• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pelayanan Perceraian Di Kantor Pengadilan Agama Di

Dalam dokumen skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 56-98)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Manajemen Pelayanan Perceraian Di Kantor Pengadilan Agama Di

C. Manajemen Pelayanan Perceraian Di Kantor Pengadilan Agama Di

“…untuk perencanaan pada pelayanan yang diberikan itu ya sesuai dengan pedoman dan standar operasional pada pelayanan yang akan mengajukan perceraian, sebelum melayani kita memastikan ada perencanaan yang bersifat vital dan memang harus benar-benar dipersiapkan tapi tidak perlu yang bagaimana sekali cukup kita jalan sesuai prosedur saja dek…” (Hasil wawancara MS pada tanggal 15 Februari 2021 )

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa perencanaan pada pelayan yang diberikan yakni berdasarkan pedoman pelayanan pada kantor pengadilan agama Kabupaten Bulukumba, dan berdasarkan standar operasional yang telah ditetapkan. Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara dengan Panitera Muda Gugatan mengatakan bahwasannya :

“…pada perencanaan pelayanan ini sebenarnya tidak perlu terlalu mempersiapkan diri karena kitakan sudah ada aturan sudah ada bagaimana proses pada pelayanan pengajuan gugatan perceraian itu sendiri jadi kita tinggal menjalani sesuai dengan sebagaimana alurnya saja…” (Hasil wawancara NWH pada tanggal 15 februari 2021)

Jadi berdasarkan hasil wawancara diatas menyatakan bahwasannya perencanaan pada pelayanan yang diberikan hanya berdasarkan aturan dan pedoman proses pelayanan pengajuan gugatan perceraian sehingga tidak memerlukan perencanaan yang sangat matang. Kemudian juga dilakukan wawancara bersama Kasubag Perencanaan IT dan pelaporan:

“…untuk perencanaan pelayanan pada proses perceraian ini karena sekarang kita berada dimasa pandemic dan mengurai pelayanan langsung jadi kita mempersiapkan pelayanan online, merencakan pada system informasi dan memberikan kemudahan pada pelayanan itu sendiri…” (Hasil wawancara AAM pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari hasil wawancara diatas menyatakan bahwasannya perencanaan pada pelayanan pengajuan permohonan perceraian saat ini bersifat online sehingga kantor pengadilan agama Bulukumba memberikan kemudahan dengan merencanakan pelayanan berbasis online.

Selanjutnya dilakukan beberapa wawancara bersama masyarakat mengenai hal ini yang menyatakan bahwasannya:

“…kalau untuk perencanaannya mereka tentang seperti apa pelayanan yang diberikan kedepan saya kurang tau, karena hanya mereka yang tau bagaimana planning mereka kedepan…” (Hasil wawancara NN pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari wawancara dengan masyarakat dapat diketahui bahwasannya masyarakat tidak mengetahui terkait dengan perencanaan yang hendak dilakukan pengadilan, dikarenakan perencanaan hanya diketahui pihak pengadilan dalam mempersiapkan pelayanan.

Jadi berdasarkan hasil wawancara berdasarkan indikator perencanaan (Planning) mengenai rencana pengadilan agama Kabupaten Bulukumba dalam memberikan pelayanan dapat disimpulkan bahwasanya sehubungan dengan kondisi pandemi saat ini yang tengah berlangsung pengadilan agama Kabupaten Bulukumba memberika pelayanan online bagi proses pengajuan perceraian untuk mengurai kegiatan fisik dan penularan kasus covid 19 saat ini, memberikan pelayanan pada system informasi dengan baik.

b) Berdasarkan indikator perencanaan pada manajemen pelayanan perceraian di Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Bulukumba terkait dengan persiapan pelayanan kedepan pada proses pelayanan online,

peneliti kemudian melakukan wawancara bersama ketua pengadilan agama Bulukumba mengatakan bahwa:

“…kalau untuk persiapan kedepan mengenai pelayanan online alhamdulilah kita sudah siap, dan sudah memang harus dijalankan dilihat dari traking pandemic ini luar biasa kita tidak tau sampai kapan berakhir…” (Hasil wawancara MS pada tanggal 15 Februari 2021 )

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya persiapan pengadilan agama Kabupaten Bulukumba dalam memberikan pelayanan online sudah siap dan sudah digunakan pada pemberian pelayanan. Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara dengan Panitera Muda Gugatan mengatakan bahwasannya:

“…persiapan kedepan ya tentu harus siap baik itu pada perubahan jaman dan kondisi apa lagi kondisi kita saat ini tidak bisa seperti biasanya semua serba terbatas jadi saat ini kita sudah harus mampu mempersiapkan semuanya agar kedepan kita sudah siap total memberikan yang terbaik kepada masyarakat…” (Hasil wawancara NWH pada tanggal 15 februari 2021)

Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwasannya pengadilan negeri agama harus siap dalam menghadapi berbagai polemik yang terjadi kedepan sehingga persiapan dan perencanaan dilaksanakan sedini mungkin agar mampu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Kemudian juga dilakukan wawancara dengan Kasubag Perencanaan IT dan pelaporan:

“…sudah siap saat ini kita sudah mempersiapkan semuanya khususnya dibidang informasi teknologi tinggal kalau ada kekurangan kita terus lakukan perbaikan untuk memenuhi standar kualitas yang sebagaimana mestinya..” (Hasil wawancara AAM pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwasannya persiapan oleh bidang perencanaan informasi dan teknologi sudah dipersiapkan untuk menghadapi situasi kondisi kedepan agar fungsi dari pengadilan agama khususnya pada permohonan gugatan perceraian tetap mampu berjalan dengan baik. Selanjutnya dilakukan beberapa wawancara dengan masyarakat mengenai hal ini yang menyatakan bahwasannya:

“…untuk hal demikian saya tidak tau, dan kita masyarakat kurang tau seperti apa persiapan pengadilan agama dalam menjalankan tugasnya karena memang tidak dijelaskan yang diinginkan masyarakat pelayanan yang baik dan mudah itu saja…” (Hasil wawancara TJA pada tanggal 16 Februari 2021) Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwasannya masyarakat tidak mengetahui tentang seberapa besar persiapan dan bagaimana, masyarakat hanya menginginkan mudahnya pelayanan dan pelayanan yang baik bagi masyarakat yang membutuhkan pengadilan agama.

Jadi berdasarkan wawancara pada indikator perencanaan (Planning) sehubungan dengan persiapan kedepan pengadilan agama dalam mengahadapi proses pelayanan online yakni dapat disimpulkan bahwasannya persiapan pengadilan agama demikian sudah siap menjalani proses pelayanan online dan di iringi dengan kemajuan teknologi dan perbaikan system informasi pada pengadilan negeri agama Bulukumba.

c) Berdasarkan indikator perencanaan pada manajemen pelayanan perceraian di Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Bulukumba terkait dengan persiapan pelayanan di Masa Pandemi Covid 19 serta seperti

apa rencana solusi yang diberikan, peneliti kemudian melakukan wawancara dengan ketua pengadilan agama Bulukumba mengatakan bahwa:

“…seperti tadi yang saya katakan persiapan kedepan apa lagi pada situasi kondisi kita terjebak ditengah pandemic covid 19 kita memberikan pelayanan online baik itu pelayanan permohonan sampai putusan pengadilan secara virtual masyarakat tidak perlu lagi datang mengantri cukup mengisi formulir online tunggu antrian sidang putusan dan lain sebagainya semua sudah bisa dilakukan online ini adalah bentuk pengadilan agama untuk mengikuti aturan pemerintah namun tetap memberikan pelayanan dengan baik…” (Hasil wawancara MS pada tanggal 15 Februari 2021)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya pengadilan agama Bulukumba mempersiapkan diri dengan pelayanan online yang prima ditengah pandemic covid 19 memaksimalkan proses virtual sebagai penawaran solusi ditengah pandemi ini. Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara dengan Panitera Muda Gugatan mengatakan bahwasannya:

“…ditengah situasi yang sulit dihadapi saat ini bukan hanya kebanyakan orang diluar sana melainkan juga pengadilan agama terkena dampak dengan terhambatnya pelayanan, namun tidak lantas membuat kami berhenti dengan memberikan pelayanan online kepada masyarakat terhadap pelayanan pengadilan agama masyarakat tidak perlu lagi datang cukup dri rumah sudah mampu mendapatkan pelayanan yang di inginkan di pengadilan agama.” (Hasil wawancara NWH pada tanggal 15 februari 2021) Dari wawancara diatas menunjukkan dengan situasi covid 19 saat ini tidak menjadi hambatan bagi pengadilan agama memberikan layanan terhadap masyarakat yang membutuhkan, dengan system informasi virtual masyarakat tetap bisa menjalankan aktivitasnya walaupun tidak

langsung. Kemudian juga dilakukan wawancara dengan Kasubag Perencanaan IT dan pelaporan:

