurunan kesadaran menjadi somnolen atau apati, selain itu pada ensefalopati dengue juga dijumpai peningkatan kadar transaminase (SGOT/SGPT), PT dan PPT memanjang, kadar gula darah turu, alkalosis pada analisa gas darah, dan hiponatremia.

2) Kelainan Ginjal

Gegel ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik, kemudian dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik.Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok teratasi dengan menggantikan volume intravascular.

(28)

3) Udem Paru

Udem paru adalah komplikasi terjadi akibat pemberian cairan yang berlebihan, jika pemberian cairan berlebihan pada hari sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan makan tidak terjadi udema paru, tetapi pada saat terjadi reabsorbsi dari ruang ekstravaskuler apabila cairan yang diberikan berlebihan maka pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada rontgen dada.

2.1.9 Penatalaksaan

Menurut Sitorus (2008), penatalaksanaan pasien dengan demam berdarah dibedakan menjadi tiga yaitu :

1) Penatalaksanaan Pasien Tersangka DBD

Pada pasien yang diduga menderita demam berdarah (memenuhi kriteria diagnosis DBD, WHO 1986), ditentukan adanya kedaruratan atau tidak, maksud dari kedaruratan adalah tanda-tanda pre-shoch atau shoch (renjatan), muntah secara terus-menerus, kejang, kesadaran menurun, muntah darah, dan buang air besar berdarah, kemudian untuk suhu dijumpai kedaruratan maka pasien harus segera dirujuk ke dokter untuk diberikan perawatan yang intensif.

(29)

Jika tanda-tanda kedaruratan tidak ada maka harus dilakukan tes Rumple Lencar (Tes Torniket) untuk menegetahui kadar haemoglobin, hematokrit, dan hitung trobosit (termasuk hitung leukosit dan hitung jenis), kemudian tes torniket menunjukkan positif atau negatif dan trombosit rendah (kurang dari 150.000/iu), sebaiknya pasien dirawat di rumah sakit.

Pada pasien dengan trombosit normal dan hasil tes torniket negatif, pasien boleh pulang, tetapi dianjurkan melakukan kontrol setiap hari untuk pemeriksaan haemoglobin, hematokrit, dan trombosit berkala sampai demamnya turun, tetapi jika hematokrit cenderung meningkat dan sebaliknya trombosit cenderung menurun segera rujuk pasien ke rumah sakit terdekat.

2) Penatalaksanaan Pasien DBD Tanpa Renjatan

Pasien DBD derajat-1 dan derajat-2 tergolong DBD tanpa renjatan, tetapi perlu diingat bahwa perasaan haus dan keadaan dehidrasi sebagai akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah merupakan alasan pemberian cairan per oral sebanyak-banyaknya dan semampu anak kurang lebih 1,5 liter sampai 2 liter per 24 jam dengan berbagai jenis cairan dapat diberikan, tetapi lebih disukai cairan yang mengandung elektrolit (lautan oralit) atau sari buah dari pada air putih.

Kejang badan demam dapat terjadi pada demam tinggi, maka pemberian antipiretik (parasetamol). Jika terdapat tanda

(30)

kedaruratan seperti anak secara terus-menerus muntah sampai keadaan tidak memungkinkan untuk diberikan makan dan minum peroral, maka perlu dipertimbangkan untuk pemberian cairan intravena tetesan rumatan, kemudian jika kadar hematokrit pada pemeriksaan berkala cenderung meningkat, dianjurkan pemberian intravena dengan jumlah cairan yang dibutuhkan sesuai dengan pemberian cairan untuk mengatasi penderita gastroenteritis yang dehidrasinya sedang (kebutuhan cairan rumatan +7,5%).

3) Penatalaksanaan DBD Disertai Renjatan

Renjatan merupakan keadaan gawat sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit, maka tatalaksana DBD yang disertai renjatan terdiri atas hal-hal berikut :

a) Penggantian Volume Plasma (Volume Replacement)

Pada renjatan hipovelemik, pemberian cairan merupakan kunci pengobatan, karena penggantian cairan plasma secara intravena harus segera diberikan supaya renjatan pada anak dapat berlangsung dalam kurun waktu 48 jam, dan pada saat itu dianjurkan monitor dengan ketat selama 24 jam.

