• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Wirogunan Yogyakarta: suatu usulan katekese pembinaan iman bagi narapidana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Wirogunan Yogyakarta: suatu usulan katekese pembinaan iman bagi narapidana"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. PEM MBINAAN N IMAN BA AGI NARA APIDANA DI LEM MBAGA PE EMASYAR RAKATAN N KELAS II I A WIR ROGUNAN N YOGYAKARTA: SUATU S US SULAN KA ATEKESE PEM MBINAAN N IMAN BA AGI NARA APIDANA SKRIPSI Diiajukan untuuk Memenuuhi Salah Saatu Syarat Memperoleeh Gelar Saarjana Pendiidikan Progrram Studi Ilmu Pendiddikan Kekhuususan Penddidikan Agaama Katolikk. Oleh: Tri Ad dha Ismail Bima Putrra NIM: 1111124006. ROGRAM STUDI ILM MU PENDIDIKAN PR KEKHU USUSAN PENDIDIKA AN AGAM MA KATOL LIK AN ILMU PENDIDIK P KAN JURUSA FAKULT TAS KEGU URUAN DA AN ILMU PENDIDIK KAN UNIVERS SITAS SAN NATA DHA ARMA Y YOGYAKA ARTA 20166 i.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada Seluruh narapidana Kristiani di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dan semua pihak yang terlibat dalam pembinaan iman bagi narapidana dan kupersembahkan bagi seluruh keluargaku, almarhum papah, mamah, dan semua saudara-saudariku.. iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. MOTTO Letakkan di depan keningmu, jangan sampai menempel, biarkan mengambang 5 cm dari dahimu, dan dia takkan lepas dari matamu lalu yang harus kita lakukan hanyalah tangan yang harus bekerja lebih dari biasanya, kaki yang melangkah lebih dari biasanya, otak yang berfikir lebih dari biasanya, dan hati serta mulut yang tak berhenti untuk selalu berdoa ( Dony Dirgantara 5 cm).. v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK Judul skripsi ini adalah PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A WIROGUNAN YOGYAKARTA: SUATU USULAN KATEKESE PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA. Judul dipilih bertitik tolak dari pengalaman penulis mengikuti pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan. Lewat keterlibatan itu penulis merasa prihatin dengan pembinaan iman yang dilaksanakan. Dalam pengamatan penulis, alokasi waktu yang diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan kurang memadai, proses katekese masih sangat bertumpu pada keberadaan pembina dan berjalan secara satu arah serta bentuk dan model katekese yang tidak memiliki format yang tetap menjadi suatu keprihatinan tersendiri. Sulit bagi pembina untuk mengajak para narapidana aktif dalam proses pembinaan. Menurut penulis, pembina bertindak sebagai Guru yang memberikan pelajaran sedangkan peserta sebagai murid yang mendengarkan guru mengajar. Alokasi waktu yang kurang memadai, proses katekese yang masih bertumpu pada keberadaan pembina dan berjalan secara satu arah serta bentuk dan model katekese yang tidak memiliki format tetap merupakan tantangan yang perlu diperhatikan oleh para pembina. Oleh karena itu guna memecahkan masalah di atas penulis mengadakan penelitian bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Penulis juga mengadakan studi pustaka untuk memperoleh data dan gagasan yang mendukung. Melalui data dan gagasan tersebut, penulis dapat menemukan bentuk proses pembinaan iman atas narapidana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan melihat fakta pembinaan iman yang telah berlangsung selama ini, dan melalui penelitian yang telah penulis lakukan maka penulis mengusulkan pembinaan iman kateketis. Pembinaan iman adalah suatu usaha untuk membentuk seseorang guna mencapai tujuan tertentu. Kateketis adalah pembinaan iman melalui katekese yang artinya pendidikan atau pengajaran iman. Pembinaan kateketis yang penulis usulkan mengambil model Shared Christian Praxis. Shared Christian Praxis (SCP) adalah salah satu model katekese umat yang menekankan proses bersifat dialog partisipatif. SCP yang lebih menekankan proses dan bersifat dialog partisipatif bertujuan supaya peserta dapat mengkomunikasikan pengalaman hidupnya sehari-hari dengan iman. Dialog partisipatif memungkinkan peserta untuk terlibat aktif dan kreatif dalam berkomunikasi dengan pembina maupun antar peserta. Melalui SCP, harapannya peserta dapat dibimbing untuk mendalami pengalaman hidupnya dan meningkatkan kualitas imannya melalui kesadaran iman yang perlahan tumbuh selama proses SCP. Harapan penulis semoga pembinaan iman kateketis dengan model SCP dapat mengurai permasalahan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT. This title of small thesis is FAITH FORMATION FOR INMATES IN CORRECTIONAL INSTITUTION CLASS II A WIROGUNAN YOGYAKARTA: A PROPOSAL OF CATECHESIS FAITH FORMATION FOR INMATES. This title was chosen from the writer experience attending faith formation for inmates in correctional institution class II A Wirogunan Yogyakarta. The writer fell concerned with faith formation which had been done. In writer’s view, there is less time alocation given for faith formation in correctional institution class II A Wirogunan Yogyakarta, the process of catechesis still releies on the catechist present, using top down approach, there is no fixed format model for faith formation. It’s hard for the catechist to persuade the inmates to be actively involved in a catechesis process. In the writer’s opinion, the catechist acts as a teacher who gives a lesson and the inmates as students who listen the teacher’s learning. The inadequate time alocation given for faith formation, catechesis process still releies on the catechist present, using of top down, and there is no fixed format model for faith formation become challenges for catechists. Therefore to solve the problems, the writer conducted a research for the inmates in correctional institution class II A Wirogunan Yogyakarta. The writer also conducted a literature study to get more data and supporting ideas. Through those data and supporting ideas, the writer can find the form of faith formation for the inmates which is suitable with their needs. According to the facts and through the research which has been done, the writer suggests a catechetical faith formation. Faith formation is an effort for building someone to reach his own goal of life. Catechetic is faith formation through a catechesis which means faith education or teaching. Catechetical faith formation which the writer proposes takes a Shared Christian Praxis model. Shared Christian Praxis (SCP) is a catechesis model which point the process of participatory dialogue. SCP model its participants communicate their daily life experience in faith in Christ. Participatory dialogue enables participants to involve actively and be creative in communication with the catechist or fellow participants. Through SCP model hope participants can be assisted to deepen their life experience and deepen their faith quality through faith realization which slowly grows during the SCP process. The writer expects that faith formation by SCP model can solve faith formation problems for inmates in correctional institution class II A Wirogunan Yogyakarta.. ix.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah atas rahmat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan. skripsi. yang. berjudul. PEMBINAAN. IMAN. BAGI. NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYRAKATAN KELAS II A WIROGUNAN. YOGYAKARTA:. SUATU. USULAN. KATEKESE. PEMBINAAN BAGI NARAPIDANA. Skripsi ini diajukan guna memberikan sumbangan pemikiran, gagasan, dan inspirasi bagi siapapun yang memilki kerinduan dalam mengembangkan pembinaan iman bagi narapidana di manapun berada. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan, dukungan, motivasi, serta perhatian. Di mana semuanya ini, penulis yakini sebagai karya Tuhan dalam membimbing serta memampukan penulis hingga pada tahap akhir dengan penuh kesetiaan. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1.. Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J, selaku dosen pembimbing utama yang telah setia membimbing, mengarahkan, dan selalu memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.. 2.. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik, dosen penelitian dan dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3.. Dr. Carolus Putranto S.J, selaku dosen penguji III yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan demi semakin baiknya skripsi ini.. 4.. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yang telah membuka dan menerima penulis untuk mengadakan penelitian.. 5.. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta pengorbanan selama penulis menjalani masa studi.. 6.. Karyawan Prodi IPPAK yang turut memberi perhatian dan dukungan bagi penulis.. 7.. Bapak Sukarno sebagai donator yang telah membantu membiayai penulis dalam hal pembayaran uang kuliah.. 8.. BAPEDA DIY yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.. 9.. Frater Yusuf, Frater Andi Kurniawan, Frater Dedy, dan Frater Antonius Roja yang telah bersedia menjadi narasumber bagi penulis.. 10. Ibu Kandi dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yang telah meluangkan waktu untuk menemani penulis dalam melakukan penelitian di dalam LAPAS. 11. Mama, kakak, dan adik yang selalu mendukung, mendoakan dan berkorban bagi penulis selama menjalani masa studi. xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii. HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iv. MOTTO ............................................................................................................ v. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................... vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................. vii. ABSTRAK ....................................................................................................... viii. ABSTRACT ........................................................................................................ ix. KATA PENGANTAR ...................................................................................... x. DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiii. DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1. A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1. B. Rumusan Masalah............................................................................. 6. C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 7. D. Manfaat Penulisan ........................................................................... 7. E. Metode Penulisan …………………………………………………. 8. F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 9. BAB II. PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN………………….............................. 12. A. Pembinaan Iman ............................................................................... 12. 1. Pengertian Pembinaan.................................................................. 13. 2. Pengertian Iman ........................................................................... 15. 3. Pengertian Pembinaan Iman ………………………………….... 20. 4. Rangkuman…………………………………………………….. 25. B. Narapidana dan Lembaga Permasyarakatan ..................................... 26. 1.. Pengertian Terpidana ................................................................ xiii. 27.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2.. Pengertian Narapidana............................................................... 27. 3.. Lembaga Permasyarakatan ....................................................... 29. a. Pengertian Lembaga Permasyarakatan .................................... 29. b. Lembaga Permasyarakatan Wirogunan……………………... 29. Pembinaan Iman di Lembaga Permsyarakatan Wirogunan Yogyakarta ...................................................................................... 31. 1. Pengertian Pembinaan Iman bagi Narapidana……………….... 31. 2. Hal-hal yang Sudah Dilakukan di Lembaga Permasyarakatan Wirogunan Yogyakarta ……………………………………….. 34. D. Rangkuman…………………………………………………… .... .. 35. BAB III. PENELITIAN ATAS PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN KELAS IIA WIROGUNAN YOGYAKARTA .............................................................................. 38. A. Situasi Umum Pembinaan Iman di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta........................ 39. 1. Tenaga Pendamping atau Pembina bagi Pembinaan Iman di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan....................... 40. 2. Alokasi Waktu Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan ...................................... 40. 3. Bentuk-bentuk Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan yang Pernah Dilakukan oleh Para Pembina 7 ................................................... 41. 4. Materi Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Permasyrakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta …………..... 42. B. Penelitian atas Pembinaan Iman ....................................................... 42. 1. Rumusan Permasalahan ............................................................... 43. 2. Tujuan Penelitian ......................................................................... 43. 3. Metodologi Penelitian .................................................................. 44. a. Jenis Penelitian…………………………………………….... 44. b. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………. 45. c. Responden Penelitian……………………………………….. 45. d. Instrumen Pengumpulan Data………………………………. 45. e. Pengolahan Data…………………………………………….. 48. f. Analisis Data ………………………………………………... 48. C.. xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. g. Variabel Penelitian………………………………………….. 49. C. Laporan Hasil Penelitian Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta .................................................... 49. 1. Identitas Responden ...................................................................... 50. 2. Laporan Hasil Kuesioner Terbuka ................................................ 53. 3. Rangkuman Laporan Hasil Kuesioner ......................................... 56. 4. Laporan Hasil Wawancara............................................................ 58. 5. Laporan Hasil Observasi .............................................................. 67. 6. Laporan Hasil Studi Dokumen .................................................... 69. D. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………….... 71. 