• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori

2.1.2 Laba Usaha

Tujuan utama usaha adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang berkaitan dengan biaya tersebut. Menurut Harahap (2009: 54), laba merupakan kelebihan penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi. Sementara pengertian laba yang diamati oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah selisih pengukuran pendapatan dan biaya.

Menurut Warren et.al (2005:25), laba bersih atau keuntungan bersih yakni:

(net income atau net profit) merupakan kelebihan pendapatan terhadap beban- beban yang terjadi. Menurut Suwardjono (2008) pengertian laba adalah: laba dimaknai imbalan atas upaya unit usaha menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang atau jasa).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa laba adalah perkiraan antara pendapatan dan beban-beban yang terjadi pada suatu periode tertentu dalam suatu unit usaha.

Laba merupakan empat elemen utama yaitu pendapatan (revenue), beban (expense), keuntungan (gain), dan kerugian (loss). Menurut Stice, dkk (2004: 154) definisi dari elemen-elemen laba tersebut sebagai berikut:

1. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha pertama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

2. Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha pertama yang sedang dilakukan entitas tersebut.

3. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas atau (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi. Kejadian dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

4. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu

entitas dan dari semua transaksi. Kejadian dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik.

Laba sebagai suatu alat prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Nilai laba di masa lalu, yang didasarkan pada biaya historis dan nilai berjalan, terbukti berguna dalam meramalkan nilai mendatang. Laba terdiri dari hasil opersional atau laba biasa dan hasil-hasil nonoperasional atau keuntungan dan kerugian luar biasa di mana jumlah keseluruhannya sama dengan laba bersih. Laba bisa dipandang sebagai suatu ukuran efisiensi. Laba adalah suatu ukuran kepengurusan (stewardship) manajemen atas sumberdaya suatu kesatuan dan ukuran efisiensi manajemen dalam menjalankan usaha suatu perusahaan.

2.1.2.2. Perubahan Laba

Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan laba rugi. Penyajian informasi laba melalui laporan tersebut merupakan fokus kinerja unit usaha yang penting, dibanding dengan pengukuran kinerja yang mendasarkan pada gambaran meningkatnya atau menurunnya modal bersih.

Informasi laba juga dapat digunakan untuk memprediksi perubahan laba dimasa mendatang. Perubahan laba dapat digunakan untuk menilai bagaimana kinerja suatu unit usaha. Menurut Stice, et al (2004:225-226), indikator terbaik atas kinerja adalah laba. Jadi memahami laba, apa yang diukur oleh laba dan komponen-komponennya adalah penting untuk dapat memahami dan menginterpretasikan keadaan keuangan suatu unit usaha. Perubahan laba yang

baik yaitu mengisyaratkan bahwa unit usaha mempunyai keuangan yang baik yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai unit usaha.

Chariri dan Ghozali (2011) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi

2. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu,

3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan

4. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan

5. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut

Perubahan laba merupakan kenaikan atau penurunan laba pertahun.

Indikator perubahan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba sebelum pajak. Penggunaan laba sebelum pajak sebagai indikator perubahan laba dimaksudkan untuk menghindari pengaruh penggunaan tarif pajak yang berbeda antar periode yang dianalisis.

2.1.2.3. Faktor Perubahan Laba

Beberapa faktor yang mempengaruhi ketetapan prediksi perubahan laba menurut Harianto dan Sudomo (2001: 64) sebagai berikut:

1. Periode waktu

Periode waktu adalah pembuatan peramalan perubahan laba dengan realisasi yang dicapai. Semakin pendek interval waktu, akan semakin akurat ramalan tersebut.

