• Tidak ada hasil yang ditemukan

SINERGITAS DEWAN KEHORMATAN NOTARIS DAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS DALAM PEMBERIAN SANKSI ATAS PELANGGARAN KODE ETIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SINERGITAS DEWAN KEHORMATAN NOTARIS DAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS DALAM PEMBERIAN SANKSI ATAS PELANGGARAN KODE ETIK"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

EDELIN PATRICIA 177011003/M.Kn

MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

EDELIN PATRICIA 177011003/M.Kn

MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

TIM PENGUJI TESIS

KETUA : Notaris Dr.Suprayitno, S.H., S.pN., M.Kn.

ANGGOTA : 1. Notaris Dr. Henry Sinaga, S.H., S.pN., M.Kn.

2. Notaris Dr. Rudy Haposan Siahaan, S.H., S.pN., M.Kn.

3. Dr. T. Keizerina Devi A., S.H., C.N., M.Hum.

(5)

SINERGITAS DEWAN KEHORMATAN NOTARIS DAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS DALAM PEMBERIAN SANKSI ATAS PELANGGARAN KODE ETIK

Adalah karya orisinal saya dan setiap serta seluruh sumber acuan telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

Dengan ini saya menyatakan tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 26 April 2019 Yang Menyatakan,

EDELIN PATRICIA

(6)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : EDELIN PATRICIA

NIM : 177011003

Program Studi : Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non exclusive, royalty free right) untuk mempublikasikan tesis saya yang berjudul:

SINERGITAS DEWAN KEHORMATAN NOTARIS DAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS DALAM PEMBERIAN SANKSI ATAS PELANGGARAN KODE ETIK

Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasikan tesis saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian persetujuan publikasi ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, 26 April 2019 Yang menyatakan,

EDELIN PATRICIA

(7)

ABSTRAK

Adanya kesamaan kewenangan atas sanksi yang diberikaan atas pelanggaran kode etik, dimana dalam Pasal 6 ayat (8) Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015, Dewan Kehormatan Pusat berwenang untuk memberikan rekomendasi disertai usulan pemecatan sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Pengusulan pemecatan yang sama juga dinyatakan dalam Pasal 77 huruf (d) Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang menyatakan bahwa Majelis Pengawas Pusat dapat mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian tidak hormat kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Tesis ini membahas pelaksanaan pengawasan dan pembinaan Notaris dan pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris, dan sinergitas kedua lembaga tersebut dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik berkaitan dengan pengusulan pemecatan atau pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif. Data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk memperoleh data sekunder, maka digunakan penelitian kepustakaan (library research), yang kemudian dilakukan wawancara dengan beberapa informan. Teori yang digunakan untuk penelitian ini adalah teori sistem hukum dan teori kewenangan.

Hasil penelitian memberikan kesimpulan, sinergitas Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris hanya terlihat dalam hal pengawasan dan pembinaan, tetapi tidak dalam hal pemberian sanksi. Untuk itulah Dewan Kehormatan Notaris diharapkan dapat memeriksa terlebih dahulu pelanggaran kode etik, yang kemudian putusan Majelis Pengawas Notaris berisi melanggar kode etik berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris, tetapi juga kode etik berdasarkan Kode Etik Notaris.

Saran-saran yang dapat diberikan adalah dibuatnya suatu peraturan menteri yang mengatur mengenai pelaksanaan dari kedua kewenangan yang dimiliki oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris, meningkatkan kerjasama dan koordinasi dalam hal pengawasan, pembinaan dan pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik dan Majelis Pengawas Notaris dapat mempertimbangkan keikutsertaan Dewan Kehormatan Notaris dalam memeriksa pelanggaran kode etik yang diterima. Agar putusan yang diberikan tidak hanya melanggar kode etik berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris, tetapi juga kode etik berdasarkan Kode Etik Notaris.

Kata Kunci : Dewan Kehormatan Notaris, Majelis Pengawas Notaris, Sanksi, Kode Etik.

(8)

ABSTRACT

The similarity in the authority to give sanction on the violation against the code of ethics in which Article 6, paragraph 8 of the Amendment of Notarial Code of Ethics in the Banten Notarial Association Extraordinary Congress in 2015 states the Central Supervisory Board gives recommendation and proposal on dismissal of a Notary to the Minister of Law and Human Rights. Proposal for dismissal in Article 77, letter (d) of Law No. 30/2004 on Notarial Position states that the Central Supervisory Council can propose dishonorable dismissal to the Minister of Law and Human Rights. This research discussed the implementation of supervision and development of a Notary, sanction on the violation against the code of ethics by the Notarial Honorary Council and Notarial Supervisory Board, and the synergy between the two institutions in giving sanction on the violation against the Code of Ethics concerning the proposal of dishonorable dismissal to the Minister of Law and Human Rights.

The research used juridical normative method. Secondary data were gathered by conducting library research method and interviews with some informants. The theories used in the research were the theory of legal system and the theory of authority.

The result of the research showed that the Notarial Honorary Council and Notarial Supervisory Board were synergized in only supervision and development and not in giving sanction. Therefore, the Notarial Honorary Council was expected to examine the violation, the Notarial Supervisory Board then made the decision that the code of ethics had been violated based on the Notarial Act and also based on the Notarial Code of Ethics.

It is recommended that Ministerial Regulation which regulates the implementation of the authority of the two institutions above be made. Coordination in supervision, development, and giving sanction on violation against the code of ethics should be increased. The Notarial Supervisory Board should examine any violation against the code of ethics so that the violation should be based on the Notarial Act and also on the Notarial Code of Ethics.

Keywords: Notarial Honorary Council, Notarial Supervisory Board, Sanction, Code of Ethics

(9)

tesis ini.

Tesis yang Penulis selesaikan ini berjudul SINERGITAS DEWAN KEHORMATAN NOTARIS DAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS DALAM PEMBERIAN SANKSI ATAS PELANGGARAN KODE ETIK.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap agar semua pihak dapat memberikan saran, pendapat dan kritikan yang sifatnya membangun demi menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik lagi.

Tesis ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari banyak pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, ataupun semangat kepada penulis. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana Magister Kenotariatan (MKn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis sehinggapenulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

(10)

Dosen Penguji dalam penelitian tesis ini, atas segala dedikasi dan pengarahan serta masukan yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Edy Ikhsan, S.H., M.A., selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji dalam penelitian tesis ini, atas segala dedikasi dan pengarahan serta masukan yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Notaris Dr.Suprayitno, S.H., S.pN., M.Kn., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah tulus ikhlas memberikan bimbingan, arahan dan motivasi untuk kesempurnaanpenulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tesissehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.

6. Notaris Dr. Henry Sinaga, S.H., S.pN., M.Kn., selaku Pembimbing Kedua yang telah tulus ikhlas memberikan bimbingan, arahan dan motivasi untuk kesempurnaanpenulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tesissehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.

