Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN
BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK
MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Biologi
Oleh :
Mukhyati
1302781
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SEKOLAH PASCASARJANA
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS
REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI
LINGKUNGAN SISWA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing
Dr. Hj. Siti Sriyati, M. Si NIP. 19640928 198901 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL
PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
tersebut, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan kepada saya apabila di
kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.
Bandung, Agustus 2014
Yang membuat pernyataan
Mukhyati
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN
BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK
MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Oleh
Mukhyati
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar magister pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Biologi
@ Mukhyati 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK
MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Mukhyati
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa SMA. Desain penelitian yang digunakan Research & Development yang meliputi studi pendahuluan, perencanaan, pengembangan, validasi dan revisi. Uji coba terbatas dilakukan di satu sekolah pada 30 siswa kelas X dan uji coba skala luas dilakukan di tiga sekolah dengan melibatkan 92 siswa. Proses pengembangan bahan ajar mengikuti panduan pengembangan bahan ajar lingkungan menurut NAAEE dengan 6 karakteristik kunci bahan ajar berorientasi literasi lingkungan yang meliputi: fairness & accuracy, depth, emphasis on skill building, action orientation,
instructional soundness dan usability. Pengambilan data dilakukan melalui
observasi, dokumentasi, angket, dan tes. Untuk mengetahui kualitas bahan ajar dilakukan uji validasi ahli materi, ahli teknologi, pengguna, dan uji keterbacaan. Validasi kelayakan bahan ajar dari aspek materi dan kegrafikaan dilakukan dengan menggunakan angket validasi, sedangkan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dilakukan dengan tes keterbacaan uji rumpang (cloze test), sedangkan literasi lingkungan siswa diukur dengan instrument literasi lingkungan untuk siswa SMA. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan: 1) kualitas bahan ajar berdasarkan penilaian dari ahli materi dalam kategori layak dengan persentase 78.4%, penilaian ahli teknologi dalam kategori layak dengan persentase 75.0%, dan penilaian guru sebagai pengguna dalam kategori sangat baik dengan persentase 93.4%; 2) hasil tes uji rumpang menunjukkan bahan ajar perubahan lingkungan hasil pengembangan memiliki keterbacaan yang tinggi; 3) hasil implementasi bahan ajar dalam pembelajaran menunjukkan bahan ajar dapat meningkatkan kecakapan literasi lingkungan secara signifikan dengan kategori sedang. Produk yang dihasilkan telah dilakukan revisi sesuai saran dan masukan dari validator, hasil uji coba terbatas, dan uji coba skala luas.
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DEVELOPING TEACHING MATERIALS OF ENVIRONMENTAL CHANGE BASED ON LOCAL CONTEXT TO ENHANCE STUDENT’S
ENVIRONMENTAL LITERACY
Mukhyati
Abstract
This research was aimed to develop environmental teaching materials for senior high school based on local contexts of Bangka Island and environmental literacy. Research and Development design was used in this research with steps are: research and information collecting, planning, develop preliminary form of product, preliminary field testing, main product revision, & main field testing. The limited testing was conducted at one school by involving 30 students from year ten and testing of wide scale was conducted at three schools by involving 92 students. The teaching materials was developed follow the guidelines of developing environmental materials according to NAAEE. The six key characteristics of environmental materials which is environmental literacy oriented are: fairness & accuracy, depth, emphasis on skill building, action orientation, instructional soundness and usability. Data collections were conducted through observation, documentation, questionnaires, and test. Test validation by materials experts, technology experts, users, and readability test were conducted to ensure the quality of teaching materials. Feasibility of content and graphical aspects was measured through questionnaire; the readability test was conducted by using cloze test; and whereas the student’s environmental literacy was measured by secondary school environmental literacy instrument. Data were analyzed both qualitatively and quantitatively. The result showed: 1) the quality of teaching materials based on material experts validation was good categorized with a percentage of 78.4%, the technology experts validation was good categorized with a percentage of 75%, and the teacher validation, as a user, was excellent categorized with a percentage of 93.4%; 2) by using cloze test analysis, the teaching materials had a high readability; 3) the implementation of teaching material in learning process revealed that the student’s environmental literacy increased significantly in moderate categorized. The product has been revised based on advice and corrections from validators, the result of limited testing, and testing of wide scale.
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Pernyataan ... iii
Kata Pengantar ... iv
Ucapan Terima Kasih... v
Abstrak ... vii
Abstract ... viii
Daftar Isi ... ix
Daftar Tabel ... xi
Daftar Gambar... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Pertanyaan Penelitian ... 8
D. Batasan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar ... 11
B. Pengembangan Bahan Ajar... 17
C. Tinjauan Konsep Perubahan Lingkungan ... 24
D. Integrasi Realitas Lokal dalam Bahan Ajar ... 35
E. Literasi Lingkungan ... 37
F. Literasi Lingkungan dalam Kurikulum dan Buku Teks ... 41
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian ... 45
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45
C. Populasi dan Sampel ... 45
D. Definisi Istilah ... 46
E. Instrumen Penelitian ... 47
F. Teknik Analisis Data ... 50
G. Prosedur Penelitian dan Pengembangan Bahan Ajar ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Studi Pendahuluan ... 57
B. Pengembangan Bahan Ajar Perubahan Lingkungan ... 71
C. Validasi Bahan Ajar ... 81
D. Uji Keterbacaan Bahan Ajar ... 84
E. Implementasi Bahan Ajar ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 115