2. Besaran unit usaha

Hal ini disebabkan besaran unit usaha karena skala ekonomi yang berbeda-beda. Skala ekonomi yang tinggi menyebabkan unit usaha dapat menghasilkan produk dengan tingkat biaya rendah. Tingkat biaya rendah merupakan unsur untuk mencapai laba yang diinginkan sesuai standar yang dituangkan dalam bentuk ramalan. Sehubung dengan itu, skala ekonomi yang tinggi menyebabkan biaya informasi untuk membuat ramalan menjadi turun, sehingga unit usaha yang mempunyai skala ekonomi yang tinggi bisa membuat ramalan yang tepat karena dimungkinkan mempunyai kemampuan tinggi untuk menjamin prospek bisnis dimasa yang akan datang, jumlah aset (sumber daya) yang besar bisa membuat manajemen dan semua komponen dalam unit usaha percaya diri dan bekerja lebih giat untuk mencapai laba yang diprediksikan. Kemudian besarnya modal yang dimiliki unit usaha juga dapat menentukan kelengkapan dan ketepatan informasi yang diperlukan untuk peramalan.

3. Umur unit usaha

Manajemen unit usaha yang relatif muda diperkirakan kurang berpengalaman sehingga tidak cukup mampu menentukan ketepatan ramalan perubahan laba.

4. Kredibilitas penjamin emisi

Penjamin emisi mempunyai peranan kunci dalam setiap emisi efek melalui pasar modal. Dengan demikian integritas penjamin emisi mempunyai hubungan positif dengan ketepatan informasi ramalan laba di dalam protestus. Penjamin emisi akan berhati-hati untuk menjaga kredibilitas karena penjamin emisi ingin memberikan hasil yang maksimal kepada para pemakai.

5. Integritas Auditor

Faktor ini mempunyai dampak signifikan terhadap laporan keuangan, termasuk ramalan perubahan laba. Oleh karena itu auditor harus menjamin bahwa informasi keuangan yang disajikan telah sesuai dengan pedoman penyajian laporan keuangan.

6. Tingkat Leverage

Salah satu kewajiban manajer adalah mengatur resiko. Jadi manajer melakukan apa saja untuk mengurangi resiko Tingkat leverage merupakan salah satu hal yang mencerminkan resiko. Risiko tingkat leverage dapat tercermin dari likuiditas yang dimiliki. Jadi manajer memperhatikan aspek ini dalam melakukan peramalan laba.

2.1.3. Kebutuhan Modal kerja dalam Meningkatkan Laba Bersih

Modal kerja dan laba bersih merupakan suatu kesatuan yang diperlukan dalam mencapai tujuan usaha. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba pun menurun”

Masalah yang cukup penting dalam pengelolaan modal kerja adalah menentukan seberapa besar kebutuhan modal kerja suatu perusahaan. Hal ini penting karena bila modal kerja perusahaan terlalu besar berarti ada sebagian dana yang menganggur dan ini akan menurunkan profitabilitas perusahaan. Demikian pula nilai modal kerja terlalu kecil akan ada resiko proses produksi perusahaan kemungkinan besar akan terganggu. Oleh karena itu perlu ditentukan berapa besar kebutuhan modal kerja suatu perusahaan.

Suatu perusahaan dikatakan rendabel apabila perusahaan tersebut dapat beroperasi secara stabil dalam jangka waktu yang panjang. Profitabilitas bagi perusahaan adalah kemampuan menggunakan modal kerja secara efisien dan memperoleh laba yang besar sehingga perusahaan tidak akan mengalami kesulitan mengembalikan hutang-hutangnya baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.

Modal kerja merupakan aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Kondisi modal kerja yang berlebihan akan menurunkan tingkat efisiensi perusahaan karena banyak dana yang mengganggur.

Sebaiknya jika kekurangan modal kerja akan dapat mengganggu kelancaran aktifitas usaha perusahaan, hal ini akan mengurangi laba atau tingkat

profitabilitas. Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi juga diharapkan terjadi dalam waktu yang relatif pendek. Sehingga modal kerja yang ditamankan dalam perusahaan akan cepat kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja berarti kemungkinan meningkatnya laba juga semakin besar. Laba yang tinggi mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan tersebut.

