BAB IV AUDIT PENDAHULUAN
E. Langkah‐langkah Pelaksanaan Audit Pendahuluan
Dengan menggunakan berbagai teknik audit pendahuluan sebagaimana diuraikan di atas, langkah‐
langkah pelaksanaan audit pendahuluan secara sistematis dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Dalam waktu yang relatif singkat, dapatkan informasi‐informasi yang diperlukan yang berhubungan dengan latar belakang dan informasi umum terkait sistem pengukuran kinerja auditan.
2. Bila entitas yang diaudit telah menggunakan indikator kinerja utama, dapatkan dokumentasi yang tersedia yang menjelaskan indikator tersebut. Selain itu, dapatkan pula sumber informasi internal dan eksternal yang digunakan untuk menghitung indikator kinerja yang berbeda, seperti survei pelanggan dan pegawai.
3. Lakukan analisis atas latar belakang dan informasi tersebut dalam rangka memperoleh bukti yang relevan.
4. Buat kesimpulan sementara secara umum dari informasi‐informasi di atas.
5. Lakukan analisis arti penting dan risiko kegiatan entitas yang diaudit.
Dalam audit kinerja, pendekatan audit berbasis risiko lebih ditekankan pada risiko yang terkait dengan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas dalam pengelolaan keuangan dan pencapaian tujuan/sasaran dari pelaksanaan tugas dan fungsi auditi.
Beberapa hal yang dapat memicu timbulnya risiko yang harus dipertimbangkan auditor dalam menilai risiko yang dihadapi auditi antara lain:
a. Pengeluaran yang signifikan di bawah atau melebihi anggaran b. Tingginya mutasi pegawai
c. Ekspansi program secara mendadak
d. Ketiadaan reaksi manajemen auditi terhadap kelemahan yang ada e. Tanggung jawab yang tumpah tindih dan tidak jelas
f. Aktivitas yang rumit dan penuh ketidakpastian
6. Identifikasikan bidang‐bidang atau kegiatan‐kegiatan yang kemungkinan terdapat kelemahan yang memerlukan perbaikan (area kunci), sehingga dapat mengakibatkan tujuan auditan tidak tercapai.
Hasil identifikasi ini dapat dipergunakan sebagai dasar sementara dalam penentuan tujuan audit, ruang lingkup audit, sasaran audit, penentuan kriteria dan bukti‐bukti audit yang diperlukan.
Agar lebih mudah dipahami, berikut ini diberikan contoh pelaksanaan audit pendahuluan
Dari hasil penugasan audit kinerja atas salah satu satuan kerja eselon II pada sebuah lembaga pemerintah non kementerian, diperoleh informasi sebagai berikut:
a. Tugas pokok dan fungsi dari satuan kerja ini adalah:
• Pelaksanaan observasi cuaca dan iklim, dan pengolahan data dan informasi;
• Pelayanan data dan informasi;
• Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim;
• Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana
b. Sasaran strategis dan indikator kinerja utama berdasarkan dokumen rencana strategis yang dimiliki auditan adalah sebagai sebagai berikut:
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja
1 Meningkatnya kualitas hasil observasi • % pengolahan data yang sesuai sesuai standar
• % observasi yang akurat 2 Meningkatnya ketersediaan data dan
informasi
• % unsur data yang memenuhi standar ketersediaan
• % permintaan yang dipenuhi 3 Meningkatnya kecepatan layanan
pemberian informasi
• % layanan yang sesuai standard waktu
4 Meningkatnya variasi media
informasi/diseminasi kepada masyarakat
• Jumlah media diseminasi
• indeks kepuasan pengguna jasa atas aspek kecepatan, ketepatan, akurasi, informatif
5 Meningkatnya jumlah PNBP • % jumlah PNBP yg diterima Bendahara dibandingkan PNBP yg seharusnya
• % jumlah PNBP yg disetor k kas negara dibandingkan yg diterima Bendahara
c. Dari pemberitaan di media massa diketahui bahwa banyak keluhan yang disampaikan masyarakat pengguna jasa terkait dengan lambannya dan buruknya kualitas pelayanan masyarakat.