“…manajemen perencanaan saat ini yang dilakukan pada pengadilan agama seperti yang lainnya karena kita tidak bisa melakukan pelayanan secara langsung, kita mempersiapkan pelayanan berbasis virtual mulai dari pengisian formulir sampai sidang putusan kalau ada kendala biasanya kami lakukan pendampingan dengan masyarakat yan awam terhadap system informasi daring saat ini…” (Hasil wawancara AAM pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari hasil wawancara diatas menyatakan bahwasannya dalam manajemen perencanaan pengadilan agama Bulukumba pada situasi covid 19 saat ini dengan mempersiapkan pelayaan daring. Selanjutnya dilakukan beberapa wawancara dengan beberapa masyarakat mengenai hal ini yang menyatakan bahwasannya:

“…manajemen perencanaan mereka saya kurang tau, tapi kalau untuk saat ini mereka melakukan pelayanan berbasis online, dan saya kira itu baik untuk tetap menjalankan fungsinya…” (Hasil wawancara SR pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwasannya masyarakat tidak mengetahui bagaimana persiapan pengadilan agama untuk memberika pelayanan kedepannya, namun bahwaasannya pelayanan saat pandemic ini dilaksanakan dengan system online.

d) Berdasarkan indikator perencanaan pada manajemen pelayanan perceraian di Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Bulukumba terkait dengan tindakan pelayanan di Masa Pandemi Covid 19, peneliti kemudian melakukan wawancara dengan ketua pengadilan agama Bulukumba mengatakan bahwa:

“…tindakan pelayanan kita sesuaikan dengan kedaaan yang ada saat ini, misalnya kalau situasi tidak memungkinkan untuk kita melaksanakan pelayanan kalau covid melandai kembali kita bisa melakukan pelayanan secara langsung tentu kita akan melakukan pelayanan. dan sementara masih menggunakan metode secara virtual…” (Hasil wawancara MS pada tanggal 15 Februari 2021) Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya tindakan yang diberikan pada pelayanan perceraian yakni melakukan penyesuaian dengan situasi kondisi covid saat ini. Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara dengan Panitera Muda Gugatan mengatakan bahwasannya:

“…tindakan pelayanan tentu dibatasi tidak seperti dulu lagi, kita melakukan pelayanan langsung seminimal mungkin dan memaksimalkan pelayanan secara virtual…” (Hasil wawancara NWH pada tanggal 15 februari 2021)

Dari wawancara diatas dapat diketahui Bahwasannya tindakan pelayanan saat ini sangat dibatasi dan berlangsung sesuai dengan peraturan pemerintah berdasarkan protokol kesehatan yang ketat.

Kemudian juga dilakukan wawancara dengan Kasubag Perencanaan IT dan pelaporan:

“…tindakan-tindakan saat ini kita sesuaikan dengan peraturan pemerintah yang saat ini memberlakukan protokol kesehatan, mengurangi pelayanan langsung dan lebih condong pada pelayanan berbasis online…” (Hasil wawancara AAM pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwasanya tindakan pelaksanaan pelayanan perceraian di kantor pengadilan Bulukumba disesuaikan dengan peraturan pemerintah untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus covid dengan melaksanakan protokol kesehatan.

Selanjutnya dilakukan beberapa wawancara dengan beberapa masyarakat mengenai hal ini yang menyatakan bahwasannya:

“…tindakan saat ini mereka memberlakukan pelayanan online, untuk selebihnya saya kurang tau apa saja tindakan yang dilakukan…” (Hasil wawancara KI pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya pengadilan agama melakukan pelayanan online pada masa pandemic saat ini.Oleh sebab itu pada indikator perencanaan mengenai perencanaan persiapan pelayanan yang diberikan pengadilan agama Bulukumba dengan memberikan pelayanan yang berbasis online dan dan pendampingan secara personal pada masyarakat yang membutuhkan pendampingan pada kasus perceraian.

