• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PEMBINAAN

C. Perlunya Sinergitas Dewan Kehormatan Notaris Dan

dengan Pengusulan Pemecatan atau Pemberhentian dengan Tidak Hormat Sebagai Notaris Kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik berkaitan dengan pengusulan pemecatan atau pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dimiliki baik oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris. Dewan Kehormatan Notaris dinyatakan dalam Pasal 6 ayat (8) Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015 menyatakan bahwa Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia berwenang untuk memberikan rekomendasi disertai usulan pemecatan sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Kemudian Majelis Pengawas Notaris dalam Pasal

133Hasil wawancara dengan Winanto Wiryomartani, Wakil Ketua Majelis Pengawas Pusat Notaris, dilakukan di Jakarta Barat, tanggal 11 Februari 2019, Pukul 16.05 Waktu Indonesia Barat.

134Hasil wawancara dengan Habib Adjie, Sekretaris Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia, dilakukan di Medan, tanggal 04 Januari 2019, Pukul 16.35 Waktu Indonesia Barat.

76 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa salah satu kewenangan Majelis Pengawas Pusat adalah mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak hormat kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Pelanggaran Kode Etik merupakan realitas yang banyak terjadi dan tidak dapat dipungkiri dalam prakteknya. Walaupun sanksi yang diberikan atas pelanggaran kode etik telah diatur secara tegas dalam Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris, akan tetapi pelanggaran kode etik tetap ditemukan dan masih banyak terjadi, dibuktikan dengan banyak laporan yang diterima oleh Dewan Kehormatan Notaris. Sebagaimana dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tasya Anandita135 dalam Tesis berjudul “Analisis Terhadap Pelanggaran Kode Etik Notaris Sebagai Pejabat Umum Di Kota Medan” dan juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Shally 136 dalam tesis berjudul “Analisis Pembatasan Jumlah Pembuatan Akta Perhari Pasca Keluarnya Peraturan Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 di Kota Medan”

yang telah terlampir di latar belakang tesis ini, terlihat banyaknya pelanggaran Kode Etik Notaris yang masih banyak terjadi maka sinergitas antara Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dalam pemberian sanksi sangatlah diperlukan. Ketentuan dalam pasal 12 ayat (2) Perubahan Anggaran Dasar Ikatan Notaris Indonesia Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia di Banten tahun 2015 menyatakan bahwa salah satu tugas dan kewenangan Dewan Kehormatan Notaris adalah memberi saran dan pendapat kepada Majelis

135Tasya Anindita, Loc.cit.

136Shally, Loc.cit.

Pengawas dan/atau Majelis Kehormatan Notaris atas dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris dan jabatan Notaris. Selain itu juga memerintahkan untuk melakukan koordinasi, komunikasi dan berhubungan secara langsung kepada anggota maupun pihak-pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan dan penegakan Kode Etik Notaris yang dalam hal ini Majelis Pengawas Notaris memiliki kewenangan mengawasi, membina dan memberikan sanksi atas pelanggaran kode etik dan jabatan Notaris, maka Majelis Pengawas Notaris merupakan salah satu pihak yang dimaksud dalam pasal tersebut. Ketentuan tersebut memperlihat adanya sinergitas antara Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik berkaitan dengan pengusulan pemecatan atau pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Notaris kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia. Selain itu, sinergitas terlihat dalam hal pemeriksaan pelanggaran kode etik yang mana dilakukan secara berjenjang.

Walaupun demikian dalam hal pemberian sanksi, tidaklah bersinergi. Winanto Wiryomartani, Wakil Ketua Majelis Pengawas Pusat Notaris menyatakan bahwa pemberian usulan disertai rekomendasi pemecatan sebagai Notaris kepada Menteri yang dapat dilakukan oleh Dewan Kehormatan Notaris, hanyalah sebuah saran dan pendapat yang dapat diterima atau tidak dan sampai saat ini hampir tidak pernah ditindaklanjuti. 137

Perlunya sinergitas antara Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik juga telah

137Hasil wawancara dengan Winanto Wiryomartani, Wakil Ketua Majelis Pengawas Pusat Notaris, dilakukan di Jakarta Barat, tanggal 11 Februari 2019, Pukul 16.06 Waktu Indonesia Barat.

terlihat dengan adanya ketentuan dalam Kode Etik Notaris yang telah dinormakan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris yaitu pada Pasal 16 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang juga diatur dalam Pasal 3 Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015, Pasal 17 ayat (1) huruf i Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris juga diatur dalam Pasal 3 Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015 dan pasal 19 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang juga diatur dalam Pasal 4 Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015.