Masyarakat mengeluhkan berbelit‐belitnya proses pemberian layanan tersebut. Selain itu, terdapat ketidakjelasan besarnya tarif layanan.
Dari informasi tersebut di atas, tim audit memutuskan bahwa salah satu bidang atau kegiatan yang harus dilakukan audit kinerja adalah terkait dengan pemberian pelayanan informasi kepada masyarakat dan penerimaan PNBP terkait dengan pelayanan tersebut.
Terhadap bidang‐bidang atau kegiatan‐kegiatan yang dipandang memiliki risiko tinggi, auditor akan melakukan pengujian atas sistem pengendalian yang ada dan mengukur capaian kinerja dari kegiatan‐
kegiatan tersebut. Hal ini akan diuraikan pada bab‐bab berikutnya.
F. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan maksud dan tujuan dilakukannya audit pendahuluan dalam audit kinerja!
2. Jelaskan informasi apa saja yang harus diperoleh dalam audit pendahuluan!
3. Jelaskan pihak‐pihak dari auditi yang terkait dengan pelaksanaan audit pendahuluan!
4. Jelaskan teknik dan metode yang dapat digunakan dalam pelaksanaan audit pendahuluan!
5. Jelaskan hal‐hal apa saja yang dapat memicu timbulnya risiko yang harus dipertimbangkan auditor dalam menilai risiko yang dihadapi auditi!
~
Bab V PENGUJIAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan para peserta diklat akan mampu melakukan pengujian sistem pengendalian intern dalam penugasan audit kinerja instansi pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah mendefinisikan sistem pengendalian intern pemerintah sebagai proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang‐
undangan.
Definisi tersebut dapat digambarkan dengan kubus sebagai berikut:
Gambar 3. Kubus SPIP
Gambar kubus tersebut di atas mencerminkan 3 (tiga) sisi, yaitu 5 (lima) unsur sistem pengendalian intern, 4 (empat) sasaran untuk mencapai tujuan organisasi, dan 2 (dua) lingkup penerapan. Gambar tersebut juga memberikan pemahaman bahwa kelima unsur tersebut dapat berlaku pada tingkat organisasi secara keseluruhan atau hanya pada fungsi/aktivitas tertentu. Penerapan pada tingkat organisasi terutama akan melibatkan pimpinan, dan penerapan pada tingkat aktivitas akan melibatkan para pegawai. Semua itu dilakukan dalam rangka mencapai 4 sasaran untuk realisasi tujuan organisasi, yaitu efisiensi dan efektivitas, pengamanan aset, keandalan laporan keuangan, dan ketaatan pada peraturan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern yang baik akan membantu organisasi mencapai target kinerjanya. Oleh karena itu, pemahaman dan pengujian atas efektivitas dari sistem pengendalian intern auditan harus dilakukan dalam penugasan audit kinerja. Hal ini juga sejalan dengan kewajiban yang ditetapkan dalam standar audit.
A.
MAKSUD DAN TUJUAN
Dalam penugasan audit kinerja, pengujian atas sistem pengendalian intern dimaksudkan untuk menilai efektivitas pengendalian intern untuk dapat membantu mengidentifikasi potensi kegiatan yang kinerjanya tidak mencapai target. Apabila dari hasil pengukuran/penilaian kinerja, terbukti bahwa kegiatan tersebut tidak tercapai kinerjanya, akan dilakukan pengujian rinci atas penyebab dari ketidaktercapaian kinerja tersebut.
