BAB III. METODE PENELITIAN
B. Peran pemerintah dalam penertiban terminal
3. Pengawasan
Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan sistem yang terpadu. Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda secara lancar dan tertib maka ditempat-tempat tertentu perlu dibangun dan diselenggarakan terminal.
Menurut Marlok (1995:269) bahwa terminal adalah titik dimana penumpang dan barang masuk dan keluar sistem.
Terminal merupakan salah satu komponen penting dalam sistem transportasi yang berperan sebagai titik penumpang dan barang masuk dan keluar dari suatu sistem.
Menurut Marlok (1995:267) bahwa fungsi-fungsi terminal transportasi sebagai berikut :
1. Memuat penumpang atau barang ke atas kendaraan transport serta membongkar/menurunkan. Memindahkan dari satu kendaraan ke kendaraan lain,
2. Menampung penumpang atau barang dari waktu tiba sampai waktu berangkat kemungkinan untuk memproses barang, dan menyediakan kenyamanan penumpang (misalnya pelayanan makan, dan sebagainya), 3. Menyiapkan dokumentasi perjalanan, menimbang muatan, memilih rute,
menjual tiket penumpang, memeriksa pesanan tempat,
4. Mengumpulkan penumpang dan barang didalam grup-grup berukuran ekonomis untuk diangkut dan untuk menurunkan mereka setelah tiba ditempat tujuan.
1. Fungsi Terminal
Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995. Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:
a. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi.
b. Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata lalulintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai
pengendali kendaraan umum.
2. Jenis Terminal
Terminal dibedakan berdasarkan jenis angkutan, menjadi:
a. Terminal Penumpang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
b. Terminal Barang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi.
Terminal penumpang merupakan prasarana transportasi jalan untuk menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
Terminal adalah bagian dari infrastruktur transportasi yang merupakan titik lokasi perpindahan penumpang ataupun barang. Pada lokasi itu terjadi konektivitas antar lokasi tujuan, antar modal, dan antar berbagai kepentingan dalam sistem transportasi dan infrastruktur. Pengelolaan pada berbagai hal tersebut perlu diperhatikan dan dikembangkan untuk pengembangan manajemen terminal. Kegiatan pengelolaan , “regulasi (peraturan) dan norma-norma yang disepakati akan menentukan perkembangan terminal secara terarah (coach terminal) Gromule (dalam Sujanto, 2007: 75). Terminal ini dibagi beberapa kategori yang meliputi: 1) Terminal Penumpan, 2) Terminal Barang dan 3) Terminal Peti Kemas.
Selanjutnya fungsi terminal ada tiga yaitu:
1) Menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan roda transportasi.
2) Menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas.
3) Menyediakan tempat untuk menyiapkan kendaraan.
Berdasarkan pemantauan di lapangan, masalah terbesar yang dihadapi oleh Terminal Regional Daya adalah sebagian besar bus dan mobil penumpang (panther) tidak menaikkan dan menurunkan penumpang di dalam terminal yang akhirnya menimbulkan terminal liar serta masih beroperasinya angkutan liar yang berupa mobil penumpang (panther) ber plat hitam.
Terminal liar adalah terminal yang tidak resmi berada di lokasi strategis dan dekat dengan jalur ke arah terminal atau jalan tol, tempat itu menjadi perlintasan mobilitas penumpang, simpul pergantian moda transportasi, menggunakan jalan besar arteri atau sejenisnya, biasanya dimanfaatkan untuk angkutan bus, taksi, maupun angkutan kota, dan keberadaannya disuburkan oleh calon penumpang.
Plat gantung (mobil pribadi) adalah istilah bagi kendaraan angkutan daerah yang menggunakan plat hitam. Mobil plat hitam mulai menjamur sejak tahun 2009 saat relokasi terminal dari Panaikang ke Daya. Plat hitam berpangkalan di luar Terminal Regional Daya pada beberapa terminal liar di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan Makassar. Belakangan, mobil pribadi (plat hitam) menjadi sarana angkutan yang justru lebih diminati penumpang.
Selain karena didominasi mobil-mobil merek terbaru, angkutan mobil pribadi (plat hitam) ini juga bebas mengantar dan menjemput dalam kota. Berbeda dengan kendaraan plat kuning yang dibatasi hanya sampai ke Terminal. Mobil
plat kuning berlaku mengantar penumpang dalam kota pada pukul 22.00 – 05.00 pagi . Mobil pribadi (plat hitam) kuasai angkutan 2015, Mobil pribadi (plat hitam) semakin merajai terminal liar di Perintis Kemerdekaan. Jumlah mereka terus bertambah tanpa bisa dikendalikan. Inilah salah satu faktor yang membuat Terminal Regional Daya mati suri.
