• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya yaitu menyangkut bagaimana melihat aneka permasalahan hukum umum yang terjadi dan study kenotariatan yang berkaitan dengan kinerja notaris dan bagaimana pelakdanaan pengawasan terhadap Notaris pada khususnya.

b. Manfaat praktis

- Bagi Notaris, untuk lebih menyesuaikan kinerja dalam jabatannya agar selalu mengedepankan profesionalitas sesui peraturan perundang- undangan yang terkait dan kode etik notaris yang berlaku.

- Bagi Majelis Pengawas Daerah, sebagai pengawas notaris untuk memaksimalkan pengawasannya tersebut dalam mencegah tindakan pelanggaran kode etik oleh notaris.

- Bagi Pemerintah, tentunya penelitian ini sangat penting untuk masukan dalam pembuatan kebijakan yang terkait dengan masalah pengawasan notaris agar peran Majelis Pengawas Notaris menjadi maksimal.

25 - Bagi masyarakat, bermanfaat untuk mengetahui kinerja dan pengawasan yang dilakukan pada notaris sehingga benar-benar dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat.

26 BAB IV

METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian :

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yaitu akan menelusuri secara langsung pelaksanaan kinerja notaris di kota Denpasar dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan kode etik notaris yang berlaku. Demikian pula halnya akan menelusuri bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris dalam mencegah terjadinya pelanggaran kode etik oleh notaris di kota Denpasar . Untuk melakukan penelusuran ini tentu akan disesuaikan dengan aturan hukum terkait yang menjadi pendukung dari penelitian ini, khususnya Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris.

b. Sifat Penelitian

Merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dimana akan memberikan gambaran berdasarkan data-data yang diperoleh dalam kaitannya dengan pelaksanaan kinerja notaris dan peran Majelis Pengawas Daerah dalam melakukan pengawasan terhadap notaris di kota Denpasar.

c. Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh secara langsung dari pihak-pihak yang terkait langsung dengan penelitian ini, yaitu Notaris, Majelis Pengawas Daerah di Kota Denpasar merupakan data primer. Sedangkan data yang diperoleh dari pihak yang tidak terlibat langsung, dan dari bahan-bahan tertulis yang sesuai dengan permasalahan merupakan data sekunder.

d.Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan jenis dan sumber data yang ada. Data primer dan data sekunder dikumpulkan dengan teknik wawancara, menggunakan pedoman berstruktur.Pewawancara mengajukan

27 pertanyaan-pertanyaan yang telah dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban relevan dari resonden ataupun narasumber.18

Data lain yang berupa data tertulis dikumpulkan dengan teknik dokumen baik pencatatan dan kutipan. Demikian pula halnya dengan bahan-bahan hukum yang relevan dengan penelitian ini.

e.Teknik Pengolahan dan Analisis data

Pengolahan dan analisis data dilakukan kualitatif, yaitu dimaksudkan pada keseluruhan data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis, diklasifikasikan untuk dapat dihubungkan satu dengan lainnya.

18 Amiruddin, dkk, Pengantar Penelitian Hukum Normatif, Rajagrafindo Persada,Jakarta ,hal.82

28 BAB V

PEMBAHASAN 5.1Pelaksanaan Kode Etik Notaris

Pelaksanaan kode etik dan Undang-Undang Jabatan tentu merupakan keharusan bagi Notaris karena terikat dalam sumpah dan jabatannya sebagai pengemban profesi hukum. Pedoman profesi tersebut menjadi acuan bagi setiap orang yang berprofesi sebagai Notaris agar sesuai etika jabatan yang telah dirumuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan juga organisasi notaris yang merupakan organisasi profesi dimana Notaris bernaung.

Pedoman itulah yang senantiasa menjadi acuan bagi notaris dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa Notaris di kota Denpasar menyampaikan hal yang sama bagaimana Notaris harus tetap berprinsip teguh dalam menjalankan profesinya.

Notaris I Gusti Ayu Maha Santi Dewi, SH MKn, berdasarkan wawancara 19 Juli 2014, menyampaikan bahwa dalam melaksanakan kewenangannya, Notaris telah melaksanakan kode etik dan sesuai dengan UUJN secara optimal walaupun permasalahan yang sering terjadi adalah saat menangani klien dimana dalam menuangkan keinginan para pihak dalam akta sering kali tidak sesuai dengan aturan yang telah ada. Tetapi berhadapan dengan klien tersebut, Notaris Maha Santi Dewi tetap berusaha sesuai dengan aturan yang ada dan memberi penjelasan yang memadai bagi para pihak agar kehendaknya jangan sampai menyalahi aturan yang telah ada.

Sesuai dengan apa yang dilakukan Notaris Maha Santi Dewi, dalam wawancara dengan Notaris Indra Fajarwati, SH MKn, 31 tahun, pada 25 Agustus 2014, juga menyatakan bahwa pelaksanaan kinerja notaris harus sesuai dengan kode etik dan peraturan dalam UUJN, tidak melanggar dan mengedepankan kaidah yang telah dituangkan dalam kode etik tersebut.Demikian pula ketika menuangkan ketentuan dalam akta jangan sampai melanggar dan tetap memerlukan kesadaran dan tanggung jawab diri dan memberikan penjelasan hukum terhadap klien.

