• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR TABEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DAFTAR TABEL "

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.M DENGAN NYERI AKUT PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA COBANSARI

WONOREJO KABUPATEN PASURUAN

OLEH :

ARINI INDAH SILFIYAH NIM. 1801053

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO 2021

(2)

ii

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.M DENGAN NYERI AKUT PADA DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI DESA COBANSARI

WONOREJO KABUPATEN PASURUAN

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) di Politeknik Kesehatan

Kerta Cendekia Sidoarjo

OLEH :

ARINI INDAH SILFIYAH NIM. 1801053

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA

SIDOARJO 2021

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi MOTTO

“Yang Anda pikirkan menentukan yang Anda lakukan. Dan yang Anda lakukan menentukan yang Anda hasilkan. Maka ukuran dan kualitas dari pikiran Anda, menentukan ukuran dan kualitas hasil dari pekerjaan Anda."

-Mario Teguh-

“Yakinlah bahwa ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran (yang kamu pertahankan), sesuatu yang membuatmu takjub

hingga kamu lupa pedihnya rasa sakit.”

-Ali bin Abi Thalib-

“Bantinglah otak untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya guna mencari rahasia besar yang terkandung di dalam benda besar yang bernama dunia ini, tetapi pasanglah pelita dalam hati sanubari, yaitu

pelita kehidupan jiwa.”

-Al-Ghazali-

(7)

vii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillah Hirobbil’alamin saya ucapkan kepada Allah S.W.T karna atas ijinNya tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini saya persembahkan kepada :

Untuk Ayah, ibu, dan adik saya ucapkan banyak terima kasih karena selama ini telah memberi dukungan, do’a, dan semangat. Semoga Allah S.W.T memberi saya kesempatan untuk membahagiakan kalian kelak.

Untuk sahabat saya terima kasih karna hingga saat ini tetap mensupport dan saling memberi semangat. Semoga kebersamaan tetap terjalin erat.

Untuk bapak dan ibu dosen terutama ibu Agus Sulistyowati, S.Kep, M.Kes, ibu Ida Zuhroidah, S.Kep., Ns., M.Kes terima kasih saya ucapkan atas ilmu, bimbingan dan pelajaran hidup yang telah diberikan kepada saya tanpa ibu dosen semua ini tidak akan berarti.

Untuk teman seperjuangan saya yang tidak dapat disebutkan satu per satu saya ucapkan terima kasih atas kebersamaan selama ini, ada suka dan duka yang kita lewati. Tetapi tak apa semua itu untuk pendewasaan kita masing-masing. Semoga kita dapat meraih kesusksesan sesuai yang harapan kita. Aamiin.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny.M Dengan Nyeri Akut Pada Diagnosa Medis Hipertensi di Desa Cobansari Wonorejo Kabupaten Pasuruan” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

2. Untuk Orang tua Ayah saya Ajik Akhmad Fahruroji dan ibu saya Ismawati, dan juga adik saya Mukhammad Rif’an yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini dari awal hingga akhir.

3. Ibu Agus Sulistyowati, S. Kep., M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia Sidoarjo yang telah mengesahkan.

4. Ibu Agus Sulistyowati, S. Kep., M. Kes selaku pembimbing I yang selalu bijaksana memberikan bimbingan, mencurahkan perhatian, doa, dan nasehat serta yang selalu meluangkan waktunya untuk membantu penulis menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Ibu Ns. Ida Zuhroidah, S. Kep., M. Kes selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Para sahabat yang telah mendukung untuk terselesaikannya karya tulis ilmiah ini tepat waktu, teman-teman seperjuangan yang telah menemani selama saya menempuh pendidikan di Politeknik Kesehatan Kerta

(9)

ix

(10)

x DAFTAR ISI

Sampul Depan ... i

Lembar Judul ... ii

Surat Pernyataan ... iii

Lembar Persetujuan ...iv

Halaman Pengesahan ... v

Lembar Motto ...vi

Lembar Persembahan ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ...ix

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ...xiv

Daftar Lampiran ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Metode Penulisan ... 5

1.5.1 Metode ... 5

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 5

1.5.3 Sumber Data ... 5

1.5.4 Studi Kepustakaan ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep Penyakit ... 7

2.1.1 Definisi Hipertensi ... 7

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi ... 8

2.1.3 Jenis Hipertensi ... 9

2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi... 9

2.1.5 Patofisiologi ... 12

2.1.6 Etiologi ... 14

2.1.7 Pathway ... 16

2.1.8 Tanda Dan Gejala... 17

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang ... 18

2.1.10 Penatalaksanaan ... 20

2.1.11 Manifestasi Klinis ... 22

2.1.12 Komplikasi Hipertensi ... 23

(11)