B. Saran ... 116
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komponen dan sub komponen literasi lingkungan... 38
Tabel 2.2 Aspek-aspek domain literasi lingkungan ... 40
Tabel 3.1 Target, instrumen, dan teknik pengumpulan data penelitian ... 47
Tabel 3.2 Kisi-kisi angket pengetahuan awal siswa ... 48
Tabel 3.3 Kisi-kisi tesliterasi lingkungan ... 49
Tabel 3.4 Metode yang digunakan untuk mentransformasi skor mentah hasil tes literasi lingkungan ... 50
Tabel 3.5 Kriteria pembuatan cloze test sebagai alat ukur ... 51
Tabel 4.1 Keterampilan kognitif awal siswa ... 62
Tabel 4.2 KI dan KD dalam kurikulum 2013 untuk materi perubahan lingkungan72 Tabel 4.3 Komponen-komponen literasi lingkungan yang dikembangkan dalam bahan ajar ... 73
Tabel 4.4 Hasil validasi bahan ajar oleh ahli materi dan ahli teknologi ... 82
Tabel 4.5 Penilaian kelayakan bahan ajar perubahan lingkungan oleh guru ... 83
Tabel 4.6 Rangkuman rata-rata keterbacaan masing-masing bagian bahan ajar perubahan lingkungan dengan uji rumpang sampel kecil ... 85
Tabel 4.7 Rangkuman rata-rata keterbacaan masing-masing bagian bahan ajar perubahan lingkungan dengan uji rumpang sampel besar ... 86
Tabel 4.8 Deskripsi data hasil uji normalitas pretes dan postes ... 89
Tabel 4.9 Deskripsi data hasil uji homogenitas pretes dan postes ... 90
Tabel 4.10 Hasil uji Paired Sample T-Test untuk pretes dan postes ... 90
Tabel 4.11 Rata-rata skor literasi lingkungan pretes, postes, dan N-gain ketiga sekolah ... 92
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Domain literasi lingkungan ... 39
Gambar 3.1 Prosedur penelitian dan pengembangan bahan ajar ... 56
Gambar 4.1 Pengetahuan awal siswa tentang isu lingkungan global ... 58
Gambar 4.2 Pengetahuan awal siswa tentang isu lingkungan lokal ... 59
Gambar 4.3 Pengetahuan awal siswa tentang isu lingkungan lokal akibat pertambangan timah ... 60
Gambar 4.4 Pengetahuan awal siswa tentang dampak isu lingkungan lokal akibat pertambangan timah ... 61
Gambar 4.5 Pendapat siswa tentang pihak yang bertanggung jawab mengatasi masalah lingkungan di Pulau Bangka ... 64
Gambar 4.6 Perilaku bertanggung jawab yang telah dilakukan siswa terhadap lingkungan ... 65
Gambar 4.7 Kerangka pengembangan bahan ajar perubahan lingkungan ... 75
Gambar 4.8 Perbandingan tingkat keterbacaan bahan ajar pada ketiga sekolah ... 87
Gambar 4.9 Rata-rata skor literasi lingkungan dan komponen-komponennya, pretes, postes, dan N gain pada seluruh siswa ketiga sekolah ... 91
Gambar 4.10 Rata-rata skor komponen literasi lingkungan pretes, postes, dan N-gain pada SMAN2 Pangkalpinang ... 93
Gambar 4.11 Rata-rata skor komponen literasi lingkungan pretes, postes, dan N-gain pada SMAN 1 Merawang ... 94
Gambar 4.12 Rata-rata skor komponen literasi lingkungan pretes, postes, dan N-gain pada SMAN 1 Sungailiat... 95
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.14 Perbandingan rerata pretes, postes, dan N-gain komponen
keterampilan kognitif pada ketiga sekolah ... 99
Gambar 4.15 Perbandingan rerata pretes, postes, dan N-gain komponen afektif
pada ketiga sekolah ... 102
Gambar 4.16 Perbandingan rerata pretes, postes, dan N-gain komponen
perilaku pada ketiga sekolah ... 105
Gambar 4.17 Perbandingan rerata pretes, postes, dan N-gain skor literasi
1
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan global saat ini sedang menghadapi sejumlah isu-isu sosial,
ekonomi, dan lingkungan akibat interaksi aktivitas manusia dengan ekosistem
global (NAAEE, 2011). The OECD Environmental Outlook to 2030
mengidentifikasi beberapa permasalahan yang menjadi tantangan utama bagi
lingkungan global yang meliputi perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman
hayati, ketersediaan air bersih dan sanitasi, serta penurunan kesehatan sebagai
dampak degradasi lingkungan (OECD, 2008).
Pertambahan jumlah penduduk bumi yang terus meningkat menjadi salah satu
penyebab terjadinya degradasi lingkungan. Jumlah penduduk bumi tahun 2011
mencapai 7 milyar dan diperkirakan akan meningkat menjadi 9 milyar pada tahun
2050 mendatang. Indonesia sendiri tercatat sebagai negara dengan jumlah
penduduk terbesar ke-4 di dunia. Tingginya populasi penduduk tersebut memicu
peningkatan kebutuhan akan makanan, air bersih, sumber energi, dan ruang untuk
tempat tinggal, yang mendorong dilakukannya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
tersebut. Aktivitas yang dilakukan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan inilah
yang akan berakibat pada penurunan kualitas lingkungan.
Kerusakan lingkungan terjadi baik di lingkungan lokal, nasional maupun
global dengan laju kerusakan yang terus meningkat baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Adanya kesadaran akan ancaman dan bahaya kerusakan lingkungan
tersebut telah menarik perhatian baik pada masyarakat global, nasional, maupun
lokal dan berupaya memberi tanggapan dalam mengatasi permasalahan lingkungan
yang ada. Salah satu upaya yang diakukan oleh masyarakat global adalah dengan
dicanangkannya pendidikan lingkungan yang dirintis oleh UNESCO pada tahun
1977. Dalam konferensi yang dihadiri 265 delegasi dan 65 observer dari berbagai
negara tersebut dihasilkan Deklarasi Tbilisi yang salah satunya mengamanatkan
2
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jenjang pendidikan baik formal maupun nonformal. Sejak saat itulah pendidikan
lingkungan mulai diintegrasikan ke dalam kurikulum-kurikulum sekolah.
Pendidikan lingkungan bertujuan untuk mengembangkan populasi dunia yang
menyadari dan peduli akan lingkungan dan permasalahan-permasalahannya,
mengembangkan populasi dunia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap,
motivasi, dan komitmen untuk bekerja baik secara individu maupun kolektif
menuju solusi dari permasalahan-permasalahan lingkungan tersebut beserta upaya
pencegahannya. Pendidikan lingkungan juga dimaksudkan untuk membentuk
manusia-manusia yang memiliki kecakapan literasi lingkungan yaitu manusia yang
mengetahui apa yang akan dilakukannya terhadap lingkungan serta mengetahui
bagaimana cara melakukannya (NAAEE, 2008).
Mengembangkan literasi lingkungan merupakan tantangan besar bagi sistem
pendidikan di Indonesia. Berdasarkan hasil kajian tentang perilaku masyarakat
peduli lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2012 diperoleh hasil
nilai Indeks Perubahan Peduli Lingkungan (IPPL) dari 12 propinsi yang disurvey
hanya sekitar 0,57 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku peduli
lingkungan yang merupakan salah satu komponen literasi lingkungan pada sebagian
besar masyarakat di Indonesia masih rendah.