Jenis cairan yang dianjurkan adalah laktat ringer 20 ml/kg BB per jam, diberikan dengan tetesan cepat atau disiramkan (klem infuse dibuka) sampai renjatan teratasi. Bahkan dipasang dua jalur infus secara bersamaan.Pada keadaan renjatan yang berlangsung lama, pembuluh darah

(31)

mengalami kolaps, maka cairan sebanyak 100-200 ml dapat diberikan dengan menggunakan semprit kemudian setelah itu, dilanjutkan dengan tetesan.

b) Pilihan Terapi Cairan

Pemakaian cairan laktat ringer sangat dianjurkan mengingatkan pada DBD pada umumnya disertai dengan hiponatremi dan asidosis. Cairan laktat ringer mengandung Natrium 130 mEq/l, chloride 109 mEq/l, kalium 4 mEq/l, dan Korektor basa dalam bentuk Natrium laktat 28 mEq/l

WHO, 1986 menganjurkan di samping laktat ringer dapat pula dipakai jenis cairan lain yaitu :

(1) Cairan glukosa 5 % dalam NaCl 0,9 % (2) Cairan glukosa 5 % dalam NaCl 0,45 %

(3) Cairan glukosa 5% dalam ½ laktat ringer, atau cairan glukosa 5 % dalam NaCl 0,3 %

c) Koreksi Asidosis dan Gangguan Elektrolit

Hiponatremi dan asidosis metabolik terjadi pada DBD, oleh karena itu pada kasus DBD berat dilakukan pemeriksaan analisa gas darah dan elektrolit secara peiodik.

d) Terapi Oksigen

Mengingat bahwa renjatan hipovolemik mengakibatkan terjadinya kegagalan perfusi oksigen di seluruh jaringan, maka oksigen harus selalu diberikan pada semua pasien DBD

(32)

disertai renjatan.Oksigen diberikan 2-6 liter/menit dan intranasal diberikan sampai tanda vital stabil.

e) Pemberian Tranfusi Darah

Indikasi tranfusi darah adalah perdarahan yang jelas terlisat secara klinis, yaitu perdarahan intra-abdominal yang ditandai dengan semakin tegang disertai penurunan kadar haemoglobin.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

Menurut Yura (1983) dalam Setiadi (2012), proses keperawatan adalah tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistemik untuk menentukan masalah klien dengan membuat perencanaan untuk mengatasinya, melaksanakan rencana itu atau menugaskan orang lain untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap masalah yang diatasinya tersebut.

Proses keperawatan profesional di Indonesia menurut PPNI (2000) dalam Setiadi (2012), terdiri dari 5 standar yaitu : pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

2.2.1 Pengkajian

Menurut Hidayat (2001). Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan, kemudian dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar dari pasien, untuk informasi yang

(33)

didadapkan dari pasien (sumber primer), data yang didapat dari orang lain (data sekunder), catatan kesehatan pasien, informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostik, keluarga atau orang yang terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar, sedangkan pengumpulan data menggunakan berbagai metode seperti observasi (data yang dikumpulkan berdasarkan pengamatan), wawancara (bertujuan mendapatkan respon dari klien dengan cara tatap muka), konsultasi, pemeriksaan fisisk, pemeriksaan laboratorium, ataupun pemeriksaan tambahan.

Menurut Nursalam dkk, (2005), fokus pengkajian pada pasien DHF :

1) Identitas Pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

2) Keluhan Utama

Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmentis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri

(34)

telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematesis.

4) Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain. 5) Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari

6) Riwayat gizi

Status gizi anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.

7) Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).

(35)

8) Pola kebiasaan

a) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.

b) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.

c) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.

d) Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahat kurang.

e) Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.

f) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.

9) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi Inspeksi, palpasi, aukultrasi, dan

perkusi dari ujung rambut sampai kaki. Berdasarkan tingkatan

(grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :

a) Grade I yaitu : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.

(36)

b) Grade II yaitu : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.

c) Grade III yaitu : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.

d) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital seperti :nadi tidak reraba, tensi tidak terukur, pernafasan tidak teratur, ekstermitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

10) Sistem integument

a) Adanya pitekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.

b) Kukus sianosis c) Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam

(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, dan IV. Pada mulut didapatkan

bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga pada grade II, III, IV.

d) Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak.Pada foto thorak terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru

(37)

sebelah kanan (efusi pleura), rales posisif, ronchi ada, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

e) Abdomen yaitu mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), dan asites.

f) Ekstermitas didapatkan akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.

11) Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai : a) Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).

b) Trobositopenia (< dari 100.000/ml).

c) Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis). d) Ig. D. dengue positif.

e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.

f) Urium dan pH darah mungkin meningkat.

g) Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3 rendah. h) SGOT / SGPT mungkin meningkat.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Herdman et al. (2011) dalam Setiadi (2012), diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan keperawatan. Diagnosa

(38)

keperawatan biasanya terdiri dari tiga komponen yaitu respon manusia (masalah), faktor berhungan, tanda dan gejala.

Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi empat yaitu, klasifikasi dan analisa data, interpretasi data, validasi data, dan perumusan diagnosa keperawatan (Setiadi, 2012 ).

Menurut Nursalam dkk, (2005), fokus diagnosa pada pasien DHF :

1) Masalah yang dapat ditemukan pada pasien DHF antara lain : a) Peningkatan suhu tubuh (hipertermia).

b) Nyeri.

c) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, sehingga kurang dari kebutuhan.

d) Potensial terjadi perdarahan intra abdominal. e) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

f) Kurangnya penegetahuan tentang proses penyakit, diet, dan perawatan pasien DHF.

g) Gangguan aktivitas sehari-hari

h) Potensial untuk terjadinya reaksi transfuse.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan catatan tentang penyusunan rencana tindakan untuk menanggulangi masalah dengan caramencegah, mengurangi, dan menghilangkan masalah, selain itu

(39)

untuk memeberikan kesempatan kepada perawat, pasien, keluaraga, serta orang terdekat dalam merumuskan rencana tindakan. Perencanaan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan. Penetapan pemecahan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan untuk mengatasi maslah pasien (Hidayat, 2001 ). Penentuan tujuan dan kriteria hasil berdasarkan pada SMART (spesifik, measurable, achievable, rasional, time) (Dermawan, 2012).

Menurut Nursalam dkk, (2005), apabila terdapat tanda-tanda DHF segera rujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan segera. Sementara untuk mengatasi permasalahannya, perencanaan yang diperlukan adalah :

1) Peningkatan suhu tubuh : a) Kaji saat timbulnya demam.

b) Observasi tanda-tanda vital seperti : suhu, nadi, tensi, dan pernafasan setiap 3 jam atau lebih sering lagi.

c) Berikan penjelasan mengenai penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh.

d) Berikan penjelasan kepada psien / keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi demam dan menganjurkan kepada pasien / keluarga untuk bersikap kooperatif.

e) Jelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.

(40)

f) Anjurkan pasien untuk banyak minum, paling tidak 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan manfaatnya bagi pasien.

g) Berikan kompres dingin pada daerah aksila dan lipata paha. h) Catatlah asupan dan keluaran cairan.

i) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.

2) Nyeri akut

a) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan paien memutuskan tingkat nyari yang dialami, tipe nyeri yang dialami, dan respon pasien terhadap nyeri.

b) Berikan posisi yang nyaman dan usahakan situasi tenang. c) Berikan suasana yang gembira pada pasien, alihkan perhatian

pasien dari rasa nyeri (libatkan keluarga), misalnya : membaca buku, mendengarkan musik, dan menonton TV.

d) Berikan kesempatan pada pasien untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang terdekat.

e) Berikan obat-obat analgesik (kolaborasi dengan dokter).

3) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (Kurang dari kebutuhan) a) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami

(41)

b) Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi masih hangat.

c) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering. d) Jelaskan manfaat makanan / nutrisi bagi pasien terutama saat

sakit.

e) Catatlah jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.

4) Potensial terjadinya perdarahan lebih lanjut sehubungan dengan trombositopenia :

a) Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda klinis.

b) Monitor jumlah trombosit setiap hari.

c) Berikan penjelasan mengenai pengaruh trombositopenia pada pasien.

d) Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.

5) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : a) Monitor keadaan umum pasien.

b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-3 jam.

c) Perhatikan keluhan pasien, seperti mata berkunang-kunang, pusing, lemah, ekstermitas dingin, dan sesak napas.

d) Apabila terjadi tanda-tanda syok hipovelemik, baringkan pasien terlentang tanpa bantal.

(42)

e) Pasang infuse dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan dokter).

6) Kurangnya pengetahuan keluarga tentang proses penyakit, diet, dan perawatan :

a) Berikan kesempatan pada pasien / keluarga untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakitnya. b) Jelaskan semua prosedur yang dilakukan dan manfaatnya abgi

pasien dan keluarga.

c) Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatanbpada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.

