• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Pembinaan Keagamaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas Ii a Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PDF Pembinaan Keagamaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas Ii a Jember"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN KEAGAMAAN NARAPIDANA

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A JEMBER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

HOLIFAH ERA ENJELINA NIM: T20171256

UIN KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JANUARI 2022

(2)

ii

PEMBINAAN KEAGAMAAN NARAPIDANA

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A JEMBER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

Holifah Era Enjelina NIM: T20171256

Disetujui Pembimbing

Dr. Akhsin Ridho, M.Pd.I NIP: 198303212015031002

(3)

iii

PEMBINAAN KEAGAMAAN NARAPIDANA

DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A JEMBER

SKRIPSI

telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam

Hari : Kamis

Tanggal : 06 Januari 2022

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. Nino Indrianto M.Pd. Dr. Erisy Syawiril Ammah, M.Pd.

NIP. 198606172015031006 NIP. 197403291998032001 Anggota

1. Dr. Zainuddin Al Haj Zaini, LC., M.Pd.I, ( ) 2. Dr. Akhsin Ridho, M. Pd. I. ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I NIP. 19640511 199903 2 001

(4)

iv

MOTTO

هَّنَ يِيْحُنَلَ ف ٌنِمْؤُم َوُهَو ىٰثْ نُا ْوَا ٍرَكَذ ْنِّم اًِلِاَص َلِمَع ْنَم ًةوٰيَح ٗ

ًةَبِّيَط ْمُهَّ نَ يِزْجَنَلَو ٗ

ْمُهَرْجَا

ِنَسْحَاِب اَم

اْوُ ناَك َنْوُلَمْعَ ي

Artinya: “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl: 97).1

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah untuk wanita, surat An-Nahl:

97, (Bandung: CV.Jabal Raudhatul Jannah, 2010), 278.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini adalah sebagian dari anugerah yang Allah Swt limpahkan kepadaku, dengan segala kerendahan hati dan rasa syukur kupersembahkan kepada:

1. Kedua orang tua saya Bapak Bambang dan Ibu Fajriyah tercinta sebagai bukti hormat dan rasa kasih sayang yang takterhingga. Terima kasih telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kasih sayang dan yang selalu memberi semangat dan doa untuk anak-anaknya.

2. Nenekku (Tina Riatun), kakekku (Wagiman) dan adekdu (Ratu Dwi Aisyah) yang telah memberi semangat dalam mengerjakan skripsi ini hingga selesai.

3. Sahabat-sahabatku (Nabila, Velika, Riska, dan Vebi) serta teman seperjuanganku kelas PAI A7 yang telah memberi semangat, motivasi dan mendoakan untuk selalu tidak putus asa.

(6)

vi PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkankan kepada Allah Swt karena atas rahmat dan karunia-Nya, perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian skripsi yang berjudul “Pembinaan Keagamaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember” sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana, dapat terselesaikan dengan lancar.

Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena banyak dukungan. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Sharto, SE, MM., selaku Rektor UIN KH. Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan fasilitas yang memadai selama kami menuntut ilmu di UIN KH. Achmad Siddiq Jember.

2. Prof Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN KH. Achmad Siddiq Jember yang telah membimbing kami dalam proses perkuliahan.

3. Drs. H. D. Fajar Ahwa, M.Pd.I., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam UIN KH. Achmad Siddiq Jember.

4. Dr. Akhsin Ridho, M.Pd.I., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah sabar, ikhlas dan support serta bersedia meluangkan waktunya demi kelancaran penulisan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan khususnya Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah memberi banyak ilmu sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

(7)

vii

Akhir kata, semoga segala amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis mendapat balasan yang baik dari Allah Swt, Penulis menyadari bahwa skripsi ini sudah baik dan benar, penulis siap menerima kritik dan saran yang membangun dari segenap pihak merupakan hal yang berharga bagi penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi masyarakat pada umumnya. Aamiin…

Jember, Januari 2022

Holifah Era Enjelina T20171256

(8)

viii ABSTRAK

Holifah Era Enjelina, 2021: “Pembinaan Keagamaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember”.

Kata Kunci: Pembinaan keagamaan, Narapidana, Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember

Pada era globalisasi saat ini para remaja maupun orang dewasa seperti kehilangan arah dan tujuan hidup karena mereka banyak yang terjebak dalam tidak kejahatan. Banyaknya kasus tindak pidana ini salah dampak dari perkembangan teknologi saat ini yang tidak diimbangi dengan kesiapan mental dan iman yang kuat dalam memanfaatkan teknologi modern. Berkembangnya teknologi saat ini harus diimbangi dengan pembinaan iman dan taqwa. Adanya realitas tersebut, maka perlu adanya upaya untuk membina narapidana agar bisa berubah menjadi lebih baik lagi, agar bisa mengatasi problem-problem yang akan di alami di masa yang akan datang sehingga tidak terjerumus kedalam lubang yang sama melalui pembinaan keagamaan.

Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1) Bagaimana bentuk pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember? 2) Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember? 3) Faktor apa saja yang menghambat pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui bentuk-bentuk pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember. 2) Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember. 3)Untuk mengetahui Faktor-faktor yang penghambat pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

Untuk mencapai tujuan diatas, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.

Sedangkan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis kualitatif Miles dan Huberman. Sedangkan untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, peneliti menggunakan triangulasi data dan bahan referensi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pembinaan keagamaan bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember meliputi bentuk pembinaan, pelaksanaan dan faktor penghambat. Dalam bentuk dan pelaksanaan pembinaan pembinaan keagamaan dibagi menjadi dua yaitu: pembinaan wajib dan ekstrakurikuler. Pembinaan wajib terdiri dari kegiatan: shalat lima waktu berjamaah, dzikir (rotibul hadad), ngaji (al-qur’an dan iqra’), yasinan, tahlil, kajian fiqih (bab shalat), kajian tauhid. Sedangkan untuk pembinaan ekstrakurikuler terdiri dari kagiatan: hadrah, adzan, qiraat, dan tartili. Di dalam faktor penghambat yang dihadapi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember yaitu dari latar belakang para narapidana yang berbeda dan kurangnya Pembina keagamaan.