Jadi dari hasil wawancara keseluruhan pada indikator perencanaan (planning) dapat disimpulkan bahwasannya pada manajemen perencanaan pelayanan pada pengadilan agama Bulukumba di tengah merebaknya wabah virus corona 2019 yang mengakibatkan terhambatnya pelayanan pengadilan agama sehingga pengadilan agama dalam merencanakan pelayanan public kedepan akan diberlakukan secara virtual, pengadilan agama telah menyiapkan beberapa perencanaan terkait dengan sistem virtual dan seiring berjalannya waktu ditengah pandemic yang masih terus berlangsung dan di iringi perbaikan pada setiap system informasi pelayanan virtual, dan sehubungan dengan masyarakat awam terhadap sistem virtual pihak pengadilan memberikan pendampingan secara langsung kepada masyarakat dengan tetap berdasarkan kepada protokol kesehatan yang ketat.

2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Setelah para manajer menetapkan tujuan-tujuan dan menyusun rencana- rencana atau program-program untuk mencapainya, maka mereka perlu merancang dan mengembangkan suatu organisasi yang akan dapat melaksanakan berbagai program tersebut secara sukses. Pengorganisasian (organizing) adalah 1) penentuan sumber daya-sumber daya dan kegiatan- kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, 2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan., 3) penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian, 4) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

Fungsi ini menciptakan struktur formal dimana pekerjaan ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.

Dengan indikator diatas adapun pertanyaan wawancara yang dilakukan peneliti kepada narasumber yakni, Kepala Pengadilan Negeri Agama Bulukumba, Panitera muda gugatan dan kasubag perencanaan IT dan Pelaporan serta beberapa masyarakat.

a) Berdasarkan indikator pengorganisasian pada manajemen pelayanan perceraian di Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Bulukumba terkait dengan menentukan sumberdaya yang digunakan pada pelayanan yang diberikan, peneliti kemudian melakukan wawancara dengan ketua pengadilan agama Bulukumba mengatakan bahwa:

“…pada penentuan sumberdaya ini sekiranya sudah jelas sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pelayanan,

ada beberapa sumberdaya secara financial, dan sumberdaya manusia…” (Hasil wawancara MS pada tanggal 15 Februari 2021)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya penentuan sumberdaya pada pengadilan agama Bulukumba ada tiga yakni sumberdaya manusia dan sumberdaya financial. Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara dengan Panitera Muda Gugatan mengatakan bahwasannya:

“…sumberdaya yang dibutuhkan pada pengadilan agama ini ada beberapa yang pertama sumberdaya manusia yang memenuhi criteria, kemudian sumberdaya keuangan sebagai motor penggerak organisasi, kemudian juga kita butuh sumberdaya fisik seperti fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk memberikan pelayanan…” (Hasil wawancara NWH pada tanggal 15 februari 2021)

Dari wawancara diatas sumberdaya yang dibutuhkan pada pengadilan agama yakni sumberdaya manusia sebagai syarat utama pelayanan, kemudian sumberdaya keuangan sebagai penggerak sebuah organisasi pemerintah dalam memberikan layanan dan sumberdaya pendukung seperti fasilitas yang digunakan untuk memberikan pelayanan.

Kemudian juga dilakukan wawancara dengan Kasubag Perencanaan IT dan pelaporan:

“…pada pengorganisasian sumberdaya memang sangat dibutuhkan, semua bentuk sumberdaya kita butuhkan diluar sumberdaya alam ya, mulai dari sumber daya manusia ini sangat penting kalau tidak ada manusia tidak bisa ada pelayanan, kemudian sumberdaya pendukung seperti sarana dan prasarana manusia memang bisa mengerjakan semuanya tapi ya harus ada pendukungnya untuk memudahkan pelayanan, kemudian dari anggaran juga penting juga ini karena kalau anggarannya tidak

ada biar sumber daya manusia kita tidak bisa adakan juga…”

(Hasil wawancara AAM pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya sumberdaya pada pengorganisasian yang paling dibutuhkan yakni sumberdaya financial sebagai penggerak dari sumberdaya manusia serta untuk melengkapi sumberdaya pendukung seperti sarana dan prasarana untuk memberikan pelayanan. Selanjutnya dilakukan beberapa wawancara dengan beberapa masyarakat mengenai hal ini yang menyatakan bahwasannya:

“…setau saya kalau sumberdaya yang dibutuhkan tentu pertama sumber daya manusia baik secara kualitas dan kuantitas itu paling penting, sama sumberdaya keuangan juga karena kita perlu uang untuk gaji pegawai, melengkapi fasilitas juga kita perlu uang itu menurutku…” (Hasil wawancara NN pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya sumberdaya yang dibutuhkan pada pengorganisasian yakni sumberdaya keuangan dan sumberdaya manusia.