xi

2.2 Konsep Klien ... 24

2.2.1 Definisi Keluarga ... 24

2.2.2 Struktur Keluarga ... 25

2.2.3 Tipe Keluarga ... 26

2.2.4 Peran Keluarga ... 28

2.2.5 Fungsi Keluarga ... 29

2.2.6 Tahap-tahap Perkembangan ... 31

2.2.7 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan ... 33

2.2.8 Peran Perawat Keluarga ... 33

2.3 Konsep Dampak Masalah ... 34

2.3.1 Konsep Solusi Hipertensi ... 34

2.3.2 Konsep Masalah Yang Sering Muncul Pada Hipertensi ... 35

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan ... 35

2.4.1 Pengkajian ... 35

2.4.1.1 Pengumpulan Data... 35

2.4.1.2 Analisa Data ... 41

2.4.2 Diagnosa Keperawatan ... 41

2.4.3 Menentukan Prioritas Masalah... 44

2.4.4 Perencanaan ... 47

2.4.5 Pelaksanaan ... 52

2.4.6 Evaluasi ... 52

2.5 Kerangka Masalah ... 54

BAB 3 TINJAUAN KASUS ... 55

3.1 Pengkajian ... 55

3.1.1 Data Umum ... 55

3.1.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga ... 57

3.1.3 Data Lingkungan ... 58

3.1.4 Stuktur Keluarga ... 59

3.1.5 Fungsi Keluarga ... 60

3.1.6 Stres dan Koping Keluarga ... 61

3.1.7 Pemeriksaan Kesehatan Tiap Individu Anggota Keluarga ... 62

3.1.8 Harapan Keluarga ... 63

3.2 Analisa Data ... 64

3.3 Daftar Diagnosa Keperawatan ... 65

3.4 Prioritas Masalah ... 65

3.5 Rencana Asuhan Kperawatan ... 67

(12)

xii

3.6 Catatan Keperawatan ... 70

3.7 Evaluasi ... 75

BAB 4 PEMBAHASAN ... 81

4.1 Pengkajian ... 81

4.2 Diagnosa Keperawatan... 88

4.3 Rencana Asuhan Keperawatan ... 90

4.4 Implementasi Keperawatan ... 91

4.5 Evaluasi ... 93

BAB 5 PENUTUP ... 96

5.1 Kesimpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 101

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Kriteria Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik ... 8

2.2 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa .... 8

2.3 Skoring Prioritas Masalah ... 46

2.4 Intervensi Keperawatan Pada Pasien Hipertensi ... 49

3.1 Komposisi Keluarga ... 55

3.2 Pemeriksaan Kesehatan Tiap Individu Anggota Keluarga ... 62

3.3 Analisa Data Pada Ny.M Dengan Diagnosa Hipertensi ... 64

3.4 Daftar Diagnosa Keperawatan Pada Ny.M Dengan Hipertensi ... 65

3.5 Tabel Prioritas Masalah ... 65

3.6 Rencana Asuhan Keperawatan Pada Ny.M Dengan Diagnosa Hipertensi..67

3.7 Tabel Catatan Keperawatan ... 70

3.8 Tabel Evaluasi Keperawatan ... 75

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Pathway Hipertensi ... 16

2.2 Gambar Kerangka Masalah ... 54

3.1 Genogram Keluarga Ny.M ... 55

3.2 Gambar Denah Rumah Keluarga Ny.M ... 58

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 : Lembar Surat Permohonan Izin Penelitian ... 101

Lampiran 2 : Lembar Informed Consent ... 102

Lampiran 3 : Lembar Satuan Acara Penyuluhan ... 103

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Bimbingan (Pembimbing 1) ... 115

Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Bimbingan (Pembimbing 2) ... 116

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ–organ tubuh secara terus–menerus lebih dari suatu periode (Irianto, 2018).

Hipertensi merupakan kondisi yang paling umum dijumpai dalam perawatan primer. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg) yang menetap.

Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan dinding arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung keseluruh tubuh. Semakin tinggi teknan darah maka semakin keras jantung bekerja (WHO, 2016).

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin A, 2017).

Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, dan hipertensi. Prevalensi hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi

(17)

minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur (RISKESDA, 2018).

Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019, data jumlah penderita hipertensi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur terdapat 11.952.694 penduduk, dengan proporsi laki-laki 48% dan perempuan 52%. Dari jumlah tersebut, yang mendapatkan pelayanan kesehatan penderita hipertensi sebesar 40,1% atau 4.792.862 penduduk. Di kabupaten Pasuruan, tahun 2019 sejumlah 322,004 penduduk telah dilakukan pengukuran hipetensi (58,3%). Persentase Hipertensi sebesar 46,22% atau sekitar 552,490 penduduk, dengan proporsi laki-laki sebesar 23,07% (275,778 penduduk) dan perempuan sebesar 23,15% (276,712 penduduk). Gaya hidup yang mengikuti era globalisasi, membuat kasus hipertensi terus meningkat.

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberculosis yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia, menteri kesehatan Indonesia, hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai besar kasus hipertensi di masyarakat belum tedeteksi. Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat.

Dari bukti-bukti yang telah ada diatas tak heran jika hipertensi bisa menjadi masalah yang menyebabkan morbiditas, dan morbilitas yang cukup tinggi pada msyarakat di Indonesia khususnya di pasuruan yang tentunya didukung oleh beberapa factor seperti, mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat, merokok, kurang aktivitas fisik, stress, makanan tinggi lemak dan kalori, serta konsumsi alcohol, terlalu banyak mengonsumsi natrium (garam) stress. Sehingga inilah yang menjadi

(18)

tantangan utama masalah kesehatan di masa yang akan datang dimana WHO memperkirakan, pada tahun 2020 prevalensi ini akan ini akan meningkat di beberapa negara berkembang dan salah satunya Indonesia.

Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up Kesehatan atau saat periksa kedokter. Pencegahan penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan seperti pasien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis atau sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan keperawatan pada Ny.M dengan nyeri akut pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cobansari Wonorejo Kabupaten Pasuruan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dilakukannya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini untuk membuat Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan nyeri akut pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cobansari Wonorejo Kabupaten Pasuruan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.M dengan nyeri akut pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cobansari Wonorejo Kabupaten Pasuruan.

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. M dengan nyeri akut

(19)

pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cobansari Wonorejo Kabupaten Pasuruan.

3. Merencanakan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan nyeri akut pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cobansari Wonorejo Kabupaten Pasuruan.

4. Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan nyeri akut pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cobansari Wonorejo Kabupaten Pasuruan.

5. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Ny.M dengan nyeri akut pada diagnosa medis hipertensi di Desa Cobansari Wonorejo Kabupaten Pasuruan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi : 1. Bagi Institusi

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khusunya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

2. Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Desa Cobansari Wonorejo Kabupaten Pasuruan agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan baik.

3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi.

(20)

1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari, mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Data diambil/diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien, keluarga maupun tim kesehatan lain.

2. Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan kepada pasien.

3. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjang menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.

1.5.3 Sumber Data 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pasien.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat pasien, catatan medis perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.

(21)

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi kasus ini, secara keseluruhan di bagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Bagian awal

Memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, kata pengantar, daftar isi.

2. Bagian inti

Bagian ini terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub- bab berikut ini:

Bab 1 : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan studi kasus.

Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa Hipertensi, serta kerangka masalah.

Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada di lapangan.

Bab 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi. Konsep dasar penyakit akan diuraikan definisi, etiologi dan cara penanganan secara medis. Konsep dasar keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul pada penyakit Hipertensi dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Definisi Hipertensi

Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Hiper artinya berlebihan, sedangkan tensi artinya tekanan atau tegangan. Untuk itu, hipertensi merupakan tekanandaraha tau denyut jantung yang lebih tinggi dibandingkan dengan normal karena penyempita npembuluh darah atau gangguan lainnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan penglihatan dan hipertensi (Andrian, 2016).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, secara umum seseorang dianggap mengalami hipertensi jika tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg.

(23)

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah sistolik dan diastolik dibagi menjadi empat kalasifikasi (Smeltzer, 2018),yaitu :

Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Kriteria TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal Prahipertensi Stadium I Stadium II

< 120 mmHg 120 – 139 mmHg 140 – 159 mmHg

≥ 160 mmHg

< 80 mmHg 80 – 89 mmHg 90 – 99 mmHg ≥ 100 mmHg Sumber : (Smeltzer, et al, 2018)

Hipertensi juga dapat diklasifikasi berdasarkan tekanan darah orang dewasa menurut Triyanto (2014), adapun klasikasi tersebut sebagai berikut :

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Pada Orang Dewasa

Kriteria TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal

Normal Tinggi Stadium 1 (ringan) Stadium 2 (sedang) Stadium 3 (berat) Stadium 4 (maligna)

< 130 mmHg 130 – 139 mmHg

140 – 159 mmHg 160 – 179 mmHg 180 – 209 mmHg

≥ 210 mmHg

< 85 mmHg 85 – 89 mmHg 90 – 99 mmHg 100-109 mmHg 110-119 mmHg ≥120 mmHg

(Sumber : Triyanto, 2014) Keterangan:

a. TDD: tekanan darah diastolik b. TDS: tekanan darah sistolik

(24)

2.1.3 Jenis Hipertensi

Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan darah.

2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder

Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Menurut Triyanto (2014), faktor yang mempengaruhi hipertensi dibagi menjadi 2 :

(25)

1. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol : 1) Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause (Triyanto, 2014).

2) Umur

Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat. Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibandingkan diusia muda (Triyanto, 2014).

3) Keturunan (genetik)

Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi.

4) Pendidikan

(26)

Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat.

2. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol 1) Obesitas

Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Triyanto, 2014).

2) Kurang olahraga

Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.

3) Kebiasaan merokok

Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan di dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

4) Konsumsi garam berlebihan

WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram)

(27)

(Triyanto, 2014).

5) Minum alkohol

Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat menyebabkan darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.

6) Minum kopi

Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5- 10 mmHg.

7) Kecemasan

Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan kecemasan yang berulang- ulang akan mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah keseluruh tubuh akan semakin cepat.

2.1.5 Patofisiologi

Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi,yang berusaha untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang mengatur jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai

(28)

organ terutama ginjal (Pranaka, 2015).

1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah

Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses multifaktorial.Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak. Pertumbuhan plak dibawah lapisan tunikaintima akan memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu. Selendotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah vasoaktiflokal yaitu molekul oksidanitrit dan peptida endotelium. Disfungsi endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer (Bustan, 2015).

2) Sistem renin-angiotensin

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE).Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

a. Meningkatkan sekresi Anti-Diuretic Hormone (ADH) dan rasa haus.Dengan meningkatnya ADH,sangat sedikit urin yang diekskresikan keluar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.Untuk mengencerkannya,volume cairan

(29)

ekstra seluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.Akibatnya,volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.Untuk mengatur volume cairan ekstra seluler,aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal.Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.