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Istilah ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Penelitian Terdahulu ... 13

B. Kajian Teori ... 17

1. Bentuk-bentuk Pembinaan Keagamaan ... 17

a. Penyuluhan Agama ... 17

b. Pendidikan Agama Islam ... 18

c. Ibadah Bersama ... 19

d. Pembinaan Kemandirian dilakukan dengan cara ... 21

2. Pengertian Pembinaan Keagamaan ... 21

3. Dasar dan Tujuan Pembinaan Keagamaan ... 24

(10)

x

a. Dasar-dasar Pembinaan Keagamaan ... 24

b. Tujuan Pembinaan Keagamaan ... 26

4. Unsur-unsur dalam Pembinaan Keagamaan ... 27

5. Masalah-masalah dalam Kehidupan Keagamaan... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 30

B. Lokasi Penelitian ... 30

C. Subjek Penelitian ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Analisis Data ... 35

F. Keabsahan Data ... 38

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 40

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 42

A. Gambaran Objek Penelitian ... 42

B. Penyajian dan Analisis Data ... 54

C. Pembahasan Temuan ... 64

BAB V PENUTUP ... 68

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71 Lampiran-lampiran

(11)

xi

DAFTAR TABEL

2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang dilakukan ... 15 4.1 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember ... 45 4.2 Jadwal kegiatan ... 63

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

4.1 Wawancara dengan bapak Prawono selaku pembina keagamaan ... 55

4.2 Wawancara dengan bapak Sarwirto selaku kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember ... 56

4.3 Wawancara dengan bapak Bambang selaku kasubsi Bim. Kemasy wat ... 58

4.4 Absensi Kegiatan Narapidana ... 60

4.5 Wawancara dengan bu Ike sebagai narapidana ... 61

4.6 Wawancara dengan bapak Mahmud selaku narapidana laki-laki ... 62

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercermin pada UUD tahun 1994 pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara hukum. Maka segala urusan harus terselesaikan secara hukum. Hukum megatur kehidupan manusia sejak berada dalam kandungan sampai meninggal dunia. Hukum mengatur semua aspek kehidupan masyarakatan (ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, keamanan, dan sebagainya).1

Dalam tatanan kehidupan sosial, sebenarnya sudah terdapat aturan- aturan yang di berlakukan agar setiap individu dapat hidup aman dan sejahtera. Akan tetapi pada zaman modern era globalisasi kemajuan teknologi sangat bertumbuh pesat, kemajuan teknologi itu memberikan sisi positif yang menjadikan kemajuan hidup lebih efektif dan efesien dalam memenuhi keutuhan, namum memberikan sisi negatif yang memberikan efek yang berkepanjangan bagi masyarakat. Salah satu dampaknya adalah angka kriminalitas meningkat dengan keberagaman aksi kekerasan di dalamnya baik dari perbuatan individu maupun perbuatan kelompok yang mengakibatkan kerugian untuk orang lain dan tidak sedikit dari mereka terseret dalam lembaga pemasyarakatan karena perbutan menyimpang yang mereka lakukan melanggar hukum.

1 riduan syahrini, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 195.

(14)

Pada era globalisasi saat ini para remaja maupun orang dewasa seperti kehilangan arah dan tujuan hidup karena mereka banyak yang terjebak dalam tidak kejahatan. Banyaknya kasus tindak pidana ini salah dampak dari perkembangan teknologi saat ini yang tidak diimbangi dengan kesiapan mental dan iman yang kuat dalam memanfaatkan teknologi modern.

Berkembangnya teknologi saat ini harus diimbangi dengan pembinaan iman dan taqwa. Adanya realitas tersebut, maka perlu adanya upaya untuk membina narapidana agar bisa berubah menjadi lebih baik lagi, agar bisa mengatasi problem-problem yang akan di alami di masa yang akan datang sehingga tidak terjerumus kedalam lubang yang sama melalui pembinaan keagamaan.

Pembinaan keagamaan berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama.2 Dalam hal ini, pembinaan keagamaan memegang peranan yang sangat penting untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian peminaan keagamaan harus diberikan kepada semua yang beragama Islam. Tujuan pembinaan Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang shaleh, teguh imannya, taat beribadah, berakhlak terpuji.3

Pembinaan Narapidana di Indonesia di kenal dengan nama pemasyarakatan yang mana istilah penjara telah di ubah menjadi lembaga pemasyarakatan sebagai wadah pembinaan untuk menghilangkan sifat-sifat

2 Amin Haedari, Pembinaan Agama Di Indonesia (Jakarta: puslitbang pembinaan agama dan keagamaan, 2010), 19.

3 Ahmad Bahiej, Hukum Pidana (Yogyakarta: Teras, 2008), 108.

(15)

jahat melalui pembinaan. Seseorang yang melakukan tindak pidana akan mendapatkan ganjaran berupa hukuman pidana, jenis dan beratnya hukuman itu sesuai dengan sifat perbuatan yang telah ditentukan oleh kitab Undang- Undang Hukum Pidana. Kejahata perlu mendapatkan kajian serius mengingat kerugian yang ditimbulkan. Kerugian tersebut dapat terjadi pada Negara, masyarakat maupun individu sehingga perlu diatasi. Oleh sebab itu Negara memberikan sanksi bagi orang yang melanggarnya.4

Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember merupakan tempat untuk melakukan pembinaan terhadap narapidana di Jember. Berdasarkan sistem Pemasyarakatan yaitu berusaha untuk melaksanakan fungsi Negara dalam usaha pemidanaan yang integratif dengan membina dan mengembalikan hidup, kehidupan dan penghidupan dari narapidana agar dapat diterima kembali di lingkungan masyarakat.

Peraturan pemerintah RI Nomor. 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan Pemasyarakatan menjelaskan bahwa pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa, Intelektual, sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik Pemasyarakatan.5

Di sisi lain, agama digunakan sebagai pendekatan memberikan terapi melalui pembinaan, bimbingan dan latihan. Karena hanya agamalah yang dapat memuaskan jiwa, yang dapat menghilangkan konflik atau pertentangan,

4 Zakiah Daradjat, Pembinaan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993), 40.

5 Admin, “Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan,” JDH BPK RI, 1999, https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/54300/pp-no-31-tahun-1999.

(16)

perasaan, berdosa dan kekecewaan. Dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 57, Allah berfirman:































Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.6

Sistem pembinaan bagi narapidana diubah dari sistem kepenjaraan menjadi sistem Pemasyarakatan, sebagaimana yang terkandung dalam UU Nomor 12 Tahun 1995.7

“Sistem pemasyarakatan kelas II A Jember bertujuan untuk mengambalikan warga yang lebih baik dan tidak akan mengulangi tindak pidana. Lembaga ini meskipun tidak terkait langsung dalam penegak hukum tetapi berperan dalam menciptakan ketertiban masyarakat, khususnya dalam kehidupan hukum. Lembaga ini memiliki visi yang diharapkan mampu merealisasikan tujuan akhir sistem Peradilan Pidana yaitu Resosialisasi pelaku tindak pidana, mencegah timbulnya kejahatan, dan kesejahteraan sosial”.8

Berdasarkan wawancara dengan bapak Prawono selaku petugas penjaga Lembaga Pemasyarakatan di atas Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember adalah menyiapkan berbagai jenis program pembinaan bagi narapidana sesuai dengan tingkat pendidikan, agama, jenis kelamin, dan jenis tindak pidana yang dilakukan.