Jadi berdasarkan hasil wawancara pada indikator pengorganisasian mengenai sumberdaya yang digunakan untuk mendukung adanya pelayanan ada beberapa yakni sumberdaya keuangan sebagai penggerak semua sumberdaya yakni sumberdaya manusia, sumberdaya pendukung yang tak lain sarana dan prasarana pelayanan untuk menegaskan fungsi dan tugas pokok.

b) Berdasarkan indikator pengorganisasian pada manajemen pelayanan perceraian di Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Bulukumba terkait

dengan pengembangan kinerja organisasi kelompok kerja yang diberikan, peneliti kemudian melakukan wawancara dengan ketua pengadilan agama Bulukumba mengatakan bahwa:

“…kalau pengembangan kinerja kita tetap berdasarkan visi misi, pengembangan kinerja pelayanan mungkin kita terus adakan pengembangan tentunya kalau ada lagi metode yang lebih baik pasti kita akan pertimbangkan kedepan…” (Hasil wawancara MS pada tanggal 15 Februari 2021)

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya mengenai pengembangan tujuan organisasi kelompok kerja ini sehubungan dengan pengembangan kerja dan peningkatan kerja terus dilaksanakan oleh pegawai pengadilan agama. Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara dengan Panitera Muda Gugatan mengatakan bahwasannya:

“…pengembangan kinerja pada pengorganisasian sudah tentu dilakukan, seperti evaluasi kinerja pegawai kalau ada kekurangan kedepan kan kita bisa perbaiki dan kalau ada inovasi baru kita bisa kembangkan kedepan…” (Hasil wawancara NWH pada tanggal 15 februari 2021)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya pengembangan kinerja ini dilakukan dengan evaluasi kinerja pegawai dan perbaikan kinerja. Kemudian juga dilakukan wawancara dengan Kasubag Perencanaan IT dan pelaporan:

“…kitakan ada namanya pelaporan disini, kinerjanya pegawai dilaporkan kalau misalnya ada kekurangan pada pelayanan kita lakukan pengembangan dan perbaikan kedepan tentunya sekiranya begitu dek…” (Hasil wawancara AAM pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari wawancara diatas dapat dilihat bahwasannya pada pengembangan kinerja pelayanan pada pengadilan agama Bulukumba diadakan pelaporan hasil pelayanan dan untuk kekurangan pada pelayanan

dilakukan perbaikan terus untuk kenyamanan pelayanan kedepan.

Selanjutnya dilakukan beberapa wawancara dengan masyarakat mengenai hal ini yang menyatakan bahwasannya:

“…saya kurang tau untuk itu seperti apa, karena kalau untuk hal demikian hanya pihak internal yang jauh lebih paham sekiranya…” (Hasil wawancara TJA pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari wawancara bersama masyarakat diatas dapat diketahui bahwasannya hal tersebut adalah bagian dari pihak internal lembaga dan organisasi yang tidak diketahui secara luas khusunya kepada masyarakat kedepan dan hanya berlangsung pada internal.

Jadi berdasarkan pada indikator diatas pada pengorganisasian terkait dengan perkembangan kinerja pegawai pengadilan agama bahwasannya dengan adanya pelaporan perkembangan pelayanan kinerja pegawai, sehingga untuk melengkapi kekurangan kedepan terus dilakukan dan pengembangan pelayanan terus dilaksanakan.

c) Berdasarkan indikator pengorganisasian pada manajemen pelayanan perceraian di Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Bulukumba terkait dengan penugasan tanggung jawab tertentu untuk memberikan pelayanan. peneliti kemudian melakukan wawancara bersama ketua pengadilan agama Bulukumba mengatakan bahwa:

“…penugasan untuk pelayanan sudah jelas ada yang bertugas dengan tupoksi masing-masing, jadi tidak perlu lagi masyarakat khawatir pelayanannya terhambat karena mereka sudah punya tugasnya masing-masing…” (Hasil wawancara MS pada tanggal 15 Februari 2021)

Dari wawancara diatas mengatakan bahwasannya tugas dan fungsinya sudah diberikan, sehingga pelaksanaan pelayanan tidak ada lagi hambatan karena jobdesc yang tidak jelas. Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara bersama Panitera Muda Gugatan mengatakan bahwasannya:

“…iyalah tugas pokok dan fungsi mereka sudah terbagi dengan jelas, panitera bertugas sebagai penggugat, staf bertugas melayani permohonan, kemudian juga hakim bertindak sebagai pembuat keputusan jadi semua berjalan sesuai tupoksi masing- masing…” (Hasil wawancara NWH pada tanggal 15 februari 2021)