Laba (profit) yang tinggi akan mendukung kegiatan operasional secara maksimal. Tinggi rendahnya laba (profit) dipengaruhi banyak faktor seperti modal kerja karena modal kerja merupakan masalah utama yang akan menunjang kegiatan operasional usaha dalam rangka mencapai tujuannya yaitu menghasilkan laba (profit)”.

Dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan suatu unsur yang selalu diperlukan oleh unit usaha karena modal kerja tersebut berpengaruh terhadap laba bersih yang akan dihasilkan oleh Unit usaha karena dengan adanya modal kerja unit usaha dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan tujuan utamanya yaitu untuk menghasilkan laba bersih. Untuk merencanakan dan mengetahui besarnya kebutuhan modal kerja, terlebih dahulu harus diketahui faktor yang dapat mempengaruhi besarnya kebutuhan modal kerja yang diperlukan. Salah satunya adalah bila kegiatan perusahaan diukur berdasarkan besarnya tingkat kegiatan yang dilakukan oleh perusahan dalam menjalankan aktivitasnya.

2.2. Kerangka Pikir

Bumdes merupakan adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan

usaha lainnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa. Pendirian Unit usaha bertujuan sebagai lokomotif pembangunan ekonomi lokal tingkat desa.

Pembangunan ekonomi lokal desa ini didasarkan oleh kebutuhan, potensi, kapasitas desa, dan penyertaan modal dari pemerintah desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan desa dengan tujuan akhirnya adalah meningkatkan taraf ekonomi masyarakat desa. Dasar pembentukan Unit usaha sebagai lokomotif pembangunan di desa lebih dilatarbelakangi pada prakarsa pemerintah dan masyarakat desa dengan berdasarkan pada prinsip kooperatif, partisipatif, dan emansipatif dari masyarakat desa.

Pada umumnya setiap selalu menginginkan agar kontinuitas usahanya lebih lama lagi. Oleh karena itu, agar kelancaran operasi usaha dapat tetap terjaga maka pihak manajemen perlu lebih memperhatikan keadaan modal kerja atau woking capital yang ada dalam setiap usaha, agar dapat tetap dapat meningkatkan efektivitas kerja dalam usaha yang dilakukan dan memaksimalkan tujuan yang dicapai.

Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja Unit usaha. Ketika unit usaha memiliki laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan sebaliknya. Apabila kinerja Unit usaha baik maka dapat mempengaruhi kenaikan laba unit usaha, begitu pun jika kinerja unit usaha kurang baik maka laba unit usaha menjadi turun.

Modal kerja dapat meningkatkan penjualan sehingga perputaran modal kerja meningkat, dengan meningkatnya perputaran modal kerja maka modal kerja

akan segera kembali dalam Unit usaha yang disertai peningkatan laba atau keuntungan perusahan.

Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka pikir di bawah ini

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

2.3. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka dirumuskan hipotesis yaitu diduga kebutuhan modal kerja belum sesuai dengan kebutuhan sehingga belum dapat meningkatkan laba usaha Bumdes Mattuju

Bumdes Mattuju

Kebutuhan Modal Kerja dapat meningkatkan laba usaha BumDes Mattuju

Kebutuhan modal kerja terhadap laba usaha

Analisis kuantitatif

Analisis kebutuhan modal kerja

Aktiva lancar dan hutang lancar

Analisis laba usaha

Pendapatan biaya atau beban BumDes

40 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Daerah Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di BUMdes Mattuju di Desa Pitue Kecamatan Ma’rang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan pada bulan Agustus tahun 2020. Peneliti memilih BUMdes Mattuju, dengan pertimbangan dan alasan sebagai berikut:

1. BUMdes Mattuju merupakan unit usaha desa yang berada dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga peneliti merasa cukup mengenal karakteristik usaha yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini.