6 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah untuk wanita, surat Yunus: 57, (Bandung: CV.Jabal Raudhatul Jannah, 2010), 375.

7 Admin, “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN,” bphn, 1995,

http://www.bphn.go.id/data/documents/95uu012.pdf.

8 Purwono, diwawancarai oleh Penulis, Jember, 2 Juli 2021.

(17)

Pola pembinaannya merupakan pola pembinaan keagamaan meliputi pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan Kepribadian bertujuan untuk mengubah watak dan perilaku.

Kegiatan ini dilakukan dengan mendekatkan diri narapidana kepada Tuhan serta menumbuhkan rasa cinta tanah air. Dengan adanya perubahan kepribadian, narapidana tersebut nantinya akan lebih mudah berbaur dengan masyarakat dan bisa menyadari kesalahan yang telah diperbuat serta menjadi manusia yang lebih baik kedepannya.

Sedangkan pembinaan kemandirian diberikan kepada narapidana dengan tujuan supaya narapidana mempunyai keahlian atau kemampuan teknis yang berguna bagi diri nya dan bisa menjadi bekal setelah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan. Menurut Purwono selaku petugas penjaga Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

“Narapidana yang sedang menjalani masa pidana di Lembaga Pemasyarakatan akan memperoleh pembinaan, baik pembinaan kepribadian maupun pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian meliputi pembinaan kepribadian bidang keagamaan, pembinaan kepribadian bidang olahraga dan kesenian dan pembinaan kepribadian bidang intelektual. Sedangkan pembinaan kemandirian merupakan asimilasi kerja yang diberikan pada narapidana yang sudah menjalani setengah masa pidana untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan kerja”.9

Salah satu faktor yang menjadikan seseorang melakukan tindak kejahatan adalah karena kurangnya pemahaman keagamaan ataupun tidak mengetahui sama sekali tentang pengetahuan agama. Untuk membantu narapidana dalam merubah akhlak di masa lalu menjadi lebih baik maka

9 Purwono, diwawancara oleh Penulis, Jember 2 Juli 2021.

(18)

muncullah program pembinaan keagamaan untuk membantu mereka kembali diingatkan tentang Tuhannya.

Pembinaan keagamaan berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlaq mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama.10

Tugas dan amanat hak atas pembinaan keagamaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 12 Tahun 1995 pasal 14 bahwa narapidana berhak:

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya.

2. Mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani.

3. Mendapatkan pembinaan dan pengajara.11

Pembinaan keagamaan yang baik akan melahirkan hasil binaan yang baik dan juga akan melahirkan karakter narapidana yang baik bagi dirinya dan masyarakat. Sebagaimana pendapat bapak Purwono mengatakan bahwa fungsi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember:

“Untuk mengembalikan dan memulihkan kepercayaan diri ke kehidupan masyarakat kelak maka perlu didekati dengan sentuhan nilai-nilai agama Islam. Dengan cara memberikan pembinaan yang bersifat relegius maka harapan lembaga dapat menumbuhkan kesadaran narapidana, agar waktu pembinaan selesai, narapidana kembali membaur dengan masyarakat dan mereka tidak lagi merasa canggung karena perilaku mareka dahulu”.12

Bimbingan yang diberikan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember adalah dengan memberikan pembinaan

10 Amin Haedari, Pembinaan Agama Dan Keagamaan (Jakarta: puslitbang pembinaan agama dan keagamaan, 2010), 19.

11 Admin, “UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN.”

12 Purwono, diwawancara oleh Penulis, Jember 2 Juli 2021.

(19)

keagamaan. Dengan adanya pembinaan agama para narapidana, diharapkan mereka bisa memiliki pengetahuan agama yang lebih banyak dan luas serta dapat mengembangkan kesadaran untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan ibadah dan akhlaq, serta menimbulkan sikap dan suasana kejiwaan yang diliputi nilai-nilai agama seperti: sabar, tawakal, bertanggung jawab dan tidak putus asa.

Program lainnya seperti kajian keislaman, membaca al-Qur’an, Iqro’, shalat berjamaah, dan berdzikir. Konsekwensinya mereka dapat memberikan pengamalan agama berdasarkan keyakinan yang mereka pegang yaitu agama Islam, terutama setelah meraka bebas dari lembaga pemasyarakatan meraka dapat berubah lebih baik lagi dari sebelum masuk ke dalam lembaga pemasyarakatan.

Kelebihan dalam pembinaan keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember memiliki keunikan tersendiri dari lembaga pemasyarakatan yang lain dimana pembinaan keagamaannya di fokuskan pada kegiatan mengaji Iqra’ dan al-qur’an, kegiatan ini dikemas dengan metode yang sangat menarik dalam kelompok-kelompok kecil sehingga para narapidana tidak terkesan digurui. Konsep tersebut membuat para narapidana merasa nyaman untuk belajar keagamaan tanpa merasa dipaksa.

Berdasarkan paparan hasil observasi diatas, maka menjadi sangat penting adanya Pembinaan keagamaan untuk narapidana di Lembaga

(20)

Pemasyarakatan Kelas II A Jember. Dalam kajian penelitian ini berdasarkan latar belakang di atas dikonsentrasikan pada narapidana.

Latar belakang diatas juga menjadi alasan untuk penulis tertarik meneliti terkait dengan pembinaan keagamaan yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember, sehingga penulis mengangkat penelitian ini dalam bentuk laporan skripsi dengan judul “Pembinaan Keagamaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas. Kajian tentang pembinaan keagamaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember, maka rumusan masalahnya dibagi dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

2. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

3. Faktor apa saja yang menghambat pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan gambaran atau obyek tentang arah yang dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian tersebut harus mengacu

(21)

pada masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya dalam fokus penelitian.13

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

3. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang penghambat pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis khususnya untuk Lembaga Pemasyarakatan, Narapidana, dan Peneliti.

1. Manfaat Praktis:

a. Bagi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan koleksi refrensi di perpustakaan sebagai sumber kajian bagi para mahasiswa yang hendak mengetahui atau bahkan meneliti dalam konteks yang berbeda, dan dapat ditindak lanjuti untuk kepentingan pengembangan keilmuan pada masa-masa yang akan datang.

