BAB VII AUDIT RINCI DAN PENYUSUNAN TEMUAN
B. Penyusunan Temuan Hasil Audit
Temuan hasil audit merupakan dokumen yang berisikan temuan penting yang dihasilkan selama
hasil audit adalah penting untuk diingat bahwa arahnya akan bermuara pada laporan hasil audit.
Sehingga, diharapkan penulisan temuan hasil audit tersebut mempunyai struktur logika yang sama ketika akan digunakan dalam penyusunan konsep laporan hasil audit.
Temuan hasil audit dibuat ringkas dan mencakup informasi cukup untuk menggambarkan permasalahan secara memadai dan akibatnya terhadap pelaksanaan kegiatan dan program instansi yang diaudit.
Oleh karena itu, temuan hasil audit harus mengikuti kaidah penyusunan temuan audit, yaitu harus memiliki kelengkapan unsur‐unsur temuan berupa:
1. Kondisi (“fakta yang ada”), 2. Kriteria (“apa yang seharusnya”),
3. Sebab (“mengapa terdapat deviasi antara kondisi dengan kriteria”).
4. Dampak (“apa konsekuensi dari kondisi yang tidak sesuai kriteria”),
5. Tanggapan auditan yang diperoleh secara tertulis terhadap kondisi, sebab, dan atau dampak
6. Rekomendasi auditor, sebagai sesuatu yang perlu dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi penyebab, akan disampaikan baik secara lisan maupun tertulis kepada auditan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan rekomendasi :
1. Auditor harus memasukan rekomendasi untuk mengarahkan tindakan koreksi terhadap kelemahan kinerja.
2. Rekomendasi tersebut harus dinyatakan dalam arti yang luas terhadap apa yang perlu dilakukan dengan rincian yang cukup agar auditan lebih praktis menerapkannya.
3. Biaya untuk mengimplementasikan rekomendasi tidak melebihi manfaat yang akan diperolehnya.
4. Bila terdapat beberapa alternatif rekomendasi terkait dengan biaya, harus diusulkan dan disepakati oleh auditan.
Berikut ini disajikan contoh temuan audit kinerja yang baik, sesuai lingkup audit kinerja menurut PP 60 Tahun 2008.
Dengan mengacu pada pedoman kendali mutu audit yang dikeluarkan MENPAN RB, temuan hasil audit dapat dituangkan dalam bentuk formulir seperti terdapat pada lampiran 6.
Contoh 7.1.
Temuan Audit Kinerja Atas Pencapaian Sasaran dari Tugas dan Fungsi
Dari hasil audit atas kinerja pengamatan udara ditemukan bahwa stasiun XXXX, belum mencapai target. Sesuai dengan SK Kepala Badan nomor 123XYZ Tahun 2009, target jumlah pengamatan sebesar 1.000 pengamatan, sedangkan pengamatan yang akurat hanya 50%
Hal ini disebabkan:
a. Kurangnya kompetensi dari pengamat yang tidak memperoleh sertifikasi yang memadai.
b. Pihak stasiun tidak pernah menerima berita cuaca (data cuaca) dari kapal – kapal niaga maupun mercusuar‐mercusuar yang sangat penting untuk keperluan evaluasi dan verifikasi program prakiraan atau keperluan analisis cuaca kelautan. Sesuai Keputusan Menteri PQR Nomor KM.
295/MG.201/Phb‐81 tentang Ketentuan Pelaksanaan Pengamatan dan Pengiriman Data Tahun 1981
c. Sebagian besar (10 unit) peralatan yang telah terpasang belum dikalibrasi ulang, sesuai jadwal yang seharusnya, yaitu bahwa setiap peralatan mekanik wajib dikalibrasi selambat‐lambatnya 2 tahun sekali, sedangkan Peralatan elektronik (Otomatis) wajib dikalibrasi selambat‐lambatnya 1 (satu) Tahun sekali.
Akibatnya:
a. Menimbulkan potensi terjadinya kesalahan dalam tugas prakiraan baik prakiraan di wilayah laut di lingkungan stasiun xxxx maupun pembuatan shipping wcast untuk pelayaran,
b. Meningkatnya keluhan pengguna informasi
Rekomendasi:
Disarankan kepada Kepala satuan XXXX agar
a. mengirimkan pengamat untuk mengikuti diklat sertifikasi yang dibutuhkan,
b. mengusulkan kepada menteri PQR agar membuat kebijakan yang mengaitkan kewajiban pengiriman data cuaca dengan layanan pelabuhanan, dan
c. melakukan kalibrasi ulang atas 10 buah peralatan mekanik yang ada.
