BAB I BAB I
A. KRSIHPULAN-KRSIHPULAN
BAB. IV PENUTUP
475 ini, yang disebut dengan hati nurani untuk individu, dan jati diri untuk masyarakat.
2. Ananat Sentral Kisah
Kisah-kisah Alquran berpengaruh dalam mematangkan hati nurani dan membentuk perilaku -individu dan masyara- kat-, terlihat pada keserasian struktur semiotik kisah, baik pada faktor intrinsiknya maupun faktor ekstrinsik- nya yang difokuskan pada amanat sentral kisah, untuk tujuan "kebenaran universal" yang dikandung ajaran Islam.
Hal ini, karena keserasian unsur tersebut dapat bereso- nansi dengan potensi-potensi yang ada pada hati nurani.
Potensi hati nurani, dapat diselaraskan dengan potensi jiwa, dalam tinjauan psikologi. Nampaknya, potensi jiwa dalam Alquran lebih unik, tetapi komponennya lebih sederhana, karena cahaya iman langsung dapat berpengaruh pada hati nurani, serta komponen utamanya terdiri atas al-fu'id (hati nurani), as-sam'i (penyimakan) dan al-basr
• (pengamatan).
3. Relasi dan Hirarki Nilai
Iman terhadap Allah swt. selain menempati posisi paling esensi dalam hirarki nilai pada akidah Islam, juga sekaljgus menjadi pemicu akal, sebagai elemen al-qalb, untuk membedakan antara kebaikan dengan kejahatan serta
antara kebenaran dengan kebatilan. Sebaliknya, bagi akal yang tidak terpicu dengan keimanan terhadap Allah swt., menjadi buta dan tuli, baik terhadap esensi nilai itu, maupun terhadap acuan moral yang menyertainya; maka menurut Alquran, akal seperti itu bakal tersesat dari kebenaran, dan tak mampu mengenal kebaikan. Dari sisi ini, amanat sentral yang dikandung kisah-kisah Alquran, memberi penekanan bahwa acuan moral dan akhlak sangat ditentukan oleh kualitas iman terhadap Allah swt. Iman adalah cahaya dan hidayah; sedang ketiadaan iman adalah kegelapan dan kesesatan.
4. Pengalaman Enpiris dan Sprritual
Kisah-kisah Alquran, pada dasarnya memadukan antara pengalaman empiris dan pengalaman spiritual dari tokoh- tokoh utama dari suatu kisah. Pada umumnya tokoh-tokoh utama kisah dari ketiga Klaster tersunting, senantiasa memadukan kedua pendekatan dalam memainkan perannya pada setiap peristiwa, yang menyatu dalam alur, episode dan atau sketsa kehidupan yang menjadi latar suatu kisah.
Akan tetapi kedua pendekatan itu, lebih mudah untuk menganalisisnya pada kisah-kisah Klaster C; karena hanya berisi sketsa kehidupan, baik mengenai kelompok atau kaum, maupun mengenai pribadi tertentu; yang apabila dirangkum, diharapkan menjadi acuan moral yang berguna
477 selain untuk mematangkan hati nurani, juga menjadi asas- asas pendidikan akidah dan akhlak.
5. Pematangan Hati Nurani dan Interaksi Tokoh Kisah
Pematangan hati nurani seseorang atau suatu masyara- kat dengan kisah-kisah Alquran sebagai medianya, bila ditinjau dari segi "isi pematangan" terkait dengan kete-
ladanan para tokoh-tokoh kebaikan kisah. Keteladanan itu dapat terlihat pada hubungan komunikatif tokoh utama dengan Allah swt. selaku pemegang peran sentral pada setiap kisah, dan pada interaksi antara sesama tokoh
"
kisah dalam suatu kisah yang memerankan peran tertentu.
Tokoh-tokoh keteladan itu memainkan peran untuk melakon- kan peran mengenai "a.1-!Ja.q - kebenaran -". Sedang kete- ladanan sang tokoh mengacu kepada uswa.tun ~a.sa.na.tun.
Hubungan komunikasi antara tokoh-tokoh kisah, bila ditelaah dari sudut pandang semiotika dapat dilihat dari:
a. Hubungan tokoh kebaikan dengan Allah swt.
Hubungan komunikatif antara Allah swt. dan tokoh-tokoh kebaikan dapat dipandang sebagai pendidikan Allah swt. terhadap mereka, ini merupakan upaya normatif internalisasi a.1-ha.q dalam rangka pembentukan hamba yang berkuali tas "uswa tun !Jasanah ".
b. Hubungan tokoh dengan sesamanya tokoh kisah dalam satu kisah Hubungan interaksi antara sesama tokoh kisah
.