7) Gangguan aktivitas sehari-hari

a) Bantulah pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari seperti : mandi, makan, dan eliminasi sesuai dengan tingkat keterbatasan pasien.

b) Berikan penjelasan mengenai hal-hal yang dapat membantu dan meningkatkan kekuatan fisik pasien.

c) Siapkan bel dekat pasien.

8) Potensial untuk terjadinya reaksi tranfusi

a) Pesan darah/komponen darah sesuai dengan instruksi medis. b) Cek ulang formulir permintaan darah sebelum dikirim.

(43)

c) Sebelum pemberian trasfusi yakinkan bahwa pada daerah tusukan infuse tidak tampak tanda-tanda phlebitis dan aliran infus lancar.

d) Gunakan blood set untuk pemberian tranfusi.

e) Berikan cairan normal saline (NaCl) sebelum pemberian transfusi.

f) Jangan tunda pemberian transfusi lebih dari 30 menit setelah darah diterima dari bank darah.

g) Cek ulang/yakinkan bahwa darah yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien (perhatikan jenis darah, golongan darah, jumlah darah, dan masa kadaluwarsa). Perhatikan dan cocokan kode yang tertulis pada kantung darah dengan label darah yang ada.

h) Minta perawat lain untuk bersama-sama mengecek ulang, jangan mengecek seorang diri.

i) Jelaskan tentang tanda-tanda atau reaksi yang mungkin muncul selama pemberian transfusi.

j) Anjurkan pasien/keluarga untuk segera melaporkan jika ada tanda-tanda atau reaksi transfusi.

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Menurut Hidayat, (2001), tindakan keperawatan mandiri atau implementasi merupakan tindakan yang dilakukan perawat .tindakan ini mencakup mengakaji pasien, mencatat respon pasien terhadap

(44)

tindakan, melaporakan status pasien ke petugas jaga berikutnya, dan mencatat respon pasien terhadap asuhan keperawatan. Selain itu perawat mengajarkan pasien untuk mengubah posisi tidur, melakukan rentang gerak, mengakaji status fisik klien, dan mengakaji aktivitas hidup sehari-hari.

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai atau tahapan akhir dari proses keperawatan, kemudian evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan (Hidayat, 2001).

2.3. Hipertermi 2.3.1. Pengertian

Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu tubuh hingga 380C atau lebih, sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 400C disebut demam tinggi/hiperpireksia (Irwanti, 2015).Pada demam tinggi dapat terjadi alkalosis respiratorik, asidosis metabolic, kerusakan hati, dan berkurangnya aliran darah ke otak, selain itu juga akan menyebabkan syok, epilepsy (Mulyanti, 2015).Demam yang mencapai suhu 41°C angka kematiannya mencapai 17%, dan pada suhu 43°C akan koma dengan kematian 70%, dan pada suhu 45°C akan meninggal dalam beberapa jam (Said,2016).

(45)

Hipertermi (demam) adalah kenaikan suhu tubuh melewati batas normal yang dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti infeksi, peradangan, atau gangguan metabolic (Sofwan, 2010). Infeksi adalah masuknya jasad renik (micro organism atau makhluk hidup yang sangat kecil yang umumnya tidak dapat dilihat dengan mata) ke tubuh kita, jasad renik tersebut bisa kuman, bakteri, virus, jamur (Purwanti dan Winarsih, 2008).

2.4. Kompres Air Hangat 2.4.1. Pengertian

Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila mengalami demam ( Arie Kusumo, 2016).

Kompres hangatadalah tindakan denganmenggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani, 2016).

Pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan beanyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperlus daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak (Arie Kusumo, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ayu, Irwanti dan Mulyanti (2015) menunjukkan bahwa pemberian kompres hangat pada daerah aksila

(46)

dan dahi mempunyai efek dalam menurunan suhu tubuh pada klien demam. Penurunan suhu tubuh klien yang dikompres air hangat di daerah aksila rata-rata suhu tubuh sebelum perlakuan adalah 39,020C dengan rata-rata penurunan suhu 0,2470C menjadi 38,770C setelah perlakuan kompres, sedangkan penurunan suhu tubuh klien yang dikompres air hangat di daerah dahi rata-rata sebelum perlakuan adalah 38,680Cmengalami penurunan 0,1110C menjadi 38,570C sesudah perlakuan kompres.

