Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kinerja Notaris dalam dalam melaksanakan tugas jabatannya menurut kode etik notaris dan juga menganalisa bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris sehingga dapat mencegah terjadinya pelanggaran kode etik oleh notaris di Kota Denpasar. Demikian pula halnya akan menelusuri bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris dalam mencegah terjadinya pelanggaran kode etik oleh notaris di kota Denpasar. Hasil kegiatan pengabdian masyrakat ini, dituangkan dalam bentuk laporan yang berjudul “ Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Mencegah Pelanggaran Kode Etik Oleh Notaris Di Kota Denpasar.
Bagaimana kinerja Notaris dalam pelaksanaan tugasnya berdasar kode etik dan peran Majelis Pengawas Daerah dalam melakukan pengawasan kepada Notaris inilah menarik untuk ditelusuri lebih lanjut. Bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris dalam mencegah terjadinya pelanggaran kode etik oleh Notaris di Kota Denpasar.
Kode Etik Notaris
Dengan demikian, profesi jabatan Notaris adalah bidang pekerjaan yang dilandasi keahlian untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya oleh mereka yang berfungsi sebagai notaris sebagaimana dimaksud di dalam UUJN. Pelaksanaan atas fungsi jabatan tersebut, menurut Herlien Budiono terdapat etika jabatan Notaris yang menyangkut masalah yang berhubungan dengan sikap para Notaris berdasar nilai dan moral terhadap rekan Notaris, masyarakat, dan negara. Lebih lanjut Habib Adjie menjelaskan bahwa pelaksanaan tugas jabatan notaris merupakan pelaksanaan tugas jabatan yang esoterik, artinya diperlukan pendidikan khusus dan kemampuan yang memadai untuk menjalankannya.
Notaris telah tidak cermat, tidak teliti, dan tidak tepat dalam menerapkan aturan hukum yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan notaris berdasarkan UUJN dan juga dalam menerapkan aturan hukum yang berkaotan dengan isi akta. Pedoman secara langsung atas semua pandangan di atas, telah diatur lengkap melalui kaidah Undang-Undang Jabatan Notaris dan kode etik Notaris yang dirumuskan Ikatan Notaris Indonesia. Berdasar ketentuan UU No 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN 2014) ditentukan dalam Pasal 15 yaitu sebagai berikut :. 1) Notaris berwenang membuat akta autentik mengenai semua perbuatan perjanjian,perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta autentik, menjamin kepaastian tangga pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. 2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Notaris berwenang pula.
Bertindak jujur, mandiri,tidak berpihak,penuh rasa tanggungjawab berdasarkan peraturan perundang-undangan dan isi sumpah jabatan Notaris. Menjalankan jabatan notaris terutama dalam perbuatan , pembacaan,dan penandatanganan akta dilakukan dikantornya, kecuali alasan-alasan yang sah. Untuk kepentingan pelaksanaan jabatan notaris ditambah dengan asas proporsionalitas dan asas profesionalitas sebagai pedoman dalam menjalankan tugas jabatan notaris, sebagai asas-asas pelaksanaan tugas jabatan notaris yang baik dengan substansi dan pengertian untuk kepentingan notaris, sebagai berikut.
Jabatan Notaris merupakan jabatan yang harus selaras dengan mereka yang menjalankan tugas jabatan Notaris sebagai orang yang dapat dipercaya. Notaris sebagai jabatan kepercayaan tidak berarti apa-apa, jika ternyata mereka menjalankan tugas jabatan sebagai notaris sebagai orang yang tidak dapat dipercaya, sehingga hal tersebut, antara jabatan Notaris dan pejabatnya ( yang menjalankan tugas jabatan Notaris) harus sejalan bagaikan dua sisi mata uang yamg tidak dapat dipisahkan. Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib berpedoman secara normatif kepada aturan hukum yang berkaitan dengan segala tindakan yang akan diambil untuk kemudian dituangkan dalam akta.
