BAB III PEMBAHASAN
A. Pola Pengasuhan Dalam Membina Prilaku Anak Broken
1. Pola Penilaian Awa
pola asuh dengan cara penilaian awal merupakan pendekatan orang tua kepada anak untuk menilai dan memahami karakter anak sehingga dapat memudahkan dalam mengasuh. Dalam pengasuhan anak tidak boleh sembarangan karana dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak, anak akan tumbuh menjadi apa yang telah mereka dapatkan.
Dalam pandangan Harlock (1996) bahwa perlakuan orang tua terhadap anak akan mempengaruhi sikap anak dan prilakunya. Sikap orang tua sangat menentukan hubungan keluarga sebab sekali hubungan terbentuk cenderung bertahan. Hendaknya orang tua juga bisa memahamianak dengan baik dan mengenali sikap dan
83 Padjri, Pola Asuh Anak dalam Perspektif Pendidikan Islam, (Jurnal, Intelektualita Volume 5, Nomor 1, Juni 2016), hlm. 5
bakatnya, mengembangkan dan membina kepribadinya tampa memaksakan menjadi orang lain. 84
Sebagai orang tua harus mengenal serta memahami terlebih dulu karakter anak, mendekati sehingga dapat memudahkan dalam proses pengasuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh pengasuh Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram yaitu dengan melakukan penilaian, memahami karakter serta mendekati anak asuh sehingga memudahkanya dalam mengasuh dan mendidik mereka.
Selain itu pengasuh juga melakukan pendekatan untuk mencari tau masalah yang dihadapi anak asuhnya kemudian memberikan solusi, serta motivasi. Dengan demikian proses interaksi antara orang tua dan anak akan terbangun.
Dalam hal ini juga orang tua harus berusah untuk selalu berintraksi dengan anak, yang harus dilakukan yakni dengan berinteraksi sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan anak. Dengan demikian anak akan mudah membicarakan masalah yang sedang dihadapinya serata hal-hal apapun yang ingin mereka sampaikan.
Interaksi antara anak dan orang tua sangat penting, karena bisa dilihat sejauh mana orang tua berinteraksi dengan anak, serta bagaimana orang tua melakukan interaksi dengan anak. Ada beberapa pola interaksi perilaku dalam keluarga menurut Sirkumpleks, sebagai berikut: Kedekatan Keluarga (Famaly Cohesion). Menurut Olson dalam bukunya Seto, terdapat beberapa aspek yang dijadikan tolak ukur dalam menilai kedekatan keluarga : Adaptabilitas keluarga (Family Adaptability), Komunikasi (Communication)85
84 Al Tridonanto, Beranda Agency, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis, (Jakarta, PT Alex Media Kompu Tindo, 2014), hlm. 3
85 Handi Wijaya Parinduri, Siti Zubaidah, Candra Wijaya, Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dan Interaksi Sosial Terhadap Kemandirian Anak
Dengan adanya intraksi yang baik anatara anak dengan orang tua maka akan terbangun sebuah kedekatan.
Berdasarkan data diatas pengasuh panti asuhan juga membangun intraksi dengan komunikasi yang yang baik dengan anak, agar membangun kedekatan sehingga memmudakan dalam membina dan mendidiknya.
2. Pola asuh dengan cara demokratis
Dari data hasil wawancara di atas Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram menerapkan pola asuh demokratis yaitu dengan memberikan kebebasan anak dalam memilih apa yang diinginkan sesuai dengan keinginan, sesuai dengan minat dan bakatnya tetapi tidak lepas dari bimbingan, kontrol dan aturan yang tidak mutlak.
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memperioritaskan kepentingan anak, tetapi tidak ragu mengendalikan mereka. Pola asuh demokratis ditandai dengan sikap terbukaantara orang tua dengan anak.86
Menurut Dariyo sebagaimana yang dikutip oleh Isni Agustiawati Pola asuh demokratis merupakan suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak, orang tua memberikan bimbingan yang penuh pengertian kepada anak.87
Pola asuh ini memberikan kebebasan kepada anak untuk mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya dengan tidak melewati batas-batas atau Muslim Di Kelurahan Silalas Lingkungan Vii Kecamatan Medan Barat Kota Medan, (Jurnal, Edu Riligia: Vol. 1 No. 4 Oktober-Desember 2017), hlm. 6
86 Majelis Yanti Putri, Pola Asuh Anak di Panti Asuhan Studi Kasus Panti Asuhan Yatim Miskin Muhamadiyah Kurai Taji Kecematan Pariaman Selatan, (Skripsi, Pendidikan Sosiologi, STIKIP Sumatra Barat, 2016), hlm. 6
87 Isni Agustia Wati, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata PeLAJARAN Akutansi Kelas XI IPS Di SMA Negeri 2 Bandung (Sripsi, Program Pendidikan Akutansi, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia, 2014), hlm. 15
aturan-aturan yang telah ditetapkan orang tua. Selain itu juga pola pengasuhan ini dilakukan agar anak mampu mengembaangkan dirinya, daya inisiatif dan kreativitasnya lebih meningkat, bertanggung jawab, memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Pola asuh demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap saling terbuka antara orang tua dan anak.
