maka lama kelamaan menjadi biasa dan akhirnya mendarah daging (habit).
hasilnya pun tidak akan baik walaupun sepintas secara lahiriah kelihatannya baik. Hadits Rasulullah ini harus menjadi pegangan bagi setiap pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Biasanya bila seseorang berniat baik, maka ia akan mengusahakan sekuat tenaga dan dengan segala pemikirannya yang cerdas.
Begitu juga seorang pendidik yang berniat ikhlash karena Allah, maka ia akan melakukan pembelajaran dengan sepenuh hati. Segenap jiwa dan raganya dikerahkan sepenuhnya agar pembelajaran berjalan dengan baik dan berharap hasilnya akan efektif.
2. Pacing atau menyamakan posisi, gerak tubuh, bahasa, serta gelombang otak dengan peserta didik
Untuk menerima pesan dalam suatu komunikasi harus ada kesamaan chanel atau gelombang sehingga apa yang disampaikan (ide) yang dikomunikasikan dapat diterima dengan baik. Pendidik tidak bisa menyamakan kemampuannya dengan peserta didik dalam hal apapun. Jika saja pendidik mengukur kemampuan peserta didik harus sama dengan dirinya, maka tidak akan pernah ketemu antara keduanya.
Pendidik akan menganggap peserta didik sebagai orang yang bodoh, sulit diajar, bahkan ada yang menganggap sulit diatur sehingga pendidik sering pusing dan kehilangan cara untuk melaksanakan pembelajaran. Jika keadaan ini yang terjadi maka pembelajaran tidak dapat dicapai secara efektif.
Seharusnya pendidik dapat menurunkan posisi dirinya sehingga sama dengan posisi peserta didik. Jika anda menjadi pendidik anak usia dini maka posisi anda saat berhadapan dengan anak usia dini harus sama, baik dalam gerak tubuh, intonasi suara, bahasa yang digunakan sehingga gelombang otak akan menjadi sama. Dengan demikian akan tercipta komunikasi yang nyambung dengan peserta didik. Ing madio mangun karso
3. Leading atau mengarahkan
Apapun bentuk kegiatan yang akan dilakukan peserta didik dibutuhkan penjelasan dari pendidik. Apakah dalam
bentuk perintah, Langkah-langkah ataupun proses kerja dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kejelasan ini sangat tergantung dari pandangan pendidik terhadap peserta didik apakah akan menggunakan media pembelajaran atau dengan metode dan Teknik yang sesuai. Pengarahan ini akan menentukan hasil berikutnya. Jika pengarahan yang diberikan tidak jelas maka hasilnya tidak akan efektif.
4. Menggunakan kata-kata positif
Pendidik harus memiliki asumsi bahwa semua peserta didik memiliki kemampuan untuk belajar dan untuk menjadi lebih baik serta dapat melakukan pembelajaran dengan baik.
Asumsi ini penting karena apa yang ada dalam pemikiran pendidik akan mempengaruhi perilakunya terhadap peserta didik. Jika pendidik sudah memiliki asumsi positif makai ia akan menghadapi peserta didik dengan tenang, penuh semangat dan berkata-kata yang baik bahkan memunculkan wajah menyenangkan sehingga dapat memancing peserta didik untuk senang belajar. Oleh karena itu pendidik harus menggunakan kata-kata positif terhadap peserta didik. Kata-kata ini akan menjadi pegangan bagi peserta didik dalam belajar dan diharapkan akan membawa dampak positif terhadap hasil belajar.
5. Memberikan pujian dan reward
Setiap manusia memiliki keinginan untuk mendapatkan pujian dari hasil pekerjaannya. Setidaknya ada kata-kata segar yang memberikan semangat baru dalam belajar. Ibarat charger dapat memberikan energi untuk dapat bertahan hidup sehingga bermanfaat bagi orang yang akan menggunaknnya.
Pujian yang diberikan harus sesuai dengan hasil yang diperoleh. Jika peserta didik memiliki hasil yang luar biasa dan tidak disangka-sangka maka pendidik harus berani memberikan pujian dan reward yang tinggi kepada peserta didik. Kalau perlu ada hadiah istimewa dari hasil pekerjannya sehingga jerih payah dan keseriusan belajarnya mendapat imbalan yang setimpal.
Pujian tidak boleh terlambat karena dapat mengakibatkan mundurnya semangat belajar peserta didik.
Pendidik harus segera memberikan pujian disaat peserta didik harus memperolehnya. Jangan sampai semangat belajar menjadi menurun gara-gara pendidik yang kurang peduli pada peserta didiknya. Pada hal pujian itu dapat dilakukan dengan mudah melalui kata-kata.
6. Modeling atau memberi teladan melalui ucapan dan perilaku
Pendidik sangat diharapkan menjadi model yang dapat dicontoh oleh peserta didik terutama ucapan dan perilaku yang ditampilkan. Dari segi apapun pendidik harus tampil prima baik lahir maupun batin. Kata-kata, sikap dan perbuatan pendidik harus dapat dicontoh oleh peserta didik. Dengan kata lain pendidik harus memiliki karakter dan kepribadian yang baik dan menarik tidak hanya di dalam kelas akan tetapi juga di luar kelas dan dimana saja berada. Jangan sampai peserta didik merasa bahwa guru yang mendidiknya hanya di lembaga pendidikan. Setelah peserta didik keluar dari lembaga pendidikan atau setelah usai jam belajar mereka tidak menghargai lagi pendidiknya. Modeling ini juga akan berlangsung hingga dalam keluarga dan keberadaan pendidik ditengah-tengah masyarakat.
Keutuhan dan keharmonisan keluarga menjadi barometer oleh peserta didik. Oleh karena itu pendidik haruslah benar-benar menjadi sosok pribadi dan keluarga yang utuh sehingga dapat ditiru dan dihargai oleh peserta didik. Dari langkah terakhir ini dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran efektif, pendidik menjadi malaikat penyelamat peserta didik. Keefektifan belajar tidak saja diukur secara teoritis akan tetapi diukur secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Efektifitas pembelajaran harus meliputi ranah belajar itu sendiri yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Efektifitas pembelajaran dapat diukur dengan persentase penyerapan peserta didik. Sebagai contoh dapat dilihat gambar 8 berikut ini.
Gambar 8. Efektifitas Pembelajaran
Gambar 8 menunjukkan bahwa pembelajaran dikatakan efektif bila output lebih besar dari pada input. Semakin besar selisih output dengan input maka semakin berhasil pembelajaran. Jika hal ini selalu terjadi maka efektifitas pembelajaran dapat dapat dikatakan tinggi. Dengan demikian proses yang dilakukan yaitu pembelajaran efektif membawa hasil sesuai harapan atau tujuan yang sudah ditetapkan dalam pembelajaran. Bahkan untuk saat ini karena banyaknya sumber belajar terdapat dilingkungan yang dapat diakses oleh peserta didik, maka pencapaian hasil belajar bisa saja melebihi tujuan yang ditentukan semula.
Demikianlah beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam menciptakan pembelajaran efektif. Semoga dengan langkah yang disajikan dapat membantu pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran.