• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

2. Laba

a. Pengertian Laba

Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan diatas biaya-biayanya dalam jangka (periode) waktu tertentu.25

Menurut Sunaryo, laba adalah selisih antara total pendapatan dengan total biaya, yang merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan produksi.26 Sedangkan menurut Mulyadi menyatakan bahwa laba adalah selisih nilai keluaran dan nilai masukkan.27

Berdasarkan pengertian laba diatas maka dapat disimpulkan bahwa laba merupakan selisih antara pendapatan dikurangi biaya-biaya pengeluaran.

24 https://www.alodokter.com/virus-corona Di akses pada Rabu 17 juni 2020, Pukul 13:20 WIB

25 Wiwik tiswiyanti,”Pemahaman Makna Laba Dan Penentuan Laba Pedagang Kaki Lima”, Vol.3 No.02 (Jambi: Universitas Jambi Mendalo, 2018) h.3

26 Vinna Sri Yuniarti, Ekonomi Mikro Syariah,(Bandung: Pustaka Setia, 2016), h.208.

27 Aprida Kristianti, “Pengaruh Modal kerja dan Penjualan Terhadap Laba pada Perusahaan Otomotif yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017”, Vol .1, No.1 (Makasar:Unsurya,2021) , h.64

31

Untuk mencari laba dapat digunakan rumus sebagai berikut:

𝜋 = TR−TC

𝜋 = profit = keuntungan

TR = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 = pendapatan total TC = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡 = biaya total28

b. Macam-Macam Laba

Jenis-jenis laba yang berkaitan dengan perhitungannya adalah sebagai berikut:

1) Laba kotor (gross profit) adalah selisih antara penjualan bersih dan harga pokok penjualan. Disebut laba kotor karena jumlahnya masih harus di kurangi biaya-biaya usaha.

2) Laba operasional adalah selisih antara laba kotor dengan total beban operasional. Yang dimaksud beban operasional terdiri dari beban penjualan ditambah beban administrasi dan umum.

3) Laba bersih merupakan hasil terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk menghitungnya adalah laba operasional di tambah pendapatan lain-lain dikurangi beban lain-lain. 29

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi laba

Menurut Mulyadi, faktor-faktor yang mempengaruhi laba adalah sebagai berikut:

1) Biaya yang timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan memengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.

28 Eko Suprayitno, Ekonomi Mikro Perspektif Islam, (UIN: Malang Pers, 2008), h.211.

29 Mia Lasmi Wardiyah. Analisis Laporan Keuangan. (Bandung: Pustaka Setia, 2017). h.266

2) Harga jual produk atau jasa kan memengaruhi besarnya volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.

3) Volume penjualan dan produksi; besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi produk atau jasa tersebut.

Selanjutnya, volume produksi akan memengaruhi besar kecilnya biaya produksi. 30

d. Laba Dalam Islam

Laba dalam bahasa Arab disebut dengan ar-ribh yang berarti pertumbuhan dalam perdagangan. Laba merupakan pertambahan penghasilan dalam perdagangan. Seseorang yang berdagang akan mendapatkan laba dari hasil perdagangannya tersebut.31

Menurut Qal’ahjiy, Laba adalah tambahan dana yang diperoleh sebagai kelebihan dari beban biaya produksi atau modal. 32

Allah SWT Telah membuka jalan bagi hambanya untuk mencari rezeki, dengan cara-cara yang sesuai dengan kehormatan dan agama, Allah telah menerangi jalan dalam mendapatkan keuntungan. Hal ini disampaikan oleh Allah lewat firmannya dalam Al-Qur’an Surah Al- Jumu’ah Ayat 1033

30 Mia Lasmi Wardiyah. Analisis Laporan…, h.267

31 Isnaini Harahap, dkk, Hadis Hadis Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2017), h.91 32 Isnaini Harahap, dkk, Hadis …, h.92

33 Departemen Agama RI. Al-Hikmah Al-Qur’an dan Tafsir. Bandung : Cv. Diponegoro.2014, h.924

33







































“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak- banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah Ayat 10)

Dalam Islam telah dijelaskan pula tentang pencapaian laba yang terkandung dalam surah Asy-Syura Ayat 2034 yang berbunyi sebagai berikut:















































Barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy-Syuura Ayat 20)

Dalam Tafsir Al-Mishbah Oleh Muhammad Quraish Shihab ayat di atas menjelaskan barang siapa yang, dengan amal perbuatannya, mengingkan pahala akhirat, kami akan memberikan pahala itu secara berlipat ganda. Sedangkan orang yang dalam amal perbuatannya,

34 Departemen Agama RI. Al-Hikmah Al-Qur’an dan Tafsir. Bandung : Cv. Diponegoro.2014, h.786

menginkan kesenangan dunia saja, akan kami berikan begitu saja. Dan diakhirat kelak, ia tidak memperoleh apa-apa.35

Islam menganjurkan agar para pedagang tidak berlebihan dalam mengambil laba. Ali bin Abi Thalib pernah menjajakan susu dipasar Kufah dan beliau berkata “wahai para saudagar! Ambillah (laba) yang pantas maka kamu akan selamat, dan janganlah kamu menolak laba yang kecil karena itu akan menghalangi kamu dalam mendapatkan yang banyak.” 36

Ibnu Khaldun pernah berkata, “Sesunggunhnya laba itu kelebihan kecil dari modal awal, karena harta jika banyak semakin besar labanya. Karena jumlah yang sedikit jika dimasukkan kedalam jumlah yang banyak, ia akan menjadi banyak.” Pernyataan Ali Bin Abi Thalib dan Ibnu Khaldun di atas menjelaskan bahwa batas laba ideal ( yang pantas dan wajar) dapat dilakukan dengan merendahkan harga.

Keadan ini sering menimbulkan bertambahnya jumlah barang dan meningkatnya peranan uang dan pada gilirannya akan membawa pertambahan laba.37

Dalam Islam, Mengenai peran keuntungan, al-Ghazali mengadopsi posisi yang tidak biasa dalam kaitannya dengan kebutuhan pokok, seperti bahan makanan. Karena makanan merupakan dasar bagi

35 https://risalahmuslin.id/quran /asy-shyuura/42-20/elementor-tab-title-2001 Diakses pada 27 Januari 2022 Pukul 20:15 WIB

36 Isnaini Harahap, dkk, Hadis Hadis Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2017), h.95

37 Isnaini Harahap, dkk, Hadis …, h.95

35

kehidupan manusia, maka pedagangnya tidak harus termotivasi oleh keuntungan. Menurutnya, bagi barang seperti makanan harus tersedia dengan harga yang rendah bagi pembeli.38

Al-Ghazali sangat kritis terhadap perilaku yang melakukan penarikan laba secara berlebihan. Berkaitan dengan hal ini, ia menyatakan bahwa laba normal seharusnya beriksar antara 5-10% dari harga barang (Ghazanfar dan Islahi, 1990 dalam karim, 2010).39

Yang lebih menarik dari pernyataan Al-Ghazali adalah mengurangi margin keuntungan dengan menjual harga yang lebih murah akan meningkatkan volume penjualan yang selanjutnya hal ini akan meningkatkan keuntungan40

Islam sangat menganjurkan agar para pedagang tidak berlebihan dalam mengambil laba. Kriteria islam secara umum yang dapat memberi pengaruh dalam penentuan batasan pengambilan laba, yaitu:

1) Kelayakan dalam penetapan laba

Islam menganjurkan agar pedagang tidak berlebihan dalam mengambil laba. Batasan laba ideal ( yang pantas dan wajar) dapat dilakukan dengan merendahkan harga. Keadaan ini sering menimbulkan bertambahnya jumlah barang dan meningkatnya

38 Yadi Janwari, Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016) h. 193 39 Amin Suma, Pengantar Ekonomi Syariah, ( Bandung: Pustaka Setia, 2015), h.91

40 Rozalinda, Ekonomi Islam Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi, (Jakarta:

PT.RajaGrafindo, 2014), h.125

peranan uang dan pada gilirannya akan membawa pada pertumbuhan laba.

2) Kesimbangan antara tingkat kesulitan laba

Islam menghendaki adanya kesimbangan antara laba dengan tingkat kesulitan perputaran serta perjalanan modal. Semakin tinggi resiko, maka semakin tinggi pula laba yang diinginkan pedagang.