3) Sistem saraf simpatis

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannyan orepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Nuraini, 2015).

2.1.6 Etiologi

Penyabab hipertensi yaitu (Ardiyansyah, 2015);

1. Secara genetis menyebabkan kelainan berupa a. Gangguan fungsi barostat renal

(30)

b. Sensitifitas terhadap konsumsi garam c. Abnormalitas transportasi natrium/kalium

d. Respon SSP (sistem saraf pusat) terhadap stimulasi psiko-sosial e. Gangguan metabolisme (glukosa,lipid,dan resistensi insulin) 2. Faktor lingkungan

a. Faktor psikososial: kebiasan hidup, pekerjaan, stressfisik, status social ekonomi, keturunan, kegemukan dan konsumsi minuman keras.

b. Faktor konsumsi garam.

c. Penggunaan obat-obatan seoerti golongan kortikosteroid (cortisone) dan beberapa obat hormon,termasuk beberapa obat anti radang (anti inflamasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.

d. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alcohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.Stop menjadi alcoholic

e. Adaptasi structural jantung serta pembuluh darah

1. Pada jantung : terjadinya hypertropi dan hyperplasia miosit 2. Pada pembuluh darah : terjadi vaskuler hypertropi.

2.1.7 Pathway

Umur Umur Jenis Kelamin Gaya Hidup Obesitas Elastisitas , arterosklerosis

(31)

Gambar 2.1 pathway Hipertensi Sumber: Amin Huda (2016) 2.1.8 Tanda dan Gejala

Menurut Nurarif & Kusuma (2013), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh

darah Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi Gangguan Sirkulasi

Otak

Resistensi pembuluh darah otak meningkat

Supplai O2 otak menurun

Nyeri Akut

Sinkop

Ginjal Vasokontriksi

pembuluh darah ginjal Blood flow

menurun Respon

RAA Rangsang Aldosteron Retensi Na

Edema

Pembuluh darah

Sistemik Koroner Vasokontriksi

Afterload meningkat

Penurunan curah jantung

Fatigue Intoleransi

Aktivitas

Iskemi miokard Nyeri

Retina

Spasme arteriole

Diplopia

(32)

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala gejala yang lazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala yang terlazim mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni (2013), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan , sesak nafas, gelisah, mual-mual, epitaksis dan kesadaran menurun.

Manifestasi klinis pada pasien dengan hipertensi adalah:

a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg b. Sakit kepala

c. Pusing/migraine d. Rasa berat tengkuk

e. Penyempitan pembuluh darah f. Sulit tidur

g. Lemah dan lelah h. Nokturia

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

(33)

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara menurut Amin & Hardhi (2015) yaitu :

1. Pemeriksaan yang segera seperti :

2. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin) : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viscositas) dan dapat menindikasikan faktor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.

3. Bood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

4. Glukosa : Hiperglimi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).

5. Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.

6. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.

7. Kolesterol dan trigiserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)

8. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.

9. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)

10. Urinalisa : Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan diabetes mellitus.

(34)

11. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi.

12. Steroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme 13. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertropi

ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

14. Foto dada : Apakah ada oedima paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi pada area katub, pembesaran jantung.

15. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama) :

16. IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.

17. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

18. USG : Untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.

19. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologis.

2.1.10 Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg (Brunner & Suddart, 2015).

(35)

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : 1. Terapi tanpa obat

Terapi tanpa obat diguakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan sportif pada hipertensi sedang dan berat.

Terapi tanpa obat ini meliputi : a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah: Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5gr/hr

2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh b. Penurunan berat badan

c. Penurunan asupan etanol d. Menghetikan merokok e. Latihan fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah. Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain lain.

2. Terapi dengan obat

Pengobatan farmakologik pada setiap pernderita hipertensi memerlukan pertimbangan berbagai faktor seperti beratnya hipertensi,kelainan organ dan faktor resiko lainnya. Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat:

(36)

a. Penghambat syaraf simpatis

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktifitas syaraf simpatis sehingga mencegah naiknya tekanan darah.

Contoh : Metildopa, Clonidin, Catapres, Reserpin b. Beta Bloker

Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya dapat menurunkan tekanan darah.

Contoh : Propanolol, Atenolol, Bisoprolol.

c. Vasodilator

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah.

d. Angiotensin Converting Enzim (ACE) Inhibitor

Golongan ini bekerja menghambat zat angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan meningkatkan tekanan darah).

e. Calsium antagonis

Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas)

Contoh: Nifedipin (Adalat, codalat, farmalat), Diltiazem (Herbeser, farmabes)

f. Antagonis Reseptor Angiotnsin II

Cara kerjanya adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptonya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.

Contoh : Valsartan, davon

(37)

g. Diuretic

Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan mengeluarkan cairan tubuh (melalui urine) sehingga volume cairan tubuh berkurang dan mengakibatkan ringannya daya pompa jantung

2.1.11 Manifestasi Klinis

Menurut Aspiani (2015) gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala.