Rendahnya literasi lingkungan juga terjadi di kalangan siswa. Hasil PISA
2006 mendudukkan Indonesia pada peringkat ke 52 (peringkat ke-6 terbawah) baik
untuk sains lingkungan maupun geosains dari 57 negara yang berpartisipasi pada
kegiatan tersebut. Persentase tingkat kecakapan siswa Indonesia untuk sains
lingkungan menunjukkan sebanyak 35.8% berada di bawah level D, 34.5% pada
level D, 16.8% pada level C, 8.9% pada level B, dan hanya 4% yang berada pada
level A (OECD, 2009). Analisis hasil PISA 2006 yang dilakukan oleh OECD
menunjukkan bahwa kesadaran siswa terhadap isu-isu lingkungan sejalan dengan
tingkat pengetahuan dan kecakapan literasi sains lingkungannya. Siswa yang lebih
mengenal fenomena lingkungan yang kompleks ternyata memiliki kecakapan yang
tinggi pada literasi sains lingkungannya. Memperbaiki kecakapan literasi
3
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat memecahkan isu-isu lingkungan, karena hanya orang-orang yang melek
lingkungan sajalah yang dapat menemukan solusi terhadap
permasalah-permasalahan tersebut (NAAEE, 2011).
Indonesia sendiri telah memiliki program pendidikan lingkungan hidup yang
pelaksanaannya didasarkan pada keputusan bersama antara Menteri Lingkungan
Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional pada tahun 2010. Pendidikan
lingkungan pada dasarnya dapat diimplementasikan melalui pembelajaran biologi.
Dalam Kurikulum 2013 di tingkat SMA, materi tentang lingkungan tercakup pada
KD 3.10 yaitu menganalisis data perubahan lingkungan dan dampak dari perubahan
perubahan tersebut bagi kehidupan, dan KD 4.10 memecahkan masalah lingkungan
dengan membuat desain produk daur ulang limbah dan upaya pelestarian
lingkungan. Sementara dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga
dicantumkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran biologi untuk jenjang SMA/MA
adalah untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta siswa dalam menjaga
kelestarian lingkungan (Permendiknas, 2006). Adapun ruang lingkup materi biologi
lingkungan dalam KTSP tercakup dalam Standar Kompetensi (SK) ke-4 untuk
kelas X SMA/MA, yaitu menganalisis hubungan antara komponen ekosistem,
perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan
ekosistem, yang dijabarkan dalam empat Kompetensi Dasar (KD).
Salah satu strategi yang dapat digunakan sekolah untuk menumbuhkan
literasi lingkungan di kalangan siswa adalah dengan melaksanakan pembelajaran
biologi yang kontekstual dan berbasis konteks lokal (Apriana, 2012b).
Pembelajaran tersebut harus melibatkan siswa secara aktif dan menggunakan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar (Ramadoss & Moli, 2011). Aspek
kontekstualitas sangat diperlukan dalam pembelajaran tentang lingkungan,
mengingat lingkup persoalan lingkungan sangat berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari yang tidak hanya melibatkan pengetahuan, tetapi juga memerlukan sikap dan
keterampilan untuk menyikapi dan menyelesaikan masalah lingkungan yang ada.
Mengangkat konteks lokal dalam pembelajaran akan meningkatkan pemahaman
4
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
alam serta dapat memperkaya materi pembelajaran (Djulia, 2005). Pemanfaatan
konteks lokal dalam pembelajaran juga dapat meningkatkan kepedulian masyarakat
akan arti penting pelestarian lingkungan (Armesto et al., 2001; Rao et al., 2003).
Dengan demikian, pembelajaran tentang lingkungan hendaknya dirancang dan
diimplementasikan melalui strategi yang dapat memenuhi kebutuhan
kontekstualitas tersebut sehingga siswa dapat berhadapan dengan masalah nyata
yang ada di lingkungannya untuk mendukung pembentukan pengetahuan, nilai,
sikap, serta keterampilan dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah
(Subiantoro et al., 2013).
Mempelajari konteks lokal dalam pembelajaran juga selaras dengan salah satu
prinsip dalam pengembangan kurikulum 2013, yang menyatakan bahwa kurikulum
harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh memisahkan
siswa dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip
relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidupnya. Artinya,
kurikulum memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari permasalahan
di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum dan kesempatan untuk
mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di masyarakat
(Kemendikbud, 2012). Selain itu, pembelajaran yang dilakukan dengan berorientasi
pada realitas lokal juga dapat mengembangkan KI yang dituntut oleh kurikulum
2013, baik pengembangan KI 1 (kompetensi spiritual atau religi), KI 2 (kompetensi
sosial), KI 3 (kompetensi keilmuan), maupun KI 4 (kompetensi keterampilan).
Salah satunya ditunjukkan oleh hasil penelitian Leksono (2014) bahwa penerapan
pembelajaran biologi konservasi berbasis realitas lokal dapat mengembangkan
semua Kompetensi Inti yang dituntut oleh kurikulum 2013 tersebut.
Pembelajaran berbasis konteks lokal yang berorientasi pada peningkatan
literasi lingkungan perlu ditunjang oleh penggunaan bahan ajar yang sesuai.
Pemakaian bahan ajar seperti buku teks yang seragam menyebabkan konteks
kelokalan tidak tersampaikan dalam pembelajaran di sekolah. Buku teks harus
bersifat inovatif dan memberi celah bagi guru untuk berinovasi dalam memasukkan
5
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
standar yang ditetapkan dengan nuansa lokal (Leksono, 2014). Agar bahan ajar
dapat mengakomodasi konteks lokal, maka bahan ajar yang dikembangkan berbasis
pada lingkungan sekitar yang melibatkan dan menggunakan lingkungan sebagai
sumber dan media belajar. Bahan ajar berbasis lingkungan akan menyajikan
contoh-contoh, baik contoh benda maupun penerapan konsep serta melibatkan
lingkungan sekitar dalam uraian materi, objek pengamatan, dan sumber data secara
optimal (Sukarno, 2015).
Pengembangan bahan ajar dengan mengangkat konteks lokal sangat
diperlukan agar bahan ajar sesuai dengan karakteristik sasaran. Bahan ajar yang
dikembangkan dalam skala umum seringkali kurang cocok untuk siswa tertentu.
Terdapat sejumlah alasan ketidakcocokan misalnya lingkungan sosial, geografis,
dan budaya. Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis, karakteristik sasaran
juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal yang telah
dikuasai, minat, dan latar belakang keluarga. Untuk itu, maka bahan ajar yang
dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran
(Depdiknas, 2010).
Achyani (2010) merekomendasikan untuk menjadikan kepedulian terhadap
lingkungan sebagai target dalam pencapaian pembelajaran biologi, sehingga guru
perlu mengidentifikasi dan merancang konsep-konsep biologi yang potensial serta
mengaitkannya dengan masalah-masalah lokal dalam pengembangan bahan ajar.