B. UNSUR PENGENDALIAN YANG DIUJI
Sesuai PP Nomor 60 Tahun 2008, terdapat lima unsur dari sistem pengendalian intern yang diuji, yaitu sebagai berikut:
1. Lingkungan pengendalian (control environment), merupakan fondasi dari sistem pengendalian intern pemerintah, meliputi penciptaan kondisi dan situasi pengendalian dalam jajaran pejabat dan pegawai yang terlibat dalam kegiatan satuan kerja, sehingga diharapkan dapat mempengaruhi kesadaran mereka dalam organisasi untuk dapat mencapai kinerja yang diharapkan.
Lingkungan pengendalian mencakup unsur‐unsur:
a. penegakan integritas dan etika;
c. kepemimpinan yang kondusif;
d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f. penyusunan dan penerapan kebijakan serta praktik yang sehat mengenai pembinaan SDM;
g. peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan h. hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
2. Penilaian risiko (Risk Assessment)
Melakukan identifikasi dan analisis risiko yang berkaitan dengan permasalahan keuangan dan non keuangan, sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Penaksiran risiko mencakup unsur‐unsur:
a. tujuan dan sasaran (goals and objectives) pada tingkatan aktivitas;
b. identifikasi dan analisis risiko;
3. Kegiatan pengendalian (Control Activities)
Menciptakan kebijakan dan prosedur dalam rangka pengendalian untuk memberikan keyakinan bahwa terdapat kegiatan yang dapat meminimalkan risiko dalam mencapai tujuan satuan kerja yang diaudit atau tujuan program/kegiatan.
Kegiatan pengendalian mencakup unsur‐unsur:
a. reviu atas kinerja;
b. pembinaan SDM;
c. pengendalian atas sistem informasi (controls over information system);
d. pengendalian fisik aset;
e. penetapan dan reviu atas indikator kinerja;
f. pemisahan fungsi;
g. otorisasi transaksi;
h. pencatatan yang akurat dan tepat waktu;
i. pembatasan akses atas sumber daya dan catatan;
j. akuntabilitas atas sumber daya dan catatan; dan
k. dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern dan transaksi/kejadian penting.
4. Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi diperlukan pimpinan auditan untuk melaksanakan pengendalian. Oleh karena itu, informasi harus direkam dan dikomunikasikan kepada pimpinan dan pejabat lain yang memerlukan guna menjalankan tanggung jawab operasionalnya.
Pemrosesan informasi dan komunikasi mencakup unsur‐unsur:
a. pencatatan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat;
b. mekanisme komunikasi internal dan eksternal yang efektif;
c. bentuk dan sarana komunikasi yang tepat; dan
d. penyempurnaan sistem informasi yang terus menerus.
5. Pemantauan (Monitoring)
Pimpinan auditan wajib melakukan pemantauan atas sistem pengendalian intern. Pemantauan adalah proses penilaian mutu/kinerja dari pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup unsur‐unsur:
a. pelaksanaan pemantauan berkelanjutan;
b. evaluasi terpisah; dan
c. tindak lanjut rekomendasi hasil pengawasan.
Atas masing‐masing unsur‐unsur pengendalian tersebut, terdapat faktor‐faktor yang dapat digunakan sebagai dasar menilai efektivitas sistem pengendalian intern auditan. Auditor dapat menggunakan daftar pertanyaan untuk menguji tingkat pemenuhan faktor‐faktor tersebut sebagaimana terdapat pada lampiran PP Nomor 60 Tahun 2008. Daftar pertanyaan tersebut dirancang untuk pengujian atas sistem pengendalian tingkat organisasi dan tingkat aktivitas. Contoh daftar pertanyaan tingkat organisasi tercantum dalam lampiran 4. Untuk tingkat aktivitas, diberikan contoh untuk aktivitas pengadaan barang/jasa yang terdapat dalam lampiran 5.