1. Cukup atau tidaknya Alokasi Waktu yang Digunakan untuk Pelaksanaan Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Permasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta ………….. 71. a. Aspek Tingkat Kerutinan ……………………………………. 72. b. Aspek Alokasi Waktu ……………………………………….. 73. 2. Bentuk, Model dan Materi Pembinaan Iman yang Relevan bagi Para Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta…………………………….. 75. 3. Faktor-Faktor Penghambat Terlaksananya Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta………… . .. 80. 4. Faktor-Faktor Pendukung Terlaksananya Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta…………………………………………. 83. 5. Dampak Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta…………... 87. a. Tujuan Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarkatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta…………. 87. b. Dampak Pembinaan Iman bagi Narapidan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta……… .. 89. 6. Bentuk, Model dan Materi Pembinaan Iman yang Benar-benar diharapkan oleh Para Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta…………………………….. 90. E. Kesimpulan …………………………………………………………. 93. xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB IV. SHARED CHRISTIAN PRAXIS SEBAGAI USULAN KATEKESE BAGI PARA NARAPIDANA DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN KELAS IIA WIROGUNAN YOGYAKARTA……………………………. ................................. 97. A. Pengertian Shared Christian Praxis……………………………... 97. 1. Shared……………………………............................................ 98. 2. Christian……………………………......................................... 99. 3. Praxis……………………………............................................. 99. 4. Langkah-langkah Shared Christian Praxis………………….... 100. B. Usulan Program Pembinaan Iman bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta, dengan Model Shared Christian Praxis…………….. 102. 1.. Latar Belakang……………………………............................... 103. 2.. Tema dan Tujuan Pembinaan Iman…………………………... 105. 3.. Gambaran Pelaksanaan Program……………………………... 110. 4.. Matrik Program…………………………….............................. 111. 5.. Contoh Persiapan Salah Satu Sesi Pembinaan Iman…………. 120. BAB V PENUTUP ........................................................................................... 135. A. Kesimpulan ...................................................................................... 135. B. Saran ................................................................................................ 138. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. .. 141. LAMPIRAN Lampiran 1. :. Surat Izin Penelitian .......................................................... (1). Lampiran 2. :. Surat Bukti telah dilaksanakan penelitian .......................... (2). Lampiran 3. :. Kuesioner penelitian ........................................................... (3). Lampiran 4. :. Contoh kuesioner penelitian .............................................. (9). Lampiran 5. :. Pedoman wawancara kepada Pembina .............................. (12). Lampiran 6. :. Contoh Pembinaan Iman dari PPNKY .............................. (13). Lampiran 7. :. Struktur Organisasi Lembaga ............................................ (17). Lampiran 8. :. Transkrip Wawancara........................................................ (18). Lampiran 9. :. Perikop Kitab Suci ............................................................ (27). Lampiran 10 :. Teks Lagu .......................................................................... (28) xvi.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Lampiran 11 :. Dokumentasi Kegiatan ...................................................... (29). Lampiran 12 :. Cuplikan Video.................................................................. (32). xvii.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN. A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.8.. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja DV. : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi yang ditulis oleh Yohanes Paulus II pada tanggal 18 November 1965.. C. Singkatan Lain Art. : Artikel. BBC. : British Boardcasting Corporation, salah satu perusahan media masa di Inggris.. Hlm. : Halaman. KAS. : Keuskupan Agung Semarang. KanWil. : Kantor Wilayah. KGK. : Katekismus Gereja Katolik. KUHP. : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. LAPAS. : Lembaga Pemasyarakatan. xviii.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Ms. : Miss. SCP. : Shared Christian Praxis. PBB. : Perserikatan Bangsa-Bangsa. PPNKY. : Paguyuban Pendamping Narapidana Kristiani Yogyakarta. WIB. : Waktu Indonesia Barat. WBP. : Warga Binaan Pemasyarakatan. xix.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1. BAB I PENDAHULUAN. A.. Latar Belakang Masalah Pada penghujung tahun 2014 sampai pada awal tahun baru 2015 dunia. hukum Indonesia dipenuhi dengan beragam berita tentang eksekusi mati enam terpidana narkotika. Seperti yang dimuat dalam surat kabar digital British Broadcasting Corporation Indonesia atau BBC Indonesia pada tanggal 18 Januari 2015 dengan judul berita Enam Terpidana Mati Telah Dieksekusi di Nusakambangan dan Boyolali: Juru bicara Kejaksaan Agung, lembaga yang melakukan hukuman mati, Tony Spontana menjelaskan 5 terpidana mati telah dieksekusi di Nusakambangan, Cilacap pukul 00.30 WIB dan dinyatakan meninggal pada pukul 00.40 WIB. Satu terpidana mati lainnya dieksekusi di Boyolali pukul 01.20 WIB. Kelima terpidana mati yang dieksekusi di Nusakambangan adalah Marco Archer Cardoso Mareira (53, Warga Negara Brasil), Daniel Eneuma (38 tahun, Warga Negara Nigeria), Ang Kim (62 tahun, Warga Negara Belanda), Namaona Dennis (48 tahun, Warga Negara Malawi), dan Rini Andriani atau Melisa Aprilia (Warga Negara Indonesia), sedangkan yang menjalani hukuman mati di Boyolali adalah Tran Thi Hanh (37 tahun, Warga Negara Vietnam). Eksekusi mati tidak hanya berhenti pada enam terpidana mati yang telah dieksekusi tanggal 18 Januari 2015. Eksekusi hukuman mati jilid II terhadap sembilan terpidana mati yang menyangkut “duo Bali nine” Andrew Chan dan Myuran Sukumaran serta. “ratu ekstasi” Mary Jane Fiesta Veloso menuai. polemik. Media-media sosial maupun cetak mulai memberitakan seputar eksekusi mati jilid dua. Salah satunya adalah ulasan berita Silvanus Alvin yang dilansir.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. dalam situs berita resmi miliki liputan 6 pada tanggal 27 April 2015 dengan judul berita Kapan Eksekusi Mati jilid II dilaksanakan? Ini kata JK. Ulasan berita tersebut: Sejumlah terpidana mati masih melakukan sejumlah cara agar bisa terlepas dari hukuman eksekusi mati. Mereka juga memaksimalkan hak hukumnya. Termasuk Sergei Areski Atlaoui yang kini namanya telah dikeluarkan dari daftar eksekusi mati jilid II. Melihat kondisi ini Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK berjanji tak akan mengebiri hak hukum mereka. “Kita selalu mengikuti proses hukum sebaik-baiknya. Karena warga Prancis itu masih memiliki proses hukum yaitu Peninjau kembali (PK) kedua, maka kita tunggu itu dulu,” kata JK di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin(27/05/2015). Namun JK enggan memberitahukan tanggal kapan eksekusi mati akan dilakukan. Dia pun meminta pihak terkait untuk menunggu informasi resmi dari Kejaksaan Agung. “Tanggalnya tunggu sajalah,” tukas JK.. Eksekusi mati beberapa warga Negara asing dan warga Negara Indonesia ini sempat mendapat kecaman beberapa kalangan dari dunia internasional. PBB melalui sekretaris jendralnya mengecam dan menyampaikan penyesalan yang mendalam atas eksekusi mati enam terpidana yang berlangsung di Indonesia dan yang masih berlaku di seluruh Negara di dunia. Kecaman dan reaksi penolakan terhadap hukuman mati yang diserukan oleh Sekjen PBB ini juga diikuti oleh Australia dan Brazil yang menarik duta besar mereka dari Jakarta. Hal ini dapat dilihat dalam ulasan berita Evan Hardoko pada koran elektronik Kompas pada Kamis 30 April 2015 dengan judul berita Sekjen PBB Kecam Eksekusi Mati di Indonesia: New York, Kompas.com- Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mengutarakan penyesalan yang mendalam atas eksekusi mati terhadap delapan terpidana kasus narkoba di Nusakambangan, Jawa Tengah, Rabu(29/4/2015). Dalam pernyataan resminya, Ban mengatakan, hukuman mati “tidak memiliki tempat di abad 21” dan mendesak Indonesia untuk.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. membatalkan eksekusi mati terhadap semua terpidana mati. Desakan itu, menurut Ban, sejalan dengan sikap 117 negara yang menyuarakan moratorium penggunaan hukuman mati dalam sidang Majelis Umum PBB pada Desember 2014. “Sekretaris Jendral mendesak semua negara yang masih menerapkan hukuman mati untuk bergabung dengan gerakan ini dan mendeklarasikan moratorium hukuman mati dan akhirnya menghapusnya,”demikian pernyataan Ban Ki-moon. Tidak hanya dari PBB, Australia dan Brasil, Gereja Indonesia pun sempat menyerukan seruan keras terkait eksekusi mati terpidana kasus narkotika baik eksekusi mati jilid I dan jilid II. Seruan Gereja Katolik Indonesia yang menolak hukuman mati diserukan oleh Mgr. Ignatius Suharyo Pr dalam surat gembala Paskah 2015 dengan judul. Gereja Katolik Menolak Hukuman Mati. yang. diedarkan di Keuskupan Agung Jakarta dalam judul Gereja menolak hukuman mati yang isinya:. Pada hari-hari ini, televisi, koran dan mass media lain, penuh dengan berita mengenai hukuman mati. Saya pribadi amat sedih setiap kali melihat atau membaca berita itu dan diberitakan dengan cara yang bagi saya mencederai kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam suasana seperti ini saya mengajak para Imam untuk menjelaskan kepada umat pandangan Gereja mengenai hal ini dan mengajak mereka berdoa untuk para terpidana. Katekismus Gereja Katolik menyatakan : Pembelaan kesejahteraan umum masyarakat menuntut agar penyerang dihalangi untuk menyebabkan kerugian. Karena alasan ini, maka ajaran Gereja sepanjang sejarah mengakui keabsahan hak dan kewajiban dari kekuasan politik yang sah, menjatuhkan hukuman yang setimpal dengan beratnya kejahatan, tanpa mengecualikan hukuman mati dalam kejadian-kejadian yang serius (KGK 2266). Menurut Katekismus ini, hukuman mati diperbolehkan dalam kasus-kasus yang sangat parah kejahatannya. Namun, apabila terdapat cara lain untuk melindungi masyarakat dari penyerang yang tidak berperikemanusiaan, cara-cara lain ini lebih dipilih daripada hukuman mati karena cara-cara ini dianggap lebih menghormati harga diri seorang manusia dan selaras dengan tujuan kebaikan bersama (bdk KGK 2267). Di sini terjadi peralihan pandangan Gereja tentang konsep hukuman mati.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. Gereja. KGK 2267 ini diambil dari ensiklik Paus Yohanes Paulus II Evangelium Vitae. Dalam ensiklik Evangelium Vitae yang diterbitkan tahun 1995, Paus Yohanes Paulus II menghapuskan status persyaratan untuk keamanan publik dari hukuman mati ini dan menyatakan bahwa, dalam masyarakat modern saat ini, hukuman mati tidak dapat didukung keberadaannya. Berikut kutipannya: Adalah jelas bahwa untuk tercapainya maksud-maksud ini, jenis dan tingkat hukuman harus dengan hati-hati dievaluasi dan diputuskan, dan tidak boleh dilaksanakan sampai ekstrim dengan pembunuhan narapidana, kecuali dalam kasus-kasus keharusan yang absolut: dengan kata lain, ketika sudah tidak mungkin lagi untuk melaksanakan hal lain untuk membela masyarakat luas. Selanjutnya ditegaskan, Namun demikian, dewasa ini, sebagai hasil dari perkembangan yang terus menerus dalam hal pengaturan sistem penghukuman, kasus-kasus sedemikian (kasus-kasus yang mengharuskan hukuman mati) adalah sangat langka, jika tidak secara praktis disebut sebagai tidak pernah ada.” (EV 56). Untuk menuju tujuan yang mulia di atas, peran dan bentuk pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan perlu mengalami perubahan juga. Berdasarkan data yang diperoleh penulis pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan berdasar pada asas: pengayoman, persamaan perlakuan dan pelayanan, pendidikan, pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia, kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan dan terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga atau orang- orang tertentu (Undang-Undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Bab II pasal 5). Menurut pengalaman penulis yang lain, pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dijadwalkan satu minggu sekali yakni pada hari Sabtu setiap minggunya. Dari alokasi waktu pembinaan iman ini, muncul beberapa pertanyaan yang menganjal dalam hati penulis. Pertanyaan yang sering muncul adalah cukupkah alokasi waktu.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. pembinaan iman yang telah disediakan oleh Lembaga Pemasyarakatan? Lantas bagaimana bentuk pembinaan iman yang selama ini dilaksanakan dalam Lembaga Pemasyarakatan? Siapakah yang melaksanakan pembinaan iman dalam Lembaga Pemasyarakatan? Dalam usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di atas. Pertama kali penulis menyadari bahwa pelayanan pembinaan iman bagi narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan membutuhkan spiritualitas yang sungguhsungguh. Dalam permenungan muncullah gagasan dan spiritualitas pelayanan yang tulus dan menyeluruh sebagai bentuk konkrit dari iman yang dianut oleh para pelayan pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan. Spiritualitas ini terinspirasi dari Matius 25: 34-36: Yesus bersabda, “Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah kerjaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijakdikan. Sebab ketika Aku haus kamu memberi Aku minum, ketika Aku seorang asing kamu memberi Aku tumpangan, ketika Aku telanjang kamu memberi Aku pakaian, ketika Aku sakit, kamu melawat Aku, dan ketika Aku di dalam penjara kamu mengunjungi Aku”. Perikop ini ingin menyampaikan bahwa menjadi orang Katolik tidak hanya berhenti pada kehidupan doa yang taat, akan tetapi kehidupan doa yang disertai dengan perbuatan. Pada dasarnya iman Katolik sendiri mengajarkan kepada umatnya agar hidup beriman tidak berhenti pada beribadah dan berbuat baik. Iman Katolik memiliki konsekunsi nyata yang membimbing umatnya untuk mewujudkan apa yang dihayati dalam perbuatan nyata. Salah satunya adalah dengan mengunjungi orang yang sedang ada di dalam penjara. Dengan menyapa.