7. Notaris Dr. Rudy Haposan Siahaan, S.H., S.pN., M.Kn., selaku Pembimbing Ketiga yangtelah tulus ikhlas memberikan bimbingan, arahan dan motivasi untuk

(11)

Administrasi Hukum Umum, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan wawancara dan pengambilan data berkaitan dengan penelitian.

9. Notaris Mangatas Nasution, S.H., dan seluruh jajaran dalam Majelis Pengawas Notaris Daerah Kota Medan yang telah menjadi salah satu sumber data tesis penulis.

10. Notaris Yusrizal, S.H., M.Kn., dan seluruh jajaran dalam Majelis Pengawas Notaris Wilayah Sumatera Utara yang telah menjadi salah satu sumber data tesis penulis.

11. Notaris Winanto Wiryomartani, S.H., M.Hum., dan seluruh jajaran dalam Majelis Pengawas Pusat Notaris yang telah menjadi salah satu sumber data tesis penulis.

12. Notaris Ika Azniga Lokman, S.H., dan seluruh jajaran dalam Dewan Kehormatan Daerah Kota Medan Ikatan Notaris Indonesia yang telah menjadi salah satu sumber data tesispenulis.

13. Notaris Syafnil Gani, S.H., M.Hum., dan seluruh jajaran dalam Dewan Kehormatan Wilayah Sumatera Utara Ikatan Notaris Indonesia yang telah menjadi salah satu sumber data tesispenulis.

14. Notaris Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum., dan seluruh jajaran dalam Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia yang telah menjadi salah satu sumber data tesispenulis.

(12)

16. Seluruh teman-teman Stambuk 2017 yang tidak dapat diucapkan satu per satu.

17. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga penulisan tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membaca.

Medan, 25 April 2019 Penulis,

EDELIN PATRICIA

NIM : 177011003

(13)

II. PENDIDIKAN

Taman Kanak-Kanak : W.R.Supratman 1 Sekolah Dasar : W.R.Supratman 1 Sekolah Menengah Pertama : W.R.Supratman 1 Sekolah Menengah Atas : W.R.Supratman 1

Pendidikan Strata-1 : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Pendidikan Strata-2 : Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara

Nama : Edelin Patricia

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 5 Juni 1996

Alamat : Jalan Brigjend Katamso Komplek Istana Prima II Blok D1,Medan

Agama : Buddha

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 23 Tahun

Kewarganegaraan : Indonesia

Nama Ayah : Ir.Wahono Rimbun

Nama Ibu : Katy Laut,S.S.,S.Pd.

(14)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian... 12

D. Manfaat Penelitian... 12

E. Keaslian Penulisan ... 14

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsi ... 16

1. Kerangka Teori ... 16

2. Kerangka Konsepsi ... 24

G. Metode Penelitian ... 27

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 27

2. Sumber Data ... 29

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data... 30

4. Analisis Data ... 31

BAB II PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PEMBINAAN ... NOTARIS OLEH DEWAN KEHORMATAN NOTARIS ... DAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS ... 33

A. Tinjauan Umum Tentang Notaris di Indonesia ... 33

(15)

B. Tinjauan Umum Tentang Dewan Kehormatan Notaris... 51

1. Dewan Kehormatan Notaris ... 53

2. Kewenangan Dewan Kehormatan Notaris ... 54

C. Tinjauan Umum Tentang Majelis Pengawas Notaris ... 58

1. Majelis Pengawas Notaris ... 59

2. Kewenangan Majelis Pengawas Notaris ... 60

D. Pelaksanaan Pengawasan Dan Pembinaan Notaris Oleh ... 66

Dewan Kehormatan Notaris Dan Majelis Pengawas Notaris ... 1. Hubungan Dewan Kehormatan Daerah, Dewan ... Kehormatan Wilayah dan Dewan Kehormatan ... Pusat Dalam Pengawasan Dan Pembinaan... 67

2. Hubungan Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas ... Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat Dalam Pengawasan Dan ... Pembinaan ... 71

3. Hambatan-hambatan Dalam Pelaksanaan Pengawasan ... Dan Pembinaan Notaris Oleh Dewan Kehormatan Notaris ... Dan Majelis Pengawas Notaris ... 74

4. Upaya-Upaya yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan ... Notaris dan Majelis Pengawas Notaris Dalam ... Mengatasi Hambatan-Hambatan Dalam Pengawasan ... Dan Pembinaan Notaris ... 76 BAB III PELAKSANAAN PEMBERIAN SANKSI YANG ...

(16)

PELANGGARAN KODE ETIK NOTARIS ... 79 A. Pemberian Sanksi Yang Dilakukan Oleh Dewan

Kehormatan ...

Notaris ... 79 1. Sanksi Terhadap Notaris Yang Melakukan

Pelanggaran ...

Kode Etik Notaris ... 80 2. Penerapan Sanksi Terhadap Notaris Yang Melakukan ...

Pelanggaran Kode Etik Notaris Yang Diberikan ...

Dewan Kehormatan Notaris ... 82 B. Pemberian Sanksi Yang Dilakukan Oleh Majelis

Pengawas ...

Notaris ... 87 1. Sanksi Terhadap Notaris Yang Melakukan

Pelanggaran ...

Kode Etik Notaris ... 88 2. Penerapan Sanksi Terhadap Notaris Yang ...

Melakukan Pelanggaran Kode Etik Notaris ...

Yang Diberikan Majelis Pengawas Notaris ... 90 C. Keterkaitan Pemberian Sanksi Oleh Dewan Kehormatan ...

Notaris dan Majelis Pengawas Notaris Terhadap

Pelanggaran ...

Kode Etik Notaris ... 96 BAB IV SINERGITAS DEWAN KEHORMATAN NOTARIS ...

DAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS DALAM ...

PEMBERIAN SANKSI ATAS PELANGGARAN ...

KODE ETIK BERKAITAN DENGAN ...

PENGUSULAN PEMECATAN DAN ATAU ...

(17)

Jabatan Notaris Dan Kode Etik Notaris ... 99

B. Proses Pemberian Sanksi Atas Pelanggaran Kode ... Etik Berkaitan Dengan Pengusulan Pemecatan Atau ... Pemberhentian Dengan Tidak Hormat Sebagai Notaris ... Oleh Dewan Kehormatan Notaris Dan Majelis Pengawas ... Notaris ... 104

C. Perlunya Sinergitas Dewan Kehormatan Notaris Dan Majelis ... Pengawas Notaris Dalam Pemberian Sanksi Atas ... Pelanggaran Kode Etik Berkaitan Dengan Pengusulan ... Pemecatan Atau Pemberhentian Dengan Tidak Hormat ... Sebagai Notaris Kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi ... Manusia ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 124 LAMPIRAN

A. Surat Keterangan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.

B. Surat Pernyataan Wawancara dengan Mangatas Nasution, S.H., Anggota Majelis Pengawas Notaris Daerah Kota Medan.

C. Surat Pernyataan Wawancara dengan Yusrizal, S.H., M.Kn., Anggota Majelis Pengawas Notaris Wilayah Sumatera Utara.

(18)

Pengawas Pusat Notaris.