Secara umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut:

a) Mengeluh sakit kepala, pusing b) Lemas, kelelahan

c) Sesak nafas d) Gelisah e) Mual f) Muntah g) Epistaksis

h) Kesadaran menurun

2.1.12 Komplikasi Hipertensi

Menurut Triyanto (2017) hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri,serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya

(38)

komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya. Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya auto antibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, downregulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).

Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah :

1) Jantung

1. Hipertrofi ventrikel kiri

2. Angina atau infark miokardium 3. Gagal jantung

2) Otak : stroke atau transient ishemic attack 3) Penyakit ginjal kronis

4) Penyakit arteri perifer 5) Retinopati

2.2 Konsep Klien

(39)

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).

Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.

2.2.2 Struktur Keluarga

Ciri-ciri struktur keluarga menurut Widyanto (2014) : 1) Terorganisir

(40)

Keluarga merupakan cerminan organisasi dimana setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan keluarga. Dalam menjalankan peran dan fungsinya, anggota keluarga saling berhubungan dan saling bergantung.

2) Keterbatasan

Setiap anggota keluarga memiliki kebebasan, namun juga memiliki keterbatasan dalam menjalankan peran dan fungsinya.

3) Perbedaan dan Kekhususan

Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing.

Peran dan fungsi tersebut cenderung berbeda dan khas, yang menunjukan adanya ciri perbedaan dan kekhususan.

Macam-macam struktur keluarga :

1. Patrineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilocal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilocal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5. Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar pembinaan keluarga dan beberapa sanak (Padila, 2012).

(41)

2.2.3 Tipe Keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial,maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan, maka perawat perlu memahami dan mengetaui berbagai tipe keluarga. Menurut Mubarak (2012), tipe-tipe keluarga antara lain:

1) Nuclear family

Keluarga inti yang terdiri dari ayah,ibu,dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

2) Extended family

Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,misalnya nenek,kakek,keponakan,saudara sepupu,paman bibi,dan sebagainya.

3) Reconstitude family

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak- anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

4) Middle age /aging couple

Suami sebagai pencari uang,istri dirumah atau kedua-duanya bekerja diluar rumah, dan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir.

(42)

5) Dyadic nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak keduanya/salah satu bekerja diluar rumah.

6) Single parent

Satu orang tua akibat perceraian/kematian pasangnya dan anak- anaknya dapat tinggal dirumah/diluar rumah.

7) Dual carrier

Suami istri atau keduanya berkarir tanpa anak.

8) Commuter married

Suami/istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

9) Single adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.

10) Three generation

Tiga generasi atau lebih tinggal satu rumah.

11) Institusional

Anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu panti.

12) Communal

Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang mengayomi dengan anak-anaknya dalam penyediaan fasilitas.

13) Group Marriage

(43)

Suatu rumah terdiri atas orang tua dan keturunanya didalam satu keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

14) Unmarried Parent and Child

Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

15) Cohibing Couple

Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

2.2.4 Peran Keluarga

Peran Keluarga adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam satu sistem (Mubarak, 2012). Peran didasarkan pada preskipsi dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu- individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran tersebut (Harmoko, 2012).

Peran formal dalam keluarga adalah peran-peran yang bersifat terkait, yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada anggotanya. Dalam peran formal keluarga ada peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu dan ada juga peran yang tidak terlalu kompleks, sehingga dapat didelegasikan kepada anggota keluarga lain yang kurang terampil.

Beberapa contoh peran formal yang terdapat dalam keluarga adalah pencari nafkah, ibu rumah tangga, sopir, pengasuh anak, tukang masak, dan lain-lain. Jika seorang anggota keluarga meninggalkan rumah, dan karenanya ia tidak memenuhi

(44)

suatu peran maka anggota keluarga lain akan mengambil alih kekosongan ini dengan memerankan perannya agar tetap berfungsi (Mubarak, 2012).

Peran informal keluarga bersifat implisit, biasanya tidak tampak,dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran informal keluarga lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota keluarga individu.

Beberapa contoh peran informal keluarga adalah pendorong, pengharmoni, inisiator, pendamai, koordinator, pionir keluarga, dan lain-lain (Harmoko, 2012).

2.2.5 Fungsi Keluarga

Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu : a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :

1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.

2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.

3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.

(45)

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.

c. Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.

d. Fungsi Ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

2.2.6 Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi delapan (Andarmoyo, 2016) :

(46)

1. Keluarga Baru (Berganning Family)

Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).

2. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.

3. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.

4. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)

Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.

5. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)

(47)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.

6. Keluarga dengan anak dewasa

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.

7. Keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.

8. Keluarga lanjut usia

Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.

2.2.7 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut (Nisa, 2020) :

a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan

b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga

yang sakit

(48)

d. Keluarga mampumenciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan

e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat

2.2.8 Peran Perawat Keluarga

Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat, membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.

Menurut Widyanto (2014), peran dan fungsi perawat dalam keluarga yaitu:

1) Pendidik Kesehatan, mengajarkan secara formal maupun informal kepada keluarga tentang kesehatan dan penyakit.

2) Pemberi Pelayanan, pemberi asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan melakukan pengawasan terhadap pelayanan/pembinaan yang diberikan guna meningkatkan kemampuan merawat bagi keluarga.