Pengawasan Terhadap Notaris Oleh Majelis Pengawas Daerah
Dilakukan pembedaan atas antara notarisnya sendiri sebagai objek dan akta sebagai objek.Jika Notaris sebagai objek, artinya MPD akan memeriksa tindakan dan perbuatan Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya, yang akhirnya akan menggiring Notaris pada kualifikasi turut serta atau membantu terjadinya suatu tindak pidana. 21 seperti ini tidak dapat benarkan karena sutu hal yang sangat menyimpang bagi notaris dalam menjalankan tugas jabatannya untuk turut serta atau membantu melakukan atau menyarankan dalam akta untuk terjadinya suatu tindak pidana dengan para pihak/penghadap. Dalam tataran hukum yang benar bahwa MPD harus menempatkan akta notaris sebagai objek karena Notaris dalam menjalankan jabatannya berkaitan untuk membuat dokumen hukum berupa akta sebagai alat bukti tulis yang berada dalam ruang lingkup hukum perdata sehingga menempatkan akta sebagai objek harus dinilai berdasarkan aturan hukum yang berkaitan dengan pembuatan akta.
Dalam hal MPD harus dapat membuktikan ketidakbenaran apa yang dilihat, disaksikan, dan didengar oleh Notaris, juga harus dapat. Dengan kata lain, MPD tetap harus melakukan pembuktian terbalik untuk menyangkal aspek formal dari akta Notaris. Dalam kaitan ini MPD harus dapat membuktikan bahwa Notaris tidak menerangkan atau menyatakan yang sebenarnya dalam akta( akta pejabat) atau para pihak yang telah benar berkata ( di hadapan Notaris) menjadi tidak bena.
Jika anggota MPD yang berasal dari Notaris memahami dengan benar pelaksanaan tugas jabatan notaris sesuai UUJN, maka ia akan mengerti untuk menempatkan fokus pemeriksaan Notaris dengan objek pada akta Notaris. Hasil akhir dari pemeriksaan yang dilakukan oleh MPD berupa surat keputusan ( yang merupakan suatu penetapan tertulis). Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana kinerja Notaris dalam dalam melaksanakan tugas jabatannya menurut kode etik notaris 2.
Pengawas Daerah dalam melakukan pengawasan terhadap Notaris dalam mencegah terjadinya pelanggaran kode etik oleh notaris di kota Denpasar.
Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yaitu akan menelusuri secara langsung pelaksanaan kinerja notaris di kota Denpasar dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan kode etik notaris yang berlaku. Untuk melakukan penelusuran ini tentu akan disesuaikan dengan aturan hukum terkait yang menjadi pendukung dari penelitian ini, khususnya Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris. Sedangkan data yang diperoleh dari pihak yang tidak terlibat langsung, dan dari bahan-bahan tertulis yang sesuai dengan permasalahan merupakan data sekunder.
Pelaksanaan kode etik dan Undang-Undang Jabatan tentu merupakan keharusan bagi Notaris karena terikat dalam sumpah dan jabatannya sebagai pengemban profesi hukum. Tetapi berhadapan dengan klien tersebut, Notaris Maha Santi Dewi tetap berusaha sesuai dengan aturan yang ada dan memberi penjelasan yang memadai bagi para pihak agar kehendaknya jangan sampai menyalahi aturan yang telah ada. Sesuai dengan apa yang dilakukan Notaris Maha Santi Dewi, dalam wawancara dengan Notaris Indra Fajarwati, SH MKn, 31 tahun, pada 25 Agustus 2014, juga menyatakan bahwa pelaksanaan kinerja notaris harus sesuai dengan kode etik dan peraturan dalam UUJN, tidak melanggar dan mengedepankan kaidah yang telah dituangkan dalam kode etik tersebut.Demikian pula ketika menuangkan ketentuan dalam akta jangan sampai melanggar dan tetap memerlukan kesadaran dan tanggung jawab diri dan memberikan penjelasan hukum terhadap klien.
Berdasar uraian yang dipaparkan beberapa Notaris di wilayah kota Denpasar tersebut, apabila dianalisis maka dalam melaksanakan fungsinya, Notaris telah melakukan kaidah sesuai pedoman kode etik dan asas umum jabatan yaitu asas kecermatan. Tentu diteliti dengan mengemban sumpah jabatan notaris agar selslu sesuai dengan aturan yang ada, meskupun dihadapan pada persaingan ketat sesama notaris, tidak sampat melakukan tindakan penyimpangan dari ketentuan hukum. Jika misalnya ada pihak yang menyatakan bahwa akata tersebut tidak benar, maka pihak yang menyatakan tidak benar inilah yang wajib membuktikan pernyataannya sesuai dengan hukum yang berlaku.