Sejalan dengan Achyani, Subiantoro & Handziko (2011) berpendapat bahwa
konteks lokal sangat perlu untuk diangkat dalam bahan ajar dan digunakan dalam
pembelajaran biologi di sekolah. Selama ini upaya pemanfaatan atau pemberdayaan
beragam obyek dan persoalan nyata yang ada di lingkungan dan masyarakat sebagai
alternatif bahan ajar di lingkungan sekolah belum banyak dilakukan. Kontribusi
bahan ajar dalam membantu guru biologi dalam mengungkap dan memberikan
fakta-fakta dan persoalan biologi selama proses pembelajaran harus dimaksimalkan.
Bharucha (2004) menegaskan bahwa permasalahan lingkungan yang diangkat
dalam buku teks semestinya dilakukan dengan mengaitkan antara proses pendidikan
6
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikembangkan semestinya berorientasi pada perubahan perilaku individu agar
memiliki gaya hidup berkelanjutan, sehingga diperlukan proses dari pemahaman
pengetahuan menuju upaya untuk menumbuhkan kesadaran, yang diperlukan untuk
menumbuhkan kepedulian dan membentuk perilaku pro-lingkungan (Bharucha,
2004).
Pulau Bangka yang merupakan salah satu propinsi kepulauan di Indonesia
memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri, baik dari segi keanekaragaman hayati,
kekayaan sumber daya alam, kekayaan budaya maupun lingkungan fisiknya. Pulau
Bangka merupakan bagian dari Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki luas
wilayah 81.752,14 km2, terdiri dari wilayah daratan kurang lebih 16.424,14 km2
atau 20,10% serta wilayah lautan seluas 65.301 km2 dengan panjang pantai 1.200
km, dan diperkirakan 20% dari luas perairan tersebut merupakan perairan karang
(Bapeda, 2014).
Kepulauan Bangka Belitung memiliki potensi sumber daya alam yang luar
biasa khususnya timah yang tersebar di hampir seluruh wilayahnya. Bahkan 40%
lebih produk timah di Asia Tenggara berasal dari Kepulauan Bangka Belitung dan
menjadikan Indonesia sebagai eksportir timah terbesar di dunia. Deposit timah
terbesar ada di Pulau Bangka yang sekaligus merupakan pulau penghasil timah
terbesar di Indonesia (BPK, 2007). Selain kekayaan SDA non hayati berupa timah,
Pulau Bangka juga dikaruniai kekayaan SDA hayati yang melimpah.
Keanekaragaman hayati yang memberikan manfaat sangat besar bagi masyarakat,
diantaranya tersedia di ekosistem hutan, ekosistem laut, dan ekosistem pesisir
seperti mangrove, dan terumbu karang.
Aktivitas pertambangan timah yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan
dan warga masyarakat, berdampak negatif terhadap lingkungan. Kerusakan
lingkungan yang sangat nyata adalah terbentuknya lubang-lubang bekas tambang
yang dikenal dengan kolong bekas tambang yang jumlahnya mencapai ribuan
kolong di seluruh wilayah Pulau Bangka dan Belitung. Luas lahan kritis dari lahan
7
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kerusakan habitat alami berbagai jenis organisme seperti ekosistem hutan, laut,
mangrove, dan terumbu karang semakin mengancam kekayaan keanekaragaman
hayati yang ada di wilayah Pulau Bangka. Padahal kekayaan SDA dan
keanekaragaman hayati di Pulau Bangka memberi sumbangan yang sangat berharga
baik dari segi sosial, ekonomi, maupun ekologi bagi masyarakat Pulau Bangka
sendiri, penduduk Indonesia, dan masyarakat global.
Perubahan lingkungan yang terjadi di wilayah Pulau Bangka sangat
mempengaruhi keseimbangan dan daya dukung lingkungan. Meningkatnya iklim
lokal, kekeringan, berkurangnya air bersih, mewabahnya penyakit malaria,
merupakan beberapa permasalahan yang sudah dirasakan oleh masyarakat Pulau
Bangka hingga saat ini. Sementara pencemaran air dan tanah, kerusakan hutan,
kerusakan mangrove, kerusakan terumbu karang, dan hilangnya keanekaragaman
hayati, semuanya terjadi dengan laju yang semakin menghawatirkan.
Kerusakan lingkungan baik yang ada di kawasan darat maupun perairan di
Pulau Bangka perlu menjadi perhatian bagi seluruh warga yang ada di Pulau
Bangka, termasuk kalangan siswa. Kekayaan dan kondisi lingkungan fisik juga
sangat perlu dijaga kelestariannya. Untuk itu realitas lokal yang ada di Pulau
Bangka beserta permasalahan-permasalahan lingkungan yang terjadi sangat perlu
untuk diangkat dalam pembelajaran di sekolah, yang salah satu caranya adalah
dengan mengintegrasikannya ke dalam bahan ajar agar siswa lebih memahami
kondisi riil yang ada di lingkungannya serta menumbuhkan sikap peduli terhadap
lingkungan.
Hasil identifikasi pengetahuan awal siswa SMA di Pulau Bangka tentang
isu-isu lingkungan lokal terungkap sebanyak 68% siswa mengetahui bahwa isu-isu
lingkungan yang ditemukan di Pulau Bangka adalah kerusakan lingkungan akibat
pertambangan timah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyadari
bahwa di daerahnya telah terjadi permasalahan lingkungan yang serius akibat
pertambangan, serta permasalahan yang ditemukan berbeda dengan yang terjadi di
daerah lain. Sementara fakta hasil pengamatan di lapangan menunjukkan buku
8
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bangka cenderung seragam dan berskala nasional serta tidak berorientasi pada
konteks lokal. Hasil identifikasi terhadap beberapa RPP yang disusun oleh guru
biologi di Pulau Bangka juga menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran
biologi konsep perubahan lingkungan tidak dijumpai adanya upaya mengaitkan
materi perubahan lingkungan dengan konteks lokal yang ada di Pulau Bangka.
Contoh-contoh kasus pencemaran yang diangkat justru diambil dari daerah lain
seperti pencemaran Sungai Citarum, Jawa Barat, pencemaran merkuri di Pantai
Banyuwangi, banjir di Jakarta, dll. Padahal kerusakan lingkungan di Pulau Bangka
sangat penting untuk diangkat dalam pembelajaran, mengingat kondisi kerusakan
lingkungan sudah sangat parah terutama akibat kegiatan pertambangan timah yang
kurang berwawasan lingkungan.