2.4.2. Tujuan

Kompres air hangat adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila anak demam.manfaat kompres air hangat, menurunkan panas 38,8ºC menjadi 37,5ºC, untuk memperlebar pembuluh darah (vasodilator), oksigen untuk sel, membantu meningkatkan suplai darah ke area-area tubuh. Tindakan kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri dari perawat, tetapi sering diabaikan bahkan sering dibebankan pada keluarga (Djuwariyah dkk, 2012).

Kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi. Dengan kompres air hangat menyebabkan suhu tubuh di luar akan hangat sehingga tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu di luar hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas, sehingga akan terjadi penurunan suhu

(47)

tubuh. Pemberian kompres air hangat ini dilakukan di tempat tempat tertentu di bagian tubuh (Djuwariyah, 2010).

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas tentang pendekatan yang digunakan dalam menyelenggarakan studi kasus.

3.1.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan adalah studi kasus, yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah / fenomena dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi.Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan Hipertermi di ruang melati RSUD Karanganyar.

3.1.2 Batasan Ilmiah

Batasan istilah pada studi kasus ini berfokus pada asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan Hipertermi di ruang melati RSUD Karanganyar.

3.1.3 Partisipan

Partisipan merupakan objek yang ditentukan melalui suatu kriteria tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek tersebut bisa termasuk

(49)

orang, dokumen atau catatan yang dipandang sebagai objek penelitian (Sugiyono, 2012). Dalam studi kasus ini menggunakan partisipan yaitu 2 klien dengan diagnosa medis Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dan dengan diagnosa keperawatan yang sama yaitu Hipertermi.

3.1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian menjelaskan tempat atau lokasi tersebut dilakukan.Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruangn lingkup penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).Lokasi penelitian ini berada di ruang melati RSUD Karanganyar.

b. Waktu Penelitian

Waktu pengambilan kasus asuhan keperawatan selama 2 minggu di mulai sejak tanggal 22 Mei 2017 sampai 3 Juni 2017.

3.1.5 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam studi kasus ini adalah penelitian lapangan (field research), dilakukan dengan cara mengunjungi langsung ke objek penelitian yaitu RSUD Karanganyar. Metode pengumpulan data yang digunakan ada dua yaitu :

a. Wawancara

Wawancara dilakukan penulis saat pengkajian kepada klien, keluarga, dan perawat untuk mendapatkan data. Penulis melakukan pengkajian terhadap pasien (hasil pengkajian berisi tentang identitas

(50)

pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dll) sumber data dari pasien, keluarga, perawat lainnya.

b. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode observasi ini instrument yang dapat digunakan, antara lain lembar observasi, panduan pengamatan observasi atau lembar checklist (Hidayat, 2014).

Dalam studi kasus ini penulis melakukan observasi dengan melakukan pemeriksaan fisik pada sistem tubuh pasien, yaitu dengan cara pendekatan IPPA: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.

3.1.6 Analisa Data a. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil ditulis dalam transkip catatan terstruktur (asuhan keperawatan).

b. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam format asuhan keperawatan dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian

(51)

dibandingkan nilai normal, ditegakkan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

c. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan tabel dan teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan cara menulis identitas dari klien dengan inisial.

d. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan perilaku kesehatan.Perilaku kesimpulan dilakukan sesuai dengan tujuan khusus.Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, evaluasi.

(52)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1 1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Pengambilan data untuk studi kasus ini dilakukan di RSUD Karanganyar di Ruang Melati selama 2 minggu terhitung dari tanggal 22 Mei-03 Juni 2017.

4.1 2 Pengkajian

Fokus pengkajian adalah identitas klien, hasil pemeriksaan fisik, keluhan utama dan riwayat penyakit (sekarang, dahulu dan keluarga yang disertai dengan genogram).

1. Biodata

a. Identitas pasien.

IDENTITAS KLIEN Klien 1 Klien 2

Nama Tn.B Tn.D

Alamat Sembungan rt 03 rw 03 Karanganyar

Sawahan rt 06 rw 06 Karanganyar

Umur 29 Tahun 30 Tahun

Agama Islam Islam

Suku bangsa Indonesia Indonesia

Status perkawinan Kawin Kawin

Pendidikan SLTA SLTA

No. RM 405214 405454

Diagnose medic DHF DHF

Tanggal MRS 25 Mei 2017 28 Mei 2017

Tanggal Pengkajian 27 Mei 2017 29 Mei 2017

(53)