E. Surat Pernyataan Wawancara dengan Husni Nasution, S.H., Sp.N, M.Kn., Ketua Dewan Kehormatan Daerah Kota Medan Ikatan Notaris Indonesia.

F. Surat Pernyataan Wawancara dengan Ika Azniga Lokman, S.H., Sekretaris Dewan Kehormatan Daerah Kota Medan Ikatan Notaris Indonesia.

G. Surat Pernyataan Wawancara dengan Dr.Rudy Haposan Siahaan, S.H., S.pN., M.Kn., Anggota Dewan Kehormatan Daerah Ikatan Notaris Indonesia.

H. Surat Pernyataan Wawancara dengan Syafnil Gani, S.H., M.Hum., Ketua Dewan Kehormatan Wilayah Sumatera Utara Ikatan Notaris Indonesia.

I. Surat Pernyataan Wawancara dengan Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum., Sekretaris Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia.

(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Salah satu profesi hukum yang memiliki peranan sangat penting bagi masyarakat adalah Notaris. Notaris merupakan profesi yang terhormat, yang selalu lekat dengan etika. Etika merupakan ilmu tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat mengenai apa yang baik dan apa yang buruk.1 Selain itu juga dapat diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral.2 Pelaksanaan profesi Notaris memiliki tanggung jawab, hak- hak istimewa yang melekat dan mengingat besarnya tugas yang diemban oleh Notaris, maka dibuat suatu Kode Etik Notaris yang bisa dijadikan acuan untuk bersikap dan berperilaku disamping juga dibuat Undang-Undang Jabatan Notaris.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik yang mengandung pengertian suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang

1C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum,Anem Kosong Anem, Jakarta, 2003, h.1-2.

2Adnan Murya dan Urip Sucipto, Etika dan Tanggung Jawab Profesi, Deepublish, Yogyakarta, 2016, h.4.

(20)

untuk itu di tempat akta itu dibuat.3Notaris sebagai pejabat umum harus menjalankan tanggung jawab antara lain:4

1. Tanggung jawab Notaris secara perdata terhadap kebenaran materiil terhadap akta yang dibuatnya;

2. Tanggung jawab Notaris secara pidana terhadap kebenaran materiil terhadap akta yang dibuatnya;

3. Tanggung jawab Notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris terhadap kebenaran materiil terhadap akta yang dibuatnya;

4. Tanggung jawab Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan kode etik Notaris.

Notaris sebagai Pejabat Umum harus tetap berada dalam pengawasan dan diberi pembinaan karena notaris dalam menjalankan jabatannya haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan yang tinggi untuk dapat dipercayai dan untuk tidak memihak.5 Jika ditemukan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris, maka akan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan-peraturan yang mengatur mengenai Notaris. Notaris dalam menjalankan jabatannya tunduk pada Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) yang ditetapkan di Banten pada tanggal 29-30 Mei 2015. Ikatan Notaris Indonesia adalah perkumpulan atau organisasi bagi para Notaris, berdiri sejak tanggal 1 Juli 1908, diakui sebagai Badan Hukum (Rechtspersoon), berdasarkan Government Besluit (Penetapan Pemerintah) pada tanggal 5 September 1908 Nomor 9, yang merupakan satu-satunya wadah organisasi

3Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap UU Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris), Refika Aditama, Jakarta, 2008, h.13.

4Abdul Ghofur Anshori dalam Yogi Priyambodo, Tinjauan Terhadap Pelanggaran Kode Etik Jabatan Notaris Di Kabupaten Purbalingga, Jurnal Akta, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UNISSULA, Volume 4 Nomor 3 Tahun 2017, h.331.

5G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, 1991, h.301.

(21)

Notaris sesuai dengan Pasal 82 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Selain itu juga Notaris harus tunduk pada peraturan pelaksananya.

Kode Etik Notaris adalah tuntunan, bimbingan, atau pedoman moral atau kesusilaan notaris baik selaku pribadi maupun pejabat umum yang diangkat pemerintah dalam rangka pemberian pelayanan umum, khususnya dalam bidang pembuatan akta6, yang menurut Pasal 2 Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015, berlaku bagi seluruh anggota Perkumpulan maupun orang lain (selama yang bersangkutan menjalankan jabatan Notaris) baik dalam pelaksanaan jabatan maupun dalam kehidupan sehari- hari.

Dalam melaksanakan tugas-tugas pembinaan, pengawasan dan pemberian sanksi terhadap Notaris dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris dan Dewan Kehormatan Notaris yang merupakan amanat Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris, dilakukan untuk pentaatan terhadap Kode Etik dan ketaatan untuk menjalankan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan peraturan perundang-undangan.7

Dewan Kehormatan Notaris dalam Pasal 1 ayat (8) Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015, yaitu alat perlengkapan Perkumpulan yang dibentuk dan berfungsi menegakkan Kode

6Liliana Tedjosaputro dalam Laurensius Arliman, Sumbangsih Werda Notaris dalam Organisasi Ikatan Notaris Indonesia, Jurnal Yuridika, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Volume 30 Nomor 3 Tahun 2015, h.458.

7Enny Mirfa, Perbandingan Hukum Jabatan Notaris Di Indonesia dan Di Negara Belanda, Jurnal ilmiah Research Sains, Universitas Samudera Langsa, Volume 2 Nomor 2 Tahun 2016, h.61.

(22)

Etik, harkat dan martabat notaris, yang bersifat mandiri dan bebas dari keberpihakan, dalam menjalankan tugas dan kewenangannya dalam Perkumpulan.

Dewan Kehormatan Notaris terdiri dari Dewan Kehormatan Daerah, Dewan Kehormatan Wilayah dan Dewan Kehormatan Pusat yang masing-masing tingkatan memiliki unsur keanggotaan dari Notaris aktif dan werda Notaris.

Dewan Kehormatan Notaris mempunyai tugas utama untuk melakukan pembinaan, pengawasan dan pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Notaris yang merupakan anggota perkumpulan.

Dalam Undang-Undang Jabatan Notaris memiliki Majelis Pengawas Notaris. Majelis Pengawas Notaris adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka (6) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Majelis Pengawas Notaris terdiri atas Majelis Pengawas Daerah, Majelis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat yang masing-masing tingkatan terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu Pemerintahan, Organisasi Notaris dan Ahli/akademisi. Tugas utama dari Majelis Pengawas Notaris juga melakukan pembinaan, pengawasan dan pemberian sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris baik mengenai kode etik maupun pidana.

Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris merupakan dua lembaga yang berbeda dan juga memiliki ruang lingkup yang berbeda. Dewan Kehormatan Notaris yang dibentuk oleh Ikatan Notaris Indonesia memiliki

(23)

wewenang dan terbatas pada melakukan pengawasan dan pemeriksaaan terhadap pelanggaran kode etik organisasi yang hanya bersifat internal organisasi saja begitupula dengan pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik tersebut hanya pada anggota perkumpulan saja, sedangkan Majelis Pengawas Notaris yang dibentuk oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia memiliki kewenangan tidak hanya pada pelaksanaan tugas jabatan Notaris agar sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris, tapi juga Kode Etik Jabatan8 yang berkaitan langsung dengan masyarakat yang menggunakan jasa Notaris.

Meskipun adanya perbedaan antara Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris, namun demikian keduanya tetap tidak dapat dipisahkan. Penegakan kode etik ditegakkan oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris harus dilakukan dengan berkoordinasi satu sama lain khususnya sebagai penegakan hukum atas pelanggaran kode etik yang dilakukan Notaris sesuai dengan tingkat pelanggaran atau kesalahan9 yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Pasal 13 ayat (3) Perubahan Anggaran Dasar Ikatan Notaris Indonesia Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia di Banten tahun 2015 bahwa Dewan Kehormatan dapat bekerjasama dengan Pengurus Perkumpulan dan berkoordinasi dengan Majelis Pengawas dan/atau

8Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Refika Aditama, Jakarta, 2013, h.144.

9Bentuk kesalahan (schuld) menurut hukum pidana adalah kesengajaan (dolus) dan kealpaan (Culpa). Kesengajaan adalah suatu kehendak (keinginan) untuk melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh pemenuhan nafsu. Kealpaan dapat diartikan sebagai tindak pidana yang tidak dikehendaki pelaku walaupun dapat diperkirakan.Lihat E.Y.Kanter dan S.R.Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya,Storia Grafika, Jakarta, 2012, h. 167, 193.

(24)

Majelis Kehormatan Notaris untuk melakukan upaya penegakan kode etik Notaris.

Pemeriksaan pelanggaran kode etik Notaris antar kedua lembaga tersebut berbeda. Pemeriksaan pelanggaran kode etik Notaris dapat dilakukan oleh Dewan Kehormatan Notaris apabila memperoleh laporan baik dari masyarakat, anggota organisasi Notaris maupun dari penemuan Dewan Kehormatan sendiri. Sedangkan Majelis Pengawas Notaris dapat melakukan pengawasan berkala dengan pemeriksaan terhadap protokol Notaris secara berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun maka apabila ada pelanggaran kode etik yang ditemukan, akan ditemukan oleh Majelis Pengawas Notaris tanpa harus menunggu adanya laporan.

Adanya pengawasan berkala yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Notaris, pada prakteknya, laporan atau aduan mengenai pelanggaran kode etik Notaris masih banyak diterima. Sebagaimana dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tasya Anandita10 dalam Tesis berjudul “Analisis Terhadap Pelanggaran Kode Etik Notaris Sebagai Pejabat Umum Di Kota Medan” dimana data penelitian yang dilakukan merupakan data laporan atau aduan yang diterima oleh Dewan Kehormatan Daerah Kota Medan baik dari laporan dari masyarakat, laporan dari sesama Notaris dan temuan internal Dewan Kehormatan Notaris mengenai pelanggaran kode etik dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir.

Berikut data penelitian mengenai laporan atau aduan pelanggaran kode etik yang diterima oleh Dewan Kehormatan Daerah Kota Medan:

10Tasya Anindita, Analisis Terhadap Pelanggaran Kode Etik Notaris Sebagai Pejabat Umum Di Kota Medan, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2018, h.12.

(25)

Tahun Jumlah Laporan atau Aduan

2015 1

2016 3

2017 5

Sumber : Dewan Kehormatan Daerah kota Medan

Selain itu juga berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shally11 dalam tesis berjudul “Analisis Pembatasan Jumlah Pembuatan Akta Perhari Pasca Keluarnya Peraturan Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 di Kota Medan” yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Juriani selaku Ketua Majelis Pengawas Daerah Kota Medan pada tanggal 12 November 2017. Dalam penelitian tersebut Majelis Pengawas Daerah Kota Medan masih menemukan Notaris-Notaris yang masih membuat akta melebihi 20 (dua puluh) akta per hari walaupun pembuatan akta melebihi 20 (dua puluh) akta per hari termasuk pelanggaran kode etik Notaris. Berikut laporan data bulan akta yang dibuat Notaris-Notaris per bulan :

Notaris Januari Februari Maret April Mei

A 4628 3925 4733 4985 5979

B 278 236 367 285 299

C 95 77 115 124 118

Sumber : Majelis Pengawas Daerah Kota Medan

11Shally, Analisis Pembatasan Jumlah Pembuatan Akta Perhari Pasca Keluarnya Peraturan Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 di Kota Medan, Tesis, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2018, h.6.

(26)

Pemberian sanksi yang dapat dilakukan oleh Dewan Kehormatan Notaris dalam pelanggaran kode etik dinyatakan dalam Pasal 6 ayat (1) Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015 berupa teguran, peringatan, schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Perkumpulan, pemberhentian dengan hormat dari keanggotaan Perkumpulan dan/atau pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan.

Begitu juga dengan Majelis Pengawas Notaris dalam Pasal 31 ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris, menyatakan dapat memberikan sanksi berupa teguran lisan, teguran tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat.

Dalam pemberian sanksi yang dapat dilakukan oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris, ada kewenangan pemberian sanksi yang sama yang dapat dilakukan oleh kedua lembaga tersebut dalam hal pengusulan pemberhentian dengan tidak hormat atau pemecatan sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 6 ayat (8) Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015, Dewan Kehormatan Pusat berwenang untuk memberikan rekomendasi disertai usulan pemecatan sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Pengusulan pemecatan yang sama juga dinyatakan dalam Pasal 77 huruf (d) Undang-Undang

(27)

Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang menyatakan bahwa Majelis Pengawas Pusat dapat mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian tidak hormat kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Pengusulan mengenai pemecatan Notaris sebenarnya sudah dilakukan sejak dulu. Dulunya dalam Peraturan Jabatan Notaris Staatblad 1860 Nomor 3 dijelaskan bahwa jika menemukan tingkah laku dari Notaris yang tidak sesuai dengan pasal 50 ayat (1) Peraturan Jabatan Notaris Staatblad 1860 Nomor 3, maka Pengadilan Negeri yang mendapatkan laporan dari Kejaksaan, dalam persidangan dapat menjatuhkan sanksi tertentu kepada Notaris.12Jika pelanggaran yang dilakukan Notaris dianggap terlalu berat oleh Pengadilan Negeri13, maka dapat diusulkan kepada Menteri Kehakiman untuk dilakukan pemecatan terhadap Notaris.

Sehubungan dengan adanya kewenangan yang sama tersebut, tidak menutup kemungkinan, akan ada permasalahan yang terjadi. Dewan Kehormatan Notaris dapat melakukan pemeriksaan apabila diterima laporan atau aduan.