13 Zainal Abidin et al., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: IAIN Jember, 2020), 90.

(22)

b. Bagi Lembaga

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengayaan atau evaluasi terhadap pola pembinaan keagamaan yang telah dilakukan dan juga sebagai acuan untuk perkembangan pembinaan di masa yang akan datang.

c. Bagi Narapidana

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan, wawasan dan acuan dalam menjalani pembinaan keagamaan sehingga ketika keluar dari Lembaga Pemasyarakatan tidak melakukan tindak pidana lagi.

d. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan, wawasan pengajaran dan pengalaman yang nantinya dapat digunakan sebagai bekal untuk terjun ke masyarakat yang ada kaitanya dunia pendidikan.

2. Manfaat Teoristis

Untuk menambah khazanah keilmuan dan mengambangkan pemahaman terkait tentang pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

E. Definisi Istilah

Untuk memudahkan agar pembaca dapat memahami pembahasan yang terkandung di penelitian ini, maka penulis akan memberikan sebuah penjelasan uraiannya sebagai berikut:

(23)

1. Pembinaan Keagamaan

Pembinaan keagamaan merupakan kegiatan yang wajib dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan karena pembinaan keagamaan sangat berpengaruh dalam perilaku narapidana. Pembinaan keagamaan adalah suatu usaha untuk membimbing dan mempertahankan serta mengembangkan atau menyempurnakan perilaku.

2. Narapidana

Narapidana adalah orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana.

3. Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga Pemasyaraatan adalah tempat untuk melaksankan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.

Lembaga Permasyarakatan merupakan suatu tempat bagi penampung dan pembinaan manusia yang karena perbuatannya dinyatakan bersalah dan diputuskan oleh hakim dengan pidana penjara.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan pada dasarnya merupakan refleksi dari alur dalam penelitian. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.

(24)

Bab II Kajian Pustaka. Pada bab ini berisi tentang kajian terdahulu dan kajian teori. Kajian terdahulu memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Sedangkan kajian teori berisi tentang yang terkait sehingga berguna dalam perspektif penelitian.

Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini mencakup pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

Bab IV Penyajian Data dan Analisis. Pada bab ini berisi tentang gambaran objek penelitian, penyajian data dan analisis, serta pembahasan temuan yang diperoleh dilapangan.

Bab V Penutup. Pada bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang bersifat konstruktif.

Selanjutnya skripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka, lampiran- lampiran yang berisi matrik penelitian, pedoman penelitian, jurnal penelitian, dokumentasi, pernyataan keaslian, surat izin penelitian, surat keterangan telah selesai penelitian, dan biodata penelitian.

(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasanya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya).14

Beberapa dari penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dibahas oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Jurnal Karya Abdul Muzakkar 2017 dengan judul “Dampak Pemberian Pemahaman Keagamaan Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan”.

Menyatakan bahwa pelaku tindak pidana perlu adanya pembinaan, namun pada kenyataannya masih banyak narapidana begitu keluar dari lembaga pemasyarakatan bukannya jera melakukan kriminal, melainkan melakukan tindakan kriminal lagi sehingga banyak narapidana residivis.

Hal tersebut terjadi karena pola pembinaan yang cenderung mengabaikan aspek sosial keagamaan, tetapi lebih menekankan pada aspek fisik. Maka dari itu perlu dorongan atau motivasi melalui pembinaan keagamaan.

Terkait dengan penelitian terdapat kesamaan dalam meneliti yang tertuju pada pembinaan keagamaan akan tetapi terdapat perbedaan peniliti tertuju pada dampak pemberian pemahaman keagamaan.

2. Jurnal Karya Nasaruddin dan Syarifuddin 2018 dengan judul “Pola Pembinaan Sosial Keagamaan Dengan Pengentegrasikan Nilai-nilai

14 Abidin et al., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. 91.

13

(26)

Budaya Bima (Studi Terhadap Para Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Bima)”. Menyatakan bahwa pelaku tindak pidana perlu adanya pembinaan.

Pembinaan bertujuan agar Narapidana setelah selesai menjalani masa pidananya akan memiliki perilaku yang lebih baik dan tidak akan mengulangi perbuatannya (kejahatan) dan dapat hidup bermasyarakat secara wajar serta ikut berpartisipasi di dalam pembangunan.

Maka setiap Narapidana didalam Lembaga Pemasyarakatan di bina dan di didik agar menyesali perbuatannya yang telah dilakukan dan mengembangkannya menjadi Warga Binaan Pemasyarakatan yang baik dan taat kepada nilai-nilai agama dan nilai-nilai hukum.

Tertuju pada penelitian terdapat kesamaan dalam meneliti yang tertuju pada pembinaan keagamaan akan tetapi terdapat perbedaan peniliti yang tertuju dalam pola pembinaan dengan adanya nilai-nilai budaya.

3. Skripsi Karya Atina Rohmi 2013 dengan judul “Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto Tahun 2012/2013. Menyatakan metode yang dilakukan dalam penyampaian materi menggunakan metode ceramah, demonstrasi, nasehat, keteladan, pembiasaan.

Terkait dengan peneliti terdapat kesamaan dalam meneliti tertuju pada pembinaan keagamaan akan tetapi terdapat perbedaan peneliti tertuju pada pelaksanaan pembinaan keagamaan.

4. Jurnal Karya Mardiyah Hayati 2019 dengan judul “Pembinaan Moral Keagamaan dan Implikasinya Terhadap Perubahan Perilaku Narapidana di

(27)

Blok Melati LP Kelas II A Kota Mataram”. Menyatakan pembinaan moral mencermari aktivitas-aktivitas yang dilakukan saat pembinaan moral.

Terkait dengan peneliti terdapat kesamaan dalam meneliti tertuju pada keagamaan akan tetapi terdapat perbedaan peneliti tertuju pada moral keagamaan dan perubahan perilaku.

5. Jurnal Karya Josua Ignatius Manikd 2021 dengan judul “Pola Pembinaan Bagi Narapidana Perempuan di Lembaga Pemasyarakatan”. Menyatakan dalam proses pembinaan keagamaan dilakukan secara bertahap dan kegiatan pelatihan. Metode penelitian penggunakan study pustaka dan penelitian kualitatif.

Terkait dengan penelitian terdapat kesamaan dalam meneliti yaitu tertuju pada pembinaan keagamaan akan tetapi terdapat perbedaan dalam pola pembinaan keagamaan.

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang dilakukan

No Nama peneliti Kesamaan Perbedaan Orisinalitas

Penelitian 1. 1. Abdul Muzakkar

2017 dangan judul “Dampak Pemberian Pemahaman Keagamaan Bagi Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan”.

Dalam meneliti tertuju pada pembinaan keagamaan.

Dalam meneliti tertuju pada dampak pemberian pemahaman keagamaan pada narapidana.

Penelitian ini sama- sama membahas tentang pembinaan keagamaan penelitian tersebut berfokus pada metode pemberian pemahaman keagamaan.