Ketika melakukan pengujian atas kelima unsur SPIP tersebut, auditor harus mempertimbangkan juga keterkaitan dan hubungan antar unsur. Hal ini digambarkan dengan piramida sebagai berikut:
Gambar 4. Hubungan Antar Unsur SPIP
Kondisi lingkungan pengendalian akan memengaruhi penilaian risiko yang dimiliki auditan. Makin baik lingkungan pengendalian suatu organisasi, makin rendah probabilita terjadinya risiko, terutama risiko yang bersumber dari internal organisasi. Jika demikian, maka kegiatan pengendalian yang diperlukan juga tidak terlalu banyak. Demikian pula dengan pemantauan pengendalian yang harus dilakukan.
Pemantauan terutama akan dilakukan atas tujuan atau kegiatan yang paling berisiko tinggi. Untuk melaksanakan keempat unsur tersebut, diperlukan sistem informasi dan komunikasi yang andal.
Hasil pengujian atas kondisi sistem pengendalian intern yang ada, digunakan sebagai dasar menentukan potensi kegiatan yang tidak tercapai target kinerjanya. Untuk itu, auditor harus dengan seksama menguji capaian data kinerja terkait kegiatan tersebut. Pengujian data kinerja akan dibicarakan lebih lanjut dalam bab berikut.
Contoh pengujian dapat diberikan sebagai berikut:
Melanjutkan contoh dari bab sebelumnya, jika dari hasil pengujian atas kondisi lingkungan pengendalian, diperoleh fakta bahwa auditan tidak memiliki aturan perilaku dan tidak adanya standar kompetensi untuk melaksanakan tugas layanan pemberian informasi, maka risiko ketidakakuratan dan keterlambatan layanan akan meningkat. Jika pelaksanaan prosedur layanan tidak dipantau oleh atasan dari pegawai yang melayani pemberian informasi tersebut, maka auditor harus lebih seksama menguji kebenaran data capaian kinerja terkait indikator % pengolahan data yang sesuai sesuai standar, % observasi yang akurat, dan ketepatan waktu layanan pemberian informasi.
C. TEKNIK PENGUJIAN YANG DIGUNAKAN
Teknik yang digunakan untuk menguji sistem pengendalian intern satuan kerja, unit pelaksana teknis (UPT), atau pengelola program adalah dengan melakukan survei, penelaahan dokumen dan pengamatan lapangan/wawancara untuk memperoleh informasi mengenai efektivitas dan manfaat pengendalian yang telah ditetapkan. Berikut penjelasan dari masing‐masing teknik tersebut.
1. Survei
Survei dilakukan dengan mengembangkan kuesioner yang akan disebarkan kepada sejumlah responden yang terdiri dari unsur pejabat dan pegawai yang terkait.
2. Penelitian dokumen dan prosedur
Teknik ini dilakukan dengan mengambil uji petik dari dokumen yang tersedia, dinilai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku. Penelitian dokumen dilakukan untuk memperoleh bukti pengujian atas catatan dan dokumen yang dimiliki auditan. Pengumpulan bukti yang berasal dari dokumen‐dokumen harus dipersiapkan dan ditujukan dalam rangka memperoleh informasi yang mendukung simpulan atas efektivitas sistem pengendalian. Dokumen yang penting, signifikan atau kontroversial harus dibuat duplikasinya untuk disimpan dan dicatat sumbernya, sehingga dapat terhindar dari terjadinya polemik atas bukti pengujian yang berasal dari bahan‐bahan yang tertulis.
3. Pengamatan lapangan
Teknik ini dilakukan untuk mengukur dan menguji sejauhmana kegiatan pengendalian atas lima komponen pengendalian berjalan secara efektif. Teknik seperti ini membantu auditor memperoleh bukti atas aset fisik dan dapat membantu mengumpulkan bukti apakah pegawai telah memenuhi prosedur yang layak. Peninjauan atas suatu proses tatkala proses tersebut beroperasi akan memberikan auditor suatu pemahaman dan kredibilitas yang memadai pada saat membahas isu‐
isu dengan UPT/Satker yang diaudit.
4. Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi yang dilakukan dengan komunikasi secara lisan dengan menggunakan metode tanya jawab yang mempunyai tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih rinci atau pendapat/keyakinan/tanggapan
Teknik ini lebih tepat digunakan jika jumlah respondennya sedikit dan responden memiliki pengetahuan serta kompetensi terkait topik yang akan ditanyakan. Auditor dapat merumuskan
informasi dari tangan pertama (key person) mengenai aktivitas atau perilaku melalui suatu kajian dari hasil wawancara yang cermat.
D. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan tujuan dari dilakukannya pengujian atas efektivitas sistem pengendalian intern dalam audit kinerja!
2. Jelaskan unsur‐unsur sistem pengendalian intern yang harus diuji dalam audit kinerja!
3. Berikan contoh pengujian atas system pengendalian intern dalam penugasan audit kinerja dengan memperhatikan keterkaitan antar 5 unsur SPIP!
4. Jelaskan teknik pengujian yang dapat digunakan untuk menguji sistem pengendalian intern!
~
Bab VI PENGUJIAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA
Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan para peserta diklat akan mampu melakukan pengujian sistem manajemen kinerja dalam penugasan audit kinerja instansi pemerintah.
Pengujian sistem manajemen kinerja dilakukan mulai dari pengujian atas penyusunan indikator kinerja dan penilaian atas kecukupannya hingga pengujian dan pengukuran capaian kinerja dari satuan kerja atau kegiatan yang diaudit.
A. PENILAIAN KECUKUPAN INDIKATOR KINERJA
1. Tujuan
Penilaian kecukupan indikator kinerja adalah langkah awal untuk menilai kinerja auditan. Penilaian ini dilakukan untuk menjamin bahwa indikator kinerja yang digunakan benar‐benar dapat menggambarkan kinerja instansi yang diaudit, sesuai dengan tujuan pendirian organisasi sebagaimana tertuang dalam pernyataan visi, misi/tugas pokok dan fungsi, tujuan dan sasaran, serta strategi organisasi.
Indikator kinerja tersebut dianggap cukup bila memenuhi karakteristik spesifik, dapat diukur, relevan, dan komprehensif.
Spesifik berarti pernyataan indikator kinerja telah memberikan makna yang jelas dan sama di antara para pengguna. Tidak ada interpretasi yang berbeda tentang apa arti dari indikator kinerja dan bagaimana mengukurnya.
Dapat diukur berarti tersedia data kinerja yang obyektif untuk mengukur capaian dari indikator kinerja tersebut dan menggunakan satuan ukuran yang umum digunakan seperti prosentase, buah, unit dan sebagainya.
Relevan berarti indikator kinerja yang digunakan selaras dengan pernyataan visi, misi, dan dan tugas pokok dan fungsi organisasi, tujuan dan sasaran serta strategi yang ditetapkan.
Komprehensif berarti indikator Kinerja yang digunakan telah mencakup semua aktivitas kunci instansi pemerintah serta mengandung komposisi yang baik antara indikator kuantitatif dan kualitatif, internal dan eksternal, masa lalu dan masa depan.
2. Langkah–langkah Penilaian Indikator Kinerja
Langkah‐langkah dalam menilai apakah indikator kinerja telah spesifik adalah sebagai berikut:
a. Lakukan wawacara kepada beberapa pihak yang terlibat dalam penyusunan indikator kinerja dan pengguna laporan kinerja untuk memperoleh pemahaman responden atas makna dan cara pengukuran capaian kinerja.
b. Analisis konsistensi penggunaan rumusan yang digunakan untuk mengukur capaian kinerja.
c. Apabila terdapat perbedaan cara pengukuran, lakukan wawancara dengan pejabat atau pegawai terkait untuk mendiskusikan kemungkinan berbagai interpretasi yang terjadi.