Berkaitan dengan pemberian sanksi, sinergitas juga perlu ada. Sebelum memberikan sanksi, Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris haruslah bersama-sama memeriksa laporan tersebut, apakah terkandung suatu pelanggaran atau tidak. Apabila ditemukan adanya pelanggaran kode etik, Dewan Kehormatan Notaris sebaiknya diminta untuk memeriksa terlebih dahulu atas laporan yang diterima yang kemudian diikuti dengan pemeriksaan oleh Majelis Pengawas Notaris sehingga putusan Majelis Pengawas Notaris berisi tidak hanya melanggar kode etik berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris, tetapi juga melanggar kode etik berdasarkan Kode Etik Notaris. Dengan dijalankan dan

ditaati Kode Etik Notaris, maka Undang-Undang Jabatan Notaris tidak akan terlanggar.

Oleh karena ketentuan tersebut belum maksimal, ketentuan mengenai sinergitas antara Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik berkaitan dengan pengusulan pemecatan atau pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Notaris kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia haruslah dibuat dalam suatu peraturan menteri agar pelaksanaan ketentuan tersebut maksimal.138

138Hasil wawancara dengan Habib Adjie, Sekretaris Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia, dilakukan di Medan, tanggal 04 Januari 2019, Pukul 16.55 Waktu Indonesia Barat.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan pengawasan Notaris oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dilakukan secara berjenjang yaitu dari tingkat daerah, wilayah dan pusat dengan ketentuan bahwa Dewan Kehormatan Notaris mengawasi apabila adanya pelaporan dari masyarakat, anggota perkumpulan atau temuan dari Dewan Kehormatan. Majelis Pengawas Notaris melakukan pengawasan secara berkala setiap 1 (satu) tahun sekali sesuai perintah Undang-Undang Jabatan Notaris. Pembinaan Notaris dilakukan sebelum seseorang diangkat menjadi Notaris yaitu bersama-sama mengadakan pelatihan persiapan ujian Anggota Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia dan ujian Kode Etik Notaris, setelah diangkat menjadi Notaris adalah Dewan Kehormatan Notaris mengeluarkan keputusan dalam rangka meningkatkan profesionalitas Notaris dalam menjalankan jabatannya, Majelis Pengawas Notaris melakukan pembinaan pada saat pemeriksaan protokol Notaris.

2. Pelaksanaan pemberian sanksi yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris atas pelanggaran kode etik Notaris sama-sama dilakukan secara berjenjang yaitu dari tingkatan daerah, wilayah dan pusat dengan menghasilkan putusan Dewan Kehormatan Notaris berdasarkan Kode Etik Notaris dengan sanksi berupa teguran, peringatan, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan serta berwenang memberikan rekomendasi disertai usulan pemecatan sebagai Notaris kepada

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sedangkan putusan Majelis Pengawas Notaris berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris dengan sanksi berupa teguran lisan, teguran tertulis, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian dengan tidak hormat serta berwenang mengusulkan pemberhentian dengan tidak hormat dari jabatannya kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Perbedaannya adalah dalam hal pemecatan Notaris, Majelis Pengawas Notaris tegas memberhentikan dari jabatan, sedangkan Dewan Kehormatan Notaris hanya tegas memberhentikan anggota perkumpulan, tidak dari jabatannya. Hal ini disebabkan karena pengusulan pemecatan yang dapat diusulkan oleh Dewan Kehormatan Notaris hanya berupa saran atau rekomendasi yang dapat diterima atau tidak dan prakteknya hampir tidak pernah ditindaklanjuti oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