Penggunaan contoh-contoh fakta yang terdapat di lingkungan sekitar siswa
akan mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep. Sebaliknya,
penggunaan contoh-contoh fakta yang tidak diketahui oleh siswa sebelumnya justru
akan lebih sulit dipahami oleh siswa dari pada fakta yang sudah diketahui siswa
sebelumnya, maka guru harus mengaitkan konsep-konsep dengan fakta-fakta yang
terdapat disekitar siswa sesuai prinsip pembelajaran bermakna (meaningful
learning) (Achyani, 2010).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penting untuk dilakukan pengembangan
bahan ajar yang kontekstual yang mengangkat permasalahan lingkungan lokal
Pulau Bangka serta mengakomodasi keanekaragaman fakta yang terdapat di
lingkungan lokal Pulau Bangka tersebut. Selain itu, pengembangan bahan ajar
dengan mengangkat realitas lokal Pulau Bangka juga diperlukan untuk membekali
siswa-siswa terutama yang ada di Pulau Bangka dalam menguasai kecakapan
literasi lingkungan sehingga dapat membentuk siswa-siswa yang memiliki
kesadaran, sikap, dan tindakan yang pro-lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan maka rumusan masalah
9
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk meningkatkan literasi lingkungan
siswa?
C. Pertanyaan Penelitian
Rumusan masalah di atas dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan isi bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas
lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa?
2. Bagaimana kelayakan aspek kegrafikaan bahan ajar perubahan lingkungan
berbasis realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk meningkatkan literasi
lingkungan siswa?
3. Bagaimana tingkat keterbacaan bahan ajar perubahan lingkungan berbasis
realitas lokal Pulau Bangka?
4. Bagaimana kontribusi bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal
Pulau Bangka yang dikembangkan dalam meningkatkan literasi lingkungan
siswa?
D. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus dan tidak meluas, maka cakupan yang menjadi ruang
lingkup pada penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Bahan ajar yang dikembangkan meliputi materi perubahan lingkungan yang
dipelajari di kelas X SMA yang berbasis pada realitas lokal Pulau Bangka yaitu
perubahan lingkungan akibat pertambangan timah di Pulau Bangka dan
berorientasi pada komponen-komponen literasi lingkungan.
2. Realitas lokal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah realitas lokal Pulau
Bangka yang meliputi lingkungan biofisik dan permasalahan-permasalahan
lingkungan di Pulau Bangka akibat adanya aktivitas pertambangan timah.
3. Komponen literasi lingkungan dalam penelitian ini mengacu pada framework
literasi lingkungan menurut NAAEE (2011) yang terdiri atas empat komponen
yaitu: pengetahuan (kognitif), disposisi (afektif), keterampilan kognitif, dan
perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan. Namun tidak semua sub
10
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
subkomponen literasi lingkungan yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu
meliputi: (1) komponen pengetahuan (kognitif): pengetahuan tentang sistem fisik
dan ekologis, pengetahuan tentang isu-isu lingkungan, (2) komponen disposisi
(afektif): sensitivitas lingkungan, sikap terhadap lingkungan, locus of control,
motivasi dan niat untuk bertindak, (3) komponen kompetensi (keterampilan
kognitif): mengidentifikasi isu-isu lingkungan, menganalisis isu-isu lingkungan,
membuat rencana penyelidikan isu-isu lingkungan, dan (4) komponen perilaku
bertanggung jawab: eco-management, persuasi, dan aksi konsumen.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar
perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk
meningkatkan literasi lingkungan siswa. Adapun tujuan khususnya adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengidentifikasi kelayakan isi bahan ajar perubahan lingkungan berbasis
realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk meningkatkan literasi lingkungan
siswa.
2. Untuk mengidentifikasi kelayakan aspek kegrafikaan bahan ajar perubahan
lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka yang sesuai untuk
meningkatkan literasi lingkungan siswa.
3. Untuk mengidentifikasi tingkat keterbacaan bahan ajar perubahan lingkungan
berbasis realitas lokal Pulau Bangka.
4. Untuk mengidentifikasi kontribusi bahan ajar perubahan lingkungan berbasis
realitas lokal Pulau Bangka dalam meningkatkan literasi lingkungan siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermantaaf bagi:
1. Guru
a. Memberikan kemudahan bagi guru-guru biologi di sekolah menengah
11
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang mengintegrasikan realitas lokal untuk meningkatkan literasi
lingkungan siswa.
b. Memberi sumbangan bagi guru-guru sekolah menengah di Pulau Bangka
dalam mengembangkan bahan ajar yang didasarkan pada realitas lokal.
2. Siswa
a. Membantu siswa khususnya siswa yang berdomisili di Pulau Bangka untuk
lebih mengenal dan peduli terhadap permasalahan-permasalahan lingkungan
yang ada di sekitarnya.
45
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan strategi penelitian Research and Development
dari Borg & Gall (1989) dan dilakukan dengan metode weak experiment. Desain
yang digunakan adalah one group pretest-posttest design. Desain ini menggunakan
satu kelompok eksperimen yang dikenai perlakuan pretes dan postes.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diawali dengan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan
November 2014 – Januari 2015. Studi pendahuluan dimaksudkan untuk
mengumpulkan data-data awal tentang pengetahuan awal siswa serta data-data
tentang perubahan lingkungan yang ada di Pulau Bangka. Pengumpulan data awal
tentang pengetahuan awal siswa dilakukan pada tiga sekolah, sedangkan data awal
tentang realitas lokal yang berkaitan dengan perubahan lingkungan lokal yang ada di
Pulau Bangka dilakukan dengan observasi langsung ke lingkungan yang ada di
wilayah Pulau Bangka dan melalui studi literatur dari buku dan jurnal penelitian.
Pengembangan bahan ajar dilakukan pada bulan Februari – April 2015,
selanjutnya dilakukan uji coba terbatas dan implementasi pada bulan April – Mei
2015. Pelaksanaan uji coba terbatas dilakukan di SMAN 2 Pangkalpinang dan
implementasi dilkukan di tiga sekolah yaitu SMAN 2 Pangkalpinang, SMAN 1
Merawang, dan SMAN 1 Sungailiat.
C. Populasi dan sampel
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA. Populasi untuk uji
coba terbatas penggunaan bahan ajar adalah siswa kelas X SMA 2 Pangkalpinang
dan implementasi bahan ajar dilakukan terhadap siswa-siswa kelas X SMA pada tiga
46
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pangkalpinang, SMA Negeri I Merawang, dan SMA Negeri 1 Sungailiat yang ada di
Kabupaten Bangka, Tahun Pelajaran 2014/2015.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dimana
sampel yang dipilih didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti
lokasi sekolah. Masing-masing sekolah dipilih dua kelas X untuk sampel. Satu kelas
digunakan untuk uji keterbacaan bahan ajar dan satu kelas yang lain digunakan
untuk implementasi bahan ajar dalam pembelajaran. Pemilihan sekolah dilakukan
atas dasar lokasi sekolah yaitu sekolah yang berlokasi di daerah perkotaan,
pertengahan dan pinggiran.
