• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

a. Secara teoritis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih saran dalam ilmu pengetahuan hukum kenotariatan khususnya berkaitan dengan pemberian

sanksi yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran kode etik.

b. Secara Praktis.

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bagi Pemerintah yang dalam hal ini Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dalam hal pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik dan tugasnya sehingga sesuai dengan peraturan-peraturan hukum yang berlaku di Indonesia.

2. Notaris.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan yang bermanfaat bagi Notaris untuk mengkoreksi diri atas berbagai kekurangan yang dilakukan selama ini sehingga dalam pembuatan akta Notaris pada masa-masa mendatang lebih berhati-hati, cermat dan teliti serta jujur dan bertanggung jawab. Maka pelanggaran kode etik tidak akan ada.

3. Mahasiswa Kenotariatan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan yang bermanfaat bagi mahasiswa kenotariatan yang nantinya akan memangku jabatan sebagai seorang Notaris agar di dalam menjalankan tugas dan jabatannya lebih bertanggung jawab dan jujur serta memegang teguh pada peraturan yang berlaku.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan, khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian mengenai, “Sinergitas Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik”, belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini adalah asli adanya, dan secara akademis dapat dipertanggungjawabkan. Meskipun ada peneliti-peneliti pendahulu yang pernah melakukan penelitian mengenai masalah Notaris, namun secara substansi pokok permasalahan yang dibahas berbeda dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang berkaitan dengan Notaris yang pernah dilakukan adalah :

1. Mondry Pahera,SH, NIM: B4B 006 175, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, Implementasi Sanksi Kode Etik Dalam Jabatan Notaris di Kota Tanjung Pinang.

Substansi permasalahan yang dibahas sebagai berikut :

a). Bagaimana Implementasi Sanksi Kode Etik Notaris yang dikeluarkan oleh Dewan Kehormatan Daerah Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I) terhadap Notaris yang melakukan pelanggaran Kode Etik dalam melaksanakan jabatan Notaris?

b). Bagaimana Peran Ikatan Notaris Indonesia (I.N.I), sebagai Organisasi Profesi dalam menerapkan Kode Etik Notaris?

2. Kevin Ardian, NIM: 1006738771, Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, Pelaksanaan Pemberian Sanksi

Pelanggaran Kode Etik oleh Dewan Kehormatan dan Majelis Pengawas di Kota Depok.

Substansi permasalahan yang dibahas sebagai berikut :

a). Bagaimana pemberian sanksi pelanggaran Kode Etik Notaris oleh Dewan Kehormatan dan Majelis Pengawas Notaris di Kota Depok?

b). Apa saja hambatan yang dihadapi oleh Dewan Kehormatan dan Majelis Pengawas Notaris dalam melakukan penegakan Kode Etik Notaris di Kota Depok?

c). Bagaimana upaya Dewan Kehormatan dan Majelis Pengawas Notaris dalam mencegah terjadinya pelanggaran Kode Etik Notaris di Kota Depok?

3. T.Muzakkar, NIM :067011095, Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Perbandingan Peranan Dewan Kehormatan Dengan Majelis Pengawas Notaris Dalam Melakukan Pengawasan Setelah Keluarnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004.

Substansi permasalahan yang dibahas sebagai berikut :

a). Bagaimanakah pengawas melakukan Pengawasan bagi Notaris dalam pelaksanan tugasnya sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris?

b). Apa manfaat pengawasan bagi Notaris dalam pelaksanaan tugasnya?

c). Bagaimanakah perbandingan peranan Dewan Kehormatan dengan Majelis Pengawas Notaris dalam melakukan pengawasan setelah dikeluarnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004?

4. Tasya Anindita, NIM: 167011126, Fakultas Hukum Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, Analisis Terhadap Pelanggaran Kode Etik Notaris Sebagai Pejabat Umum di Kota Medan.

