• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang akan dijadikan sebagai lapangan penelitian atau tempat di mana penelitian tersebut hendak dilakukan.

28 Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 175.

29 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), 100.

30

Wilayah penelitian biasanya berisi tentang lokasi (Desa, Organisasi, Peristiwa, teks dan sebagainya).30

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember Pajarakan yang terletak di Jl. PB Sudirman No. 13, pagah, Jemberlor, kecamatan. Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68155. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah: (1) Lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti, jadi memudahkan peneliti untuk melakukan observasi (2) Tidak semua orang memiliki perilaku atau akhlak yang tidak baik termasuk narapidana mereka memiliki alasan mengapa mereka melakukan perbuatan tersebut maka dari itu peneliti ingin mengkaitkan pembinaan keagamaan dengan kegiatan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

Terdapat bahan penelitian yang ingin peneliti lakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember, yaitu tentang Pembinaan Keagamaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian di sini adalah informan yang dapat memberikan informasi terkait data yang akan dicari. Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orabg tahu twntang situasi sosial tersebut.

Penentuan subyek penelitian ini menggunakan tehnik purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.31 Purposive penunjukan informan didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang

30 Abidin et al., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, ed. Alfabeta (Bandung, 2011).

mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Adapun informan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Koordinator keagamaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember (2) Petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember (3) Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penggalian data dalam penelitian ini dengan menggunakan beberapa teknik seperti observasi dan wawancara, dimana pelaksanaanya dapat kami uraikan atau digambarkan di bawah ini sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.32 Penelitian ini menggunakan langkah sistematis dalam mengamati objek penelitian sehingga dapat menghasilkan data yang sesuai dengan fokus masalah dan tujuan yang telah ditetapkan.33

Dalam teknik observasi ini peneliti melakukan pengamatan dengan cara mengamati kegiatan-kegiatan pembinaan yang sedang dilakukan oleh pembina dan narapidana terutama yang berkenan dengan pelaksanaan pembinaan keagamaan.

32 Sri Hartati and Ismail Nurdin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Media Sahabat, 2019), 173.

33 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 133.

Pada penelitian ini, observasi lapangan dilakukan oleh peneliti dengan cara melihat langsung ke lokasi yang telah dipilih oleh peneliti yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember. Tujuan observasi ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang obyek penelitian.

Teknik observasi ini digunakan oleh peneliti sebagai cara untuk mengungkapkan data sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

b. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

c. Faktor apa saja yang menghambat pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

Adapun alat untuk membantu selama melakukan observasi adalah:

1) Kamera/Handphone.

2) Buku catatan.

3) Pedoman Observasi.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik mendapatkan data dengan cara mengadakan percakapan secara langsung antara pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan pihak yang diwawancarai (interviewee) yang menjawab pertanyaan itu.34

34 Djamal, Paradigma Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 75.

Berdasarkan penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur, dengan tujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide- idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.35

Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan Pembina Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Jember mengenai Pelakasanaan Pembinaan Keagamaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember. Selain Pembina Narapidana, peneliti juga melakukan wawancara dengan Narapida.

Data yang ingin diperoleh dalam wawancara ini adalah:

a. Bagaimana bentuk pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

b. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

c. Faktor apa saja yang menghambat pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

Adapun alat yang dipersiapkan untuk proses wawancara adalah:

1) Alat perekam/Handphone.

2) Panduan Wawancara.

35 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan pada subyek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu.

Dokumen dapat berbentuk teks tertulis, gambar, maupun foto.36

Adapun data yang ingin diperoleh melalui teknik dokumentasi antara lain:

a. Data tentang profil Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Jember b. Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Jember c. Data Narapidana Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Jember d. Struktur Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Jember

e. Data Pembina Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Jember f. Foto-foto yang mendukung dan berkaitan dengan penelitian.

E. Analisis Data

Analisis data yaitu teknik yang di arahkan untuk menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan sebelum proses lapangan bersama dengan pengumpulan data.37

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

36 Muri Yusuf, Metodologi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan Penelitian Gabungan (Jakarta:

Kencana, 2014), 391.