29 Berhadapan dengan hambatan ketidaktahuan klien yang sering kali tidak dimungkinkan menurut aturan yang ada menjadi tantangan dam hambatan bagi pelaksanaan kinerja seorang notaris. Hal ini diakui sebagaimana pengalaman dari Ni luh Ary Widiastuthi,SH MKn, 33 th. Walaupun selama ini kewenangan dan kinerja notaris dapat berlangsung dengan baik, tetapi sering juga ditemui beberapa hambatan dalam pelaksanaan tersebut karena terdapat beberapa ketentuan kewenangan yang pada kenyataannya tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh notaris contoh sebagaimana yang tercantum dalam pasal 15 (2)f.

Berdasar uraian yang dipaparkan beberapa Notaris di wilayah kota Denpasar tersebut, apabila dianalisis maka dalam melaksanakan fungsinya, Notaris telah melakukan kaidah sesuai pedoman kode etik dan asas umum jabatan yaitu asas kecermatan. Cermat dalam arti meneliti semua bukti yang diperlihatkan kepada notaris dan mendengarkan keterangan atau pernyataan para pihak wajib dilakukan sebagai bahan dasar untuk dituangkan dalam akta. Asas kecermatan ini merupakan penerapan dari Pasal 16 ayat 1 huruf a, antara lain menjalankan tugas jabatannya wajib bertindak seksama. Tentu diteliti dengan mengemban sumpah jabatan notaris agar selslu sesuai dengan aturan yang ada, meskupun dihadapan pada persaingan ketat sesama notaris, tidak sampat melakukan tindakan penyimpangan dari ketentuan hukum.

Apa yang dikemukan oleh beberapa Notaris yang berkedudukan di wilayah kerja Kota Denpasar tersebut sejauh ini memang tidak sampai membawa notaris sendiri ke permasalahan hukum akibat adanya persaingan yang tidak sehat dengan pertumbuhan Notaris yang sangat pesat di Kota Denpasar.Munculnya kekhawatiran tindakan menyimpang pada Notaris, seperti termuat di Majalah Tempo Edisi September 2014, dimana memang persaingan tidak sehat notaris tampaknya dapat menggiring sang Notaris untuk melakukan praktek yang tidak sesuai kode etik. Menurut Ketua bidang Hukum dan Perlindungan INI Pusat, Syafran Sofyan bahwa ratio pertrumbuhan Notaris dirasa memang sudah tak sesuai dengan jumlah penduduk Artinya ada daerah yang kelebihan formasi dibanding rasio jumlah penduduk. Diakuinya ini akan menjadi celah untuk melakukan praktek yang tidak terpuji. Misalnya banting harga yang terjadi,

30 padahal seharusnya dalam penetapan tarif jasa Notaris telah ditentukan oleh pasal 36 UUJN.

Terhadap kondisi persaingan tidak sehat akibat formasi yang penuh di wilayah kerja Kota Denpasar, berdasar pemaparan para Notaris di atas tetap dapat disimpulkan bahwa Notaris tetap terikat pada etiksa jabatan dan bahkan rincinya kode etik mengatur hal-hal yang menyangkut tindakan seorang Notaris masih menjaga mereka pada koridor profesionalitas. Ini sesuai dengan asas penyelenggaraan wewenang jabatan dimana Notaris selalu mengedepankan aturan jabatan dan menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang menjerumuskannya ke permasalahan hukum, apalagi nantinya akan dikaitkan dengan kehormatan profesi Notaris.

Agar selalu sesuai dengan kaidah etika Notaris, menurut I Gusti Kardinal Made Maswibawa, SH MKn yang bertugas berdasarkan SK Mentri Kehakiman dan HAM RI No: C-463.HT.03.01-Th 2005, Tgl 16 Juli 2014, pelaksanaan kewenangan kinerja Notaris adalah berdasarkan kewenangan umum dan kewenangan khusus notaris, dimana kewenangan umum Notaris dengan batasan sepanjang :

1. Tidak dikecualikan kepada pejabat lain yang telah ditetapkan oleh undang- undang

2. Menyangkut akta yang harus dibuat adalah akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh aturan hukum untuk dibuat atau dikehendaki oleh yang bersangkutan

3. Mengenai kepentingan subjek hukumnya yaitu harus jelas untuk kepentingan siapa suatu akta itu dibuat.

Dalam pelaksanaan tugasnya sebagaimana Pasal 15 UUJN dan kekuatan pembuktian dari akta notaris, maka ada 2 hal yang dapat kita pahami, yaitu :

1. Notaris dalam tugas jabatannya memformulasikan keinginan/ tindakan para pihak ke dalam akta otentik, dengan memperhatikan aturan hukum yang berlaku.

31 2. Akta notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, sehingga tidak perlu dibuktikan atau ditambah dengan alat bukti lainnya. Jika misalnya ada pihak yang menyatakan bahwa akata tersebut tidak benar, maka pihak yang menyatakan tidak benar inilah yang wajib membuktikan pernyataannya sesuai dengan hukum yang berlaku.

Prinsip kehati-hatian dan cermat dalam menuangkan keinginan para pihak dalam suatu akta seringkali dihadapkan oleh kendala misalnya identitaas yang tidak lengkap, KTP para pihak sudah tidak berlaku, surat-surat persyaratan yang belum lengkap dan maasih banyak lagi permasalahan yang ditemui. Peran notaris disini tentunya juga memberikan petunujuk hukum dan tentunya nasehat kepada kliennya, contoh dalam hal penjualan objek (tanah) ingin segera dijual padahal belum turun waris, dan surat keterangan kematian pun tidak disertai. Disinilah sangat tampak bagaimana asas-asas pelaksanaan kewenangan jabatan harus melandasi tindakan dari Notaris agar sesuai dengan ketentuan hukum yang seharusnya.

5.2Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Mencegah Pelanggaran Kode

Dokumen terkait