2. BUMdes Mattuju memiliki laporan keuangan yang lengkap.

3. Terdapat permasalahan di dalam laporan keuangan sehingga diperlukan analisis untuk meningkatkan laba usaha yang membuat peneliti merasa tertarik dan perlu untuk menelitinya

3.2. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, legenda, agenda dan sebagainya (Suharsimi:1996:146). Dalam penelitian ini metode dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data

berupa data informasi laporan keuangan BUMdes Mattuju periode 2018-2019 berupa neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas.

2. Metode kepustakaan

Metode kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku pustaka, referensi, koran, serta hasil penelitian terdahulu, agar diperoleh pengetahuan tentang yang diteliti sehingga dapat memecahkan masalah penelitian dengan cara yang cepat dan tepat

3. Observasi

Observasi dilaksanakan dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang sesungguhnya. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengamati aktivitas BUMdes Mattuju 4. Interview

Interview atau wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan pemilik dan pegawai pada BUMdes Mattuju guna memperoleh bahan masukan yang menunjang penulisan tugas akhir ini 3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik atau angka (Mudrajad, 2003: 142). Data yang diperoleh meliputi laporan keuangan, laporan laba rugi dan laporan arus kas Bumdes periode tahun 2018-2019 .

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Menurut Mudrajad, (2003: 143) data sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada

masyarakat pengguna data. Data sekunder umumnya bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mengenai laporan keuangan tahunan BUMdes Mattuju yang diperoleh dari periode 2018 sampai dengan 2019.

3.4. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul yang berupa pengamatan, dokumen portofolio, dokumen foto maupun rekaman video tidak akan bermakna tanpa dianalisis yaitu diolah dan diinterpretasikan. Analisis data pada dasarnya bertujuan mengolah informasi kuantitatif maupun kualitatif sedemikian rupa sampai informasi itu menjadi bermakna (Pardjono,dkk, 2007: 91).

Analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Kebutuhan Modal Kerja.

Untuk mengetahui besarnya kebutuhan modal kerja, digunakan rumus:

πΎπ‘’π‘π‘’π‘‘π‘’β„Žπ‘Žπ‘› π‘€π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘˜π‘’π‘Ÿπ‘—π‘Ž = π΄π‘˜π‘‘π‘–π‘£π‘Ž π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ βˆ’ π‘˜π‘’π‘€π‘Žπ‘—π‘–π‘π‘Žπ‘› π‘™π‘Žπ‘›π‘π‘Žπ‘Ÿ

2. Laba. Rumus laba (profitabilitas) yang digunakan yaitu:

πΏπ‘Žπ‘π‘Ž = π‘π‘’π‘›π‘‘π‘Žπ‘π‘Žπ‘‘π‘Žπ‘› βˆ’ π‘π‘’π‘π‘Žπ‘›/π‘π‘–π‘Žπ‘¦π‘Ž

Adapun analisis data secara deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini adalah memaknai data dengan cara membandingkan hasil dari sebelum dilakukan tindakan dan sesudah tindakan. Analisis data ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan lanjut dalam siklus selanjutnya

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2007:

86), yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.

Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan tes dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan- catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.

Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan

4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification) Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan

Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas analisis data yang ada. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.

Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan batasan-batasan yang digunakan untuk menghindari perbedaan interpretasi terhadap variabel yang dikaji, maka dikemukakan definisi operasional variabel sebagai berikut:

1. Kebutuhan Modal Kerja

Kebutuhan Modal Kerja yaitu besarnya jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dengan ditentukan oleh besarnya aktiva lancar dan besaran kewajiban

2. Laba

Laba merupakan perkiraan antara pendapatan dan beban-beban yang terjadi pada suatu periode tertentu dalam suatu Bumdes

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengenalan Usaha Bumdes Mattuju

Pencanangan pembuatan Bumdes telah lama diwacanakan di Kabupaten Pangkajene Kepuluan semenjak tahun 2013 dengan terbitnya Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Pangkajene nomor 2 tahun 2013 tentang Pedoman Pembentukan Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Namun, pada tahun 2014, Pemerintah menerbitkan Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.