Substansi permasalahan yang dibahas sebagai berikut:

a). Bagaimanakah bentuk pelanggaran Kode Etik yang dilakukan notaris sebagai Pejabat Umum di kota Medan?

b). Bagaimanakah penerapan sanksi terhadap notaris yang melakukan pelanggaran Kode Etik Notaris oleh Dewan Kehormatan Daerah di Kota Medan?

c). Bagaimanakah peran Dewan Kehormatan Daerah dalam melakukan pengawasan dan pembinaan anggota dalam menjunjung tinggi Kode Etik notaris di kota Medan?

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan karena teori merupakan inti dari penelitian ilmiah. 15 Teori hukum sendiri diartikan J.J.H.Bruggink sebagai seluruh pernyataan yang saling berkenaan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan.16

Kerangka teori dapat diartikan sebagai kerangka yang disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana masalah yang telah dipilih

15Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2017, h.92.

16J.J.H.Bruggink dalam Otjie Salman Soemadiningrat dan Anthon F.Susanto, Teori Hukum Mengingat,Mengumpulkan, dan Membuka Kembali, Refika Aditama, Jakarta, 2015, h. 60.

akan disoroti dan sebagai perkiraan teoritis dari hasil yang akan dicapai setelah dianalisis secara kritis. Untuk itulah kerangka teori harus disusun berdasarkan sumber-sumber yang dibaca dan diambil secara kritis dari literatur yang bisa dipercaya.17Oleh sebab itu, kerangka teoritis bagi suatu penelitian mempunyai beberapa kegunaan sebagai berikut :18

a). Teori bermanfaat untuk memberikan dukungan analisis terhadap topik yang sedang dikaji.

b). Teori dapat memberikan bekal apabila akan mengemukakan hipotesis dalam tulisannya.

c). Teori memberi manfaat dalam konteks sistem norma, yaitu untuk membangun kesatuan sistem norma dan hubungan yang konstruktif di dalamnya agar mampu memberikan manfaat untuk menjawab masalah.

d). Teori memberi kegunaan untuk menjelaskan fakta dan peristiwa hukum yang terjadi.

Untuk menjawab permasalahan diperlukan landasan teoritis yang relevan dengan permasalahan yang dibahas, maka kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori sistem hukum dan teori kewenangan.

a). Teori Sistem Hukum

Menurut Lili Rasjidi dan I.B.Wyasa Putra, sistem hukum dapat diartikan sebagai satu kesatuan sistem besar yang tersusun atas sub-subsistem yang kecil, yaitu subsistem pendidikan, pembentukan hukum, penerapan hukum, dan lain-lain, yang hakikatnya merupakan sistem tersendiri dengan proses tersendiri pula.

Hal ini menunjukkan sistem hukum sebagai suatu kompleksitas sistem yang

17Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, Op.cit., h. 93.

18Ibid, h.144, 146.

membutuhkan kecermatan tajam untuk memahami keutuhan prosesnya. Sistem pembentukan hukum memiliki komponen-komponen sistemnya sendiri, seperti lembaga pembentuk hukum, aparatur pembentuk hukum, sarana pembentuk hukum, prosedur-prosedur pembentukan hukum, dan lain-lainnya, yang hakikatnya merupakan kesatuan integral, yang berfungsi dan bertujuan menghasilkan bentuk hukum seperti peraturan perundang-undangan. Sementara itu, sistem penerapan hukum merupakan proses kelanjutan dari proses pembentuk hukum, yang meliputi lembaga, aparatur, sarana, dan prosedur-prosedur penegakan hukum.19Maka dapat disimpulkan bahwa sistem hukum adalah suatu kesatuan hukum yang terdiri atas bagian-bagian (hukum) yang mempunyai kaitan (interaksi) satu sama lain, tersusun secara tertib dan teratur menurut asas-asasnya, yang berfungsi untuk mencapai suatu tujuan sistem hukum tersebut.20

Sejalan dengan kesimpulan diatas, menurut Lawrence M. Friedman, ada tiga unsur dalam sistem hukum, yaitu