Sedangkan Majelis Pengawas Notaris dapat melakukan pemeriksaan dari pengawasan berkala tiap 1 (satu) tahun sekali. Maka bisa saja terjadi permasalahan dimana laporan mengenai pelanggaran kode etik Notaris yang sama diterima oleh Dewan Kehormatan Notaris begitu juga dengan Majelis Pengawas Notaris. Seperti pernyataan Adrian Djuaini selaku Ketua Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia bahwa laporan atau aduan yang telah diperiksa oleh salah satu

12R.Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993,h.215.

13Ibid, h. 216.

(28)

lembaga tidak bisa lagi diajukan pemeriksaan terhadap lembaga yang lainnya.

Pemeriksaan dapat dilakukan lagi jika ada laporan atau pengaduan baru, terbuka kemungkinan lembaga yang lain kembali memeriksa laporan atau aduan tersebut.

Jika sudah diperiksa oleh Dewan Kehormatan Notaris, maka Majelis Pengawas Notaris tidak boleh melakukan pemeriksaan lagi.14 Apabila keputusan dari Dewan Kehormatan Notaris atau Majelis Pengawas Notaris atas kasus pelanggaran yang sudah diperiksa berbeda, maka tidak dapat ditentukan keputusan dari lembaga manakah yang harus dijalankan. Melihat dari pasal 14 Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015 yang menyatakan bahwa pemberitahuan kepada Majelis Pengawas Daerah mengenai pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik wajib diberitahukan setelah adanya pemberian sanksi mengenai pemberhentian secara hormat atau tidak hormat.

Maka permasalahan yang dijabarkan sangat mungkin terjadi.

Diaturnya kesamaan kewenangan dalam pengusulan pemberhentian dengan tidak hormat atau pemecatan sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang dapat dilakukan oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris mengakibatkan terjadi tumpang tindih dimana antara Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris yang mana di sini berdasarkan Pasal 6 ayat (8) Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015, Dewan Kehormatan Pusat berwenang untuk memberikan rekomendasi disertai usulan pemecatan sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

14 https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt56dea68beec21/catat-notaris-dikawal- dua-lembaga-etik, diakses pada tanggal 25 November 2018 pukul 20.01.

(29)

sedangkan Pasal 77 huruf (d) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang menyatakan bahwa Majelis Pengawas Pusat dapat mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian tidak hormat kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Permasalahan yang muncul dikarenakan tidak adanya aturan yang jelas mengenai bagaimana pelaksanaan untuk kedua aturan tersebut.

Mengacu pada permasalahan-permasalahan tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih jauh dan mendalam mengenai sinergitas dalam hal pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik yang dilakukan Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris berkaitan dengan sanksi pengusulan pemecatan Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan mengangkat judul

“SINERGITAS DEWAN KEHORMATAN NOTARIS DAN MAJELIS PENGAWAS NOTARIS DALAM PEMBERIAN SANKSI ATAS PELANGGARAN KODE ETIK.”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan dan pembinaan Notaris oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris?

2. Bagaimana pelaksanaan pemberian sanksi yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris atas pelanggaran kode etik Notaris?

(30)

3. Bagaimana sinergitas Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik berkaitan dengan pengusulan pemecatan atau pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan tesis ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan dan pembinaan Notaris oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian sanksi yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris atas pelanggaran kode etik Notaris.

3. Untuk mengetahui sinergitas Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik berkaitan dengan pengusulan pemecatan atau pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

a. Secara teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih saran dalam ilmu pengetahuan hukum kenotariatan khususnya berkaitan dengan pemberian

(31)

sanksi yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik.

b. Secara Praktis.

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bagi Pemerintah yang dalam hal ini Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dalam hal pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik dan tugasnya sehingga sesuai dengan peraturan-peraturan hukum yang berlaku di Indonesia.

2. Notaris.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan yang bermanfaat bagi Notaris untuk mengkoreksi diri atas berbagai kekurangan yang dilakukan selama ini sehingga dalam pembuatan akta Notaris pada masa-masa mendatang lebih berhati-hati, cermat dan teliti serta jujur dan bertanggung jawab. Maka pelanggaran kode etik tidak akan ada.

3. Mahasiswa Kenotariatan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan yang bermanfaat bagi mahasiswa kenotariatan yang nantinya akan memangku jabatan sebagai seorang Notaris agar di dalam menjalankan tugas dan jabatannya lebih bertanggung jawab dan jujur serta memegang teguh pada peraturan yang berlaku.

(32)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai, “Sinergitas Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik”, belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini adalah asli adanya, dan secara akademis dapat dipertanggungjawabkan. Meskipun ada peneliti-peneliti pendahulu yang pernah melakukan penelitian mengenai masalah Notaris, namun secara substansi pokok permasalahan yang dibahas berbeda dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang berkaitan dengan Notaris yang pernah dilakukan adalah :

1. Mondry Pahera,SH, NIM: B4B 006 175, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, Implementasi Sanksi Kode Etik Dalam Jabatan Notaris di Kota Tanjung Pinang.

Substansi permasalahan yang dibahas sebagai berikut :

a). Bagaimana Implementasi Sanksi Kode Etik Notaris yang dikeluarkan oleh Dewan Kehormatan Daerah Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran Kode Etik dalam melaksanakan jabatan Notaris?

b). Bagaimana Peran Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I), sebagai Organisasi Profesi dalam menerapkan Kode Etik Notaris?

2. Kevin Ardian, NIM: 1006738771, Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, Pelaksanaan Pemberian Sanksi

(33)

Pelanggaran Kode Etik oleh Dewan Kehormatan dan Majelis Pengawas di Kota Depok.

Substansi permasalahan yang dibahas sebagai berikut :

a). Bagaimana pemberian sanksi pelanggaran Kode Etik Notaris oleh Dewan Kehormatan dan Majelis Pengawas Notaris di Kota Depok?

b). Apa saja hambatan yang dihadapi oleh Dewan Kehormatan dan Majelis Pengawas Notaris dalam melakukan penegakan Kode Etik Notaris di Kota Depok?

c). Bagaimana upaya Dewan Kehormatan dan Majelis Pengawas Notaris dalam mencegah terjadinya pelanggaran Kode Etik Notaris di Kota Depok?

3. T.Muzakkar, NIM :067011095, Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam Melakukan Pengawasan Setelah Keluarnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004.

Substansi permasalahan yang dibahas sebagai berikut :

a). Bagaimanakah pengawas melakukan Pengawasan bagi Notaris dalam pelaksanan tugasnya sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris?

b). Apa manfaat pengawasan bagi Notaris dalam pelaksanaan tugasnya?

c). Bagaimanakah perbandingan peranan Dewan Kehormatan dengan Majelis Pengawas Notaris dalam melakukan pengawasan setelah dikeluarnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004?