Peraturan tersebut berisi tentang aturan dan tata cara pendirian Bumdes.

Kemudian, Perda nomor 3 tahun 2013 diperbaiki dan diperbaharui yang disesuaikan dengan UU nomor 6 tahun 2014 oleh Dispermasdes sehingga terbit Peraturan Daerah yang baru yaitu Perda Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Pada perda yang terbit dan telah diperbaharui, anggaran untuk dana desa telah dicantumkan beserta aturan dan besaran anggarannya.

Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene Kepulauan Nomor 13 Tahun 2017 menjelaskan tujuan dari pendirian Bumdes pada tiap-tiap desa mempunyai adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan usaha masyarakat desa dalam bentuk pengelolaan potensi desa

2. Mengoptimalkan aset desa yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan desa

45

3. Menciptakan peluang kerja serta jaringan pasar yang dapat mendukung kebutuhan umum warga desa.

4. Membuat dan mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga

5. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat desa

6. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan Pendapatan Asli Desa 7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa

Pemerintah Desa Pitue mendirikan Bumdes dikarenakan adanya Undang- undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa yang mewajibkan semua desa untuk mempunyai Bumdes. Undang-undang tersebut juga mengatur tentang dana desa agar dana yang ada diterima oleh desa tidak digunakan belanja barang yang habis pakai saja.

Bumdes Mattuju didirikan pada tanggal 16 Desember 2017. Bumdes Mattuju didirikan atas prakarsa pemerintah desa dengan masyarakat Desa Pitue.

Pembentukan Bumdes Mattuju diawali dengan musyawarah antara Pemdes dengan masyarakat umum. Dari hasil musyawarah disepakati untuk membentuk sebuah tim untuk memprakarsai terbentuknya Bumdes di Desa Pitue. Setelah dibentuk, maka Bumdes Mattuju di resmikan pada 4 Maret 2018 di kantor Desa Pitue.

Saat pertama kali didirikan, Bumdes Mattuju memulai dengan unit usaha produk hasil olahan masyarakat Pitue seperti kerupuk dan abon ikan yang memanfaatkan potensi lokal sebagai daerah pesisir, seperti ikan bandeng dan kepiting rajungan. Unit produk kerupuk merupakan usaha yang paling banyak

disukai dibandingkan usaha lainnya karena jumlah peminatnya yang banyak.

Bumdes Mattuju merupakan salah satu Bumdes yang paling ramai di Kabupaten Pangkajene Kepulauan terutama di bidang produk. Hal ini disebabkan dengan banyaknya pelanggan dari berbagai kalangan untuk membeli produk olahan masyarakat lokal.

Maksud dari pendirian Bumdes Mattuju adalah untuk mendorong dan menampung seluruh aktivitas masyarakat Desa Pitue dan memberikan layanan kepada masayarakat setempat. Bumdes Mattuju juga dimaksudkan agar memfasilitasi usaha-usaha yang berkembang kegiatan perekonomian yang dikelola oleh masyarakat Desa Pitue.

Bumdes Mattuju memiliki sistem pengorganisasian yang baik.

Pengorganisasian ini diharapkan agar dapat tercipta suatu tata kelola Bumdes yang lebih terstruktur dan memiliki fungsi yang jelas. Menurut Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 pasal 10, dijelaskan bahwa organisasi pengelola Bumdes terpisah dari organisasi Pemerintahan Desa. Susunan kepengurusan organisasi pengelola Bumdes terdiri dari:

1. Penasihat

2. Pelaksana Operasional 3. Pengawas

Kepengurusan Bumdes Mattuju dipilih oleh masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa. Orang-orang yang terpilih merupakan masyarakat yang dipercaya dapat mengelola Bumdes Mattuju dengan baik. Sistem pemilihan ini

Dokumen terkait