1). Substansi Hukum (legal substance) yaitu keseluruhan aturan hukum (termasuk asas hukum dan norma hukum), baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk putusan pengadilan21, mengandung unsur yang termasuk didalamnya mengenai peraturan yang kesemuanya mengatur tentang tingkah laku manusia dan menyangkut esensi dasar peraturan yang dibentuk tersebut. Bagaimana peraturan tersebut nantinya dapat difungsikan untuk masyarakat luas, serta dampaknya apabila diaplikasikan dalam masyarakat 22;

2). Struktur Hukum (legal structure) adalah keseluruhan institusi hukum beserta aparatnya23; dan

19Lili Rasjidi dan I.B.Wyasa Putra dalam Marwan Effendy, Kejaksaan RI: Posisi Dan Fungsinya Dari Perspektif Hukum, Gramedia, Jakarta, 2005, h.99-100.

20Ibid.

21Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicial prudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legis prudence), Kencana, Jakarta, 2009, h.181.

22Atmasasmita dalam Mahdi Bin Achmad Mahfud dan Vinaricha Sucika Wiba, Teori Hukum dan Implementasinya, R.A.De.Rozarie, Surabaya, 2015, h.95.

23 Achmad Ali, Loc.cit.

3). Budaya hukum (legal culture) adalah suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum sistem hukum itu sendiri tidak akan berdaya.24

Unsur substansi menurut Friedman dapat dikaitkan dengan teori perundang-undangan menurut Hans Kelsen yang menyatakan bahwa suatu sistem norma dikatakan valid jika diperoleh dari norma yang lebih tinggi diatasnya, yang selanjutnya sampai pada tingkat dimana norma tersebut tidak dapat diperoleh dari norma lain yang lebih tinggi, itulah yang disebut sebagai norma dasar.25 Menurut teori Hans Kelsen tersebut, Pancasila berada pada kedudukan tertinggi yang berarti Pancasila harus diletakkan sebagai kaidah dasar, groundnorms atau sumber segala sumber hukum yang menjadi dasar bagi berlakunya Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.26 Kode Etik Notaris dan Undang-Undang Jabatan Notaris dibuat berdasarkan groundnorms dibuat secara tertulis untuk mengatur segala hal yang berkaitan dengan Notaris, salah satunya dalam hal pembinaan, pengawasan dan pemberian sanksi yang dilakukan oleh kedua lembaga yang telah ditentukan yaitu Dewan Kehormatan Notaris atau Majelis Pengawas Notaris.

Unsur struktur berhubungan erat dengan aparat penegakan hukum, yaitu perangkat, berupa sistem tata kerja dan pelaksana dari ketentuan-ketentuan yang

24Abdul Salam Siku, Perlindungan Hak Asasi Saksi Dan Korban Dalam Proses Peradilan Pidana, Indonesia Prime, Jakarta, 2016, h. 15.

25Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Nusa Media, Bandung, 2008, h.159.

26Bobi Aswandi, Negara Hukum Dan Demokrasi Pancasila Dalam Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia (HAM), Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019, h.140.

diatur dalam subtansi hukum.27 Merujuk kepada pendapat Soerjono Soekanto mengenai penegakan hukum yang mengemukakan bahwa penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.28 Pada teori penegakan hukum dikatakan bahwa penegakan hukum akan terlaksana jika didukung aparat penegak hukum yang kompeten dibidangnya.

Aparat penegak hukum mencangkup pengertian mengenai institusi penegakan hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum.29 Faktor-faktor penegakan hukum terdiri atas:30

1). Faktor hukumnya sendiri;

2). Faktor penegak hukumya;

3). Faktor sarana dan fasilitas penegakan hukum;

4). Faktor masyarakat; dan 5). Faktor kebudayaan.