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. mereka lewat pelayanan pembinaan iman, orang Katolik mengaktualisasikan imannya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terpapar di atas, penulis merasa tertarik untuk mendalami pembinaan iman bagi narapidana. Maka dari itu penulis mengambil judul PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA. PEMASYARAKATAN. KELAS. II. A. WIROGUNAN. YOGYAKARTA: SUATU USULAN KATEKESE PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA. Penulis ingin memberikan suatu sumbangan pemikiran katekese bagi pembinaan iman narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.. Penulis berharap sumbangan ini dapat membawa. perubahan sikap dan moral narapidana yang terwujud dalam perubahan hidup mereka, sehingga Lembaga Pemasyarakatan dapat memenuhi visi dan misinya sebagai lembaga yang memperbaiki kesalahan dan kembali memanusiakan manusia.. B.. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang dapat. dirumuskan sebagai berikut: 1.. Apa itu pembinaan iman?. 2.. Siapa itu narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan?. 3.. Sejauh mana pembinan iman bagi narapidana bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan kelas II A WIrogunan Yogyakarta sudah berjalan?.

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4.. 7. Sejauh mana pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta sudah berjalan secara efektif?. 5.. Usulan katekese atau usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pembinaan iman dan perubahan sikap serta moral para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta?. C.. Tujuan Penulisan. Berdasarkan rumusan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka ada beberapa rumusan tujuan: 1.. Mengetahui apa itu pembinaan iman.. 2.. Mengetahui apa itu narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan.. 3.. Mengetahui pembinaan iman yang telah berjalan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan dan efektivitas pembinaan iman tersebut.. 4.. Memberi usulan program pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyrakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.. 5.. Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat kelulusan sarjana strata I pada Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. D.. Manfaat Penulisan. 1.. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah. a.. Secara akademis, dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengetahuan dan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan pembinaan.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. iman bagi narapidana yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam berkatekese di dalam lembaga pemasyrakatan. b.. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta khususnya bagi para pemerhati pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan sebagai salah satu alternatif bahan katekese.. c.. Sebagai calon katekis, penulis semakin diperkaya sehingga mampu mendesain katekese pembinaan iman narapidana yang sungguh kontekstual dan menarik.. 2.. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis penelitian ini adalah. a.. Berguna untuk penelitian lebih lanjut mengenai katekese pembinaan iman bagi narapidana.. b.. Sebagai sumbangan pustaka ilmiah, khususnya dalam bidang katekese pembinaan iman narapidana.. E.. Metode Penulisan Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis, artinya. penulisan yang menggambarkan dan menganalisis suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya. Deskripif analitis adalah usaha penulis menganalisis bukubuku sebagai sumber bahan dan membahasakannya kembali dalam bentuk tulisan. Hal yang sama akan penulis lakukan dalam pengumpulan data. Penulis akan menggunakan penelitian kualitatif dengan wawancara. Penulis akan menggali dan menganalisis hasil wawancara dengan para narapidana Untuk mendapatkan data, dan mengolahnya menjadi hasil penelitian yang akan penulis gunakan sebagai.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. dasar sumbagan pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta.. F.. Sistematika Penulisan Skripsi. ini. mengambil. judul. PEMBINAAN. IMAN. BAGI. NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A WIROGUNAN. YOGYAKARTA:. SUATU. USULAN. KATEKESE. PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA. Judul tersebut akan diuraikan dalam lima bab sebagai berikut: Bab I. adalah bagian pendahuluan yang di dalamnya mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.. Bab II. dibagi dalam tiga bagian : pertama, pembinaan iman yang terdiri dari empat sub bab yakni pembinaan, iman, pembinaan iman dan rangkuman pembinaan iman. Kedua, Narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan yang mencakup tentang pengertian terpidana, pengertian narapidana, pengertian Lembaga Pemasyaraktan yang terdiri dari pengertian Lembaga Pemasyarakatan secara umum dan sekilas pandang mengenai Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yang menjelaskan tentang situasi geografis, sejarah. singkat,. visi. dan. misi,. serta. strategi. Lembaga. Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Ketiga, pembinaan iman bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan yang menjelaskan tentang pengertian.