"'dalam suatu kisah juga dapat dipandang sebagai upaya normatif yang dilakukan para rasul (tokoh utama dalam suatu kisah) terhadap tokoh-tokoh kisah lainnya baik interaksi melalui dialogis, maupun melalui perbuatan dan keteladanan. Juga melalui alur dan klimaks kisah yang didukung oleh pesona semiotik kisah, terlihat bagaimana upaya normatif ini dilaksanakan oleh tokoh utama suatu kisah. Tokoh utama kisah yang umumnya diperankan oleh seorang rasul, atau hamba pilihan Allah swt., dalam berinteraksi menempati per an
"pendidik", yang menyampaikan pesan-pesan tidak hanya mengenai akidah tauhid iman terhadap Allah swt., tetapi juga meliputi nilai-nilai kemanusian dan hak- hak asasinya, serta juga melingkupi akhlak yang mulia dengan memelihara kesucian hati nurani.
6. Strategi Pembentukan Nilai
Dari tinjauan terhadap "proses" pematangannya dapat disimpulkan strategi pembentukan nilai. Proses ini mengacu kepada "al-J:a.q dan usF1a tun ha.sana.h" yang ter li- hat dalam interaksi antara tokoh-tokoh kisah. Strategi di sini mengandung arti upaya penataan potensi dan sumber daya agar nilai-nilai yang tersirat dalam interaksi tokoh-tokoh kisah Alquran dapat bermanfaat secara optimal untuk mencapai sasaran tertentu. Dalam rangka pematangan
479 hati nurani, nilai-nilai kebenaran, menurut Alquran ber proses menjadi mau'i~ah -nasihat- dan zikra -peringatan- bagi orang-orang beriman, serta menjadi 'ibrah -pengaja- ran- bagi ulu al-albab -orang-orang berakal-.
Hau'i~atun dalam Alquran selain mengandung arti ketunggalan juga keglobalan, yaitu nasihat yang memiliki sifat khas, karena mangandung al-~aq (kebenaran) serta ada keterpaduan antara akidah dan akhlak serta dapat berlaku umum karena mengandung nilai-nilai keuniversalan.
Dan jika mau'i~ah ditafsirkan sebagai suatu strategi pembentukan nilai, maka upaya penataan potensi dan sumber dayanya ditujukan pada tokoh-tokoh kebaikan dari manusia serta perbuatan kebaikan yang dilakukannya dan tokoh- tokoh kejahatan juga dari manusia serta perbuatan kejahatan yang dilakukannya pula. Zikra itu merupakan salah satu potensi jiwa, dengan potensi ini seseorang dapat mengingat atau memelihara sesuatu yang diyakininya dari _ apa yang diketahuinya. Dan jika zikra ditafsirkan sebagai suatu strategi pembentukan nilai, maka upaya penataan potensi dan sumber dayanya ditujukan kepada proses internalisasi nilai pada tokoh-tokoh kisah dari manusia, baik tokoh kebaikan maupun tokoh kejahatan, sehingga· menjadi materi pengajaran, di samping untuk mengingat alur kisahnya, kepribadian tokohnya, serta uslub kebahasaannya, juga menjadikan materi pengajaran
itu terpelihara dalam perbendaharan hati nurani dan menjadi rujukan dalam percakapan, perbuatan dan perilaku untuk satu tujuan pengokohan keimanan terhadap Allah swt.
'Ibrah jika dikaitkan dengan kisah Alquran mencakup arti:
a. Keteladanan yang disertai rasa takjub dan daya pikat dari yang dikisahkan itu,
b. mengambil pengajaran dari apa yang tersirat dalam kisah,
c. serta melalui penalaran dan perbandingan analogik akan meluaskan wawasan keilmu~n, dari yang zahir ke yang batin, dan pada gilirannya membentuk pola pikir dari rancu ke sistematis.
Tokoh-tokoh kisah dari manusia, bila ditempatkan sebagai simbol, kemudian dianalisis dengan mengamati lakon yang diperankannya, merupakan 'ibrah terhadap apa yang terda- pat dibalik simbol itu, selain merupakan pengajaran yang mengandung nasihat dan menakjubkan, juga menunjukkan sasarannya masing-masing; manusia selaku 'abdun untuk nilai ketuhanan, manusia selaku nafsun untuk nilai keji- waan dan manusia selaku qaumun untok nilai-nilai kemasya- rakatan.