3) Advokat Keluarga, mendukung keluarga berkaitan dengan isu-isu keamanan dan akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

4) Penemu Kasus (epidiomologist), mendeteksi kemungkinan penyakit yang akan muncul dan menjalankan peran utama dalam pengamatan dan pengawasan penyakit.

(49)

5) Peneliti, mengidentifikasi masalah praktik dan mencari penyelesaian melalui investigasi ilmiah secara mandiri maupun kolaborasi.

6) Manager dan Koordinator, mengelola dan bekerja sama dengan anggota keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial, serta sektor lain untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

7) Fasilitator, menjalankan peran terapeutik untuk membantu mengatasi masalah dan mengidentifikasi sumber masalah.

8) Konselor, sebagai konsultan bagi keluarga untuk mengidentifikasi dan memfasilitasi keterjangkauan keluarga/masyarakat terhadap sumber yang diperlukan.

9) Mengubah atau Memodifikasi Lingkungan, memodifikasi lingkungan agar dapat meningkatkan mobilitas dan menerapkan asuhan secara mandiri.

2.3 Konsep Dampak Masalah 2.3.1 Konsep Solusi Hipertensi

a. Mengkonsumsi makanan sehat.

b. Mengurangi konsumsi garam, tidak boleh berlebihan.

c. Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan seperti teh dan kopi.

d. Berolahraga secara teratur.

e. Berhenti merokok.

f. Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.

g. Menurunkan berat badan, jika diperlukan.

2.3.2 Konsep Masalah yang Sering Muncul pada Hipertensi a. Kerusakan Vaskuler

(50)

b. Penyakit arteri coroner dengan angina c. Hipertrofiventrikel kiri

d. Perubahan patologis pada ginjal (Sumber: Smeltzer & Bare, 2016)

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan 2.4.1 Pengkajian

2.4.1.1 Pengumpulan Data

Pengkajian yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan pada pasien hipertensi antara lain menurut Bachrudin (2016) :

1. Identitas Kepala Keluarga Nama Kepala Keluarga (KK) 2. Komposisi Keluarga

1) Jenis Kelamin

Pada umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada wanita, tetapi usia 65 tahun keatas insiden wanita lebih tinggi. Pada umumnya wanita akan mempunyai risiko tinggi terhadap hipertensi apabila telah memasuki masa menopouse (Benson, 2012).

2) Umur

Laki-laki berusia 35 sampai 50 tahun dan wanita pasca menopouse beresiko tinggi untuk mengalami hipertensi (Ardiansyah, 2012).

3) Pekerjaan

Orang yang bekerja cenderung memiliki sedikit waktu untuk mengunjungi fasilitas kesehatan sehingga akan semakin sedikit pula ketersediaan waktu dan kesempatan untuk melakukan pengobatan.

(51)

4) Status sosial ekonomi keluarga

Memperngaruhi asupan nutrisi (garam dapur) tergantung pendapatan dalam suatu rumah tangga.

5) Jumlah anggota keluarga

Semakin sedikit keluarga yang terdapat disuatu rumah tangga maka sering muncul masalah yang mengarah lima tugas keluarga karena minimnya komunikasi dalam pengambilan keputusan (Anggara, 2012) 6) Pendidikan

Pendidikan seseorang semakin tinggi maka semakin rendah angka ketidakpatuhan dan ketidaktauan seseorang itu mengenai sesuatu dikarenakan ilmu yang didapatkan dijadikan acuan (Anggara, 2012).

3. Genogram

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) mempertinggi resiko terkena hipertensi. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan kita mendapatkan penyakit hipertensi sebanyak 60% (Mannan, 2012).

4. Tipe keluarga

Terdapat 2 tipe keluarga, dimana tipe keluarga yang pertama adalah tipe keluarga tradisional yang terdiri dari 11 jenis tipe keluarga dan yang kedua tipe non-tradisional atau tipe modern yang terdiri dari 8 tipe keluarga.

Setiap tipe keluarga dalam rumah tangga berbeda dengan satu sama lain.

Pada umumya keluarga mengalami kesulitan berkomunikasi dalam sehari-

(52)

hari, sehingga untuk memutuskan dan atau mencari solusi dari masalah itu sulit.

5. Agama

Mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang didapat mempengaruhi kesehatan.Seseorang tidak patuh terhadap terapi diet ini dikarenakan mengkonsumsi olahan yang diberikan pada saat menghadiri selamatan, karena tidak sesuai dengan takaran garam (natrium) yang seharusnya sudah ditentukan dietnya.

6. Suku Bangsa

Penyakit hipertensi ternyata banyak diderita orang Madura. Hal ini dikarenakan kadar garam yang cukup tinggi dalam sebagian besar makanan yang di konsumsi masyarakat Madura (Putra, 2012).

7. Aktivitas rekreasi

Menjelaskan kemampuan dan kegiatan keluarga untuk melakukan rekreasi secara bersama baik di luar dan dalam rumah, juga tentang kuantitas yang dilakukan. Jika aktivitas rekreasi ini tidak dilakukan oleh suatu rumah tangga 33 maka yang terjadi stress, dimana stress tersebut dapat memicu terjadinya hipertensi (Prasetyorini, 2012).

8. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu pada mengeluh sakit kepala, pusing, dan nyeri terutama dibagian tengkuk leher.

(53)

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Apakah pasien pernah menderita penyakit hipertensi sebelumnya.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah keluarga pernah mengalami riwayat penyakit yang sama.

9. Pola fungsi Kesehatan a. Riwayat pola kesehatan

Persepsi pasien tentang status kesehatan umum klien.

b. Pola pemenuhan nutrisi metabolic

Pola masukan makanan dan cairan, keseimbangan cairan dan elektrolit.

Kaji pola makan, menu makan, dan pilihan bahan makanan.

c. Pola eleminasi

Kaji pola fungsi pembuangan dan persepsi pasien.

d. Pola aktivitas dan dan latihan

Apakah terjadi penurunan pola aktivitas, faktor yang mempengaruhi pergerakan pasien, adakah keletihan, gaya hidup monoton.

e. Pola tidur dan istirahat

Apakah pasien mengalami gangguan tidur dan istirahat selama 24 jam, bagaimana kualitas dan intensitasnya.

f. Pola kognitif-sensori

Kaji keadekuatan alat sensori (penglihatan, pendengaran, pengecapan, sentuhan) persepsi nyeri, kemampuan fungsional kognitif.

g. Pola persepsi dan konsep diri

(54)

Sikap individu mengenai dirinya, persepsi terhadap kemampuan, citra tubuh, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.

h. Pola peran dan hubungan

Persepsi pasien tentang peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan sekarang.

i. Pola seksual dan reproduksi

Kepuasan dan ketidakpuasan yang dirasakan pasien dengan seksualitas dan tahap dan pola reproduksi.

j. Pola koping dan intoleransi stres

Bagaimana pola koping umum dan efektif pada toleransi terhadap stres sistem pendukung dan kemampuan yang dirasakan untuk mengendalikan dan mengubah situasi.

k. Pola nilai dan kepercayaan

Nilai-nilai, tujuan ata keyakinan yang mengarahkan plihan atau keputusan.

10. Pemeriksaan fisik

Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis hipertensi dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai hipertensi.

Berikut pola pemeriksaan fisik sesuai Review of System:

1) B1 (Breating)

Dikaji tentang keluhan sesak, batuk, nyeri, keteraturan irama nafas, jenis pernafasan.

2) B2 (Blood)

(55)

Dikaji adanya keluhan nyeri dada dan suara jantung.

3) B3 (Brain)

Dikaji jumlah GCS, reflex fisiologis dan patologis, istirahat/tidur.

4) B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan intake cairan.

5) B5 (Bowel)

Dikaji tentang nafsu makan, frekuensi, porsi, jumlah, jenis, dikaji juga mulut dan tenggorokan. Pada abdomen dikaji ketegangan, nyeri tekan, lokasi, kembung, asites, peristaltic usus, pembesaran hepar, lien, konsistensi BAB, frekuensi, bau dan warna

6) B6 (Bone)

Dikaji tentang kemampuan pergerakan sendi, kekuatan otot, warna kulit, turgor dan edema.

7) B7 (Penginderaan)

a) Mata: dikaji pupil isokor/anisokor, sclera ikterus/tidak, konjungtiva anemis/tidak.

b) Pendengaran/telinga: dikaji apakah ada gangguan pendengaran/tidak.

c) Penciuman/hidung: dikaji bentuk, apa ada gangguan penciuman/

tidak.

2.4.1.2 Analisa Data

Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Analisa data adalah kemampuan dalam

(56)

mengembangkan kemampuan berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan. Dalam melakukan analisis data, diperlukan kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan pasien.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Keluarga Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya.

Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko, maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga, berdasarkan kemampuan, dan sumber daya keluarga (Mubarak, 2012).

Mubarak (2012) merumuskan diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan meliputi problem atau masalah, etiology atau penyebab, dan sign atau tanda yang selanjutnya dikenal dengan PES.

1) Problem atau masalah (P) masalah yang mungkin muncul pada penderita hipertensi.

(57)

2) Etiology atau penyebab (E) yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.

3) Sign atau tanda (S) tanda atau gejala yang didapatkan dari hasil pengkajian.

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien hipertensi yaitu (PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)) 1. (D.0077) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Gejala dan Tanda Mayor Subjektif :

1. Mengeluh nyeri Objektif :

1. Tampak meringis

2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri) 3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat 5. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor Subjektif :

(tidak tersedia) Objektif :

1. Tekanan darah meningkat

(58)

2. Pola napas berubah 3. Nafsu makan berubah 4. Proses berpikir terganggu 5. Menarik diri

6. Berfokus pada dri sendiri 7. Diaforesis

2. (D.0056) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Gejala dan Tanda Mayor Subjektif :

1. Mengeluh lelah Objektif :

1. Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondsi istirahat Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :

1. Dispnea saat/setelah aktivitas

2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas 3. Merasa lemah

Objektif :

1. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

2. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas 3. Gambaran EKG menunjukkan iskemia

4. Sianosis

(59)

2.4.3 Menentukan Prioritas Masalah

Dalam suatu keluarga, perawat dapat menemukan masalah lebih dari satu diagnosis keperawatan keluarga. Oleh karena itu perawat perlu menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan keluarga yang ada dengan menggunakan skala prioritas asuhan keperawatan keluarga (Bailon dan Maglaya, 1978).