3. Sinergitas Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik berkaitan dengan pengusulan pemecatan atau pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia terlihat dalam hal pengawasan dan pembinaan Notaris. Akan tetapi dalam hal pemberian sanksi, tidak terdapat adanya sinergitas antara Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris. Perlunya sinergitas tersebut karena ketentuan kode etik telah dinormakan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris. Dengan adanya sinergitas tersebut diharapkan Dewan Kehormatan Notaris dapat diminta untuk memeriksa terlebih dahulu atas laporan yang diterima sehingga putusan

Majelis Pengawas Notaris berisi tidak hanya melanggar kode etik berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris, tetapi juga melanggar kode etik berdasarkan Kode Etik Notaris.

B. Saran

1. Kepada Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris untuk dapat meningkatkan kerjasama dan koordinasi dalam hal pengawasan, pembinaan dan pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik.

2. Kepada Pemerintah untuk mempertimbangkan dibuatnya suatu peraturan menteri yang mengatur mengenai sinergitas antara Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik berkaitan dengan pengusulan pemecatan sebagai Notaris kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia agar pelaksanaan ketentuan tersebut dapat berjalan secara maksimal atau menambahkan satu ketentuan mengenai sinergitas tersebut dalam Pasal 77 Undang-Undang Jabatan Notaris yaitu:

“Majelis Pengawas Pusat berwenang:

a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa dan mengambil keputusan dalam tingkat banding terhadap penjatuhan sanksi dan penolakan cuti;

b. memanggil Notaris terlapor untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c. menjatuhkan sanksi pemberhentian sementara; dan

d. mengusulkan pemberian sanksi berupa pemberhentian dengan tidak hormat kepada Menteri setelah mendapatkan rekomendasi dari Dewan Kehormatan Notaris Ikatan Notaris Indonesia.”

3. Kepada Majelis Pengawas Notaris untuk mempertimbangkan keikutsertaan Dewan Kehormatan Notaris dalam memeriksa pelanggaran kode etik yang diterima. Agar putusan yang diberikan tidak hanya melanggar kode etik

berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris, tetapi juga kode etik berdasarkan Kode Etik Notaris.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku :

Adjie, Habib, 2008, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik Terhadap Undang-Undang Jabatan Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Jakarta: Refika Aditama.

___________, 2013, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Jakarta: Refika Aditama.

Ali, Achmad, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), Jakarta: Kencana.

Ali, Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika.

Arief, Barda Nawawi, 2002, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Cetakan kedua, Bandung: Citra Aditya Bakti.

Ashshofa, Burhan, 1996, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.

Cahyadi, Antonius dan E. Fernando M. Manullang, 2007, Pengantar Ke Filsafat Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Effendy, Marwan, 2005, Kejaksaan RI: Posisi Dan Fungsinya Dari Perspektif Hukum, Jakarta: Gramedia..

Fajar, Mukti dan Yulianto Achmad, 2017, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fuady, Munir, 2005, Profesi Mulia (Etika Profesi Hukum bagi Hakim, Jaksa, Advokat, Notaris, Kurator dan Pengurus), Bandung: Citra Aditya Bakti.

HS, Salim & Erlies Septiana Nurbani, 2017, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Kansil, C.S.T. dan Christine S.T.Kansil, 2003, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, Jakarta: Anem Kosong Anem.

Kanter, E.Y. dan S.R.Sianturi, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta: Storia Grafika.

Kelsen, Hans, 2008, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Bandung: Nusa Media.

Koentjoro, Diana Halim, 2004, Hukum Administrasi Negara, Tangerang: Ghalia Indonesia.

Mahfud, Mahdi Bin Achmad dan Vinaricha Sucika Wiba, 2015, Teori Hukum dan Implementasinya, Surabaya: R.A.De.Rozarie.

Mangesti, Yovita A. dan Bernard L. Tanya, 2014, Moralitas Hukum, Yogyakarta:

Genta Publishing.

Mertokusumo, Sudikno, 1995, Penemuan Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta:

Liberty.

Moleong, Lexy J., 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhammad, Abdulkadir, 2006, Etika Profesi Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti,

Murya, Adnan dan Urip Sucipto, 2016, Etika dan Tanggung Jawab Profesi, Yogyakarta: Deepublish.