2. Riwayat Keperawatan

RIWAYAT PENYAKIT Klien 1 Klien 2

Keluhan utama Klien mengatakan demam Klien mengatakan demam

Riwayat penyakit sekarang

Klien mengatakan sejak hari Jumat, 19 Mei 2017 badan panas naik turun dengan suhu 39oC, badan terasa pegal-pegal, mual dan muntah. Lalu Tn.B tanggal 24 mei 2017 dibawa ke IGD RSUD Karangnyar oleh dokter klien disarankan rawat inap dan mendapat terapi infus RL20tpm, injeksi ranitidine 150 mg/12 jam, paracetamol tablet 250mg/6 jam. kemudian klien dipindah kebangsal Mawar pada hari Kamis, 25 Mei 2017, saat di lakukan pengkajian dibangsal tanggal 27 mei 2017 klien masih panas, akral hangat, mual, muntah dan tidak suka lingkungan rumah sakit dengan hasil TTV TD: 110/70 mmHg

S: 38,5ºC, RR: 24 x/menit, N: 84 X/menit dan mendapat terapi obat ranitidine 150 mg/12 jam, paracetamol 250 mg/6jam kalau panas, infus RL 20 tpm.

Klien mengatakan sejak hari Minggu, 21 mei 2017 badan panas dingin. Kemudian klien di bawa ke IGD RSUD Karanganyar pada hari minggu tanggal 28 mei 2017 jam 23.30 WIB oleh dokter klien disarankan untuk rawat inap. Kemudian pada tanggal 29 mei 2017 jam 01.10 WIB klien di pindah ke ruang Mawar untuk mendapatkan perawatan dan terapi lebih lanjut. Saat dilakukan pengkajian pada hari senin 29 mei 2017, klien mengatakan panas belum

turun,pusing,mual muntah,tulang terasa sakit semua, nampak lemas, akral hangat dan tidak nyaman di ruang inap dengan TTV : TD: 120/80 mmHg, Suhu 38,9ºC, nadi 82 x/menit dan

mendapatkan terapi obat infus RL 12 tpm, ranitidine 150 mg/12 jam.

Riwayat penyakit dahulu Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit seperti ini dan belum pernah dirawat di rumah sakit

Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit seperti ini dan belum pernah di rawat di rumah sakit Riwayat kesehatan

keluarga

Klien mengatakan

keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, asma maupun diabetes militus.

Klien mengatakan

keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, asma dan DM.

Riwayat kesehatan Lingkungan.

Klien mengatakan lingkungannya bersih, dan nyaman.

Klien mengatakan lingkungan rumah kurang bersih karena dekat sungai.

(54)

Genogram Klien 1 Klien 2 Keteranagan : : laki-laki : perempuan : Klien

(55)

3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

POLA KESEHATAN Klien 1 Klien 2

Sebelum sakit

Selama sakit

Klien mengatakan jarang pergi kerumah sakit kalau sakit hanya beli obat di warung saja.

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang.

Klien mengatakan jarang pergi kedokter saat sakit, kalau sakit hanya beli obat di apotik.

Klien ingin cepat sembuh dan segera pulang.

2. Pola Nutrisi Metabolik

Keterangan Klien 1 Klien 2

Sebelum sakit Selama sakit Sebelum sakit Selama sakit Frekuensi 3 kali sehari 3 kali sehari 3 kali sehari 3 kali sehari Jenis makan Nasi, sayur,

lauk Bubur, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk Bubur, sayur, lauk Porsi 1 porsi habis Porsi makan

tidak habis (±2-3 sendok)

1 porsi habis ½ porsi habis

Minum Air putih, teh Air putih, teh Air putih, teh, susu

Air putih, susu, the Frekuensi minum 5-8 gelas 3-4 gelas 6-8 gelas 4-6 gelas

Keluhan Tidak ada keluhan Nafsu makan menurun Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan 3. Pola Eliminasi a) BAK

Keterangan Klien 1 Klien 2

Sebelum sakit Selama sakit Sebelum sakit

Selama sakit Frekuensi 6-8x sehari 5-6x sehari 6-7x sehari 5-6x sehari

Warna Kuning bening Kuning keruh Kuning bening

Kuning keruh

Bau Amoniak Amoniak Amoniak Amoniak

Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

(56)

b) BAB

Keterangan Klien 1 Klien 2

Frekuensi 2x sehari 1x sehari 1x sehari 1x sehari Konsistensi Lunak berbentuk Lunak

berbentuk Lunak berbentuk Lunak berbentuk Warna Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan Kuning kecoklatan Bau Berbau khas Berbau khas Berbau khas Berbau khas Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