Penyusunan temuan hasil audit dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut :
1. Konsep disusun oleh Ketua Tim Auditor dengan dibantu oleh anggota tim pada saat audit berlangsung di lokasi auditan.
2. Konsep tersebut harus mendapatkan koreksi/persetujuan dari Pengendali Teknis.
Contoh 7.2.
Temuan Audit Kinerja atas Efektivitas dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan
Dari hasil audit atas nilai kegiatan pemeliharaan, dijumpai adanya nilai kegiatan pemeliharaan kendaraan bermotor yang melebihi target. Sesuai dengan POK DIPA satker ABC, nilai kegiatan pemeliharaan tiap kendaraan bermotor adalah sebagai berikut:
a. Kendaraan bermotor roda 4 = Rp 13.000.000,‐ per tahun b. Kendaraan bermotor roda 2 = Rp 2.800.000,‐ per tahun
Dari hasil pemeriksaan atas bukti‐bukti pemeliharaan kendaraan tersebut, dijumpai bahwa:
a. Satu buah kendaraan dinas Roda‐4, yang sudah tidak layak jalan sejak tahun 2008 sesuai laporan Simak BMN Stasiun kondisinya sudah Rusak Berat namun masih dikeluarkan biaya pemeliharaannya .
b. Satu buah kendaraan dinas Roda‐2, yang sudah tidak layak jalan sejak tahun 2008 sesuai laporan Simak BMN auditan, kondisinya sudah Rusak Berat namun masih dikeluarkan biaya pemeliharaannya.
Hal ini disebabkan:
a. Auditan belum melaksanakan Opname Fisik Barang Inventaris ( OFBI)
b. Auditan belum melaksanakan usulan penghapusan barang yang sudah tidak operasional.
Akibatnya terjadi kerugian Negara sebesar Rp 15.800.000, atas kelebihan pengeluaran biaya pemeliharaan kendaraan bermotor tersebut.
Rekomendasi
Disarankan kepada kepala satker agar:
a. Secara berkala, melakukan opname fisik barang inventaris.
b. Mengusulkan penghapusan barang yang sudah rusak berat dan tidak digunakan lagi.
c. Menyetorkan ke kas negara sebesar Rp 15.800.000,‐ atas kelebihan pembayaran biaya pemeliharaan kendaraan dinas.
3. Konsep tersebut disampaikan kepada Pimpinan auditan untuk dibahas dan diberikan komentar/tanggapan.
4. Komentar/tanggapan auditan tersebut kemudian didokumentasikan dan dianalisis. Apabila auditan tidak setuju dengan temuan hasil audit tersebut, maka alasan tidak setuju tersebut harus juga dianalisis.
5. Terhadap temuan yang tidak disetujui, apabila dari hasil analisis atas tanggapan auditan beserta bukti‐bukti pendukungnya, tim audit menerima alasan yang disampaikan, temuan tersebut dapat dihilangkan dari temuan hasil audit atau memberi tanda silang (x) pada konsep temuan.
6. Ketua tim atau Pengendali Teknis audit bersama sama dengan pimpinan auditan memaraf tiap halaman temuan hasil audit. Ketua tim dan atau Pengendali Teknis audit bersama sama dengan pimpinan auditan menandatangani halaman terakhir dari halaman temuan tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meminta tanggapan, adalah sebagai berikut.
1. Menghindarkan kesalahpahaman. Auditor harus memastikan bahwa pihak yang dimintai tanggapan memahami temuan audit yang disampaikan.
2. Kerahasiaan. Auditor harus memastikan bahwa kerahasiaan isi ikhtisar temuan hasil audit dapat terjaga baik oleh auditor dan auditan. Kata rahasia harus dimuat dalam halaman sampul dan setiap lembar isi ikhtisar temuan hasil audit.
3. Jangka waktu. Kesepakatan mengenai jangka waktu pemberian tanggapan harus ditetapkan bersama antara auditor dan auditan. Auditor harus selalu memonitor kemajuan proses pemberian tanggapan atas ikhtisar temuan hasil audit yang bersangkutan.
Tanggapan yang diberikan, seperti janji atau rencana tindakan perbaikan harus dimuat sebagai kelengkapan ikhtisar temuan hasil audit, namun bukan sebagai pembenaran untuk menghilangkan temuan signifikan dan rekomendasi yang berhubungan dengan temuan tersebut. Tanggapan dari pihak auditan sebaiknya dibuat secara tertulis dan didukung oleh dokumen penunjang tanggapan.
C. LATIHAN SOAL
1. Uraikan langkah‐langkah pengujian rinci dalam audit kinerja!
2. Jelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan saat mengembangkan rekomendasi atas temuan audit kinerja!
3. Jelaskan apa yang harus dilakukan tim audit dalam menanggapi tanggapan auditan yang tidak menyetujui temuan!
~