Mereka membuat semacam aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.88
pola asuh ini yang diterapkan kepada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan anak secara rasional dengan mengedepankan kasih sayang dan perhatian. Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap saling terbuka antara orang tua dan anak. Pola asuh demokratis menghasilkan karakteristik yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi masalah, bertanggung jawab atas keselaha yang diperbuat, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, percaya terhadap kemampuan dirinya.
Sistem pola asuh demokratis menghargai dan menghormati perbedaan sehingga setiap orang dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian, sistem pola asuh demokratis akan mendorong setiap anak untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas mereka.
cara yang dilakukan dalam pengasuhan demokratis sebagaimana yang dijelaskan dalam data diatas yaitu memberikan kebeasan terhadap anak, lebih mementingkan
88 Ahmad Imam Muhadi, Hubungan Pola Asuh Demokratis Terhadap Kemandirian Anak Di Taman Kanak –Kanak El-Hijaa Tambak Sari Surabaya (Jurnal, Pendidikan Islam, Volume 4, Nomor 1, 2015), hlm. 6
kepentingan anak, memberikan kepercayaan, respek terhadap anak, terbuka.
Adapun ciri-ciri pola asuh demokratis ialah
1. Anak diberikan kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal.
2. Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
3. Menerapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. Saat orang tua menggunakan hukuman fisik dan diberikan ketika seorang anak melakukan kesalahan, terbukti anak secara sadar menolak dan melakukan apa yang telah disetujui bersama, sehingga lebih bersikap edukatif.
4. Memprioritaskan kepentingan anak, namun tidak ragu-ragu mengendalikan dan membimbing mereka.
5. Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan dan melampaui kemampuan anak.
6. Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan.
7. Pendekatan kepada anak bersifat hangat.89
Dari ciri-ciri tersebut dan berdasarkan data dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pola pengasuhan demokratis ialah diberikan kesempatan pada anak untuk madiri tidak bergantung pada orang tua, mampu menyelesaikan masalah, dapat mengambil keputusan, orang tua lebih mementingkan kepentingan anak serta lebih mengutamakan dididikan dari pada hukuman.
Selain itu, pola pengasuhan yang dilakukan dengan cara ini yaitu dengan memberikan teladan dan contoh yang baik sebagaimana yang telah dijelaskan dalam data
89 Ibid. hlm. 6
di atas. Selain memberikan kebebasan dalam serta bimbingan kepada anak-asuh pengasuh juga memberikan teladan yang baik, karena anak juga akan mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Dalam hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Quran Surah Al-Ahzab:21
َو َْٕيْنا َٔ َ هاللّٰ إُج ْشَي ٌَاَك ًٍَِّْن ٌتََُسَح ٌة َْٕسُا ِ هاللّٰ ِل ُْٕس َس ْيِف ْىُكَن ٌَاَك ْذَقَن اًشْيِثَك َ هاللّٰ َشَكَر َٔ َش ِخٰ ْلَّا
Sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.90
Sikap keteladanan sangat penting karana dalam mendidik anak tidak cukup dengan kata-kata saja, anak perlu ditopang dengan perbuatan atau sikap yang nyata, karena anak juga akan melakukan apa yang dilakukan oleh orang tuanya, sehingga orang tua harus memberikan teladan yang baik. Selain itu juga anak dibimbing dengan nasehat yang baik, anak diberikan kasih sayang yang hangat sehingga hubungan antara anak dengan orang tua terjalain dengan baik dan anak mendapatkan kasih sayang yang hangat.
Berdasarkan data hasil wawancara dengan pengasuh Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram pola pengasuhan secara demokratis yang dilakukan yaitu memberikan kebebasan pada anak asuh untuk melakukan hal-hal yang mereka inginkan yang sesuai dengan minat dan bakanya, tetapi kebebasan yang diberikan tidak lepas dari kontrol dan bimbingan dari pengasuh. Dalam pemberian kebebasan dalam milih apa yang mereka inginkan ialah untuk meningkatkan kreativitas, anak lebih madiri,
90 Quran Surah Al-Ahzab:21
percaya diri, dapat mengontrol diri, dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, serta tanggung jawab. Dalam membangun hubungan yang baik antara anak dengan orang tua pengasuh melakukan komunikasi yang aktif, saling terbuka, memberikan kehangatan kasih sayang.