4. Pola aktivitas dan latihan a) Klien 1

Kemampuan perawatan diri Sebelum sakit Selama sakit

0 1 2 3 4 0 1 2 3 4

Makan/ minum Mandi

Toilleting Berpakaian

Mobilisasi tempat tidur Berpindah Ambulasi/ ROM               b) Klien 2

Kemampuan perawatan diri Sebelum sakit Selama sakit

0 1 2 3 4 0 1 2 3 4

Makan/ minum Mandi

Toilleting Berpakaian

Mobilisasi tempat tidur Berpindah Ambulasi/ ROM               Keterangan : 0 : Mandiri 1 : Dibantu alat 2 : Dibantu orang lain

3 : Dibantu orang lain dan alat 4 : Tergantung total

(57)

5. Pola istirahat tidur

Keterangan Klien 1 Klien 2

Sebelum sakit Klien mengatakan tidur nyenyak, tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ± 9 jam.

Klien mengatakan tidur siang ± 1 jam jam dan tidur malam ± 8 jam.

Selama sakit Klien mengatakan selama sakit tidur selama ± 5 jam pada malam hari, pasien sering terbangun karena pusing dan lingkungan dirumah sakit tidak nyaman terlalu bising. Skor HARS 27 (cemas sedang).

Klien mengatakan selama sakit tidur selama ± 4 jam pada malam hari dan ± 1 jam pada siang hari, Klien mengeluh pusing, badan terasa pegal dan lingkungan rumah sakit kurang nyaman. Skor HARS 27 (cemas sedang).

6. Pola kognitif perseptual

Keterangan Klien 1 Klien 2

Sebelum sakit Klien mengatakan dapat berkomunkasi dengan baik dan lancar.

Klien mengatakan dapat berkomunkasi dengan baik dan lancar.

Selama sakit Klien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik. Klien tampak lemas dan gelisah.

Klien mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik. Klien tampak lemas dan gelisah.

7. Pola persepsi konsep diri

Keterangan Klien 1 Klien 2

Sebelum sakit Klien mengatakan belum puas dengan apa yang dimilikinya sekarang dan ingin berusaha lagi supaya keinginannya tercapai.

Klien mengatakan selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya sekarang.

Selama sakit Klien mengatakan sabar dalam mengadapi cobaan yang diterimannya sekarang.

Klien mengatakan sabar dan ikhlas menerima

keadaannya sekarang dan menganggap semua cobaan dari Tuhan.

8. Pola hubungan peran

Keterangan Klien 1 Klien 2

Sebelum sakit Klien mengatakan berhubungan baik dengan keluargaanya.

Klien mengatakan

beruhubungan baik dengan keluarga dan masyarakat. Selama sakit Pasien mengatakan

berhubungan baik dengan keluarga, pasien lainnya dan perawat jaga.

Pasien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga dan pasien sekitar.

(58)

9. Pola seksual reproduksi

Keterangan Klien 1 Klien 2

Sebelum sakit Klien mengatakan

berhubungan sangat harmonis dengan keluarganya dan mempunyai anak laki-laki 1.

Klien mengatakan berhubungan sangat harmonis dengan keluarganya dan mempunyai anak perempuan 1. Selama sakit Klien mengatakan

berhubungan sangat harmonis dengan keluarganya dan mempunyai anak laki-laki 1.

Klien mengatakan berhubungan sangat harmonis dengan keluarganya dan mempunyai anak perempuan 1.

10. Pola mekanisme koping

Keterangan Klien 1 Klien 2

Sebelum sakit Klien mengatakan selalu sabar dalam menghadapi masalah dan selalu bercerita kepada keluarganya

Klien selalu menyelesaikan masalah dengan sabar

Selama sakit Klien mengatakan selalu bercerita saat ada masalah

Klien selalu menyelesaikan masalah dengan sabar

11. Pola nilai dan keyakinan

Keterangan Klien 1 Klien 2

Sebelum sakit Klien mengatakan semua keluarganya rutin menjalankan ibadah setiap hari.

Klien mengatakan bahwa semua anggota keluarga selalu rutin beribadah setiap hari.

Selama sakit Klien mengatakan walaupun kondisi seperti ini tetap selalu berdoa kepada Allah.

Klien mengatakan selalu berdoa lekas sembuh.