Akibat maraknya Mobil pribadi (plat hitam), bertahun-tahun puluhan perusahaan angkutan dengan ratusan kendaraan berbagai jenis, menolak masuk berpangkalan ke terminal . Mereka memprotes tidak adanya tindakan tegas dari pemerintah. Dalam hitung-hitungan kasar, dalam setahun Terminal Regional Daya tercatat kehilangan hampir Rp 1 miliar akibat aktivitas Mobil pribadi (plat hitam) di luar Terminal . Ini belum termasuk pendapatan karcis dari penumpang.
Manajemen juga mencatat, sejak tahun 2004, Terminal Regional Daya kehilangan hingga ratusan penumpang per harinya. Secara akumulatif, dalam kurun waktu setahun, terminal kehilangan hingga satu miliar rupiah. Imbasnya mulai tampak pada denyut bisnis di Terminal Regional Daya. Lods-lods pedagang satu persatu mulai tutup. Hampir 30 persen lods tak berpenghuni sejak itu. Kondisinya kian parah tiga tahun kemudian. Banyak diantara lods yang dibiarkan rusak. Pedagang memilih tak menempati lods-lods mereka dan pindah ke tempat lain, karena Terminal Regional Daya dipandang tak lagi memberi harapan bisnis yang baik.
Bertahun-tahun situasi ini tanpa penyelesaian. Pengelola berupaya menempuh berbagai pendekatan agar mobil plat gantung bisa ditertibkan. Tetapi lagi-lagi, tawaran itu mentah. Situasi buruk memuncak pada 2011 saat puluhan
angkutan daerah memilih meremajakan mobil-mobil mereka dengan mobil prubadi (plat hitam). Terminal Regional Daya ditinggal pergi banyak angkutan daerah. Angkutan daerah memilih berpangkalan di luar terminal dan menciptakan terminal liar di jalur keluar kota. Ini adalah bentuk protes dari mereka atas kegagalan pemerintah dan pengelola terminal menertibkan plat-plat hitam.
Ada dua titik terminal liar " besar " di Perintis. Diantaranya di Kilometer 14, depan Kompleks AURI dan Kilometer 16 simpang lima Bandara Sultan Hasanuddin. Di dua titik ini, terminal liar melayani seluruh rute penumpang di wilayah utara Makassar, mulai dari Barru, Parepare, Sidrap, Pinrang, Enrekang, Bone, Wajo, Soppeng, Palopo hingga Tana Toraja. Di dua terminal liar ini, pada 2009 mulai dipenuhi mobil-mobil plat gantung. Terminal Regional Daya semakin terpuruk dengan kehadiran dua terminal liar ini. Tahun 2010, dilakukan upaya penertiban dengan melibatkan seluruh komponen pemerintah, kepolisian dan AURI. Plat gantung beroperasi dengan bebas seperti layaknya mobil penumpang berplat kuning. Awalnya, mobil-mobil plat gantung ini sempat ditertibkan, tetapi justru membuatnya tumbuh subur.
menaikkan dan atau menurunkan orang atau barang serta perpindahan moda angkutan maka di pandang perlu melakukan penataan dan penertiban terhadap kendaraan bermotor umum yang menaikkan dan atau menurunkan orang dan atau barang di luar terminal. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 36 undang-undang no 22 tahun 2009 tantang lalu lintas dan angkutan jalan yang menyatakan setiap kendaraan bermotor umum wajib singgah di terminal yang sudah di tetapkan untuk menaikkan dan atau menurunkan penumpang.
Pembinaan dan penegakan hukum larangan menaikkan dan menurunkan penumpang di laksanakan oleh polwiltabes kota makassar bersama jajaranya dengan koordinasi dinas perhubungan kota makassar melakukan penataan dan penertiban terhadap kendaraan bermotor umum dan pribadi (plat hitam) yang beroperasi menaikkan dan atau menurunkan orang (penumpang) dan atau barang di luar terminal agar para sopir kembali ke terminal dan mengembalikan fungsi terminal sebagai tempat kedatangan dan keberangkatan orang (penumpang).
Pengawasan yang di lakukan oleh Dinas perhubungan di bantu dinas terkait melakukan operasi terpadu dengan cara melakukan penghentian kendaraan dan pemeriksaan surat administrasi kendaraan angkutan umum bermotor dan kendaraan pribadi (plat hitam). Melakukan patroli gabungan, melakukan penahanan dan penyitaan kendaraan bermotor, pribadi (plat hitam) yang menaikkan dan menurunkan orang dan atau barang di luar terminal.
Sanksi administrasi pelanggaran yang di lakukan atas ketentuan yang telah di tetapkan dapat di kenakan sanksi administasi pencabutan surat izin mengemudi (SIM), surat tanda nomor kendaraan (STNK) dan penanahan mobil.
Pembatasan fokus penelitian sangat penting dan berkaitan dengan masalah maupun data yang di kumpulkan, dimana fokus merupakan pecahan dari masalah
Perda Kota Makassar Nomor 15 Tahun
2006 Tentang Pengelolaan Terminal
Penumpang
Peran pemerintah 1. Regulasi
2. Pembinaan 3. Pengawasan