D. Definisi Istilah
1. Pengembangan bahan ajar perubahan lingkungan yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar pada konsep perubahan
lingkungan yang dipelajari di kelas X SMA. Pengembangan bahan ajar
dilakukan dengan mengintegrasikan realitas lokal Pulau Bangka ke dalam
konsep perubahan lingkungan dan berorientasi pada komponen-komponen
literasi lingkungan untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa.
2. Realitas lokal merupakan semua kondisi dan kehidupan nyata serta fenomena
yang ada di lingkungan sekitar (tempat hidup) siswa yang disusun secara
sistematis yang didalamnya termasuk lingkungan fisik, sosial, pemahaman,
keyakinan, dan wawasan lokal siswa (Achyani, 2010). Realitas lokal yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah realitas lokal yang ada di Pulau Bangka
yang meliputi lingkungan biofisik dan permasalahan-permasalahan lingkungan
yang ada di Pulau Bangka akibat aktivitas pertambangan timah.
1. Literasi lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan
pemahaman individu terhadap konsep dan prinsip-prinsip yang terjadi di
lingkungan. Melalui pemahaman tentang konsep dan prinsip-prinsip tersebut
individu mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan berperan
aktif dalam mengatasi kerusakan lingkungan baik secara individu maupun
47
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
komponen yaitu: pengetahuan (kognitif), disposisi (afektif), kompetensi
(keterampilan kognitif), dan perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan
(NAAEE, 2011). Beberapa subkomponen literasi lingkungan yang akan diukur
dalam penelitian ini yaitu meliputi: (1) komponen pengetahuan (kognitif):
pengetahuan tentang sistem fisik dan ekologis, pengetahuan tentang isu-isu
lingkungan, (2) komponen disposisi (afektif): sensitivitas lingkungan, sikap
terhadap lingkungan, locus of control, motivasi dan niat untuk bertindak, (3)
komponen kompetensi (keterampilan kognitif): mengidentifikasi isu-isu
lingkungan, menganalisis isu-isu lingkungan, membuat rencana penyelidikan
isu-isu lingkungan, dan (4) komponen perilaku bertanggung jawab:
eco-management, persuasi, dan aksi konsumen.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data-data selama
penelitian berlangsung tertuang dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Target, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian.
Target Metode/Teknik Pengumpulan Data
Instrumen Sumber Data
Pengetahuan awal Lembar isian Lembar isian terbuka Siswa
Realitas lokal Pulau Bangka
Observasi & studi literatur
Catatan lapangan Lingkungan di Pulau Bangka dan sumber
Tanggapan ahli Angket tanggapan ahli Ahli materi dan teknologi Literasi lingkungan Pretes dan Postes Tes literasi lingkungan Siswa
Tanggapan Siswa dan Guru
Angket Rubrik Siswa dan guru
48
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Studi pendahuluan dilakukan untuk menggali pengetahuan awal siswa
tentang isu-isu lingkungan dan keterampilan kognitif dasar dengan menggunakan
lembar isian terbuka. Pengetahuan siswa tentang isu-isu lingkungan meliputi:
pengetahuan tentang isu lingkungan global, pengetahuan tentang isu lingkungan
lokal, pengetahuan tentang masalah lingkungan akibat pertambangan timah,
pengetahuan tentang dampak masalah lingkungan akibat pertambangan timah,
serta partisipasi warga dan tindakan pelestarian lingkungan. Keterampilan
kognitif dasar yang digali meliputi keterampilan merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, menentukan variabel penelitian, dan menentukan
parameter penelitian. Kisi-kisi angket untuk menggali pengetahuan awal siswa
tentang beberapa aspek literasi lingkungan tertuang dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi angket pengetahuan awal siswa
Komponen Literasi Lingkungan (umum)
Komponen Spesifik Aspek yang ditanyakan No Soal A. Pengetahuan Pengetahuan Ekologi Pengetahuan tentang isu-isu
lingkungan
1-4 B. Afektif tentang
Lingkungan
Komitmen Verbal. Sikap
locus of control D. Perilaku Komitmen Nyata
(Tindakan Pro-lingkungan)
Perilaku bertanggung jawab 6b
2. Tes Literasi Lingkungan.
Kecakapan literasi lingkungan siswa diukur dengan menggunakan tes
literasi lingkungan yang diadaptasi dari Middle School Environmental Literacy
Instrument/Survey (MSELS) yang dikembangkan oleh National Environmental
Literacy Assessment (NELA) (2008). Tes Literasi lingkungan mencakup empat
domain yaitu domain kognitif, domain keterampilan kognitif, domain afektif, dan
49
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lingkungan yang diukur meliputi; komponen pengetahuan ekologi, sikap dan
peduli terhadap lingkungan, keterampilan dalam memecahkan masalah
lingkungan, serta perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Pengembangan instrumen tes literasi lingkungan dilakukan dengan
mengadaptasi soal tes Middle Schools Environmental Literacy Survey/Instrument
(MSELS/I) yang digunakan oleh NELA (2008) dan menyesuaikannya dengan
konteks lokal Pulau Bangka. Adapun kisi-kisi tes literasi lingkungan dituangkan
pada Tabel 3.3.
Meskipun MSELS telah teruji baik validitas konstruk maupun
reliabilitasnya seperti yang telah diteliti oleh McBeth & Volk (2010), serta telah
menjadi rujukan asesmen atau evaluasi standar untuk tes literasi lingkungan di
beberapa negara, namun tes literasi lingkungan yang digunakan dalam penelitian
ini tetap diuji validasinya mengingat dilakukannya perubahan, penambahan, dan
penyesuaian soal tes tersebut dengan realitas lokal di Pulau Bangka. Analisis
indeks kesukaran, validitas, dan reliabilitas instrumen literasi lingkungan
dilakukan menggunakan Anatest dan SPSS 16. Hasil validasi instrumen literasi
lingkungan dapat dilihat pada Lampiran C.1. Kisi-kisi tes literasi lingkungan
tersaji pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kisi-kisi tes literasi lingkungan
Komponen Literasi
D.Perilaku Komitmen Nyata (Tindakan Pro-lingkungan)
50
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Transformasi skor mentah hasil tes literasi lingkungan beserta
masing-masing komponennya baik pretes maupun postes dilakukan dengan metode yang
merujuk pada metode transformasi yang digunakan oleh NELA (2008) dalam
mentransformasi skor mentah hasil tes literasi lingkungan siswa dengan
menggunakan MSELS/I. Metode transformasi tersebut secara lengkap tersaji
51
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4. Metode yang digunakan untuk mentransformasi skor mentah hasil tes literasi lingkungan. D. Perilaku Komitmen Nyata
(Tindakan Pro-lingkungan)
59-73 15 15-75 0.8 60
TOTAL 73 40-227 240
Keterangan range skor dan kategori untuk tiap komponen:
- Pengetahuan : Range = 0 – 60, Rendah = 0 – 20, Sedang = 21 – 40, Tinggi = 41 -60.