37 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.38

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan beberapa langkah sesuai Miles dan Huberman. Komponen dalam analisis data Miles dan Huberman sebagai berikut:

1. Kondensasi Data

Menurut Miles, Huberman dan Saldana kondensasi data merujuk kepada proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi dan mentransformasi data yang terdapat pada catatan lapangan maupun transkip.39 Dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

a. Menyeleksi (Selecting)

Peneliti harus bertindak selektif, yaitu menentukan dimensi- dimensi mana yang lebih penting, hubungan-hubungan mana yang mungkin lebih bermakna dan sebagai konsekuensinya, informasi apa yang dapat dikumpulkan dan dianalisis. Peneliti mengumpulkan seluruh informasi tersebut untuk memperkuat penelitian.

b. Memfokuskan (Focusing)

Menurut Miles dan Huberman bahwa memfokuskan data merupakan bentuk pra analisis. Pada tahap ini, peneliti memfokuskan data yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian. Tahap ini

38 Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teknologi (Makasar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffaray, 2018), 52.

39 Huberman, Miles, and Saldana, Qualitative Data Abalysis (America: SAGE Publications, 2014), 12.

merupakan lanjutan dari tahap seleksi data. Peneliti hanya membatasi data yang berdasarkan rumusan masalah.

c. Mengabstraksikan (Abstracing)

Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti proses pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Pada tahap ini, data yang telah terkumpul dievaluasi, khususnya yang berkaitan dengan kualitas dan kecukupan data.

d. Menyederhanakan dan Mentransformasikan (Simplifyng and Transforming)

Data dalam penelitian ini selanjutnya diserahkan dan ditransformasikan dalam berbagai cara, yakni melalui seleksi yang ketat dengan ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan data dalam satu pola yang lebih luas dan sebagainya. Menyederhanakan data peneliti mengumpulkan data setiap proses.

2. Reduksi Data

Reduksi adalah proses merangkum, meringkas, memilih yang pokok-pokok, memfokuskan pada hal yang penting, mencari tema dan pola, dan membuang yang tidak perlu. Reduksi ini merupakan mengelompokkan data dari hasil observasi dan wawancara sesuai dengan fokus penelitian Pembinaan Keagamaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

3. Penyajian Data

Dalam penyajian data ini bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya.

Menurut milles dan hiberman yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif atau dalam bentuk kalimat yang tersusun sebuah paragraf.

4. Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah mengambil kesimpulan dari data yang telah disajikan. Dengan ini, peneliti mencari makna dari data yang sudah direduksi dengan cara membandingkan, mencari pola, tema, hubungan persamaan, mengelompokkan dan memeriksa hasil yang diperoleh dalam penelitian. Berikut langkah yang dilakukan oleh peneliti:

a) Mengumpulkan data yang diperlukan dari lapangan.

b) Memilih data yang penting dan membuang yang tidak perlu.

c) Mengorganisasikan data sesuai dengan jenisnya.

d) Merangkum data yang telah diorganisasikan.

e) Menyajikan data dengan uraian singakat dan berbentuk teks naratif.

f) Menyimpulkan data yang telah disimpulkan dan melakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.

F. Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data perlu dilakukan dalam penelitian kualitatif yakni untuk mengetahui tingkat kepercayaan yang dicapai dan menunjukkan

kepercayaan hasil temuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan yang sedang diteliti.

Untuk memeriksa keabsahan data ini, maka dipakai validitas data triangulasi. Triangulasi adalah melihat sesuatu realitas dari berbagai sudut pandang atau perspektif, dari berbagai segi sehingga lebih kredibel dan akurat.40 Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah menguji keabsahan data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh kepada beberapa sumber.41 Triangulasi sumber ini dapat dicapai dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan dan perspektif seorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.

40 Paul Suparno, Riset Tindakan Untuk Pendidik (Jakarta: pt. Grasindo, 2008), 71.

41 Haidir and Salim, Penelitian Pendidikan: Metode, Pendekatan, Dan Jenis (Jakarta: Kencana, 2019), 121.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

2. Triangulasi Teknik

Triagulasi teknik yaitu membandingkan data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang berbeda dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. 42Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan dokumentasi.

G. Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap Pra Lapangan (Persiapan) a. Menyusun rancangan penelitian.

b. Memilih lapangan penelitian.

c. Mengurus perizinaan.

d. Menentukan informan.

e. Menyiapkan mental diri dan perlengkapan penelitian.

f. Memahami etika penelitian.

g. Menyiapkan perlengkapan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaana.

a. Memahami latar penelitian.

b. Memasuki lapangan penelitian.

c. Mengumpulkan data.

d. Menyempurnakan data yang belum lengkap.

42 Alfiatu Solikah, Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pada Sekolah Unggulan (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019), 30–31.

3. Tahap Penyelesaian

a. Menganalisis data yang diperoleh b. Mengurus perizinan selesai penelitian c. Menyajikan data dalam bentuk laporan d. Merevisi laporan yang telah disempurnakan

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Objek Penelitian

Dalam suatu penelitian, gambaran obyek penelitian merupakan salah satu bagian yang harus dijelaskan secara rinci untuk mengetahui bagaimana keadaan, kondisi dan situasi yang menjadi suatu obyek penelitian. Diantaranya pembahasan pada gambaran obyek penelitian ini penulis akan menjelaskan hal- hal berikut meliputi:

1. Sejarah Berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember

Bagi Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila, pemikiran- pemikiran mengenai fungsi pemidanaan ridha tidak lagi sekedar penjeraan tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitas dan reintegrasi social warga binaan pemasyarakatan yang telah ditetapkan dengan suatu system perlakuan terhadap pelanggaran hukum Indonesia yang dinamakan dengan system pemasyarakatan.

Islitah pemasyarakatan untuk pertama kali di sampaikan oleh almarhum bapak Saharjo, SH (Menteri kehakiman pada saat itu) pada tanggal 5 Juli 1963 pada pidato penganugerahan gelar doctor Honoris Causa oleh Universitas Indonesia. Pemasyarakatan oleh beliau dinyatakan sebagai tujuan dari pidana penjara. Satu tahun kemudian pada tanggal 27 April 1964 dalam konverensi jawaban kepenjaraan ini dinyatakan sebagai suatu sisem pembinaan terhadap para pelanggar hokum dan sebagai suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk mencapai reintegrasi social

42

atau pulihnya kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan warga binaan pemasyarakatan di dalam masyarakat.

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember merupakan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yang mempunyai tugas melaksanakan sebagai tugas pokok Kementerian Hukum dan HAM RI di bidang pembinaan dan perawatan narapidana/tahanan.

Bangunan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember dibangun pada tahun 1986 Pemerintah Kolonial Belanda. Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember berada di pusat kota Jember tepatnya di Jalan PB Sudirman NO 13 Jember.

Lembaga Pemasyarakatan Jember Kelas II A Jember dibangun di atas tanah seluas 8970 m², sedangkan luas bangunannnya sekitar 53201 m².

Sesuai dengan keberadaannya sejak awal dibangun sampai saat ini, Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember telah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Untuk mempertanggung jawabakan pelaksanaan tugas dan fungsinya di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember serta memberikan gambaran tentang berbagai hal yang telah dilaksanakan serta hambatan-hambatan dalam pelaksanaan tugas, secara berkala dilakukan evaluasi yang salah satunya melalui Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP).

2. Visi, Misi, Tugas dan Fungsi berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember

a. Visi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember yaitu: terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.

b. Misi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember yaitu:

1) Peningkatan kualitias manusia Indonesia.

2) Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya asing.

3) Pembangunan yang merata dan berkeadilan.

4) Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjut.

5) Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.

6) Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpecaya.

7) Pelindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada setiap warga.

8) Pengelolaan pemerintah yang bersih, efektif dan terpecaya.

9) Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara kesatuan.

c. Tugas Lemaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember yaitu: untuk melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik.

d. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember yaitu:

1) Melakukan pembinaan narapidana atau anak didik.

2) Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola kerja.

3) Melakukan bimbingan sosial/kerohanian narapidana/anak didik.

4) Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib Lembaga Pemasyarakatan.

5) Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.