Langkah‐langkah dalam menilai apakah indikator kinerja telah dapat diukur adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi penggunaan satuan ukuran yang digunakan untuk mengukur capaian kinerja.
b. Identifikasikan dokumen yang dijadikan sumber data kinerja, baik data primer maupun dalam bentuk laporan sebagai data sekunder.
c. Jika dari kedua langkah tersebut, auditor dapat mengidentifikasinya, maka dapat disimpulkan indikator kinerja telah dapat diukur.
Langkah–langkah dalam menilai apakah indikator kinerja telah relevan meliputi:
a. Tentukan apakah tujuan keberadaan organisasi telah terefleksikan dalam pernyataan visi, misi dan tujuan organisasi dengan merujuk pada peraturan perundang‐undangan yang berlaku;
b. Lakukan penilaian apakah indikator kinerja telah merefleksikan pernyataan visi, misi, tugas pokok dan fungsi organisasi, tujuan dan sasaran serta strategi yang ditetapkan auditan sehingga memudahkan pengukuran kemajuan pencapaian sasaran instansi pemerintah dengan cara:
1) Menentukan apakah indikator kinerja merupakan ukuran yang tepat untuk menilai pencapaian target dan sasaran dengan memastikan bahwa indikator telah secara jelas merepresentasikan atau terkait dengan kinerja yang diukur.
2) Membandingkan semua kata/frasa kunci dalam pernyataan‐pernyataan tersebut dan tentukan apakah telah cukup tercakup dalam indikator kinerja.
3) Memastikan bahwa indikator kinerja telah cukup menggambarkan aktivitas khusus yang diukur dengan indikator tersebut dan bagaimana aktivitas itu akan memungkinkan organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan.
4) Tentukan apakah indikator kinerja akan dapat menyediakan informasi yang relevan dengan kebutuhan pengguna.
5) Apakah indikator terkait dengan aktivitas yang akan membantu pencapaian sasaran dan tujuan organisasi.
6) Pastikan bahwa indikator mengukur efisiensi dan efektivitas dan tidak merepresentasikan indikator beban kerja yang hanya mengindikasikan tingkat kesibukan organisasi daripada seberapa efisien dan efektif organisasi itu bekerja.
Langkah–langkah pengujian untuk menilai apakah indikator kinerja telah komprehensif adalah:
a. Pastikan bahwa indikator telah mencakup seluruh aktivitas kunci yang dijalankan oleh instansi pemerintah (auditan) yang bersangkutan.
b. Pastikan bahwa ada perimbangan yang baik antara indikator kuantitatif dan kualitatif yang dapat menggambarkan secara komprehensif kinerja organisasi.
c. Pastikan bahwa ada perimbangan yang baik antara indikator masa lalu dan antisipasi kesesuaian program instansi pemerintah dengan kondisi yang mungkin dihadapi di waktu yang akan datang.
d. Adakan pengujian apakah cukup informasi tersedia di dalam laporan bagi pengguna untuk memahami sifat aktifitas dan faktor‐faktor yang mempengaruhi kinerja yang telah dicapai.
3. Penetapan Indikator Kinerja yang Disepakati
Dalam hal auditan tidak memiliki indikator kinerja atau indikator kinerja yang digunakan disimpulkan tidak memenuhi kriteria cukup (spesifik, dapat diukur. relevan dan komprehensif), maka tim bersama‐sama auditan menetapkan indikator kinerja yang dipandang tepat sebagai indikator kinerja auditan tersebut. Hal ini dapat terjadi saat auditor melakukan audit pada tingkat
kegiatan yang berlangsung di satuan kerja eselon III ke bawah yang tidak memiliki kewajiban membuat laporan kinerja dan penetapan kinerja.
Langkah penetapan kesepakatan indikator kinerja mencakup:
a. Dapatkan informasi tentang indikator kinerja yang lazim digunakan oleh instansi pemerintah atau sektor publik sejenis baik di dalam maupun luar negeri (best practices).
b. Sepakati bersama dengan auditan indikator kinerja yang dipandang sesuai bagi auditan terutama dengan memperhatikan kriteria spesifik, dapat diukur, relevan dan komprehensif.