1. Analisis Keterbacaan Bahan Ajar
Analisis keterbacaan bahan ajar yang dilakukan dengan menggunakan uji
rumpang (cloze test). Uji ini dilakukan dengan cara menghilangkan bagian kata dari
kalimat yang ada dalam sebuah badan teks. Perumpangan kata dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu secara sistematis atau secara acak (Suhadi, 1996).
Kriteria pembuatan tes cloze mengikuti prosedur konstruksi wacana untuk uji
rumpang. Taylor (Sulistyorini, 2006) sebagai pengembang teknik ini
mengemukakan sebuah prosedur yang baku untuk sebuah konstruksi wacana
rumpang. Prosedur tersebut meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memilih suatu wacana yang relatif sempurna, yakni wacana yang tidak
52
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Melakukan penghilangan atau pelesapan setiap kata ke-n tanpa memperhatikan
arti dan fungsi kata yang dihilangkan atau dilesapkan tersebut.
c. Mengganti bagian-bagian yang dihilangkan dengan tanda-tanda tertentu,
misalnya dengan garis mendatar (---).
d. Memberi salinan dari semua bagian yang direproduksi kepada siswa atau peserta
tes.
e. Mengingatkan siswa untuk berusaha mengisi semua lesapan dengan jalan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap wacana, memperhatikan konteks
wacana, atau memperhatikan kata-kata sisanya.
f. Menyediakan waktu yang relatif cukup untuk memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyelesaikan tugasnya.
Adapun kriteria pembuatan tes cloze sebagai alat ukur disajikan pada Tabel
3.5.
Tabel 3.5. Kriteria pembuatan cloze test sebagai alat ukur
Karakteristik Sebagai alat ukur
Panjang wacana Antara 250-350 kata dari wacana terpilih
Delisi atau lepasan Setiap kata ke-n yang dilepaskan secara sistematis dan konsisten.
Evaluasi Jawaban berupa kata yang persis dan sesuai dengan kunci/teks aslinya ’exact words’
(Taylor dalam Sulistyorini, 2006).
Tingkat Keterbacaan (TK) dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
� = SS ya a u � %
Dimana:
Skor yang diperoleh = jumlah jawaban yang benar dari responden
53
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun kategori Tingkat Keterbacaan bahan ajar menurut Suhadi
(1996).adalah:
TK > 57% = tinggi
44% < TK < 57% = sedang
TK < 44% = rendah
2. Analisis Kelayakan Isi Bahan Ajar
Kelayakan isi bahan ajar dilihat dari hasil angket tanggapan yang
diberikan oleh para ahli. Kelayakan bahan ajar akan dinilai berdasarkan kriteria
penilaian dari BSNP dengan melihat profil dari kedua komponen dengan aturan
penetapan status sebagai berikut.
a. Layak.
Bahan ajar dinyatakan layak berdasarkan profil hasil penilaian dari seluruh
aspek pada kedua komponen penilaian kelayakan, yaitu konten materi dan
kegrafikaan, yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Komponen kelayakan isi mempunyai rata-rata skor minimal 2,75 pada
setiap subkomponennya.
2) Komponen kebahasaan, penyajian, dan kegrafikaan mempunyai rata-rata
skor komposit lebih besar dari 2,50 pada setiap subkomponennya.
b. Layak dengan perbaikan
Bahan ajar dinyatakan layak dengan perbaikan apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut:
Komponen isi, kebahasaan, penyajian dan kegrafikaan mempunyai rata-rata
skor komposit kurang dari, atau sama dengan 2.50 dengan persentase kurang
dari 30% pada setiap subkomponennya.
c. Tidak layak
Bahan ajar dinyatakan tidak layak apabila subkomponen mempunyai rata-rata
54
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun hasil validasi yang dilakukan oleh guru biologi didasarkan pada
kategori tingkat kelayakan bahan ajar yang digunakan oleh Achyani (2010)
dengan ketentuan:
a. Penilaian dalam bentuk skor kualitatif yang terbagi dalam empat tingkatan,
yaitu; Sangat Baik (SB), Baik(B), Kurang (K), dan Sangat Kurang (SK).
b. Bila skor dikonversi menggunakan angka maka SB=4, B=3, K=2, dan SK=1.
Sehingga dari jumlah keseluruhan 24 item diperoleh skor maksimum yang
mungkin adalah 4 x 24 = 96.
c. Perolehan skor dihitung dengan rumus:
� =Skor yang diperolehSkor maksimum � %
d. Hasil perhitungan berupa persentase kemudian dikelompokkan berdasarkan
kriteria interpretasi skor dari Riduwan dan Akdon (2008) sebagai berikut:
0% - 20% = Sangat Lemah
21% – 40% = Lemah
41% - 60% = Cukup
61% - 80% = Kuat
81% - 100% = Sangat Kuat
3. Analisis Kemampuan Literasi Lingkungan Siswa
Kemampuan literasi lingkungan siswa yang berupa hasil pretest dan
posttest dianalisis menggunakan uji statistik Normalized gain (N-gain) dengan
rumus sebagai berikut.
� − ��� = �� −− ��
Dimana:
55
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Spre = skor pretest
Spost = skor posttest
Smaks = skor maksimum ideal
Adapun kategori perolehan skor adalah : tinggi: N-gain > 0,7, sedang: 0,3
> N-gain > 0,7, dan rendah: N-gain < 0,3 (Hake, 1999).
G. Prosedur Penelitian dan Pengembangan Bahan ajar
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti tahap-tahap desain
Research & Development dari Borg & Gall (1989) yang dibatasi sampai tahap ke-6,
meliputi studi pendahuluan (research and information collecting), perencanaan
(planning), pengembangan (develop preliminary form of product), validasi dan
revisi (preliminary field testing, main product revision, & main field testing).
Masing-masing langkah dijelaskan sebagai berikut.