3) Masa perputaran modal

Peranan modal berpengaruh pada standarisasi laba yang diinginkan oleh pedagang atau seorang pengusaha, yaitu semakin panjang perputaran dan bertambahnya tingkat resiko maka semakin besar pula laba yang diinginkan. Begitu juga sebaliknya semakin berkurangnya tingkat bahaya maka pedagang menurunkan standar labanya.

4) Cara menutupi harga penjualan.

Jual beli dengan harga tunai sebagaimana juga boleh dengan kredit, dengan syarat adanya keridhoan diantara keduanya.41

e. Jenis-jenis Laba dalam Islam

Menurut ulama Malikiyah, nama‟ (pertumbuhan) terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

1) Ar-Ribh at-Tijari (Laba Usaha)

Dari hubungan antara laba dan nama‟, ribh tijari dapat diartikan sebagai pertambahan pada harta yang telah dikhususkan untuk

41 Veka ferliana, Analisis Pengaruh Revitalisasi Pasar Tradisional Terhadap Pendapatan Pedagang Pasar Dalam Perspektif Ekonomi Islam, UIN Raden Intan Lampung, 2020, h.40-41

37

perdagangan sebagai hasil dari proses barter dan perjalanan bisnis.

Dalam hal ini, ia termasuk laba hakiki sebab laba itu muncul karena proses jual beli. Dalam bentuk ini, laba juga termasuk nama‟ yang berkaitan dengan asal harta.

2) Al-Ghallah

Al-Ghallah yaitu pertambahan yang terdapat pada barang dagangan sebelum penjualan. Seperti wool atau susu dari hewan yang akan dijual, atau buah kurma yang dibeli untuk berdagang. Pertambahan ini tidak bersumber pada sumber pada proses dagang dan tidak pula pada usaha manusia.

3) Al-Faidah

Al-Faidah yaitu pertambahan pada barang milik yang ditandai dengan perbedaan antara harga waktu pembelian dan harga penjualan, yaitu sesuatu yang baru dan berkembang dari barang- barang kepemilikan, contohnya susu dari sapi atau kambing yang telah diolah.42

f. Indikator-Indikator Laba Dalam Islam

Ada beberapa hal yang bisa dijadikan indikator dalam menentukan laba dalam Islam Menurut Al-Ghazali dan Muhammad Baqir Ash Shadr yaitu:

1) Batasan laba dalam Islam

42 Husain Syahatah, Pokok Pikiran Akuntansi Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001), 156-157

Al-Ghazali sangat kritis terhadap perilaku yang melakukan penarikan laba secara berlebihan ia menganjurkan untuk mengambil laba yang wajar dan pantas. Berkaitan dengan hal ini, ia menyatakan bahwa laba normal seharusnya beriksar antara 5-10% dari harga barang (Ghazanfar dan Islahi, 1990 dalam karim, 2010).43

2) Taqlib dan Mukhatarah ( Interaksi dan Resiko ) Laba adalah hasil dari perputaran modal melalui transaksi bisnis, seperti menjual dan membeli, atau jenis-jenis apa pun yang dibolehkan syar’i. Untuk itu, pasti ada kemungkinan bahaya atau resiko yang akan menimpa modal yang nantinya akan menimbulkan pengurangan modal pada suatu putaran dan pertambahan pada putaran lain. Tidak boleh menjamin pemberian laba dalam perusahaan-perusahaan mudharabah dan musyarakah.

3) Al – Muqabalah yaitu perbandingan antara jumlah hak milik pada akhir periode pembukuan dan hak-hak milik pada awal periode yang sama, atau dengan membandingkan total pendapatan dengan total biaya untuk mendapatkan laba (Profit).

4) Keutuhan modal pokok yaitu laba tidak akan tercapai kecuali setelah utuhnya modal pokok dari segi kemampuan secara ekonomi sebagai alat penukar barang yang dimiliki sejak awal aktivitas ekonomi.44

43 Amin Suma, Pengantar Ekonomi Syariah, ( Bandung: Pustaka Setia, 2015), h.91 44 Isnaini Harahap, dkk, Hadis Hadis Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2017), h.104

39

Dokumen terkait