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan erat, oleh karena itu merupakan esensinya dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur suatu efektivitas penegakan hukum.31

27Atmasasmita dalam Mahdi Bin Achmad Mahfud dan Vinaricha Sucika Wiba, Loc.cit.

28Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, RajaGrafindo, Jakarta, 2011, h.5.

29Atmasasmita dalam Mahdi Bin Achmad Mahfud dan Vinaricha Sucika Wiba, Loc.cit.

30Soerjono Soekanto, Loc.cit.

31Endang Purwaningsih, Bentuk Pelanggaran Hukum Notaris Di Wilayah Provinsi Banten Dan Penegakan Hukumnya, Mimbar Hukum, Fakultas Hukum Universitas YARSI, Volume 27 Nomor 1 Tahun 2015, h.25.

Unsur budaya dapat dikaitkan dengan Teori Moralitas menurut Immanuel Kant bahwa moralitas (Moralitat/Sittlichkeit) adalah kesesuaian sikap dan perbuatan dengan norma atau hukum batiniah, yakni apa yang di pandang sebagai kewajiban. Moralitas akan tercapai apabila mentaati hukum lahiriah bukan lantaran hal itu membawa akibat yang menguntungkan atau lantaran takut pada kuasa sang pemberi hukum, melainkan menyadari sendiri bahwa hukum itu merupakankewajiban.32

Ketiga unsur pembentuk sistem hukum ini memiliki keterkaitan satu sama lain dimana diantara ketiga unsur tersebut terharmonisasi di dalam proses pencapaian tujuan hukum itu sendiri. Penguatan budaya hukum nasional ini tentunya tidak terlepas dari norma-norma atau nilai-nilai dasar yang disepakati bersama sebagai bangsa dan negara yakni Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap warga negara di dalam sistem hukum tersebut dapat mengambil alih dalam subsistem budaya hukum. Dari ketiga unsur pembentuk sistem hukum menurut Friedman, budaya hukumlah (legal culture) yang mendahului dua unsur lainnya.33Aturan hukum tidak dapat dipisahkan dari budaya hukum karena hukum dan moral sama-sama berkaitan dengan tingkah laku manusia. Keduanya sama-sama mengatur tingkah laku agar selalu baik dan tidak terjerumus pada yang tidak baik. Begitu pula dengan struktur yang tidak dapat dipisahkan, karena pada akhirnya negara dan hukum tidak hanya

32Immanuel Kant dalam Franz Magnis Suseno, Etika Abad ke-20, Kanisius, Yogyakarta, 2006, h. 136.

33 Iman Pasu Marganda Hadiarto Purba, Penguatan Budaya Hukum Masyarakat Untuk Menghasilkan Kewarganegaraan Transformatif, Jurnal Civics, Universitas Negeri Surabaya, Volume 14 Nomor 2 Tahun 2017,h.147.

seperangkat lembaga yang kosong makna sosial melainkan konstruksi produk budaya.34 Maka dapat dikatakan sebaik apapun penataan struktur hukum untuk menjalankan aturan hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum yang dibuat tanpa didukung budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam sistem dan masyarakat maka penegakan hukum tidak akan berjalan secara efektif.

Berkaitan dengan rumusan masalah dalam tesis ini maka struktur (aparat penegak hukum) berkaitan erat dengan budaya karena sanksi dalam pelanggaran kode etik berkonteks moral atau usul disertai rekomendasi pemecatan, untuk itulah diharapkan adanya suatu sinergitas dalam pemberian sanksi dimana dapat dilakukan pada hal pemeriksaan laporan yang diterima keduanya, dapat diperiksa terlebih dahulu oleh Dewan Kehormatan Notaris dan kemudian hasil pemeriksaan dari Dewan Kehormatan Notaris tersebut dapat dijadikan sebagai dasar bagi Majelis Pengawas Notaris untuk memberikan sanksi. Yang kemudian dalam putusan Majelis Pengawas Notaris dapat berisikan Notaris tersebut tidak hanya melanggar kode etik berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris tetapi juga kode etik berdasarkan Kode Etik Notaris. Dengan adanya sinergitas tersebut, maka diharapkan pelanggaran kode etik akan berkurang karena apabila Kode Etik Notaris sudah dijalankan dengan baik maka Notaris tidak akan melanggar Undang-Undang Jabatan Notaris dan akan juga menjamin pengamanan dari kepentingan umum terhadap Notaris yang menjalankan jabatannya secara tidak