2. 2. Nasaruddin dan Syarifuddin 2018 dengan judul

“Pola Pembinaan Sosial

Keagamaan Dengan

Dalam meneliti tertuju pada pembinaan keagaman.

Dalam meneliti tertuju pada pola pembinaan keagamaan dengan adanya nilai-nilai budaya.

Penelitian ini sama- sama membahas tentang pembinaan keagamaan penelitian tersebut berfokus nilai-nilai bidaya.

(28)

Pengentegrasikan Nilai-nilai

Budaya Bima (Studi Terhadap Para Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Bima)”.

3. 3. Atina Rohmi dengan 2013 judul

“Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Bagi Warga Binaan

Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Purwokerto Tahun 2012/2013.

Dalam meneliti tertuju pada pembinaan keagamaan

Dalam meneliti tertuju pada pelaksanaan pembinaan keagamaan

Penelitian ini sama- sama membahas tentang pembinaan keagamaan penelitian tersebut berfokus pada pelaksanaan.

4. 4. Mardiyah Hayati 2019 dengan judul “Pembinaan Moral

Keagamaan dan Implikasinya Terhadap Perubahan Perilaku Narapidana di Blok Melati LP Kelas II A Kota Mataram”.

Dalam meneliti tertuju pada pembinaan keagamaan.

Dalam meneliti tertuju pada moral keagamaan dan perubahan perilaku.

Penelitian ini sama- sama membahas tentang pembinaan keagamaan penelitian tersebut berfokus pada moral keagamaan.

5. 5. Josua Ignatius Manikd 2021 dengan judul

“Pola Pembinaan Bagi Narapidana Perempuan di Lembaga

Pemasyarakatan.

Dalam meneliti tertuju pada pembinaan keagamaan.

Dalam meneliti tertuju pada pola pembinaan keagamaan pada narapidana wanita.

Penelitian ini sama- sama membahas tentang pembinaan keagamaan penelitian tersebut berfokus pola dan metode penelitian menggunankan study pustka dan kualitatif.

(29)

B. Kajian Teori

1. Bentuk-bentuk dan pelaksanaan Pembinaan Keagamaan

Bentuk-bentuk dan pelaksanaan kegiatan pembinaan keagamaan yang dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan, yaitu antara lain:

a. Penyuluhan Agama

Penyuluhan agama ialah kegiatan pembinaan atau pendidikan agama Islam kepada narapidana yang disampaikan oleh Pembina atau Pendidik secara ceramah.

Adapun penceramah yang penyampaiannya lebih bersifat monoton dan one wey traffic (menjurus ke satu arah) tanpa diakhiri dengan diskusi atau tanya-jawab, sementara penceramah lain juga melakukan cara yang sama namun diakhiri dengan diskusi terbatas, karena keterba tasan waktu. Di samping itu ada pula penceramah yang lebih memberi tekanan pada aspek diskusi, adapula ceramah yang hanya bersifat mendorong atau merangsang audiens untuk turut berpartisipasi aktif dalam acara diskusi yang waktunya dipersiapkan lebih lama daripada waktu ceramah itu sendiri.

Materi penyuluhan agama pada umumnya tidak diprogramkan secara sistimatik, lebih banyak tergantung pada pilihan penceramah . Namun secara umum dapat dikatakan bahwa materi penyluhan menyangkut semua aspek ajaran Islam, yang meliputi: aqidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Waktu pelaksanaan penyuluhan pada umumnya

(30)

pada hari Senin dan hari Kamis pada setiap jam 08.00 sampai jam 09.30 waktu setempat.

Penentuan tema materi penyuluhan pada umumnya tidak konsisten (karena tidak terprogramkan): hal ini, disebabkan antara lain: (1) Kesiapan penceramah kalau diakan penggantian penceramah dilakukan pula perubahan tema, (2) Permintaan peserta atau narapidana yang menginginkan tema tertentu yang lain dari tema yang telah dirancang semula, (3) Perubahan tema oleh penceramah sendiri karena adanya pertimbangan tertentu.

Dari pihak penceramah menganggap metode yang diterapkan masing-masing merupakan pilihan terbaik, namun dari pihak narapidana diperoleh kesan yang berbeda-beda . Tetapi pada umumnya narapidana yang diwawancarai pada setiap lembaga pemasyarakatan yang diteliti cenderung lebih menyenangi metode yang menitikberatkan pada aspek diskusi secara persuasif dan dengan pilihan tema yang dikompromikan sebelumnya antara penceramah dan narapidana.15 b. Pendidikan Agama Islam

Dimaksud membaca huruf al-Qur’an dalam pelaksanaannya, peserta dibagi menjadi dua atau tiga kelompok, atas pertimbangan kemampuan baca masing masing. Untuk pembagian dua kelompok, kelompok pertama terdiri dari narapidana yang sama sekali buta aksara Alquran, sedang kelompok kedua terdiri dari narapidana yang telah

15 Badrun Pat H, “Pola Pembinaan Keagamaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Sulawasi Selatan,” Pola Pembinaan Keagamaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Sulawasi Selatan VIII (1996): 53.

(31)

mengenal huruf-huruf hijaiyah serta telah memiliki sedikit pengetahuan baca al-Qur’an. Kelompok ketiga bagi yang mengelompokkan peserta menjadi tiga kelompok terdiri dari narapidana yang ingin lebih memperlancar bacaannya serta ingin mengetahui ilmu baca (ilmu tajwid) serta ilmu melagukan bacaan al-Qur’an.

Penyeleksian tentang potensi dasar membaca al-Qur’an terhadap narapidana dilakukan pada saat narapidana mulai diterima selalu penghuni lembaga pemasyarakatan bersangkutan.

Guru yang mengajar pada tingkat dasar (kelompok pertama dan kedua) pada umumnya orang dalam lembaga pemasyarakatan bersangkutan, baik dari karyawan lembaga pemasyarakatan maupun dari kalangan penghuni lembaga pemasyarakatan sendiri (pada umumnya dari kalangan status tahanan yang dipandang memiliki kemampuan).

Tiap kelompok mendapat giliran satu atau dua kali seminggu secara bergantian, karena hanya menggunakan satu tempat yakni dalam ruangan masjid lembaga pemasyarakatan. Waktu belajar pada umumnya sama dengan waktu acara penyuluhan yakni pada setiap jam 08.00 sampai 09.30. Peserta terdiri dari narapidana.16

c. Ibadah Bersama

Dimaksudkan dengan ibadah bersama disini ialah ibadah yang dilakukan secara bersama-sama (berjamaah), yaitu meliputi: : Shalat

16 H, 54.

(32)

berjamaah (waktu Zuhur dan Ashar), Ibadah Jum'at (Khutbah dan Shalat Jum'at), Ibadah Ramadhan (puasa, tarawih, zakat fitrah), serta Ibadah (Shalat dan Khutbah) pada dua hari raya yakni Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, yasinan dan tahlil.