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. pembinaan iman bagi narapidana dan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Bab III. akan menguraikan tentang lima hal. situasi. umum. kegiatan. Hal yang pertama adalah. pembinaan. iman. di. Lembaga. Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yang terdiri dari empat sub bab yakni tenaga pembina atau pendamping pembinaan iman bagi narapidana, alokasi waktu pembinaan iman bagi narapidana, bentuk dan model pembinaan iman bagi narapidana yang telah dilaksanakan oleh pembina, dan materi pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Kedua, penelitian pembinaan iman yang terdiri dari tiga sub bab yaitu rumusan permasalahan, tujuan penelitian, dan metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, instrument pengumpulan data, pengolahan data, analisa data dan variabel peneltian. Ketiga, laporan hasil penelitian yang terdiri dari identitas responden,. laporan. hasil. kuisioner. terbuka,. laporan. hasil. wawancara, laporan hasil observasi, dan laporan studi dokumen. Keempat pembahasan hasil penelitian yang terdiri dari cukup atau tidaknya. alokasi. waktu. yang. digunakan. untuk. pelaksaan. pembinaan iman bagi narapidana meliputi aspek tingkat kerutinan.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. dan aspek alokasi waktu, bentuk, model dan materi pembinaan iman yang relevan bagi narapidana, faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat terlaksananya pembinaan iman bagi narapidana, dampak pembinaan iman bagi narapidana yang meliputi tujuan pembinaan iman bagi narapidana dan dampak pembinaan iman bagi narapidana serta bentuk, model dan materi pembinaan iman yang benar-benar diharapkan oleh narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Kelima, kesimpulan yang dibuat penulis sebagai rangkuman atas penelitian terhadap pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. Bab IV. berisi tentang, pertama, pengertian Shared Christian Praxis yang terdiri dari pengertian Shared, Christian, dan praxis. Kedua, Shared Christian Praxis sebagai usulan model pembinaan iman bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yang terdiri dari latar belakang tema dan tujuan program, gambaran pelaksanaan program, matrik program, dan contoh persiapan salah satu sesi pembinaan iman.. Bab V. adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan atas peneltian pembinaan iman bagi narapidana dan saran bagi pembinaan iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta..