34Francisco Javier Fonseca dalam Absori & Achmadi, Transplantasi Nilai Moral dalam Budaya untuk Menuju Hukum Berkeadilan (Perspektif Hukum Sistematik Ke Non-Sistematik Charles Sampford), Prosiding Konferensi Nasional Ke-6, Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas Muhammadiyah Surakarta,Tahun 2017, h.112.

bertanggung jawab dan tidak mengindahkan nilai-nilai dan ukuran etika serta melalaikan keluhuran martabat dan tugas jabatannya.35

b). Teori Kewenangan

Berkaitan dengan permasalahan dalam tesis ini, dapat dikaitkan juga dengan teori kewenangan yang mana teori tersebut berfokus pada yang berkaitan dengan sumber kewenangan dari pemerintah dalam melakukan perbuatan hukum, baik dalam hubungannya dengan hukum publik maupun dalam hubungannya dengan hukum privat36, yang meliputi :

1). Atribusi merupakan timbulnya kewenangan baru yang sebelumnya kewenangan itu tidak dimiliki oleh organ pemerintahan yang bersangkutan ; 37 2). Delegasi merupakan penyerahan wewenang yang dipunyai oleh organ

pemerintahan kepada organ yang lain; 38 dan

3). Mandat merupakan suatu pelimpahan wewenang kepada bawahan dimana tanggung jawab tidak berpindah kepada mandataris melainkan tanggung jawab tetap berada di tangan pemberi mandat.39

Berkaitan dengan teori kewenangan yang tersebut diatas, Dewan Kehormatan Notaris mendapatkan mandat dari Organisasi Notaris yaitu Ikatan Notaris Indonesia dan Majelis Pengawas Notaris mendapatkan mandat dari

35Iwan Budisantoso, Tanggung Jawab Profesi Notaris dalam Menjalankan dan

Menegakkan Hukum Di Indonesia, Kompasiana,

https://www.kompasiana.com/2608/55009389813311501afa7857/tanggung-jawab-profesi-notaris-dalam-menjalankan-dan-menegakkan-hukum-di-indonesia , diakses pada tanggal 26 November 2018 pukul 04.13.

36Salim HS & Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2017, h. 193.

37Ibid., h.195.

38Ibid, h.194.

39Ibid, h.196.

Undang-Undang sehingga Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris dapat menjalankan kewenangannya dalam hal pelaksanaan dan pembinaan Notaris serta dalam pemberian sanksi atas pelanggaran kode etik.

Notaris dibina, diawasi dan diberi sanksi oleh Dewan Kehormatan Notaris dan Majelis Pengawas Notaris yang telah ditugaskan oleh Undang-Undang Jabatan Notaris dan Kode Etik Notaris. Pengawasan dan Pembinaan dilakukan oleh kedua lembaga tersebut berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris, Kode Etik Notaris dan juga peraturan pelaksana lainnya. Dalam hal pengusulan pemecatan atau pemberhentian dengan tidak hormat kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, kedua lembaga tersebut juga mempunyai kewenangan untuk melakukannya. Agar tidak terjadi ketimpangan, harus diperjelas mengenai aturan tersebut. Sehingga kewenangannya sah diberikan dalam undang-undang maupun peraturan pelaksana lainnya dalam hal penegakan hukum khususnya mengenai pengusulan pemecatan Notaris berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik Notaris.