1. Studi pendahuluan (research and information collecting)
Studi pendahuluan yang dilakukan terdiri atas studi kepustakaan dan
survey lapangan serta studi kecakapan awal literasi lingkungan siswa pada
beberapa komponen. Studi kepustakaan meliputi studi literatur dan studi tentang
hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Studi literatur yang dilakukan meliputi studi tentang penelitian yang relevan,
identifikasi bahan ajar yang ada dan selama ini digunakan tentang konsep
perubahan lingkungan pada buku teks Biologi kelas X SMA, serta studi tentang
kecakapan awal siswa pada beberapa komponen literasi lingkungan. Sedangkan
studi tentang hasil penelitian dilakukan melalui kajian tentang hasil penelitian
yang berhubungan dengan upaya peningkatan literasi lingkungan, pengembangan
bahan ajar berbasis konteks lokal. Studi literature juga dilakukan terhadap
literature yang yang berhubungan dengan realitas lokal Pulau Bangka untuk
56
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Studi pendahuluan melalui survey lapangan ditujukan untuk mengetahui
kondisi obyektif yang ada di lapangan berkaitan dengan realitas lokal Pulau
Bangka yang dapat diintegrasikan dalam bahan ajar yang dikembangkan.
2. Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan meliputi pemilihan konsep yang akan dikembangkan
sebagai materi bahan ajar, identifikasi komponen-komponen literasi lingkungan
dan model pengintegrasiannya, serta identifikasi realitas lokal Pulau Bangka
yang sesuai dengan konsep perubahan lingkungan yang akan dikembangkan
dalam bahan ajar. Tahapan ini juga termasuk penyusunan instrumen untuk
mengukur literasi lingkungan siswa melaui adaptasi instrumen literasi
lingkungan yang digunakan oleh NELA (2008), melakukan validasi dan uji coba
instrumen, dan mengembangkan draft awal bahan ajar.
3. Pengembangan bahan ajar (develop preliminary form of product)
Tahap ini merupakan tahap pengembangan bahan ajar dari draft awal yang
sudah dibuat menjadi bahan ajar lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka
yang berorientasi pada komponen-komponen literasi lingkungan sehingga sesuai
untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa. Pengembangan bahan ajar
didasarkan pada guideline penyusunan bahan ajar lingkungan untuk
mengembangkan literasi lingkungan yang dikeluarkan NAAEE (2004) dengan
enam karakteristik kunci yaitu fairness & accuracy, depth, emphasis on skill
building, action orientation, instructional soundness dan usability.
4. Validasi dan revisi bahan ajar (preliminary field testing, main product revision,
& main field testing)
Validasi bahan ajar dilakukan dengan meminta judgment dari ahli yang
terdiri dari ahli materi dan ahli teknologi untuk menilai kelayakan bahan ajar dari
57
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengguna yaitu guru biologi. Revisi awal dilakukan sesuai dengan masukan dari
validator. Selanjutnya bahan ajar hasil revisi diuji-cobakan dalam skala terbatas
(preliminary field testing) yang dilakukan pada satu sekolah. Selanjutnya
dilakukan revisi terhadap bahan ajar berdasarkan hasil uji coba terbatas. Tahap
selanjutnya adalah melakukan implementasi pada skala yang lebih luas (main
field testing) pada tiga sekolah yang dilakukan dengan metode weak experiment
dengan desain one group pretest-posttest serta dilakukan pengukuran literasi
lingkungan siswa.
Secara ringkas penelitian tentang pengembangan bahan ajar perubahan
lingkungan dilakukan melalui prosedur seperti yang tersaji pada Gambar 3.1.
TAHAP I STUDI PENDAHULUAN
TAHAP II PERENCANAAN
TAHAP III PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR
58
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Studi Literatur:
115
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan yang telah
disajikan pada BAB IV dapat diperoleh beberapa kesimpulan dan saran sebagai
berikut:
A. Kesimpulan
Bahan ajar perubahan lingkungan berbasis realitas lokal Pulau Bangka
untuk meningkatkan literasi lingkungan siswa telah berhasil dikembangkan.
Bahan ajar yang dikembangkan telah divalidasi dan diujicobakan untuk
mengetahui tingkat keterbacaan, kelayakan isi, kegrafikaan, dan kemampuannya
dalam meningkatkan literasi lingkungan.
Kualiatas bahan ajar berdasarkan penilaian dari ahli materi dalam kategori
layak diujicobakan dengan persentase kelayakan 78.4%, penilaian ahli teknologi
dalam kategori layak dengan persentase kelayakan 75.0%, dan penilaian guru
sebagai pengguna dalam kategori sangat baik dengan persentase 93.4%.
Bahan ajar perubahan lingkungan yang dikembangkan memenuhi syarat
dan layak untuk digunakan oleh siswa kelas X SMA ditinjau dari aspek
keterbacaan, hal ini ditunjukkan dari hasil uji keterbacaan bahan ajar perubahan
lingkungan yang dikembangkan memiliki keterbacaan dengan kategori tinggi.
Produk yang dihasilkan telah dilakukan revisi sesuai saran dan masukan dari
validator, hasil uji coba terbatas, dan uji coba skala luas.
Hasil implementasi bahan ajar dalam pembelajaran menunjukkan bahwa
bahan ajar yang dikembangkan dapat meningkatkan kecakapan literasi
lingkungan siswa secara signifikan dengan kategori peningkatan (N-gain)
sedang, untuk masing-masing komponen terjadi peningkatan komponen
pengetahuan dan komponen keterampilan kognitif dalam kategori sedang, serta
116
Mukhyati, 2015
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Saran
1. Penelitian pengembangan bahan ajar berbasis realitas lokal Pulau Bangka ini
hanya terbatas pada perubahan lingkungan yang terjadi di Pulau Bangka sebagai
dampak aktivitas pertambangan. Penelitian dan pengembangan lanjutan masih
sangat terbuka untuk memperluas dan menggali lebih dalam mengenai realitas
lokal Pulau Bangka Belitung.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji bahan ajar perubahan
lingkungan yang dikembangkan melalui implementasi pada jumlah sekolah yang
lebih banyak agar diperoleh bahan ajar yang lebih layak dan teruji untuk
meningkatkan kecakapan literasi lingkungan.
3. Implementasi bahan ajar dalam pembelajaran konsep perubahan lingkungan
perlu dilakukan dengan menggunakan strategi dan metode yang tepat agar
diperoleh hasil yang optimal terhadap peningkatan kecakapan literasi lingkungan
siswa. Untuk itu perludilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat efektifitas
pemanfaatan bahan ajar perubahan lingkungan yang dikembangkan dalam
meningkatkan literasi lingkungan siswa dengan memadukannya menggunakan