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. BAB II PEMBINAAN IMAN BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A WIROGUNAN. Fokus pada bab dua ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama penulis membahas tentang pembinaan iman yang terdiri dari pengertian pembinaan dan iman. Pada bagian kedua penulis membahas tentang narapidana dan lembaga pemasyarakatan. yang. terdiri. dari. pengertian. narapidana. dan. lembaga. pemasyarakatan. Sedangkan pada bagian ketiga penulis membahas tentang pembinaan iman bagi narapidana yang terdiri dari pembinaan iman bagi narapidana dan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta dalam membina iman narapidana khususnya narapidana yang beragama Kristen dan Katholik.. A. Pembinaan Iman 1.. Pengertian Pembinaan Dalam buku karangan Mangunhardjana berjudul Pembinaan: Arti dan. Metodenya, pembinaan didefinisikan sebagai: suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal yang baru yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan pengentahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja yang sedang dijalani secara lebih efektif (Mangunhardjana 1986: 12). Dalam pembinaan, orang tidak sekedar dibantu untuk mempelajari ilmu murni, tetapi ilmu yang akan dipraktekkan. Tidak dibantu untuk mendapatkan pengetahuan, tetapi pengetahuan untuk dijalankan. dalam pembinaan orang.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. terutama dilatih untuk mengenal kemampuan dan mengembangkannya, agar dapat memanfaatkannya secara penuh dalam bidang hidup atau kerja mereka. Oleh karena itu unsur pokok dalam pembinaan adalah mendapatkan sikap, tingkah laku, kecakapan dan keterampilan. Dalam pembinaan terjadi proses melepas hal-hal yang sudah dimiliki berupa pengetahuan dan praktek yang sudah tidak membantu dan menghambat hidup dan kerja dan mempelajari pengetahuan dan praktek baru yang meningkatkan hidup dan kerja. Tujuannya agar orang yang menjalani pembinaan mampu mencapai tujuan hidup atau kerja yang digumuli secara lebih efisien dan efektif daripada sebelumnya. Definisi lain dari pembinaan dapat ditemukan dalam buku karangan Mitfah Thoha yang berjudul Pembinaan Organisasi: suatu proses hasil atau pertanyaan yang lebih baik dalam hal ini menunjukkan adanya perubahan, kemajuan, pertumbuhan, peningkatan, evaluasi atau berbagai kemungkinan atas berbagai sesuatu di atas. Pembinaan juga dapat dimengerti sebagai proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertianpengertian, diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai dengan usaha-usaha perbaikan, menggembangkan, menyempurnakan (Thoha 1999: 243). Pembinaan adalah suatu proses yang membuat manusia menjadi lebih baik. Dalam proses itu terdapat beberapa tahapan yang harus dilaksanakan sebagai syarat mutlak pembinaan. Proses itu diawali dengan mendirikan, dilanjutkan dengan proses membutuhkan bahan-bahan guna mengembangkan dirinya, tahapan pembinaan dilanjutkan dengan proses pemeliharaan terhadap pertumbuhan tersebut. Dalam usaha pemeliharaan tercakup pula usaha-usaha perbaikan, mengembangkan, dan menyempurnakan..

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. Oleh karena itu pembinaan memiliki beberapa tujuan. Pembinaan bertujuan utnuk memampukan seseorang membaharui diri dan meningkatkan efektivitas hidup dan karya. Pembinaan dapat menganilisi situasi hidup secara positif maupun negatif dan memampukan orang untuk bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi tuntutan hidup (Mangunhardjana 1986:13). Menurut Mardi Prasetya (2001: 24) tujuan pembinaan merupakan transformasi diri dalam Kristus, menjadi murid Kristus menyertakan dinamika untuk membentuk hidup atas dasar nilai-nilai yang ditawarkan oleh Kristus agar kita diubah oleh nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu tujuan transformasi diri ini perlu dilihat secara khusus supaya pembinaan tetap dilihat sebagai tujuan yang tertinggi dibandingkan dengan tujuan-tujuan praktis yang lain sehingga hari demi hari terus dihayati dalam hidup panggilan maka tujuan praktis yang lain harus diletakkan dibawahnya. Dari pengertian di atas jelas bahwa pembinaan selalu mengarah ke hasil yang lebih baik. Jika dicermati dari masalah kepentingannya tidak semua orang memahami dan memperhatikan pentingnya pembinaan. Seperti yang diungkapkan Mangunhardjana bahwa pembinaan yang baik akan berdampak pada orang lain. Dengan kata lain pembinaan dapat membantu orang lain “keberhasilan pembinaan dapat berdampak pada orang lain dan membantu mereka untuk melihat diri dan pelaksanaan hidup serta kerjanya. Pembinaan dapat menganlisis situasi hidup dan kerjanya dari segala segi positif atau negatifnya. Pembinaan dapat digunakan sebagai sarana untuk menemukan masalah hidup dan masalah dalam kerjanya; menemukan hal atau bidang hidup dan kerjanya yang sebaiknya diubah atau.

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. diperbaiki. Pembinaan juga dapat digunakan sebagai sarana untuk merencanakan sasaran dan program di bidang hidup kerjanya sesudah mengikuti pembinaan (Mangunhardjana 1989: 13).. 2.. Pengertian Iman Pengertian iman yang paling umum diketahui kalangan umat adalah. bahwa iman dipahami sebagai karunia Allah dan tanggapan manusia. Dari pengertian ini, dapat ditarik sebuah simpul bahwa Allah adalah subjek pemberi rahmat dan manusia adalah objek penerima rahmat. Akan tetapi, di sisi yang lain, Allah menjadi objek penerima tanggapan manusia atas anugerah-Nya dan manusia menjadi subjek yang memberikan tanggapan terhadap panggilan Allah. Oleh karena itu, penulis dalam sub bab ini akan memisahkan dan memberikan penjelasan terkait Allah yang menjadi subjek dan manusia yang menjadi objek, serta Allah mejadi objek dan manusia menjadi subjek. Katekismus Gereja Katolik(selanjutnya akan ditulis KGK) artikel 1 nomor 51-53 menjelaskan bahwa Allah mewahyukan Diri kepada manusia. Isi wahyu itu adalah belas kasihan Allah kepada manusia. Allah membuka diri untuk manusia, supaya manusia bisa mengenal Dia dan kehendak-Nya. Manusia mampu mengenal Allah lewat Yesus Kristus, Sang Sabda yang telah menjadi daging dan dalam Roh Kudus, ikut serta dalam kodrat ilahi. Melalui Yesus Kristus, Allah mengangkat manusia menjadi anak-anak-Nya. Dengan mewahyukan diri Allah memberikan kesanggupan bagi manusia untuk memberikan timbal balik atau tanggapan, mengikuti-Nya, dan mencintai-Nya..

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. Dalam dokumen Dei Verbum yakni Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, iman diartikan sebagai Allah yang mewahyukan diri-Nya kepada manusia lewat perjalanan sejarah melalui perantaraan para nabi dan setelah berkali-kali mengalami kegagalan akhirnya Allah mengutus Putra-Nya yaitu Yesus Kristus (DV 4). Tahapan pewahyuan Diri Allah juga dijelaskan dalam KGK artikel 2 nomor 54-64 bahwa Allah membiarkan Diri-Nya dikenal oleh manusia sejak awal mula. segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah berasal dari sabda-Nya. Sejak awal mula, Allah telah memperkenalkan Diri-Nya dan menjalin hubungan yang erat dengan manusia pertama. Relasi antara Allah dan manusia itu tidak hanya sebatas antara pencipta dan ciptaan namun Allah memberikan keselamatan bagi manusia berupa rahmat yang berlimpah dan keadilan yang gemilang. Meski manusia jatuh dalam dosa, Allah tidak berhenti mencintai manusia. Ia tetap saja memberikan keselamatan bagi manusia yang mencari-Nya, mengikuti-Nya, dan mencintai-Nya. Berkali-kali manusia jatuh dalam jurang dosa, tetapi Allah selalu memberikan jalan bagi manusia untuk menuju keselamatan. Perjanjian dengan Nuh setelah banyak manusia jatuh dalam dosa, adalah simbol dimana Allah memberikan keselamatan kepada bangsa-bangsa. Allah tetap memberikan keselamatan kepada manusia yang terus hidup bertekun dalam perjanjian Allah dengan Nuh sembari menantikan kedatangan Kristus yang mempersatukan anak-anak manusia yang tercerai-berai. Tahapan wahyu Allah kemudian sampai pada Abraham. Allah memanggil Abraham untuk keluar dari lingkaran sanak keluarganya. Allah.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. menjadikan Abraham seorang bapa bangsa yang besar, sebab dari sanalah seluruh keturunan Abraham akan menerima keselamatan Allah. Abraham dan keturunannya menjadi akar pohon dimana kelak ketika telah tumbuh, orang-orang diluar. keturunan Abraham akan dipersatukan dan diselamatkan. Dengan. demikian keselamatan menjadi milik semua orang. Setelah masa para Bapa, Allah membentuk Israel menjadi bangsa-Nya. Israel diselamatkan dari perbudakan di Mesir dan Allah memberkati bangsa Israel. Dari namanya, Israel adalah orang-orang yang menerima berkat Allah. Mereka adalah orang-orang yang mendengar panggilan Allah. Dari bangsa inilah, keselamatan Allah terbuka bagi semua orang. Yesus Kristus adalah sabda yang menjadi daging. Yesus Kristus merupakan perantara dan kepenuhan seluruh wahyu Allah yang maha tinggi. melalui Yesus Kristus, Allah yang tidak kelihatan dengan cinta kasih-Nya menyapa manusia dan bergaul dengan mereka untuk membebaskan manusia dari kegelapan dosa dan maut. Maka barang siapa melihat Yesus Kristus maka melihat Allah juga (DV 2). Allah mewahyukan diri-Nya dalam diri Yesus Kristus yang merupakan jalan kebenaran dan hidup. Melalui Yesus Kristus Allah turun ke dunia utnuk menjumpai dan berinteraksi dengan manusia yang dinyatakan dalam misteri Tritunggal Maha Kudus. Dalam karya-Nya Yesus Kristus mewartakan kabar gembira untuk membebaskan manusia dari kegelapan dosa dan maut. Barang siapa mengikuti Dia maka akan beroleh hidup yang kekal (DV 4)..