2. Kerangka Konsepsi

Konsepsi adalah bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menggabungkan teori dengan observasi, antara abstrak dan kenyataan. Menurut Burhan Ashshofa, suatu konsep merupakan abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari jumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu.40 Berikut ini diuraikan beberapa konsep, defenisi atau pengertian yang dijumpai dalam tesis ini, yaitu:

40 Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996, h.19.

a). Sinergitas

Sinergitas adalah kegiatan gabungan atau kerjasama yang dilakukan guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal dengan terhubung oleh beberapa peran yang berbeda namun terkait didalamnya. Oleh karena itu seluruh komponen masyarakat dan pemerintah diharapkan bersinergi agar tercapainya kesejahteraan masyarakat.41

b). Notaris

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Jabatan Notaris atau berdasarkan Undang-Undang-Undang-Undang lainnya.42

c). Dewan Kehormatan Notaris

Dewan Kehormatan Notaris yaitu alat perlengkapan Perkumpulan yang dibentuk dan berfungsi menegakkan Kode Etik, harkat dan martabat Notaris, yang bersifat mandiri dan bebas dari keberpihakan, dalam menjalankan tugas dan kewenangannya dalam Perkumpulan.43

41Annisa Fadia Nizatama, Sinergitas Pembangunan Pariwisata (Studi Kasus di Teluk Kiluan tahun 2014), Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2015, h.7,8.

42Pasal 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

43 Pasal 1 ayat (8) Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia Banten tahun 2015.

d). Majelis Pengawas Notaris

Majelis Pengawas Notaris adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris.44

e). Sanksi

Menurut Black’s Law Dictionary, sanction (sanksi) adalah “A penalty or coercive measure that results from failure to comply with a law, rule, or order (a sanction for dictionary abuse)” atau sebuah hukuman atau tindakan

memaksa yang dihasilkan dari kegagalan untuk mematuhi undang-undang, peraturan, atau perintah.45

f). Pelanggaran

Pelanggaran adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh anggota Perkumpulan yang bertentangan dengan Kode Etik dan/atau Disiplin Organisasi, orang lain yang memangku dan menjalankan jabatan Notaris yang bertentangan dengan ketentuan Kode Etik.46

g). Kode Etik

Kode Etik adalah norma dan asas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku.47

44 Pasal 1 angka (6) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

45Samsul Ramli dan Fahrurrazi, Bacaan Wajib Swakelola Pengadaan Barang/Jasa, Visimedia Pustaka, Jakarta, 2014, h. 191.

46 Pasal 1 ayat (9) Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia di Banten tahun 2015.

47 Wildan Suyuthi Mustofa, Kode Etik Hakim, Kencana, Jakarta, 2013, h.6.

h). Kode Etik Notaris

Kode Etik Notaris adalah kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia berdasarkan Keputusan Kongres Perkumpulan dan/atau yang ditentukan oleh dan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota Perkumpulan dan semua orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, termasuk di dalamnya para Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti pada saat menjalankan jabatan.48

G. Metode Penelitian

Dalam pengumpulan data dan informasi untuk penulisan tesis ini, telah dikumpulkan data-data yang diperlukan untuk dapat mendukung penulisan tesis ini dan hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Dalam penulisan tesis ini, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.49 Penelitian yuridis normatif dilakukan dengan 2 (dua) tahap. Tahap pertama penelitian yuridis normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum objektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan

48 Pasal 1 ayat (2) Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia di Banten tahun 2015.

49Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, 2001, h. 13-14.

penelitian terhadap suatu masalah hukum dan tahap kedua penelitian ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan kewajiban).50

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, maka hasil penelitian ini nantinya akan bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang berlangsung yang tujuannya agar dapat memberikan data mengenai objek penelitian, sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 51 Deskriptif penelitian ini, terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini, maka hasil penelitian ini nantinya akan bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang berlangsung yang tujuannya agar dapat memberikan data mengenai objek penelitian, sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 51 Deskriptif penelitian ini, terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan

Dokumen terkait