1) Shalat Berjamaah

Shalat berjamah lima waktu dengan jumlah jamaah yang banyak serta dilaksanakan di masjid lembaga pemasyarakatan hanyalah untuk dua waktu shalat, yakni waktu Zuhur dan Ashar.

Untuk waktu shalat lainnya (Magrib, Isya, dan Shubuh) dapat dilakukan secara berjamaah di blok atau kamar masing masing.

Pada bulan Ramadhan sering dikecualikan, yakni shalat berjamaah lima waktu dapat dilakukan di masjid lembaga pemasyarakan.

Bagi narapidana wanita mereka dapat shalat berjamaah di blok atau kamar mereka.

2) Ibadah Jum’at

Ibadah Jum'at disini ialah ibadah khusus yang dilaksanakan pada hari Jum'at, yakni Khutbah dan Shalat Jum'at yang dilaksanakan di masjid lembaga pemasyarakatan masing-masing.

Peserta ibadah Jum'at terdiri dari para narapidana serta karyawan lembaga pemasyarakatan. Acaranya, terutama acara Khutbah Jum'at, terjadwalkan selama satu tahun (menurut kalender Masehi). Pembawa khutbah (Khatib) sebagian besar dari kalangan luar lembaga pemasyarakatan terbanyak dari instansi Departemen

(33)

Agama Setempat.

Dalam hal pelaksanaan ibadah Jum'at, petugas lembaga pemasyarakatan yang bertanggung jawab dalam pembinaan keagamaan narapidana di lembaga pemasyarakatan yang diteliti, menerapkan kebijaksanaan yang agak tegas terhadap narapidana untuk menghindari acara ibadah Jum'at ini. Setiap narapidana beragama Islam yang tidak berhalangan atau tidak memiliki alasan yang dibenarkan hukum syara' untuk dapat meninggalkan kewajiban ibadah Jum'at, harus mengikutinya. Karena itu pengunjung selalu banyak pada setiap pelaksanaannya, bahkan terkadang tidak tertampung oleh ruangan masjid lembaga pemasyarakatan.

d. Pembinaan Kemandirian dilakukan dengan cara

1) Memberikan asimilasi kerja luar untuk narapidana yang sudah menjalani ½ masa pidananya.

2) Pembinaan kemandirian pertukangan atau meubelair.

3) Pembinaan kemandirian perkebunan.

4) Pembinaan kemandirian perikanan.

5) Pembinaan kemandirian tata boga.

6) Pembinaan kemandiran pencetakan batako.

2. Pengertian Pembinaan Keagamaan

Sebelum dibahas lebih lanjut tentang pembinaan keagamaan, maka perlu kiranya dikemukan pengertian pembinaan itu sendiri, di antaranya:

(34)

a. Menurtut Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02-PK.04.10 Pembina adalah usaha yang ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan akhlak (budi pekerti).

b. Menurut PP RI Nomor 31 Tahun 1999 pasal 1 ayat 1 Kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Intelektual, Sikap dan Perilaku, Profesional, kesehatan jasmani dan rohani.

c. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pembinaan berasal dari kata benda atau noun bina yang berarti proses, cara, perbuatan membina mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” yang mempunyai arti perbuatan, cara Pembinaan berarti “kegiatan yang dilakukan secara afisien dan afektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.17

Berdasarkan pengertian di atas maka pembinaan adalah proses yang membantu individu melalui usaha sendiri dalam rangka menemukan dan mengembangkan kemampuannya melalui usaha yang ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan akhlak (budi pekerti) dengan tujuan untuk memperoleh kebahagiaan pribadi dan manfaat sosial sehingga meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Intelektual, Sikap dan Perilaku, Profesional, kesehatan jasmani dan rohani.18

17 Admin, “Pembinaan,” KBBI Daring, 2016, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Pembinaan.

18 Admin, “Pembinaan Dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.”

(35)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaann pemasyarakatan pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ke taqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, narapidana dan anak didik pemasyarakatan.19

Jadi dapat dikatakan bahwa pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sabar, berencana, teratur, dan terarah serta bertanggung jawab untuk mengembangkan kepribadian dan memperbaiki pribadi kearah yang lebih baik lagi daripada sebelumnya.

Harun Nasution20 mengatakan bahwa agama dapat diberi defenisi sebagai :

1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang dipatuhi.

2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan ghaib yang menguasai manusia.

3. Perbuatan manusia.

4. kepercayaan pada suatu kekuatan ghaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.

5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan ghaib.

6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatanghib.

19 Admin, “Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan,” 1999, http://bphn.go.id/data/documents/99pp031.pdf#page=1&zoom=auto,- 13,818.

20 Ngainun Naim, Islam Dan Huralisme Agama (Yogyakarta: Aura Pustaka, 2014).

(36)

7. Pemujaan terhadap kekuatan ghaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.

8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seseorang rasul.

Sedangkan pengertian dari keagamaan itu sendiri ialah, keagamaan berasal dari kata agama yang kemudian mendapat awalan “ke” dan akhiran

“an”. Sehingga membentuk kata baru yaitu “keagamaan”. Jadi keagamaan di sini mempunyai arti “segenap kepercayaan (kepada Tuhan) serta dengan ajaran kebaikan dan kewajiban yang berkaiatan dengan itu”.21

Pembinaan keagamaan adalah suatu usaha untuk memelihara dan meningkatkan pengetahuan agama, kecakapan sosial dan ptaktek agama serta membimbing dan mempertahankan serta mengembangkan atau menyempurnakan dalam segala seginya, baik segi akidah, segi ibadah dan segi akhlak.

3. Dasar dan Tujuan Pembinaan Keagamaan a. Dasar –dasar Pembinaan Keagamaan

Pembinaan keagamaan memiliki landasan (pondasi, dasar pijakan) yaitu al Qur’an, sunnah Rasulullah, Ijtihad.Dari ketiga landasan dasar tersebut, yang menjadi landasan utama pembinaan Islam adalah al- Qur’an dan Sunnah Rasul, Dari keduanya merupakan Sumber gagasan tujuan dan konsep-konsep (pengertian, makna, dan konseling Islam.

21 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007).

(37)

Al-Qur’an adalah firman Allah Swt berupa wahyu yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw.

Didalamnya terdapat ajaran pokok yang terdiri dari dua prinsip, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut Syari’ah.

As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam selain didasarkan pada keterangan ayat-ayat al-Qur’an dan hadist juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat.22 Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadist, baik pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat.