Mustofa, Wildan Suyuthi, 2013, Kode Etik Hakim, Jakarta: Kencana.

Nawawi, Hadari, 1996, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Notodisoerjo, R.Soegondo, 1993, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Ramli, Samsul dan Fahrurrazi, 2014, Bacaan Wajib Swakelola Pengadaan Barang/Jasa, Jakarta: Visimedia Pustaka.

Riduan, 2004, Metode & Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Bina Cipta.

Saebani, Beni Ahmad, 2009, Metode penelitian hukum, Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Satoto, Sukamto, 2004, Pengaturan Eksistensi & Fungsi Badan Kepegawaian Negara, Jambi: Offset.

Siku, Abdul Salam, 2016, Perlindungan Hak Asasi Saksi Dan Korban Dalam Proses Peradilan Pidana, Jakarta: Indonesia Prime.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Jakarta: Rajawali Pers.

________________, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press.

_______________, 2011, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: Raja Grafindo.

Soemadiningrat, Otjie Salman dan Anthon F.Susanto, 2015, Teori Hukum Mengingat, Mengumpulkan, dan Membuka Kembali, Jakarta: Refika Aditama.

Subagyo, P. Joko, 1997, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta.

Supriyadi, 2010, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia, Jakarta:

Sinar Grafika.

Suseno, Franz Magnis, 2006, Etika Abad ke-20, Yogyakarta: Kanisius.

Tobing, G.H.S. Lumban, 1991, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta: Erlangga.

Yusuf, Muri, 2014, Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, Jakarta: Kencana.

B. Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004, Tentang Jabatan Notaris.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004, Tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota,Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 40 Tahun 2015, Tentang Susunan Organisasi, Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota dan Tata Kerja Majelis Pengawas;

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 61 Tahun 2016, Tentang Tata Cara Penjatuhan Sanksi Administratif Terhadap Notaris;

Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten Tahun 2015.

Perubahan Anggaran Dasar Ikatan Notaris Indonesia Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia di Banten tahun 2015.

C. Jurnal :

Absori & Achmadi, Transplantasi Nilai Moral dalam Budaya untuk Menuju Hukum Berkeadilan (Perspektif Hukum Sistematik Ke Non-Sistematik Charles Sampford), Prosiding Konferensi Nasional Ke-6, Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Tahun 2017.

Arliman, Laurensius, Sumbangsih Werda Notaris dalam Organisasi Ikatan Notaris Indonesia, Jurnal Yuridika, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Volume 30 Nomor 3 Tahun 2015.

Aswandi, Bobi, Negara Hukum Dan Demokrasi Pancasila Dalam Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia (HAM), Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019.

Bachrudin, Jabatan Notaris Di Indonesia Dalam Jerat Liberalisasi, Jurnal Pembaharuan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung, Volume 2 Nomor 2 Tahun 2015.

Hasanah, Nisaul, Azmi Fendri dan Neneng Oktarina, Pengawasan Pengurus Ikatan Notaris Indonesia Kota Padang Terhadap Pelaku Pelanggaran Kode Etik, Jurnal Cita Hukum , Magister Kenotariatan Universitas Andalas Padang, Volume 6 Nomor 2 Tahun 2018.

Kartikosari, Heni, Pembatasan Jumlah Pembuatan Akta Notaris Oleh Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jurnal Panorama Hukum, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Narotama Surabaya, Volume 2 Nomor 2 Tahun 2017.

Ma’ruf, Umar, Tinjauan Hukum Kedudukan Dan Fungsi Notaris Sebagai Pejabat Umum Dalam Membuat Akta Otentik (Studi Kasus di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang), Jurnal Pembaharuan Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung, Volume 2 Nomor 2 Tahun 2015.

Mirfa, Enny, Perbandingan Hukum Jabatan Notaris Di Indonesia dan Di Negara Belanda, Jurnal ilmiah Research Sains, Universitas Samudera Langsa, Volume 2 Nomor 2 Tahun 2016.

Priyambodo, Yogi, Tinjauan Terhadap Pelanggaran Kode Etik Jabatan Notaris Di Kabupaten Purbalingga, Jurnal Akta, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum UNISSULA, Volume 4 Nomor 3 Tahun 2017.

Purba, Iman Pasu Marganda Hadiarto, Penguatan Budaya Hukum Masyarakat Untuk Menghasilkan Kewarganegaraan Transformatif, Jurnal Civics, Universitas Negeri Surabaya, Volume 14 Nomor 2 Tahun 2017.

Purwaningsih, Endang, Bentuk Pelanggaran Hukum Notaris Di Wilayah Provinsi Banten Dan Penegakan Hukumnya, Mimbar Hukum, Fakultas Hukum Universitas YARSI, Volume 27 Nomor 1 Tahun 2015.

Rusli, Hardijan, Metode Penelitian Hukum Normatif: Bagaimana?, Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Volume V Nomor 3 Tahun 2006.

Saputra, Riyan & Gunawan Djajaputra, Penegakan Huum Terhadap Notaris Yang Mempromosikan Diri Melalui Media Sosial, Jurnal Hukum Adigama, Fakultas Hukum Universitas Tarumanegara, Tahun 2018.

Suryani, Anik, Peranan Ikatan Notaris Indonesia (INI) Dalam Pelaksanaan Tugas Notaris Sesuai Kode Etik, Jurnal Repertorium, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Volume III Nomor 2 Tahun 2016.

D. Skripsi/Tesis :

Nizatama, Annisa Fadia, 2015, Sinergitas Pembangunan Pariwisata (Studi Kasus di Teluk Kiluan tahun 2014), Skripsi, Bandar Lampung, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Alwiyandari, Ayu, 2018, Larangan Membuat Akta Melebihi Batas Kewajaran Yang Ditentukan Oleh Dewan Kehormatan Pusat (Studi Pasal 4 Angka 16 Kode Etik Jabatan Notaris),Tesis, Yogyakarta, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.

Anindita, Tasya, 2018, Analisis Terhadap Pelanggaran Kode Etik Notaris Sebagai Pejabat Umum Di Kota Medan, Tesis, Medan, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Masdalia Pratiwi, Selly, 2014, Tanggung Jawab Notaris Terhadap Akta Otentik yang Berakibat Batal Demi Hukum Pada Akhir Masa Jabatannya, Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Shally, 2018, Analisis Pembatasan Jumlah Pembuatan Akta Perhari Pasca Keluarnya Peraturan Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 di Kota Medan, Tesis, Medan, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

E. Internet :

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt56dea68beec21/catat-notaris-dikawal-dua-lembaga-etik, diakses pada tanggal 25 November 2018 pukul 20.01.

Budisantoso, Iwan, Tanggung Jawab Profesi Notaris dalam Menjalankan dan Menegakkan Hukum Di Indonesia, Kompasiana, https://www.kompasiana.com/2608/55009389813311501afa7857/tanggu ng-jawab-profesi-notaris-dalam-menjalankan-dan-menegakkan-hukum-di indonesia , diakses pada tanggal 26 November 2018 pukul 04.13.

F. Data Wawancara

Wawancara dengan Mangatas Nasution, Anggota Majelis Pengawas Notaris Daerah Kota Medan.

Wawancara dengan Yusrizal, Anggota Majelis Pengawas Notaris Wilayah Sumatera Utara.

Wawancara dengan Winanto Wiryomartani, Wakil Ketua Majelis Pengawas Pusat Notaris.

Wawancara dengan Husni Nasution, Ketua Dewan Kehormatan Daerah Kota Medan Ikatan Notaris Indonesia.

Wawancara dengan Ika Azniga Lokman, Sekretaris Dewan Kehormatan Daerah Kota Medan Ikatan Notaris Indonesia.

Wawancara dengan Rudy Haposan Siahaan, Anggota Dewan Kehormatan Daerah Ikatan Notaris Indonesia

Wawancara dengan Syafnil Gani, Ketua Dewan Kehormatan Wilayah Sumatera Utara Ikatan Notaris Indonesia.

Wawancara dengan Habib Adjie, Sekretaris Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Notaris Indonesia.

Dokumen terkait