(59)

4. Pemeriksaan Fisik

PEMERIKSAAN FISIK Klien 1 Klien 2

1. Keadaan umum a. Kesadaran b. Tanda-tanda vital  Tekanan darah  Nadi - Frekuensi - Irama - Kekuatan  Pernafasan - Frekuensi - Irama  Suhu 2. Kepala  Bentuk kepala  Rambut 3. Mata a. Palpebra b. Konjungtiva c. Sclera d. Pulip e. Diameter ka/ki f. Reflek cahaya

g. Penggunaan alat bantu 4. Hidung 5. Mulut 6. Telinga 7. Leher 8. Dada a. Paru-paru Inspeksi palpasi perkusi auskultrasi composmentis 110/70 mmHg 84x/menit Teratur Kuat 20x/menit Teratur 38,5ºC mesochepal hitam bersih tidak udem tidak anemis tidsk ikterik isokor simetris +/+ Tidak ada

simetris, bersih, tidak terdapat polip, tidak ada secret, tidak ada gangguan penciuman simetris, mukosa bibir kering, lidah kotor, tidak ada nyeri telan bersih, tidak ada serumen, kesimetrisan telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada gangguan pendengaran tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

simetris kanan kiri vokal premitus kanan dan kiri sama sonor

vesikuler, tidak ada suara tambahan Composmentis 120/80mmHg 82x/menit Teratur Kuat 18x/menit Teratur 38,9ºC mesochepal

rambut hitam dan bersih tidak udem tidak anemis tidsk ikterik isokor simetris +/+ Tidak ada

simetris, bersih, tidak terdapat polip, tidak ada secret, tidak ada gangguan penciuman simetris, mukosa bibir kering, lidah kotor, tidak ada nyeri telan bersih, tidak ada serumen, kesimetrisan telinga simetris kanan dan kiri, tidak ada gangguan pendengaran tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

simetris kanan kiri vokal premitus kanan dan kiri sama sonor

vesikuler, tidak ada suara tambahan

(60)

b. Jantung Inspeksi palpasi perkusi auskultrasi 9. Abdomen Inspeksi auskultrasi perkusi palpasi 10. Genetalia 11. Anus 12. Ekstermitas 1. Atas a. kekuatan otot b. perubahan bentuk tulang c. ROM d. Capilary refile e. Perabaan akral 2. Bawah a. kekuatan otot b. perubahan bentuk tulang c. ROM d. Capilary refile e. Perabaan akral

ictus cordis tidak tampak

ictus cordis teraba di SIC V mid klavikula sinistra

pekak

bunyi jantung I dan II sama tidak ada suara tambahan

simetris, tidak ada jejas bising usus 12 kali permenit

kaudran 1 redup, 2,3,4 tympani

tidak ada nyeri tekan

tidak terpasang kateter, berjenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan pada genetalia

bersih, tidak ada hemoroid, tidak ada tonjolan pada anus

normal 5

tidak ada perubahan bentuk tulang aktif

kurang dari 2 detik hangat, tangan kanan terpasang infus normal 5

tidak ada perubahan bentuk tulang aktif

kurang dari 2 detik hangat

ictus cordis tidak tampak

ictus cordis teraba di SIC V mid klavikula sinistra

pekak

bunyi jantung I dan II sama tidak ada suara tambahan

simetris, tidak ada jejas bising usus 12 kali permenit

kaudran 1 redup, 2,3,4 tympani

tidak ada nyeri tekan

tidak terpasang kateter, berjenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan pada genetalia

bersih, tidak ada hemoroid, tidak ada tonjolan pada anus

normal 5

tidak ada perubahan bentuk tulang aktif

kurang dari 2 detik hangat, tangan kanan terpasang infus normal 5

tidak ada perubahan bentuk tulang aktif

kurang dari 2 detik hangat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa LDR, LAR, IPR, NPL, APB, IRR, ROA, PDN, ROA, ROE, dan NIM, secara bersamaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga atas ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan

Generally, as a beginner, to understand the meaning of sentence is not easy as to understand word by word.. entertain to make them easy to access the vocabulary. They need to

Given the expense and implications of some of the emissions abatement meas- ures, it is important for Indonesia to ensure that its climate change policy not be limited to

Penulis skripsi yang berjudul “Pencegahan Perundungan/ Bullying Sebagai Upaya Perlindungan Terhadap Hak-Hak Anak Dalam Masa Orientasi Sekolah di Kota Semarang (Studi Kasus

Allah SWT yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini, semoga skripsi dengan judul “ Implementasi Pembelajaran

[r]

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Tugas Akhir Program Diploma III Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.. Universitas Sebelas