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. Iman sebagai pewahyuan diri Allah kepada manusia juga dapat dimengerti lewat Dei Verbum artikel 4 Oleh karena cinta kasih-Nya yang begitu besar kepada umat manusia, Allah mewahyukan diri-Nya kepada manusia dengan mengutus Putra-Nya yakni sabda kekal yang tinggal di tengah umat manusia untuk menyinari semua orang dan akan bercerita kepada mereka tentang hidup Allah yang terdalam. Yesus Kristus merupakan sabda yang menjadi daging, dan merupakan kepenuhan wahyu Allah. Barang siapa melihat Yesus berarti melihat Bapa juga.. Tampak dalam dokumen tersebut Allah begitu murah hati kepada manusia. Cinta kasih Allah melebihi dosa-dosa manusia. Untuk menebus segala dosa manusia, dianugerahi-Nya manusia dengan Putra-Nya yang Tunggal Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam kebersamaan-Nya dengan manusia di dalam dunia, Yesus Kristus taat akan perintah Bapa-Nya. Ketaatan Kristus mewujud nyata dalam peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Ia taat kepada Bapa-Nya sampai mati di kayu salib; demi menebus dosa-dosa manusia Ia wafat di kayu salib lambang penghinaan. Wahyu dipahami sebagai Allah Sendiri, yang hadir dan menyapa manusia, yang berbicara dengan manusia, dan yang berelasi dengan manusia. Dari pihak manusia diharapkan ada tanggapan atas sapaan Allah ini. Tanggapan manusia inilah yang disebut iman. Hal ini dikatakan dengan tegas dalam Dei Verbum artikel 5: “Kepada Allah yang mewahyukan diri, manusia harus menyatakan ketaatan iman. Dalam ketaatan iman tersebut manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah dengan kepenuhan akal budi dan kehendak yang penuh kepada Allah pewahyu…..”. Dengan demikian, tampaklah.

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. bahwa iman dapat diartikan sebagai sikap penyerahan diri manusia, dalam perjumpaan pribadi dengan Allah. Orang yang memiliki iman adalah orang yang memiliki hubungan pribadi yang mendalam dengan Allah yang hidup di mana dalam hidupnya seseorang menerima kehadiran Allah dan menyerahkan diri seutuhnya kepada kehendak Allah atas hidupnya. Seseorang yang menerima kehadiran Allah dalam hidupnya senantiasi hidup dalam buah-buah Roh Allah yang kudus. Hidupnya mendekati kekudusan rohaniah yang terpancar dari ketulusan serta kebaikan tingkah laku. Seseorang yang menyerahkan dirinya seutuhnya kepada Allah, senantiasa bersyukur kepada Allah karena rahmat yang diberikan Allah, dan tidak pernah khawatir akan apa yang akan terjadi pada esok hari. Sebab hidup orang beriman yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah penuh dengan buah-buah kasih yakni kesabaran, ketekunan dan rendah hati. Oleh karena itu, iman dapat dibedakan menjadi dua pengertian dasar yakni iman sebagai jawaban manusia atas wahyu Allah dan iman sebagai penyerahan diri manusia kepada Allah. Iman adalah penyerahan diri manusia kepada Allah. Penyerahan diri erat kaitannya dengan ketaatan manusia pada rencana Allah. Teladan penyerahan diri dan ketaatan pada rencana Allah sering umat Katholik dengar ketika memasuki masa prapaskah. Dalam renungan jalan salib, kita dihadapkan pada teladan nyata ketaatan dan penyerahan diri Yesus Kristus. Dalam salah satu pemberhentian jalan salib, kita merenungkan nubuat nabi Yesaya: Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan? Sebagai.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. taruk ia tumbuh di hadapan Tuhan dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seseorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah,dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita, ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kiat menjadi sembuh (Yes 53:1-5) Ketaatan Hamba Tuhan yang digambarkan dalam kitab nabi Yesaya, seringkali menjadi gambaran ketaatan Yesus Kristus akan kehendak Bapa-Nya. Penghinaan, kesakitan, penghianatan dan kematian yang dialaminya adalah bentuk penyerahan diri-Nya kepada Bapa-Nya. Ia memberi teladan kepada manusia agar menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah Bapa. Penyerahan diri seutuhnya yang diteladankan oleh Yesus Kristus lewat peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya adalah teladan penyerahan seutuhnya. Penyerahan itu dapat diwujudkan dengan senantiasa menjadikan Yesus sebagai pokok keselamatan dan andalan dalam hidup dan meneruskan karya-Nya di dalam dunia ini.. 3. Pengertian Pembinaan Iman Pembinaan iman tidak hanya dilakukan sebagai bentuk kewajiban dan kepedulian Gereja terhadap umatnya yang ada di dalam kesulitan. Akan tetapi pembinaan iman adalah bentuk sapaan kasih Allah terhadap umat-Nya. Sapaan kasih Allah itu tertuang dan berdasar pada setiap kegiatan umat beriman yang bertujuan untuk mengembangkan kedewasan imannya. Oleh karena itu penulis.