Sunnah menjadi petunjuk untuk kemashalahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama.

Beliau sendiri mendidik, pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam ibn Abi Al-Aqram, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar membaca dan menulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam.

Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam

22 Abudutin Nata, Metode Studi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 72.

(38)

untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman kepada al-Qur’an dan Sunnah.

b. Tujuan Pembinaan Keagamaan

Sebagaimana tujuan pembinaan keagamaan23 antara lain adalah:

1) Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam.

2) Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebaikan.

3) Membantu peserta didik yang sedang tumbuh untuk belajar berfikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya.

4) Mengembangkan wawasan relasioanal dan lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih kebiasaan dengan baik.

Dalam konteks kehidupan beragama, pembinaan keagamaan bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan memelihara norma agama secara terus-menerus agar perilaku hidup manusia senantiasa berada pada tatanan.

Namun secara garis besar, arah atau tujuan dari pembinaan keagamaan adalah meliputi dua hal, yaitu:

a) Tujuan yang berorientasi pada kehidupan, yaitu membentuk seorang hamba yang betakwa kepada Allah Swt.

23 Abdul Mujib and Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2006).

(39)

b) Tujun yang berorientasi pada kehidupan dunia, yaitu membentuk manusia yang mampu menghadapi segala bentuk kebutuhan dan tantangan kehidupan agar hidupnya lebih layak dan bermanfaat bagi orang lain.24

4. Unsur-unsur dalam Pembinaan Keagamaan a) Subjek

Subyek adalah pelaku pekerjaan, di dalam hal ini adalah orang yang melakukan pembinaan keagamaan atau orang yang mempunyai kemampuan dalam menyampaikan maksud dan tujuan pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Jember.

b) Obyek

Obyek yaitu menjadi sasaran atau yang dibina (yang mendapat Pembina), dalam hal ini yaitu narapidana yang sekarang berada dalam Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Jember.

c) Materi

Materi adalah semua bahan-bahan yang akan disampaikan kepada terbina. Materi yang akan di sampaikan oleh Pembina antara lain yaitu:

1) Aqidah

Secara etimologi (bahasa) akidah adalah ikatan, sangkutan.

Sedangkan menurut terminology (istilah) makna akidah adalah imam, keyakinan. Oleh karena itu, akidah ditautkan dengan rukun imam

24 Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pres, 2002).23

(40)

yang merupakan asas dari seluruh ajaran Islam25, yaitu terdiri dari: a) Iman kepada Allah Swt, b) Iman kepada Malaikat, c) Iman kepada kitab suci, d) Iman kepada Nabi dan Rasul, e) Iman kepada hari akhir, dan f) Iman kepada qadha’ dan qadar.

2) Syari’ah

Secara bahasa syari’ah adalah jalan (ke sumber mata air) yang harus ditempuh (oleh setiap umat Islam). Sedangkan manurut istilah makna syari’ah adalah sistem norma (kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya.26

Kaidah yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah disebut kaidah ibadah atau kaidah ubudiah atau juga yang disebut dengan ibadah mahdah (murni). Sedangkan kaidah hubungan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan sosial dan hubungan manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya di sebut dengan kaidah muamalh.

3) Akhlak

Akhlak berasal dari kata khuluk yang berarti perangai, sikap perilaku, watak, budi pekerti. Akhlak ialah sikap yang menimbulkan kelakuan baik dan buruk Akhlak manusia terhadap Allah Swt dibahas dalam ilmu tasawuf sedangkan ilmu yang membahas tentang akhlak

25 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2000).

26 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Grafindo Persada, 2000), 135.

(41)

manusia terhadap sesama ciptaan Allah (makhluk) disebut ilmu akhak.27

5. Masalah-masalah dalam Kehidupan Keagamaan

Sumber masalah dalam pembinaan keagamaan terbagi menjadi dua, yaitu individu dan lingkungan. Sumber masalah dari individu terbagi menjadi dua pula, yaitu internal dan eksternal. Sedangkan sumber masalah yang berasal dari lingkungan terbagi menjadi tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

27 Ali, 136.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dan jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Kirk dan Miller yang dikutip Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial, yang fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan persitiwanya.28 Penelitian deskriptif bertujuan untuk memaparkan, menggambarkan, dan memetakan fakta-fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berfikir tertentu. Metode ini berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan kondisi, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, efek yang terjadi atau kecenderungan yang tengah berkembang. 29

Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Karena peneliti ingin melakukan penelitian secara terperinci dan mendalam dengan memperhitungkan waktu juga tempat penelitian dengan judul Penbinaan Keagamaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang akan dijadikan sebagai lapangan penelitian atau tempat di mana penelitian tersebut hendak dilakukan.

28 Moh Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif-Kualitatif (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 175.

29 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), 100.

30

(43)

Wilayah penelitian biasanya berisi tentang lokasi (Desa, Organisasi, Peristiwa, teks dan sebagainya).30

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember Pajarakan yang terletak di Jl. PB Sudirman No. 13, pagah, Jemberlor, kecamatan. Patrang, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68155. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah: (1) Lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti, jadi memudahkan peneliti untuk melakukan observasi (2) Tidak semua orang memiliki perilaku atau akhlak yang tidak baik termasuk narapidana mereka memiliki alasan mengapa mereka melakukan perbuatan tersebut maka dari itu peneliti ingin mengkaitkan pembinaan keagamaan dengan kegiatan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

Terdapat bahan penelitian yang ingin peneliti lakukan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember, yaitu tentang Pembinaan Keagamaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian di sini adalah informan yang dapat memberikan informasi terkait data yang akan dicari. Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orabg tahu twntang situasi sosial tersebut.

Penentuan subyek penelitian ini menggunakan tehnik purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.31 Purposive penunjukan informan didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang

30 Abidin et al., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, ed. Alfabeta (Bandung, 2011).

(44)

mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Adapun informan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Koordinator keagamaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember (2) Petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember (3) Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penggalian data dalam penelitian ini dengan menggunakan beberapa teknik seperti observasi dan wawancara, dimana pelaksanaanya dapat kami uraikan atau digambarkan di bawah ini sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.32 Penelitian ini menggunakan langkah sistematis dalam mengamati objek penelitian sehingga dapat menghasilkan data yang sesuai dengan fokus masalah dan tujuan yang telah ditetapkan.33

Dalam teknik observasi ini peneliti melakukan pengamatan dengan cara mengamati kegiatan-kegiatan pembinaan yang sedang dilakukan oleh pembina dan narapidana terutama yang berkenan dengan pelaksanaan pembinaan keagamaan.

32 Sri Hartati and Ismail Nurdin, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Media Sahabat, 2019), 173.

33 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 133.