4. Penyusunan Simpulan Tentang Kecukupan Indikator Kinerja
Berdasarkan hasil penilaian tentang kecukupan indikator kinerja, auditor menyusun simpulan tentang indikator kinerja yang disepakati (baik indikator kinerja yang disusun sendiri oleh auditan, dalam hal auditor setuju bahwa indikator kinerja dinyatakan telah cukup, maupun indikator kinerja yang disepakati bersama antara auditor dan auditan) akan digunakan dalam menilai kinerja auditan.
Indikator kinerja yang disepakati tersebut selanjutnya digunakan untuk mengukur capaiannya dalam rangka menilai kinerja auditan sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
B. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA
1. Tujuan
Pengukuran capaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui prestasi auditan untuk periode yang diaudit sesuai dengan indikator kinerja yang digunakan. Sehubungan dengan hal tersebut, sebelum mengumpulkan informasi data hasil capaian kinerjanya, auditor harus meyakinkan diri bahwa laporan kinerja telah disajikan secara wajar.
Indikator kinerja disimpulkan telah disajikan secara wajar bila data besaran indikator kinerja yang dilaporkan instansi pemerintah didukung oleh data yang memadai dan dapat diandalkan.
Langkah penetapan kewajaran penyajian indikator kinerja meliputi:
a. Pastikan bahwa sistem informasi instansi pemerintah menjamin dihasilkannya informasi yang dapat diandalkan.
b. Tentukan apakah indikator kinerja membatasi observasi pada jenis‐jenis permasalahan tertentu atau situasi yang cenderung bergerak ke arah pencapaian target. Bila demikian, buat penilaian sejauh mana hal itu akan membiaskan pengukuran.
c. Pastikan bahwa besaran angka hasil capaian kinerja didukung oleh data yang cukup dan kompeten.
2. Data Capaian Kinerja
Dalam pengukuran capaian kinerja, terdapat dua kondisi yang mungkin akan ditemui. Berikut ini diuraikan kedua kondisi dimaksud.
a. Bila auditan telah memiliki indikator kinerja dan melaporkan data capaiannya.
Dalam hal ini, auditor harus melakukan pengujian atas data kinerja. Pengujian ini dilakukan dengan memastikan sumber data sekunder berupa laporan yang tepat yang dapat digunakan untuk mengukur realisasi capaian kinerja. Jika dari hasil pengujian atas sistem pengendalian terkait dengan sistem informasi menunjukkan tingkat keandalan yang memadai, auditor dapat melakukan sampling terhadap dokumen pendukung primer (berkas). Namun, jika hasil sampling menunjukkan bahwa laporan tersebut menunjukkan informasi yang tidak andal, maka auditor harus melakukan pengukuran kinerja dengan mendasarkan pada dokumen primer (berkas awal).
b. Bila digunakan indikator kinerja yang disepakati dan belum ada data capaiannya.
Dalam hal ini, auditor harus melakukan pengukuran untuk memperoleh data capaian kinerja auditan pada periode yang diaudit. Gunakan seluruh informasi yang tersedia untuk mendapatkan hasil capaian kinerjanya.
Dalam hal capaian indikator kinerja diperoleh melalui survei (Survei Kepuasan Pegawai dan Survei Kepuasan Pelayanan Publik), auditor hendaknya melakukan pengujian atas ketepatan metodologi survei yang dilakukan. Pengujian ini dilakukan dengan menilai ketepatan penetapan ukuran sampel, pemilihan responden, pengolahan data hasil survei, dan penyimpulan hasil survei.
3. Hasil Pengukuran
Data capaian kinerja yang diperoleh dari pengukuran tersebut di atas selanjutnya dibandingkan dengan tolok ukur yang dapat berupa target, standar, capaian tahun‐tahun sebelumnya, rata‐rata capaian kinerja organisasi sejenis lainnya, atau data pembanding lainnya yang sesuai (benchmark atau best practices).