Selain itu sebagai pengasuh memberikan contoh yang baik atau memberikan teladan yang baik, karena sifat anak akan mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tua mereka.
3. Pola dengan cara tegas
Pola asuh yang dilakukan dengan cara tegas bukan berarti anak tidak mendapatkan kebebasan, tidak mendapatkan kasih sayang malainka penegasan terhadap kelalaian anak terhadap kewajibannya. Seperti yang telah dijelaskan dalam data diatas bahwa pengasuhan secara tegas dilakukan kepada anak yang sering lalai dan menyalah gunakan kebebasan dan kepercayaan yang diberikan pengasuh. Sehingga pengasuh harus melakukan pengasuhan secara tegas agar anak dapat tumbuh sesuai dengan norma agama dan masyarakat. Dalam hal ini ditegaskan dalam hadis Rosulullah SAW :
ىكَدلَّٔأ أ ُشُي ، ٍَيُِِس ِعْبَس ُءاَُْبَأ ىْٔ ِةلَصناب
يف ْىَُُْٓيَب إُق ِّشَفٔ ، ٍشْشَع ُءاَُْبَأ ىْٔ ،آيهعًُُْْٕب ِشْضأ
ع ِجاَضًَنا
Perintahkanlah anak kalian untuk mengerjakan shalat jika sudah sampai usia tujuh tahun, dan apabila telah berusia sepuluh tahun, pukulah ia jika sampai mengabaikannya.91
Dalam melakukan pengasuhan anak harus dilakukan dengan tegas ketika anak sudah lalai akan kewajibannya, hal
91 Mutiara Diana Wati, Pola Asuh Anak Pada Panti Asuhan Budi Utomo Perspektif Hadhanah Dalam Hukum Keluarga Islam ( Skripsi, Syariah, Institut Agama Islam Negeri (Iain) Metro, 2019), hlm. 13
ini agar anak tidak lalai dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, selain itu dengan adanya didikan yang tegas dan hukuman dapat mengajarkan ketaatan dan kedisiplinan, sehingga anak dapat bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
Dalam pengasuhan ini orang tua tetap memberikan kebebasan, kepercayaan, tetap membangun komunikasi yang baik dengan anak, memberikan kasih sayang, akan tetapi orang tua tidak segan memberikan sanksi ketikan anak sudah melanggar dan lalai dalam menjalankan kewajibanya.
Menurut Paul Hauck orang tua tidak ragu untuk membicarakan dengan anak-anak mereka tindakan yang mereka tidak setujui. Namun dalam melakukan ini mereka membuat suatu batasan hanya memusatkan selalu pada tindakan itu sendiri.92
Pengajaran ketaatan dan kedisiplinan alakah baiknya dilakukan terlebi dahulu dengan cara-cara yang lembut dan penuh kasih sayang dan diberikan keteladanan sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya. Namun mendidik anak dengan kasih sayang bukan berarti meniadan hukuman atau didikan yang tegas terhadap prilaku anak yang salah, hukuman dilakukan dengan batasan tertentu dan tidak sewenang- wenang.
Seorang anak perlu mendapatkan bimbingan tentang apa yang dia perbuat dan apa yang dia katakan. Jika dalam perkembangannya, anak terlihat menyimpang maka sebagai pendidik dan orang tua sewajarnya untuk menegur. Jika teguran yang diberikan tidak diindahkan dan anak mengulangi kembali perbuatannya maka sewajarnya diberlakukan sanksi yang sewajarnya tampa harus melukai.
Adriano Rusfi, Psi, dalam bukunya Smart Parenting (2019) menjelaskan bahwa menghadapi relaita
92 Muslim, Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kecertdasan Anak (Jurnal, Dosen pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Vol. 1, No. 1, Maret 2015), hlm. 87
kehidupan anak maka diperlukan pendidikan yang berani dan tegas. Orang tua dan pendidik harus mampu menghadirkan si
“Raja Tega” dalam menerapkan aturan agama. Hal ini dimaksudkan agar tertanam penguatan karakter pada diri anak tersebut.93
Dari data hasil wawancara dengan pengasuh Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram pola pengasuhan secara tegas dilakukan dengan dengan memberikan kebebasan terhadap anak, memberikan kasih sayang, memberikan kepercayaan akan tetapi ketika anak sudah melampau batasan pengasuh tidak segan dalam memberikan sanksi. Hal ini dilakukan agar anak tidak berbuat semena-mena, mencegah perbuatan negatif, sehingga melakukan sesuatu yang mereka inginkan mereka tau batasan, mereka dapat bertanggung jawab, disiplin dan lain sebaginya.
B. Peran Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram dalam