(45)

Pada penelitian ini, observasi lapangan dilakukan oleh peneliti dengan cara melihat langsung ke lokasi yang telah dipilih oleh peneliti yaitu Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember. Tujuan observasi ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang obyek penelitian.

Teknik observasi ini digunakan oleh peneliti sebagai cara untuk mengungkapkan data sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

b. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

c. Faktor apa saja yang menghambat pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

Adapun alat untuk membantu selama melakukan observasi adalah:

1) Kamera/Handphone.

2) Buku catatan.

3) Pedoman Observasi.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik mendapatkan data dengan cara mengadakan percakapan secara langsung antara pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan pihak yang diwawancarai (interviewee) yang menjawab pertanyaan itu.34

34 Djamal, Paradigma Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 75.

(46)

Berdasarkan penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur, dengan tujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat, dan ide- idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.35

Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan Pembina Narapidana Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Jember mengenai Pelakasanaan Pembinaan Keagamaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember. Selain Pembina Narapidana, peneliti juga melakukan wawancara dengan Narapida.

Data yang ingin diperoleh dalam wawancara ini adalah:

a. Bagaimana bentuk pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

b. Bagaimana pelaksanaan pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

c. Faktor apa saja yang menghambat pembinaan keagamaan pada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember?

Adapun alat yang dipersiapkan untuk proses wawancara adalah:

1) Alat perekam/Handphone.

2) Panduan Wawancara.

35 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

(47)

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan pada subyek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen adalah catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu.

Dokumen dapat berbentuk teks tertulis, gambar, maupun foto.36

Adapun data yang ingin diperoleh melalui teknik dokumentasi antara lain:

a. Data tentang profil Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Jember b. Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Jember c. Data Narapidana Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Jember d. Struktur Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Jember

e. Data Pembina Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Jember f. Foto-foto yang mendukung dan berkaitan dengan penelitian.

E. Analisis Data

Analisis data yaitu teknik yang di arahkan untuk menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan sebelum proses lapangan bersama dengan pengumpulan data.37

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih

36 Muri Yusuf, Metodologi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif Dan Penelitian Gabungan (Jakarta:

Kencana, 2014), 391.

37 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.

(48)

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.38

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan beberapa langkah sesuai Miles dan Huberman. Komponen dalam analisis data Miles dan Huberman sebagai berikut:

1. Kondensasi Data

Menurut Miles, Huberman dan Saldana kondensasi data merujuk kepada proses menyeleksi, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi dan mentransformasi data yang terdapat pada catatan lapangan maupun transkip.39 Dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

a. Menyeleksi (Selecting)

Peneliti harus bertindak selektif, yaitu menentukan dimensi- dimensi mana yang lebih penting, hubungan-hubungan mana yang mungkin lebih bermakna dan sebagai konsekuensinya, informasi apa yang dapat dikumpulkan dan dianalisis. Peneliti mengumpulkan seluruh informasi tersebut untuk memperkuat penelitian.

b. Memfokuskan (Focusing)

Menurut Miles dan Huberman bahwa memfokuskan data merupakan bentuk pra analisis. Pada tahap ini, peneliti memfokuskan data yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian. Tahap ini

38 Hengki Wijaya, Analisis Data Kualitatif Ilmu Pendidikan Teknologi (Makasar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffaray, 2018), 52.

39 Huberman, Miles, and Saldana, Qualitative Data Abalysis (America: SAGE Publications, 2014), 12.

(49)

merupakan lanjutan dari tahap seleksi data. Peneliti hanya membatasi data yang berdasarkan rumusan masalah.

c. Mengabstraksikan (Abstracing)

Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti proses pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Pada tahap ini, data yang telah terkumpul dievaluasi, khususnya yang berkaitan dengan kualitas dan kecukupan data.

d. Menyederhanakan dan Mentransformasikan (Simplifyng and Transforming)

Data dalam penelitian ini selanjutnya diserahkan dan ditransformasikan dalam berbagai cara, yakni melalui seleksi yang ketat dengan ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan data dalam satu pola yang lebih luas dan sebagainya. Menyederhanakan data peneliti mengumpulkan data setiap proses.

2. Reduksi Data

Reduksi adalah proses merangkum, meringkas, memilih yang pokok-pokok, memfokuskan pada hal yang penting, mencari tema dan pola, dan membuang yang tidak perlu. Reduksi ini merupakan mengelompokkan data dari hasil observasi dan wawancara sesuai dengan fokus penelitian Pembinaan Keagamaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Jember.

(50)

3. Penyajian Data

Dalam penyajian data ini bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya.

Menurut milles dan hiberman yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif atau dalam bentuk kalimat yang tersusun sebuah paragraf.

4. Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah mengambil kesimpulan dari data yang telah disajikan. Dengan ini, peneliti mencari makna dari data yang sudah direduksi dengan cara membandingkan, mencari pola, tema, hubungan persamaan, mengelompokkan dan memeriksa hasil yang diperoleh dalam penelitian. Berikut langkah yang dilakukan oleh peneliti:

a) Mengumpulkan data yang diperlukan dari lapangan.

b) Memilih data yang penting dan membuang yang tidak perlu.

c) Mengorganisasikan data sesuai dengan jenisnya.

d) Merangkum data yang telah diorganisasikan.

e) Menyajikan data dengan uraian singakat dan berbentuk teks naratif.

f) Menyimpulkan data yang telah disimpulkan dan melakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.

F. Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data perlu dilakukan dalam penelitian kualitatif yakni untuk mengetahui tingkat kepercayaan yang dicapai dan menunjukkan

Gambar

Table 4.2  Jadwal kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan adalah untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan terhadap Mary Jane di lembaga pemasyarakatan kelas II

Pengembangan Ide Individualisasi Pidana Dalam Pembinaan Narapidana Wanita-Studi Pembinaan Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tanjung Gusta

Hal-hal yang menjadi faktor penghambat terlaksananya pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta adalah waktu yang disediakan oleh

Lemabaga Pemasyarakatan kelas II B Cianjur sebagai tempat pembinaan untuk pelaku kejahatan di daerah Cianjur dan sebagai salah satu pihak yang harus berperan aktif untuk

(2) Implementasi model pembinaan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II A Sungguminasa sudah berjalan seperti pembinaan kepribadian dan pembinaan

Tujuan pembinaan mental spiritual narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Tulungagung ... Bentuk-bentuk kegiatan pembinaan mental spiritual narapidaa

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh mengenai: (1) Pelaksanaan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Payakumbuh terhadap narapidana residivis telah

Adapun dampak pembinaan keagamaan terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kabupaten Takalar, yaitu: Dapat menumbuhkan keyakinan pada dirinya bahwa tidak akan