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. akan menjelaskan tentang pembinaan iman yang selanjutnya akan disebut sebagai formatio iman. Dalam Direktorium Formatio Iman yang diterbitkan oleh Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang, formatio iman didefinisikan sebagai pembinaan dan pembentukan diri menjadi (sebagai) pribadi Katolik yang berakar dan berpola pada hidup Kristus dalam segala dimensi hidupnya secara total dan integral dalam ungkapan dan perwujudannya (Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang 2014: 3). Formatio iman sebagai pembinaan iman memiliki garis-garis formatif yang menjadi tolok ukur. Hal-hal yang menjadi garis-garis formatif itu adalah arah dasar dari formatio iman, sumber-sumber yang harus digunakan dalam formatio iman, dan tindakan-tindakan serta hal-hal yang harus dilakukan dalam formatio iman. Tindakan dan hal-hal yang harus dilakukan dalam formatio iman termuat dalam empat unsur utama yang harus dikerjakan yakni pengembangan pengetahuan iman, penghayatan tradisi Katolik, pembinaan moral serta peningkatan hidup menggereja dan memasyakat. Arah dasar formatio iman adalah hidup dalam Kristus: menjadi Katolik yang cerdas, tangguh dan misioner. Sakramen baptis menjadikan seseorang anak Allah dan murid Kristus. Sebagai anak Allah, hidupnya dibentuk dan diresapi nilai-nilai Injili serta dikuatkan dengan spiritualitas kesaksian martiria, yakni sedia memanggul salib kehidupan sehari-hari, mengasihi secara tulus tanpa pamrih, semangat berkorban, konsisten dalam kata dan perbuatan. Sebagai murid, hidupnya berakar dan berpola pada hidup Kristus. Dengan berpola pada hidup.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. Kristus, orang Katolik hidup semakin bermakna bagi dunia dengan hadir sebagai garam, ragi dan terang (Dewan Karya Pastoral KAS 2024: 43). Arah dasar formatio iman yakni hidup dalam Kristus sendiri terinspirasi dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus bab 4 ayat 13 -15; “sampai kita telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh dan tingkata pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak yang diombang-ambingkan oleh ruparupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala”. Sumber utama formatio iman adalah Sabda Allah. Sabda Allah itu ialah Yesus Kristus yang menjadi manusia dan bahwa suara-Nya terus menggema dalam Gereja dan di dunia melalui Roh Kudus. Sabda Allah ditujukan kepada manusia melalui perendahan diri ilahi yang mengagumkan dan sampai kepada manusia. melalui. merenungkan. perkataan-perkataan. Sabda. Allah. dengan. dan. perbuatan-perbuatan.. semangat. iman. yang. Gereja. mendalam,. mendengarkannya dengan saleh, memeliharanya dengan cinta dan mewartakannya dengan setia melalui Tradisi dan Kitab Suci (Dewan Karya Pastoral KAS 2014: 44). Sabda Allah yang terkandung dalam Tradisi dan Kitab Suci direnungkan dan dimengerti dengan lebih mendalam melalui perasaan iman seluruh umat Allah, di bawah bimbingan Magisterium. Dirayakan dalam Liturgi Suci yakni.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. tempat Sabda Allah terus menerus dimaklumkan, didengarkan, dibatinkan, dan dijelaskan. Bersinar dalam sejarah hidup Gereja teristimewa kesaksian Kristiani dan secara khusus dalam diri para Kudus. Dikaji dan diperdalam oleh studi-studi dan penelitian-penelitian teologis yang membantu umat beriman untuk semakin maju dan mendalam akan pengertiannya yang vital tentang misteri-misteri iman; dan dinyatakan dalam nilai-nilai moral dan religious serta ditaburkan dalam masyarakat dan berbagai kebudayaan (Dewan Karya Pastoral KAS 2014: 44-45). Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang dalam buku berjudul Formatio Iman Berjenjang mendefinisikan pembinaan sebagai berikut: Formatio iman merupakan konsekuensi langsung dari identitas Gereja yang bersifat misioner. Perutusan Gereja untuk senantiasa melaksanakan evangelisasi membuahkan pertobatan dan iman. Maka yang semula tidak percaya kepada Kristus, kemudian menerima warta Injil, mengimani, dan memberikan diri dibaptis. Tugas Gereja selanjutnya adalah menjaga, merawat, dan mendamingi agar semua umat Kristiani bertumbuh dalam Kristus. Jadi proses menjaga, merawat, menyuburkan dan mendewasakan ini disebut sebagai Formatio iman (Dewan Karya Pastoral KAS).. Dalam menjalakan perannya untuk menjaga, merawat, menyuburkan, dan mendewasakan iman umat formatio iman bersifat fundamental, eklesial, total dan integral. Formatio iman bersifat fundamental karena formatio iman merupakan keharusan, suatu tanggung jawab yang tidak bisa dikesampingkan. Formatio iman menjadi tugas utama Gereja. Selain fundamental formatio iman bersifat eklesial artinya formatio iman kecuali tugas Gereja juga merupakan tugas semua orang beriman, juga diarahkan sebagai tugas semua anggota Gereja (Dewan Karya Pastoral KAS 2014: 22)..

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. Formatio iman juga bersifat total artinya formatio iman harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, tidak bisa dilakukan dengan setengah-setengah. Formatio harus sungguh-sungguh dalam semangat, cara, dan langkah-langkahnya. Totalitas juga terjadi ketika orang semakin kreatif dan inovatif dalam mengusahakan metodologi pewartaan. Terakhir, formatio iman bersifat intergral artinya dalam melaksakannya menunjuk pada tanggung jawab bersama, bukan sekelompok orang atau komunitas keluarga, sekolah, dan paroki. Integral juga menunjuk pada kerja sama dan sinergi antar pelaku katekese atau antar komunitas (Dewan Karya Pastoral KAS 2014: 22). Formatio iman memiliki peranan vital dalam Gereja. Peranan itu antara lain adalah peran kerygmatis, edukatif, kuratif, dan transformatif. Peran Kerygmatis berarti peran pewartaan. Formatio iman berperan kerygmatis berarti formatio iman menegaskan perutusan Gereja untuk selalu menawarkan Injil terutama bagi mereka yang sudah menjadi anggota Gereja (Dewan Karya Pastoral KAS 2014:23). Peran eduktif berarti peran mendidik. Formatio iman berperan mendidik umat dalam hal iman. Formatio iman berperan edukatif berarti formatio iman menjadi pendidikan iman sepanjang hidup manusia. Artinya, usaha tidak terhenti pada aspek tertentu seperti pada pengenalan kebenaran atau pada pemahaman perubatan-perbuatan moral. Tugasnya meluas sampai pada pembentukan sikap iman sebagai jawaban pribadi dan total atas rencana hidupnya (Dewan Karya Pastoral KAS 2014:24)..

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. Peran kuratif pembinaan iman memiliki arti bahwa pembinaan iman memiliki peranan untuk menjaga, merawat dan menumbuhkan iman umat dari segala macam tantangan dan godaan zaman. Untuk melaksanakan peran ini Gereja memiliki empat W sebagai sebuah dasar. Empat W itu adalah word atau pewartaan sabda, worship atau doa, devosi dan peribadatan, witness atau persekutuan hidup, kesaksian iman, sharing iman dan welfare atau pelayan dan keterlibatan yang memberdayakan (Dewan Karya Pastoral KAS 2014:24-25). Sedangkan peran transformatif dari pembinaan iman berarti pembinaan iman membantu orang untuk memperbaharui dirinya melalui dan berdasar pada iman. Dalam peran transformatif, umat tidak hanya menenrima informasi atau informed tentang pengetahuan iman dan pemahaman sikap-sikap moral, akan tetapi sampai pada tahap formed yakni dibentuk oleh pengalaman-pengalaman iman, kemudian umat mengalami tahap transformed atau sampai pada tahap transformasi dimana umat mengalami perubahan dalam hidupnya berdasar pada imannya yang telah berkembang (Dewan Karya Pastoral KAS 2014:25-26).. 4.. Rangkuman Dari masing-masing pengertian yang telah penulis jabarkan di atas dapat. disusun sebuah rangkuman mengenai pembinaan, iman, dan pembinaan iman. Pembinaan adalah proses belajar atau proses hasil dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki guna memperoleh hal-hal baru yang belum dimiliki dengan tujuan. untuk. membantu. orang. yang. menjalaninya. supaya. mampu. menggembangkan pengetahuan dan kecakapannya secara lebih efektif sesuai.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. dengan urutan-urutan pengertian-pengertian baru yang didapatkan di mana proses belajar atau proses hasil itu diawali dengan mendirikan, membutuhkan pemeliharaan yang disertai dengan usaha-usaha perbaikan, mengembangkan, dan menyempurnakan. Iman dapat diartikan sebagai wahyu Allah dan tanggapan manusia. Iman sebagai wahyu Allah menurut KGK artikel nomor 51-53 adalah Allah mewahyukan Diri kepada manusia. Isi wahyu itu adalah belas kasihan Allah kepada manusia. Selain itu menurut DV artikel 4 iman dapat diartikan sebagai Allah yang mewahyukan diri-Nya pada manusia lewat perjalanan sejarah melalui perantaraan para nabi,dan setelah berkali-kali mengalami kegagalan akhirnya Allah mengutus Putra-Nya yaitu Yesus Kristus. Sedangkan pembinaan iman menurut Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang dapat diartikan sebagai pembinaan dan pembentukan jati diri sebagai pribadi Katolik yang berakar dan berpola pada hidup Yesus Kristus dalam segala dimensi hidupnya secara total dan integral dalam ungkapan dan persetujuan.. B. Narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan Setelah menjelaskan arti pembinaan, iman serta pembinaan iman, pada sub bab ini penulis akan menjelaskan pengertian narapidana dan Lembaga Pemasyarakatan. Tetapi untuk melengkapi pengertian narapidana penulis terlebih dahulu menjabarkan pengertian terpidana sesuai dengan urutan penetapan status hukum seseorang yang mendapatkan hukuman pidana..