Disinilah sangat tampak bagaimana asas-asas pelaksanaan kewenangan jabatan harus melandasi tindakan dari Notaris agar sesuai dengan ketentuan hukum yang seharusnya.
Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Mencegah Pelanggaran Kode Etik oleh Notaris
Menentukan tempat penyimpanan protokol Notaris yang pada saat setah terima protokol Notaris telah berumur 25 ( dua puluh lima) tahun atau lebih. Apabila ada indikasi oknum Notaris yang melakukan pelanggaran tersebut, harus ditindak sesuai dengan pelanggarannya dan diberikan sanksi tegas namun tentunya dengan pemeriksaan yang adil dan fair.Semua berdasarkan mekanisme yang sesuai dengan aturan yang ada. 34 pengawasan terhadap oknum Notaris yang terindikasi melakukan pelanggaran aturan UUJN dan kode etik, wajib memang ditindak tegas.
Peran dan pengawasan oleh MPD berdasarkan ungkapan sejumlah Notaris di atas tentu dilandasi pandangan dan pengalamannya tentang pengawasan terhadap Notaris. Pelaksanaannya rutin dalam memeriksa tiap-tiap Notaris sesuai jadwal, memberi masukan dan saran terhadap Notaris yang menemui kendala dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehari-hari, serta memanggil Notaris apabila ada kendala dan atau laporan dari masyarakat tentang masalahnya terhadap Notaris ke MPD. MPD dalam melaksanakan tugasnya akan memeriksa Notaris untuk mendengarkan, memeriksa alat-alat bukti pendukung yang ada sebelum mengambil sikap dan meneruskan sesuatu yang mana hasil keputusan tersebut akan disampaikan secara tertulis kepada masyarakat dan notaris yang dilaporkan tersebut.
Masih adanya oknum Notaris yang tersangkut permasalahan hukum yang disebabkan oleh karena situasi pertumbuhan Notaris yang semakin banyak dan kemudian menciptakan persaingan yang tidak sehat membutuhkan pengawasan lembaga. Indikasi adanya oknum notaris yang melakukan pelanggaran dapat dicegah dengan pengawasan yang ketat oleh MPD, ini juga bermanfaat agar tidak menimbulkan image yang tidak baik di masyarakat. Memberikan masukan dan saran terhadap Notaris yang menemui kendala dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehari-hari, serta memanggil notaris apabila ada kendala dan atau laporan dari masyarakat tentang masalahnya terhadap Notaris yang diajukan ke MPD.
MPD dalam melaksanakan tugasnya akan memeriksa Notaris untuk mendengarkan,memeriksa alat-alat bukti pendukung yang ada sebelum mengambil sikap dan meneruskan sesuatu yang mana hasil keputusan tersebut akan disampaikan secara tertulis kepada masyarakat dan Notaris yang dilaporkan tersebut.
Kesimpulan
38 sehingga akan terhindar dari permasalahan hukum dikemudian hari, tidak ada celah untuk mempermasalahkan akta yang dibuat oleh Notaris tersebut. Untuk melakukan pengawasan, sebagai perwakilan dari organisasi Notaris, MPD hanyalah bersifat administratif biasa, tanggung jawab tetap melekat pada Notaris, artinya ada pengawasan diri sendiri yang menjadi lebih penting agar tidak sampai mengalami permasalahan hukum.MPD telah melakukan pengawasan dengan baik sebagai lembaga yang mengingatkan dan melakukan pemeriksaan pelaksanaan kinerja Notaris dan menjadi advisor agar Notaris dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan jabatan dan kode etik.
Saran
Penekanannya adalah pada tantangan lain yang ditemui Notaris yaitu adanya permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kewenangannya, saat menuangkan keinginan para pihak, dimana dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, maka semakin beraneka ragam keinginan para pihak untuk menuangkannya ke dalam suatu akta, dan kadang jenis akta yang dimaksud belum tentu semua Notaris pernah membuatnya sehingga sebagai Notaris juga dituntut untuk mendalami dan menggali potensinya sehingga dalam menuangkannya ke dalam akta tidak akan bertentangan dengan hukum.
Buku-Buku
Jurnal, Makalah, Internet