Proritas masalah adalah penentuan prioritas urutan masalah dalam merencanakan penyelesaian maslah keperawatan melalui perhitungan skor.

Skala ini memiliki empat kriteria, masing – masing kriteria memiliki skor dan bobot yang berbeda disertai dengan pembenaran atau alasan penentuan skala tersebut (Padila, 2012).

1) Kritera pertama : sifat masalah dengan skala actual (skor 3), risiko (skor 2), dan wellness (skore 1) dengan bobot 1, pembenaran sesuai dengan masalah yang sudah terjadi, akan terjadi atau kearah pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi.

2) Kriteria kedua : Kemungkinan masalah dapat di ubah dengan skala mudah (skor 2), sebagian (skor 1), dan tidak dapat (skor 0) dengan bobot 2. Pembenaran di tunjang dengan data pengetahuan (pengetahuan klien atau keluarga, teknologi, dan tindakan untuk (menangani masalah yang ada), sumberdaya keluarga (dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga) sumber daya perawat (pengetahuan, ketrampilan, dan waktu), dan sumber daya masyarakat (dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyrakat dan sokongan masyarakat).

3) Kriteria ketiga : Potensial masalah untuk dijegah dengan skala skor tinggi

(60)

(skor 3) cukup (skor 2), dan rendah (skor 1) dengan bobot 1. Pembenaran di tunjang dengan data kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. Lamanya masalah (waktu masalah itu ada), tindakan yang sedang dijalankan(tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah), dan adanya kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

4) Kriteria keempat : Menonjolnya masalah dengan skala segera (skor 2), tidak perlu segera (skor 1), dan tidak dirasakan (skor 0) dengan bobot 1 pembenaran ditunjang dengan data persepsi kelurga dalam melihat masalah yang ada, Untuk lebih jelasnya skala dalam menentukan prioritas dapat dilihat dalam table.

Tabel 2.3 Skoring Prioritas Masalah N

O

Kriteria Score Bobot Nilai Pembenaran

1. Sifat masalah

a. Aktual 3

(61)

b. Resiko c. Tinggi

2 1

1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

2 1 0

2

3. Potensi masalah untuk dicegah

a. Mudah b. Cukup c. Tidak Dapat

3 2 1

1

4. Menonjolnya masalah a. Masalah dirasakan dan perlu segera ditangani b. Masalah dirasakan c. Masalah tidak di rasakan

2

1 0

1

(sumber : Padila,2012)

Keterangan :

Total Skor didapatkan dengan :

Skor (total nilai kriteria) x Bobot = Nilai Angka tertinggi dalam skor

(62)

Cara melakukan Skoring adalah : a. Tentukan skor untuk setiap kriteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot c. Jumlah skor untuk semua kriteria

d.Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan keluarga

2.4.4 Perencanaan

Perencanaan keperawatan keluarga adalah kumpulan rencana tindakan yang dibuat oleh perawat yang nantinya diimplementasikan dalam tindakan yang nyata dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk perbaikan kesehatan keluarga yang lebih baik dari sebelumnya.

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari tujuan (umum dan khusus), rencana intervensi, serta rencana evaluasi yang memuat 40 kriteria dan standar.

Perumusan tujuan dilakukan secara spesifik, dapat diukur (measurable), dapat dicapai (achivable), rasional dan menunjukkan waktu (SMART). Rencana intervensi ini ditetapkan untuk mencapai tujuan (Padila, 2012). Berikut ini klasifikasi intervensi keperawatan menurut Feedman (1970) dalam Friedman (1998), yaitu :

1. Intervensi Suplemental, perawat memberikan perawatan langsung kepada keluarga karena tidak dapat dilakukan keluarga

2. Intervensi Facilitate, perawat membantu mengatasi hambatan yang dimiliki keluarga dengan berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan, seperti pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanan kesehatan di rumah

(63)

3. Intervensi Developmental, perawat melakukan tindakan dengan tujuan meningkatkan dan memperbaiki kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan tanggung jawab pribadi. Perawat juga membantu keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang berasal dari sumber diri sendiri , termasuk dukungan sosial internal maupun eksternal (Padila, 2012).

Gambar

Gambar 2.1 pathway Hipertensi  Sumber: Amin Huda (2016)  2.1.8  Tanda dan Gejala
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan Pada Pasien Hipertensi  NO  DIAGNOSA
Gambar 2.4 kerangka masalah  Sumber: Susiati (2016)
Tabel  3.3  Analisa  Data  pada  Ny.  M  dengan  Diagnosa  Hipertensi  di  Desa  Cobansari Wonorejo Kabupaten Pasuruan
+4

Referensi

Dokumen terkait

sıkma torku 30 Nm Elektriksel bağlantı Konektörler, M12 × 1 Basınç dayanımı 20 bar İşlem bağlantısı G 1/4 inç Özellikler ■Sıvı ortam için akış sensörü ■Kalorimetrik prensip

Menurut penulis tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena pada tinjauan kasus klien 1 dan 2 tidak ada masalah 4.1.10.6 Sistem Pencernaan B5 Pada