Dari wawancara diatas tugas pokok masing-masing pegawai pada pengadilan agama Bulukumba berjalan dengan baik dan sesuai dengan penugasa yang diberikan. Kemudian juga dilakukan wawancara bersama Kasubag Perencanaan IT dan pelaporan:

“…penentuan penugasan sudah sangat jelas, sudah ada bagiannya masing-masing mana yang memberikan pelayanan permohonan, mana sebagai ekskutor pengambil keputusan oleh yang mulia hakim…” (Hasil wawancara AAM pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari wawancara diatas dapat dilihat mengenai dengan penentuan tugas kerja yang diberikan sekiranya sudah jelas dan terlaksana dengan baik.

Selanjutnya dilakukan beberapa wawancara bersama masyarakat mengenai hal ini yang menyatakan bahwasannya:

“…dari yang saya lihat mereka memang ada khusus yang memberikan pelayanan menerima permohonan, stelah permohonan selesai ketahapan selanjutnya ada lagi pegawai yang mengarahkan jadi kalau saya iya penentuan tugass mereka sya rasa sudah baik…” (Hasil wawancara SR pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya masyarakat melihat dari pemberian pelayanan oleh pegawai pengadilan agama ada bagian-bagian dan pegawai dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya.

Jadi berdasarkan wawacara diatas pada indikator pengorganisasian terkait dengan penugasan tanggung jawab tertentu dapat disimpulkan penugasan tanggung jawab diberikan kepada masing-masing pegawai sesuai dengan keterampilannya dan penugasan kepada pegawai untuk pelayanan.

d) Berdasarkan indikator pengorganisasian pada manajemen pelayanan perceraian di Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Bulukumba terkait dengan pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu- individu untuk melaksanakan tugas, peneliti kemudian melakukan wawancara bersama ketua pengadilan agama Bulukumba mengatakan bahwa:

“…pendelegasian tugas biasanya diberikan kepada pegawai yang hendak melaksanakan tugas keluar daerah, kalau dalam pelayanan pendelegasian jarang dilakukan karena memang tidak perlu ada pendelegasian…” (Hasil wawancara MS pada tanggal 15 Februari 2021)

Dapat diketahui bahwasannya pendelegasian tugas diberikan kepada pegawai yang hendak melaksanakan dinas keluar daerah dan penugasan tertentu oleh pimpinan, sehingga pada pelayanan tidak memerlukan pendelegasian tugas. Kemudian selanjutnya dilakukan wawancara dengan Panitera Muda Gugatan mengatakan bahwasannya:

“…pendelegasian tugas biasanya diberikan kepada hakim ketua kepada hakim-hakim tertentu untuk memberikan keputusan

kepada permohonan perceraian yang dimasukkan masyarakat kepada pengadilan agama…” (Hasil wawancara NWH pada tanggal 15 februari 2021)

Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwasannya pendelegasian wewenang dapat diberikan hakim ketua kepada hakim yang bertugas memutuskan permohonan pengajuan yang diajukan oleh maysarakat. Kemudian juga dilakukan wawancara bersama Kasubag Perencanaan IT dan pelaporan:

“…iya pendelegasian memang ada, tapi tidak berikan kepada semua orang hanya orang tertentu yang diberikan kewenangan oleh pimpinan untuk melaksanakan tugas, mereka yang dianggap mampu melakukan dan pimpinan merasa bahwasanya individu tersebut layak…” (Hasil wawancara AAM pada tanggal 16 Februari 2021)

Dari wawacara diatas dapat diketahui bahwasannya pendelagasian wewenang tidak diberikan kepada semua pegawai, mereka yang dianggap mampu oleh pimpinan melaksanakan tugas dan tangggung jawab kemudian diberikan tanggung jawab wewenang. Jadi berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan dengan pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas terkait dengan pelaksanaannya bahwasannya pimpinan memberikan pendelegasian tugas tidak kepada semua pegawai melainkan hanya kepada pegawai yang dianggap mampu melaksanakan tugas dan memiliki tanggung jawab.

e) Berdasarkan indikator pengorganisasian pada manajemen pelayanan perceraian di Kantor Pengadilan Agama Kabupaten Bulukumba terkait koordinasi kegiatan pelayanan permohonan perceraian. peneliti

Dalam dokumen skripsi - Universitas Muhammadiyah Makassar (Halaman 56-98)

Dokumen terkait