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. 1. Pengertian Terpidana Dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan bahwa pada hakikatnya Warga Binaan Pemasyarakatansebagai insan dan sumber daya manusia yang harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi dalam satu sistem pembinaan yang terpadu. Sistem pembinaan yang terpadu tersebut disebut sistem pemasyarakatan yang merupakan rangkaian penegakan hukum yang bertujuan agar Warga Binaan Pemasyarakatan menyadari kesalahannya, dapat memperbaiki dirinya, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, undang-undang membedakan pengertian tentang terpidana dan narapidana. Terpidana menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan pasal satu ayat enam adalah seseorang yang dipidanakan berdasarkan putusan pengadilan yang memperoleh hukum tetap.. 2. Pengertian Narapidana Pengertian narapidana menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan pasal satu ayat tujuh adalah terpidana yang hilang kemerdekaannya dan menjalani masa pidana di lembaga pemasyarakatan. Terpidana yang telah diterima di lembaga pemasyarakatan diwajibkan untuk didaftar. Pendaftaran yang dimaksudkan adalah pengubahan status terpidana menjadi narapidana. Pendaftaran terpidana meliputi pencatatan.

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. yang di dalamnya terdapat putusan pengadilan, jati dan barang serta uang yang dibawa. Kemudian pemeriksaan kesehatan, pembuatan pas foto, pengambilan sidik jari, dan pembuatan beriata acara serah terima terpidana. Narapidana yang telah diterima di lembaga pemasyarakatan kemudian digolongkan menurut umur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan binaan.Hal ini ditentukan dalam rangka pembinaan narapidana. Dalam lembaga pemasyarakatan serta pembinaan, narapidana berhak melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya, mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun jasmani, mendapatkan pendidikan dan pengajaran, mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak, menyampaikan keluhan, mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang, mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan, menerima kunjungan keluarga atau orang lain, mendapatkan pengurangan masa pidana atau premi, mendapatkan kesempatan asimiliasi termasuk cuti mengunjungi keluarga, mendapatkan pembebasan bersyarat, mendapatkan cuti menjelang bebas, dan mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain berhak mendapat hak-hak yang telah disebutkan di atas narapidana juga wajib untuk mengikuti semua program pembinaan dan kegiatan tertentu secara tertib. Selain hak dan kewajiban di atas, beberapa hal yang menyangkut kepentingan narapidana adalah pemindahan narapidana dari satu lembaga pemasyarakatan ke lembaga pemasyarakatan yang lain. Hal ini dilakukan untuk.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. kepentingan pembinaan, keamanan dan ketertiban, proses peradilan dan kepentingan lainnya yang dianggap perlu.. 3. Lembaga Pemasyarakatan a. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1999 adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Selain itu dijelaskan bahwa Lembaga Pemasyarakatan sebagai sebagai ujung tombak asas pengayoman merupakan tempat mencapai tujuan pemasyarakatan melalui pendidikan, rehabilitasi, dan integrasi.. b.. Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirognunan Pada sub bab Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta. ini akan dipaparkan dalam tiga bagian: pertama adalah situasi geografis, sejarah berdirinya, dan visi, misi, serta tujuan dari berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan. Keterangan mengenai tiga bagian pembahasaan pada sub bab ini diambil dari website resmi milik Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta yakni www.lapaswirogunan.com. 1). Situasi Geografis Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta yang terletak di Jalan. Tamansiswa Nomor 6 Yogyakarta, dengan luas area lebih kurang 3,8 hektar yang sebelum direnovasi terdiri dari tiga bangunan utama untuk kantor, serta terdiri dari tujuh blok sel untuk laki-laki dan satu blok sel perempuan. LAPAS Kelas II A.

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. Yogyakarta mempunyai kapasitas daya tampung sebanyak 750 orang. Terdapat juga rumah sakit LAPAS Yogyakarta yang terdiri dari 3 kamar, serta satu ruang dapur, satu gedung aula, satu masjid, satu gereja, dan dua gedung bimker sebagai tempat pelatihan kerja bagi para napi dan tahanan. LAPAS Kelas IIA Yogyakarta merupakan. bangunan. peninggalan. pemerintahan. Belanda. dengan. nama. Gevangenis En huis Van Devaring. Hal ini terlihat apabila kita memasuki LAPAS Yogyakarta bentuk bangunan yang khas dengan tembok yang tinggi-tinggi dan besar serta kusen pintu dan jendela yang tebal dan besar. 2). Sejarah singkat Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Sejarah berdirinya LAPAS Kelas II A Yogyakarta tidak begitu saja. diketahui dengan pasti kapan berdirinya, karena arsip-arsip yang menyatakan kapan dibangunnya LAPAS tidak ada yang mengetahui.. Menurut penuturan. petugas Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta bagian hubungan dan masyarakatan khusunya bagian penlitian dan pengembang Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta didirikan antara tahun 1910 sampai 1915. Nama Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta telah mengalami pergantian nama. Pergantian nama yang dilakukan bahkan sampai 6 kali sesuai dengan penguasa setempat yang berkuasa di Yogyakarta. Berikut nama-nama Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogyakarta: a) Gevangenis En huis Van Devaring (Zaman Belanda) b) Penjara Yogyakarta c) Kepenjaraan daerah Yogyakarta d) Kantor Direktorat Jendral Bina Luna Warga e) Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Yogyakarta f). Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Yogyakarta.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3). 31. Visi, Misi dan Tujuan Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan. a). Visi Memulihkan kesatuan hidup, kehidupan dan penghidupan Warga Binaan. Pemasyarakatansebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan YME (Membangun manusia Mandiri). b). Misi Melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan dan pembimbingan Warga. Binaan Pemasyarakatan. c). Tujuan Membentuk Warga Binaan Pemasyarakatanagar. menjadi. manusia. seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan betanggung jawab. Hal ini tentunya memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan yang ditahan di Rumah Tahanan Negara dan Cabang Rumah Tahanan dalam rangka memperlancar proses penyelidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang Pengadilan. C. Pembinaan Iman di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Wirogunan Yogaykarta 1. Pengertian Pembinaan Iman bagi Narapidana Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 31 tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan pasal satu.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. ayat satu; pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa,. intelektual, sikap dan perilaku, professional,. kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Sedangkan. pembina. Warga. Binaan. Pemasyarakatan. disebut. Pembina. Pemasyarakatan. Pembina pemasyarakatan adalah petugas pemasyarakatan yang melaksanakan pembinaan narapidana dan Anak Didik Pemsayarakatan di lembaga pemasyakaratan. Pengertian Pembina Pemasyarakatan dapat di lihat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 31 tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatanpasal satu ayat 4. Adapun program pembinaan dan pembimbingan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 31 tahun. 1999. tentang. Pembinaan. dan. Pemasyarakatan pasal 2 ayat 1 dan 2. Pembimbingan. Warga. Binaan. meliputi kegiatan pembinaan dan. pembimbingan kepribadian dan kemandirian. Pembinaan dan pembimbingan kepribadian dan kemandirian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 31 tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatanpasal 3 meliputi hal -hal yang berkaitan dengan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara, intelektual, sikap dan perilaku, kesehatan jasmani dan rohani, kesadaran hukum, reintegrasi sehat dengan masyarakat, keterampilan kerja, latihan kerja, dan produksi. Pelaksanaan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatandilaksanakan melalui 3 tahap yakni tahap awal, tahap lanjutan dan tahap akhir. Pengalihan pembinaan dari satu tahap ke tahap yang lain ditetapkan melalui siding Tim Pengamat Pemasyarakatan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam wujud proses pengkajian berdaur yang terdiri atas empat tahap pada setiap siklusnya yakni perencanaan, pelaksanaan

Judul Skripsi : PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA YANG MENDERITA GONDOK DAN TIDAK MENDERITA GONDOK DI SDN GONGGANG 4 KECAMATAN PONCOL KABUPATEN MAGETAN

Strength otot lengan dan Strength otot tungkai terhadap kecepatan melakukan teknik bantingan bahu pada UKM Gulat UNNES Tahun 2006.. Metodologi penelitian ini menggunakan

Agnes Monica is a singer, she has slim body , oval face and nice voice to hear.. Her nose is

Berdasarkan hasil deskripsi data penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SD

Menilik dari kandungan nutriennya, limbah kedelai ini (ampas tempe, ampas tahu dan ampas kecap) masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, khususnya

Alasan orang tua dan siswa memilih homeschooling sebagai pendidikannya antara lain kesibukan siswa di bidang non akademis, kendala fisik, penyakit tertentu, pembelajaran

Penelitian tentang Komposisi dan Struktur Komunitas Semut (Hymenoptera: Formicidae) Permukaan Tanah di Taman Hutan Raya Dr.. Mohammad Hatta Padang telah dilakukan pada bulan