3. Struktur Organisasi dan Tugas Staf Table 4.1

Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember

KPLP Seksi

Pembinaan Napi

Urusan Umum Urusan Kepegawaian &

Keuangan

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi ADM Keamanan & Tata

Tertib

Sub Seksi Sarana Kerja Kepala Lapas

Kelas II A

Sub Seksi Bimker & PHK

Sub Seksi Bim.

Kemsy wat

Seksi Kegiatan Kerja

Sub Seksi Regristrasi

Sub Seksi Pelaporan &

Tata Terteib Sub Seksi Keamanan Petugas

Pengamanan

Struktur organisasi diatas adalah suatu kerangka yang terdiri dari satuan-satuan organisasi beserta segenap pejabat dengan tugas dan wewenang yang berhubungan antara satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan.

Strukur organisasi Lembaga Permasyarakatan Jember mengacu pada SK. Menteri Kehakiman RI Nomor: M.01.PR.07.03 Tahun 1985 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Permasyarakatan.

Adapun tugas dan fungsi dari organ-organ dalam struktur Lembaga Permasyarakatan Jember adalah sebagai berikut:

a. Kepala Lembaga Permasyarakatan Pemasyarakatan Kelas II A Jember Bertanggung jawa kepada kepala kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jember dalam perencanaan, administrasi keamanan dan tata tertib keuangan, perlengkapan, sumber daya manusia (SDM), pembinaan warga binaan permasyarakatan (WBP), perawatan, pembinaan keterampilan sehingga terselenggaranya pembinaan terhadap narapidana, terselenggaranya program pembinaan keterampilan, kesehatan narapidana tertib administrasi lapas, terkendalinya tingkat keamanan dan ketertiban di Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Jember.

b. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha

Sub. bagain tata usaha mempunyai tugas melakukan tugas urusan tata usaha dan rumah tangga Lembaga Permasyarakatan. Sub. bagian tata usaha terdiri dari:

1) Kepala Urusan Kepegawaian dan Keuangan yang bertugas melakukan urusan kepegawaian dan keuangan.

2) Kepala Urusan Umum mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.

c. Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Permasyarakatan (KPLP)

Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Permasyarakatan (KPLP) langsung bertanggung jawab kepada Kepala Lembaga Permasyaraktan Kelas II A Jember dan Kepala Kesatuan Pengamanan dan menjalankan tugasnya tidak mempunyai seksi, akan tetapi mempunyai Regu Jaga yang bertugas melakukakan penjagaan dan pengamanan Lembaga Permasyarakatan.

Secara khusus Kesatuan Pengamanan Lembaga Permasyarakatan mempunyai tugas:

1) Melakukan penjagaan dan pengawasan terhadp narapidana.

2) Melakukan pemeliharaan keamanan dan ketertiban.

3) Melakukan pengawalan dan penerimaan, penempatan, dan pengeluaran narapidana.

4) Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan.

5) Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan pengamanan.

d. Kepala Seksi Pembinaan Narapidana/Anak Didik

Seksi pembinaan narapidana mempunyai tugas memberikan bimbingan permasyarakatan narapidana dengan sistem pemasyarakatan,

dalam melaksanakan tugasnya seksi pembinaan narapidna/anak didik dibantu oleh beberapa Sub seksi, yaitu:

1) Sub Seksi Registrasi yang bertugas melakukan pencatatan dan membuat statistic, serta dokumentasi, sidik jari narapidana/anak didik.

2) Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan mempunyai tugas memberikan bimbingan dan penyuluhan rohani seta memberikan latihan olah raga, peningkatan pengetahuan, asimilasi dan memberikan perawatan bagi narapidana atau anak didik.

e. Kepala Seksi Kegiatan Kerja

Seksi Kegiatan Kerja bertugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja dan mengelola hasil kerja. Seksi Kegiatan Kerja terdiri dari:

1) Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolahan Hasil Kerja mempunyai tugas memberikan petunjuk dan bimbingan latihan kerja bagi narapidana/ anak didik serta mengelola hasil kerja.

2) Sub Seksi Sarana Kerja mempunyai tugas mempersiapkan fasilitas sarana kerja.

f. Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban

Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban bertugas mengatur jadwal tugas, perlengakapan dan pembagian tugas pengamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas serta menyususn laporan berkala dibidang keamanan dan menegakkan tata tertib.

Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban terdiri dari:

1) Sub Seksi Pelaporan dan Tata Terrib mempunyai tugas menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengaman yang bertugas serta mempersiapkan laporan berkala dibidang keamanan dan menegakkan tata tertib.

2) Sub Seksi Keamanan mempunyai tugas, penggunaan perlengakapan dan pembagian tugas pengamanan.

4. Proses pembinaan

Narapidana bukan hanya sebagai objek, akan tetapi mereka juga sebagai subjek yang sama dengan manusia lainnya yang sewaktu-waktu dapat melakukan kesalahan-kesalahan atau kekhilafan-kekhilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga manusia tersebut jangan dikucilkan apalagi diberantas. Yang harus diberantas adalah faktor-faktor penyebab yang mengakibatkan manusia tersebut bertentangan dengan hukun, norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

Sistem pemasyarakatan merupakan suatu tahanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara petugas permasyarakatan dangan Warga Binaan Masyarakatan.

Sehingga dapat meningkatkan kualitas Warga Binaan Masyarakat agar menyadari kesalahannya, memperbaiki diri tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima lagi oleh masyarakat, dapat berperan aktif

dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab.

Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak bagi pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995, juga merupakan tempat untuk mencapai tujuan tersebut di atas. Lembaga Pemasyarakatan mengadakan kegiatan-kegiatan pembinaan, rehabilitasi, dan reintegrasi.

Berlandaskan kepada Surat Edaran Nomor K.P.10.13/3/1 tanggal 8 Februari 1965 tentang “Permasyarakatan Sebagai Proses di Indonesia” maka metode yang dipergunakan dalam proses prmasyarakatan ini meliputi empat tahap yang merupakan suatu kesatuan proses yang bersifat terpadu sebagaimana dibawah ini:

a. Tahap Orientasi/Pengenalan

Setiap Narapidana yang termasuk di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan penelitian untuk segala hak ikhwal perihal dirinya, termasuk sebab-sebab ia melakukan kejahatan, dimana ia tinggal, bagaimana keadaan ekonominya, latar belakang pendidikan dan sebagainya.

b. Tahapan Asimilasi dalam arti sempit

Jika pembinaan diri narapidana dan antara hubungan dengan masyarakat telah berjalan kurang 1/3 masa pidana sebenarnya menurut Dewan Pembinaan Pemasyarakatan telah dicapai cukup kemajuan dalam proses antar lain, bahwa narapidana telah cukup kemajuan dalam proses antara lain, bahwa narapidana telah cukup menunjukkan perbaikan- perbaikan dalam tingkah laku, kecakapan dan lain-lain.

proses pembinaannya adalah gedung lembaga pemasarakatan terbuka dengan maksud memberikan kebebasan bergerak lebih banyak lahi atau para narapidana yang sudah ada pada tahap ini dapat dipindahkan dari lembaga pemasyarakatan terbuka. Pada tahap ini program keamanannya adalah medium.

Ditempat baru ini narapidana diberi tanggung jawab terhadp masyarakat. Bersamaan dengan ini pula dipupuk rasa harga diri, atat karma, sehingga dalam masyarakat luas timbul kepercayaan dan berubah sikapnya tehadap narapidana.

Kontak dengan unsur-unsur masyarakat frekuensinya lebih diperbanyak lagi misalnya kerja bakti dengan masyarakat luas. Pada saat ini dilakukan kegiatan bersama-sama dengan unsur masyarakat. Masa tahanan yang harus dijalani pada tahap ini adalah sampai berkisar ½ dari masa pidana yang sebenarnya.

c. Tahap asimilasi dalam arti luas

Narapidana yang sudah menjalani kurang ½ masa pidana yang sebenarnya menurut Dewan Pembinaan Pemasyarakatan dinyatakan proses pembinaannya telah mencapai kemajuan yang lebih baik lagi, maka mengenai diri narapidana maupun unsur-unsur masyarakat.

proses pembinaan diperluas ialah dimulai dengan usaha asimilasi para narapidana dengan penghidupan masyarakat luar yaitu seperti kegiatan mengikut sertakan pada sekolah umum, bekerja pada badan

Dokumen terkait