(34)

4. Tasya Anindita, NIM: 167011126, Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Analisis Terhadap Pelanggaran Kode Etik Notaris Sebagai Pejabat Umum di Kota Medan.

Substansi permasalahan yang dibahas sebagai berikut:

a). Bagaimanakah bentuk pelanggaran Kode Etik yang dilakukan notaris sebagai Pejabat Umum di kota Medan?

b). Bagaimanakah penerapan sanksi terhadap notaris yang melakukan pelanggaran Kode Etik Notaris oleh Dewan Kehormatan Daerah di Kota Medan?

c). Bagaimanakah peran Dewan Kehormatan Daerah dalam melakukan pengawasan dan pembinaan anggota dalam menjunjung tinggi Kode Etik notaris di kota Medan?

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan karena teori merupakan inti dari penelitian ilmiah. 15 Teori hukum sendiri diartikan J.J.H.Bruggink sebagai seluruh pernyataan yang saling berkenaan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan.16

Kerangka teori dapat diartikan sebagai kerangka yang disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana masalah yang telah dipilih

15Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2017, h.92.

16J.J.H.Bruggink dalam Otjie Salman Soemadiningrat dan Anthon F.Susanto, Teori Hukum Mengingat,Mengumpulkan, dan Membuka Kembali, Refika Aditama, Jakarta, 2015, h. 60.

(35)

akan disoroti dan sebagai perkiraan teoritis dari hasil yang akan dicapai setelah dianalisis secara kritis. Untuk itulah kerangka teori harus disusun berdasarkan sumber-sumber yang dibaca dan diambil secara kritis dari literatur yang bisa dipercaya.17Oleh sebab itu, kerangka teoritis bagi suatu penelitian mempunyai beberapa kegunaan sebagai berikut :18

a). Teori bermanfaat untuk memberikan dukungan analisis terhadap topik yang sedang dikaji.

b). Teori dapat memberikan bekal apabila akan mengemukakan hipotesis dalam tulisannya.

c). Teori memberi manfaat dalam konteks sistem norma, yaitu untuk membangun kesatuan sistem norma dan hubungan yang konstruktif di dalamnya agar mampu memberikan manfaat untuk menjawab masalah.

d). Teori memberi kegunaan untuk menjelaskan fakta dan peristiwa hukum yang terjadi.

Untuk menjawab permasalahan diperlukan landasan teoritis yang relevan dengan permasalahan yang dibahas, maka kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori sistem hukum dan teori kewenangan.

a). Teori Sistem Hukum

Menurut Lili Rasjidi dan I.B.Wyasa Putra, sistem hukum dapat diartikan sebagai satu kesatuan sistem besar yang tersusun atas sub-subsistem yang kecil, yaitu subsistem pendidikan, pembentukan hukum, penerapan hukum, dan lain- lain, yang hakikatnya merupakan sistem tersendiri dengan proses tersendiri pula.

Hal ini menunjukkan sistem hukum sebagai suatu kompleksitas sistem yang

17Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Op.cit., h. 93.

18Ibid, h.144, 146.

(36)

membutuhkan kecermatan tajam untuk memahami keutuhan prosesnya. Sistem pembentukan hukum memiliki komponen-komponen sistemnya sendiri, seperti lembaga pembentuk hukum, aparatur pembentuk hukum, sarana pembentuk hukum, prosedur-prosedur pembentukan hukum, dan lain-lainnya, yang hakikatnya merupakan kesatuan integral, yang berfungsi dan bertujuan menghasilkan bentuk hukum seperti peraturan perundang-undangan. Sementara itu, sistem penerapan hukum merupakan proses kelanjutan dari proses pembentuk hukum, yang meliputi lembaga, aparatur, sarana, dan prosedur-prosedur penegakan hukum.19Maka dapat disimpulkan bahwa sistem hukum adalah suatu kesatuan hukum yang terdiri atas bagian-bagian (hukum) yang mempunyai kaitan (interaksi) satu sama lain, tersusun secara tertib dan teratur menurut asas-asasnya, yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan sistem hukum tersebut.20

Sejalan dengan kesimpulan diatas, menurut Lawrence M. Friedman, ada tiga unsur dalam sistem hukum, yaitu

1). Substansi Hukum (legal substance) yaitu keseluruhan aturan hukum (termasuk asas hukum dan norma hukum), baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan21, mengandung unsur yang termasuk didalamnya mengenai peraturan yang kesemuanya mengatur tentang tingkah laku manusia dan menyangkut esensi dasar peraturan yang dibentuk tersebut. Bagaimana peraturan tersebut nantinya dapat difungsikan untuk masyarakat luas, serta dampaknya apabila diaplikasikan dalam masyarakat 22;

2). Struktur Hukum (legal structure) adalah keseluruhan institusi hukum beserta aparatnya23; dan

19Lili Rasjidi dan I.B.Wyasa Putra dalam Marwan Effendy, Kejaksaan RI: Posisi Dan Fungsinya Dari Perspektif Hukum, Gramedia, Jakarta, 2005, h.99-100.

20Ibid.

21Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial prudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legis prudence), Kencana, Jakarta, 2009, h.181.

22Atmasasmita dalam Mahdi Bin Achmad Mahfud dan Vinaricha Sucika Wiba, Teori Hukum dan Implementasinya, R.A.De.Rozarie, Surabaya, 2015, h.95.

23 Achmad Ali, Loc.cit.

(37)

3). Budaya hukum (legal culture) adalah suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum sistem hukum itu sendiri tidak akan berdaya.24

Unsur substansi menurut Friedman dapat dikaitkan dengan teori perundang- undangan menurut Hans Kelsen yang menyatakan bahwa suatu sistem norma dikatakan valid jika diperoleh dari norma yang lebih tinggi diatasnya, yang selanjutnya sampai pada tingkat dimana norma tersebut tidak dapat diperoleh dari norma lain yang lebih tinggi, itulah yang disebut sebagai norma dasar.25 Menurut teori Hans Kelsen tersebut, Pancasila berada pada kedudukan tertinggi yang berarti Pancasila harus diletakkan sebagai kaidah dasar, groundnorms atau sumber segala sumber hukum yang menjadi dasar bagi berlakunya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.26 Kode Etik Notaris dan Undang-Undang Jabatan Notaris dibuat berdasarkan groundnorms dibuat secara tertulis untuk mengatur segala hal yang berkaitan dengan Notaris, salah satunya dalam hal pembinaan, pengawasan dan pemberian sanksi yang dilakukan oleh kedua lembaga yang telah ditentukan yaitu Dewan Kehormatan Notaris atau Majelis Pengawas Notaris.

Unsur struktur berhubungan erat dengan aparat penegakan hukum, yaitu perangkat, berupa sistem tata kerja dan pelaksana dari ketentuan-ketentuan yang

24Abdul Salam Siku, Perlindungan Hak Asasi Saksi Dan Korban Dalam Proses Peradilan Pidana, Indonesia Prime, Jakarta, 2016, h. 15.

25Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2008, h.159.

26Bobi Aswandi, Negara Hukum Dan Demokrasi Pancasila Dalam Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia (HAM), Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019, h.140.

(38)

diatur dalam subtansi hukum.27 Merujuk kepada pendapat Soerjono Soekanto mengenai penegakan hukum yang mengemukakan bahwa penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.28 Pada teori penegakan hukum dikatakan bahwa penegakan hukum akan terlaksana jika didukung aparat penegak hukum yang kompeten dibidangnya.

Aparat penegak hukum mencangkup pengertian mengenai institusi penegakan hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum.29 Faktor-faktor penegakan hukum terdiri atas:30

1). Faktor hukumnya sendiri;

2). Faktor penegak hukumya;

3). Faktor sarana dan fasilitas penegakan hukum;

4). Faktor masyarakat; dan 5). Faktor kebudayaan.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan erat, oleh karena itu merupakan esensinya dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur suatu efektivitas penegakan hukum.31

27Atmasasmita dalam Mahdi Bin Achmad Mahfud dan Vinaricha Sucika Wiba, Loc.cit.

28Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, RajaGrafindo, Jakarta, 2011, h.5.

29Atmasasmita dalam Mahdi Bin Achmad Mahfud dan Vinaricha Sucika Wiba, Loc.cit.

30Soerjono Soekanto, Loc.cit.

31Endang Purwaningsih, Bentuk Pelanggaran Hukum Notaris Di Wilayah Provinsi Banten Dan Penegakan Hukumnya, Mimbar Hukum, Fakultas Hukum Universitas YARSI, Volume 27 Nomor 1 Tahun 2015, h.25.

(39)

Unsur budaya dapat dikaitkan dengan Teori Moralitas menurut Immanuel Kant bahwa moralitas (Moralitat/Sittlichkeit) adalah kesesuaian sikap dan perbuatan dengan norma atau hukum batiniah, yakni apa yang di pandang sebagai kewajiban. Moralitas akan tercapai apabila mentaati hukum lahiriah bukan lantaran hal itu membawa akibat yang menguntungkan atau lantaran takut pada kuasa sang pemberi hukum, melainkan menyadari sendiri bahwa hukum itu merupakankewajiban.32

Ketiga unsur pembentuk sistem hukum ini memiliki keterkaitan satu sama lain dimana diantara ketiga unsur tersebut terharmonisasi di dalam proses pencapaian tujuan hukum itu sendiri. Penguatan budaya hukum nasional ini tentunya tidak terlepas dari norma-norma atau nilai-nilai dasar yang disepakati bersama sebagai bangsa dan negara yakni Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap warga negara di dalam sistem hukum tersebut dapat mengambil alih dalam subsistem budaya hukum. Dari ketiga unsur pembentuk sistem hukum menurut Friedman, budaya hukumlah (legal culture) yang mendahului dua unsur lainnya.33Aturan hukum tidak dapat dipisahkan dari budaya hukum karena hukum dan moral sama-sama berkaitan dengan tingkah laku manusia. Keduanya sama-sama mengatur tingkah laku agar selalu baik dan tidak terjerumus pada yang tidak baik. Begitu pula dengan struktur yang tidak dapat dipisahkan, karena pada akhirnya negara dan hukum tidak hanya

32Immanuel Kant dalam Franz Magnis Suseno, Etika Abad ke-20, Kanisius, Yogyakarta, 2006, h. 136.

33 Iman Pasu Marganda Hadiarto Purba, Penguatan Budaya Hukum Masyarakat Untuk Menghasilkan Kewarganegaraan Transformatif, Jurnal Civics, Universitas Negeri Surabaya, Volume 14 Nomor 2 Tahun 2017,h.147.

(40)

seperangkat lembaga yang kosong makna sosial melainkan konstruksi produk budaya.34 Maka dapat dikatakan sebaik apapun penataan struktur hukum untuk menjalankan aturan hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum yang dibuat tanpa didukung budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam sistem dan masyarakat maka penegakan hukum tidak akan berjalan secara efektif.

Berkaitan dengan rumusan masalah dalam tesis ini maka struktur (aparat penegak hukum) berkaitan erat dengan budaya karena sanksi dalam pelanggaran kode etik berkonteks moral atau usul disertai rekomendasi pemecatan, untuk itulah diharapkan adanya suatu sinergitas dalam pemberian sanksi dimana dapat dilakukan pada hal pemeriksaan laporan yang diterima keduanya, dapat diperiksa terlebih dahulu oleh Dewan Kehormatan Notaris dan kemudian hasil pemeriksaan dari Dewan Kehormatan Notaris tersebut dapat dijadikan sebagai dasar bagi Majelis Pengawas Notaris untuk memberikan sanksi. Yang kemudian dalam putusan Majelis Pengawas Notaris dapat berisikan Notaris tersebut tidak hanya melanggar kode etik berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris tetapi juga kode etik berdasarkan Kode Etik Notaris. Dengan adanya sinergitas tersebut, maka diharapkan pelanggaran kode etik akan berkurang karena apabila Kode Etik Notaris sudah dijalankan dengan baik maka Notaris tidak akan melanggar Undang-Undang Jabatan Notaris dan akan juga menjamin pengamanan dari kepentingan umum terhadap Notaris yang menjalankan jabatannya secara tidak

34Francisco Javier Fonseca dalam Absori & Achmadi, Transplantasi Nilai Moral dalam Budaya untuk Menuju Hukum Berkeadilan (Perspektif Hukum Sistematik Ke Non- Sistematik Charles Sampford), Prosiding Konferensi Nasional Ke-6, Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta,Tahun 2017, h.112.

(41)

bertanggung jawab dan tidak mengindahkan nilai-nilai dan ukuran etika serta melalaikan keluhuran martabat dan tugas jabatannya.35

b). Teori Kewenangan

Berkaitan dengan permasalahan dalam tesis ini, dapat dikaitkan juga dengan teori kewenangan yang mana teori tersebut berfokus pada yang berkaitan dengan sumber kewenangan dari pemerintah dalam melakukan perbuatan hukum, baik dalam hubungannya dengan hukum publik maupun dalam hubungannya dengan hukum privat36, yang meliputi :

1). Atribusi merupakan timbulnya kewenangan baru yang sebelumnya kewenangan itu tidak dimiliki oleh organ pemerintahan yang bersangkutan ; 37 2). Delegasi merupakan penyerahan wewenang yang dipunyai oleh organ

pemerintahan kepada organ yang lain; 38 dan

3). Mandat merupakan suatu pelimpahan wewenang kepada bawahan dimana tanggung jawab tidak berpindah kepada mandataris melainkan tanggung jawab tetap berada di tangan pemberi mandat.39

Berkaitan dengan teori kewenangan yang tersebut diatas, Dewan Kehormatan Notaris mendapatkan mandat dari Organisasi Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia dan Majelis Pengawas Notaris mendapatkan mandat dari

35Iwan Budisantoso, Tanggung Jawab Profesi Notaris dalam Menjalankan dan

Menegakkan Hukum Di Indonesia, Kompasiana,

https://www.kompasiana.com/2608/55009389813311501afa7857/tanggung-jawab-profesi-notaris- dalam-menjalankan-dan-menegakkan-hukum-di-indonesia , diakses pada tanggal 26 November 2018 pukul 04.13.

36Salim HS & Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2017, h. 193.

37Ibid., h.195.

38Ibid, h.194.

39Ibid, h.196.

(42)

Undang-Undang sehingga Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dapat menjalankan kewenangannya dalam hal pelaksanaan dan pembinaan Notaris serta dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik.

Notaris dibina, diawasi dan diberi sanksi oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris yang telah ditugaskan oleh Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris. Pengawasan dan Pembinaan dilakukan oleh kedua lembaga tersebut berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris, Kode Etik Notaris dan juga peraturan pelaksana lainnya. Dalam hal pengusulan pemecatan atau pemberhentian dengan tidak hormat kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, kedua lembaga tersebut juga mempunyai kewenangan untuk melakukannya. Agar tidak terjadi ketimpangan, harus diperjelas mengenai aturan tersebut. Sehingga kewenangannya sah diberikan dalam undang-undang maupun peraturan pelaksana lainnya dalam hal penegakan hukum khususnya mengenai pengusulan pemecatan Notaris berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik Notaris.

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori dengan observasi, antara abstrak dan kenyataan. Menurut Burhan Ashshofa, suatu konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari jumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu.40 Berikut ini diuraikan beberapa konsep, defenisi atau pengertian yang dijumpai dalam tesis ini, yaitu:

40 Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, h.19.

(43)

a). Sinergitas

Sinergitas adalah kegiatan gabungan atau kerjasama yang dilakukan guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal dengan terhubung oleh beberapa peran yang berbeda namun terkait didalamnya. Oleh karena itu seluruh komponen masyarakat dan pemerintah diharapkan bersinergi agar tercapainya kesejahteraan masyarakat.41

b). Notaris

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Jabatan Notaris atau berdasarkan Undang-Undang lainnya.42

c). Dewan Kehormatan Notaris

Dewan Kehormatan Notaris yaitu alat perlengkapan Perkumpulan yang dibentuk dan berfungsi menegakkan Kode Etik, harkat dan martabat Notaris, yang bersifat mandiri dan bebas dari keberpihakan, dalam menjalankan tugas dan kewenangannya dalam Perkumpulan.43

41Annisa Fadia Nizatama, Sinergitas Pembangunan Pariwisata (Studi Kasus di Teluk Kiluan tahun 2014), Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2015, h.7,8.

42Pasal 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

43 Pasal 1 ayat (8) Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015.

(44)

d). Majelis Pengawas Notaris

Majelis Pengawas Notaris adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris.44

e). Sanksi

Menurut Black’s Law Dictionary, sanction (sanksi) adalah “A penalty or coercive measure that results from failure to comply with a law, rule, or order (a sanction for dictionary abuse)” atau sebuah hukuman atau tindakan

memaksa yang dihasilkan dari kegagalan untuk mematuhi undang-undang, peraturan, atau perintah.45

f). Pelanggaran

Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh anggota Perkumpulan yang bertentangan dengan Kode Etik dan/atau Disiplin Organisasi, orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris yang bertentangan dengan ketentuan Kode Etik.46

g). Kode Etik

Kode Etik adalah norma dan asas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku.47

44 Pasal 1 angka (6) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

45Samsul Ramli dan Fahrurrazi, Bacaan Wajib Swakelola Pengadaan Barang/Jasa, Visimedia Pustaka, Jakarta, 2014, h. 191.

46 Pasal 1 ayat (9) Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia di Banten tahun 2015.

47 Wildan Suyuthi Mustofa, Kode Etik Hakim, Kencana, Jakarta, 2013, h.6.

(45)

h). Kode Etik Notaris

Kode Etik Notaris adalah kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia berdasarkan Keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota Perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk di dalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti pada saat menjalankan jabatan.48

G. Metode Penelitian

Dalam pengumpulan data dan informasi untuk penulisan tesis ini, telah dikumpulkan data-data yang diperlukan untuk dapat mendukung penulisan tesis ini dan hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Dalam penulisan tesis ini, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.49 Penelitian yuridis normatif dilakukan dengan 2 (dua) tahap. Tahap pertama penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum objektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan

48 Pasal 1 ayat (2) Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia di Banten tahun 2015.

49Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, 2001, h. 13-14.

(46)

penelitian terhadap suatu masalah hukum dan tahap kedua penelitian ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan kewajiban).50

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, maka hasil penelitian ini nantinya akan bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang berlangsung yang tujuannya agar dapat memberikan data mengenai objek penelitian, sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 51 Deskriptif penelitian ini, terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya, sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta. Hasil penelitian ditekankan pada memberikan gambaran secara obyektif, tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki.

Sedangkan istilah analitis mengandung makna mengelompokkan, menghubungkan, membandingkan data-data yang diperoleh baik dari segi teori maupun dari segi praktek. 52 Jadi penelitian ini mengungkapkan peraturan perundang-undangan berkaitan obyek penelitian, yang berkaitan dengan sinergitas dalam hal pemberian sanksi yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris atas pelanggaran kode etik.

50Hardijan Rusli, Metode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana? ,Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Volume V Nomor 3 Tahun 2006, h.50.

51Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009,h.223.

52Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1996, h. 31.

Referensi

Dokumen terkait

tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai

Mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep pusat laba, unit bisnis sebagai pusat laba dan pengukuran profitabilitas3. Tujuan Penentuan harga

Praktikan bertugas melakukan penagihan pembayaran kepada para pelanggan melalui email, tanggal penagihan dilakukan sesuai dengan tanggal saat pemasangan layanan internet,

Setelah mengamati, siswa dapat mempraktikkan gerak dasar menekuk dan meliuk sesuai irama (ketukan) tanpa/dengan iringan musik dalam aktivitas gerak berirama dengan benarC. Siswa

Perusahaan mempunyai aset yang tersedia untuk qardh yang apabila dialihkan ke dana tabarru cukup untuk memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas dana tabarru. Hal ini menunjukkan

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI ANTARA METODE FULL COSTING DENGAN ACTIVITY BASED COSTING PADA ROTI

Dalam penelitian ini angket digunakan sebagai alat pengumpul data yang pokok tentang pengaruh praktik kerja industri terhadap minat bekerja di industri... Kiki

Goodwill pada entitas asosiasi atau ventura bersama merupakan selisih lebih yang terkait dengan biaya perolehan investasi pada entitas asosiasi atau ventura