• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran panti asuhan nahdatul wathan - etheses UIN Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "peran panti asuhan nahdatul wathan - etheses UIN Mataram"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PANTI ASUHAN NAHDATUL WATHAN MATARAM DALAM MEMBINA PRILAKU ANAK BROKEN

HOME

Oleh Mita Sayuti

170202087

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022

(2)

PERAN PANTI ASUHAN NAHDATUL WATHAN MATARAM DALAM MEMBINA PRILAKU ANAK BROKEN

HOME

SKIRIPSI

Diajukan kepada Universita Islam Negeri Matarm

untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum

Oleh Mita Sayuti

170202087

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Mita Sayuti, Nim:170202087 dengan judul “Peran Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram Dalam Membina Prilaku Anak Broken home” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal, 28 September 2021

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Khairul Hamim, MA Imron Hadi, S.HI., M. HI NIP:197703222005011003 NIP/NIDN:2021078303

(4)

NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, 28 September 2021 Hal: Ujian Skripsi

Yang Terhormat

Dekan Fakultas Syariah Di Mataram

Assalamualaikum, Wr, Wb.

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami berpendapatbahwa skripsi saudara:

Nama Mahasiswa : Mita Sayuti

Nim : 170202087

Jurusan/Prodi : Hukum Keluarga Islam Judul : Peran Panti Asuhan Nahdatul

Wathan Mataram Dalam Membina Prilaku Anak Broken home

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam siding Munaqasyah skripsi Fakultas Syariah UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera di Munaqasyah-kan

Wasalamualaikam, Wr, Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Khairul Hamim, MA Imron Hadi, S.HI., M. HI NIP:197703222005011003 NIP/NIDN: 2021078303

(5)
(6)

MOTO

َِِّا َش ِّصَُُي َٔ َِِّاَدَُِّٕٓي ُِا ََٕبَأَف ِة َشْطِفْنا ىَهَع ُذَنُٕي الَِّإ ٍدُٕن َْٕي ٍِْي اَي َِِّاَس ِّجًَُي َٔ

Setiap anak lahir dalam keadaan suci, orang tuanyalah yang menjadikan dia yahudi, nasrani, atau majusi. (HR. Ahmad,

Thabrani, Baihaqi).

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan untuk kedua orang tuaku dan Almamaterku.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan karunianya, dan hidayahnya, serta sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Juga kepada keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram Dalam Prilaku Anak Broken home”. Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) fakultas syari’ah program studi hukum Keluarga Islam.

Penulis menyadari berbagai pihak telah banyak berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam proses penyusunannya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut:

1. Bapak Dr. Khairul Hamim, MA. dan Bapak Imron Hadi, S.HI, M.HI. selaku dosen pembimbing I dan II yang selalu memberikan pengarahan dan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini serta telah meluangkan waktu dan pikiran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik 2. Ibu Hj. Ani Wafiroh, M. Ag, dan Ibu Nisfawati Laili

Jalilah, M.H sebagai penguji yang telah memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini.

3. Hj. Ani Wafiroh, M. Ag. selaku ketua program studi Hukum Keluarga Islam Fakultas syariah;

4. Dr. Muh. Asyiq Amrulloh, M.Ag. selaku dekan fakultas syaria’ah UIN Mataram;

5. Bapak Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram;

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram yang telah memberikan ilmu kepada peneliti serta seluruh staf akademik yang

(9)

membantu penyusunan untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini

7. Ketua dan pengurus Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram yang menerima peneliti untuk melakukan penelitian, dan memberikan data-data yang dibutuhkan peneliti.

8. Kedua orang tauku Ibu Salihah dan Bapak Nasrudin, yang selalu memberikan doa, semangat serta kasih sayang yang tiada ternilai baik moril maupun materil, tampa keduanya penulis bukanlah apa apa.

9. kakakku Munawarman dan Harfi (Almarhum), kaka iparku Friani Ayumentari dan Suci Indah Septiani, adikku Annisa, Dinul Haq, Abdullah, serta keponakanku Neneng Putri Pandita dan Aisyah Faqihatun Nisa. Yang selalu mendoakan, mendukung, dan yang selalu memberikan semangat.

10. Kedua saudara terdekatku Desi Rahma Wati dan Leni Karlina yang selalu mendoakan, dan yang selalu memberikan dorongan dan semangat.

11. Teman-teman seperjuangan HKI/C angkatan 2017 yang selalu memberikan doa dan dukungan.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini adalah jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Dan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Mataram, 28 September 2021

Mita Sayuti 170202087

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ... v

HALAMAN MOTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Ruang Lingkup dan Setting ... 5

E. Kajian Pustaka ... 6

F. Kerangka Teori ... 9

G. Metode Penelitian ... 14

H. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 21

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian2 ... 21

1. Sejarah Profil Apnti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram ... 21

2. Jenis Kegiatan Sosial ... 23

(11)

3. Visi Misi ... 24

4. Tujuan ... 24

5. Jumlah Anak Asuh ... 24

6. Identitas Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram 26 7. Keadaan Fisik Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram ... 27

B. Pola Pengasuhan Dalam Membina Prilaku Anak Broken Home Di Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram ... 29

1. Pola Penilaian Awal ... 32

2. Pola Pengasuhan Secara Demokratis ... 33

3. Pola Pengasuhan Secara Tegas ... 37

C. Peran Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram Dalam Membina Prilaku Anak Broken Home ... 40

1. Memberikan Perhatian Dan Kasih Sayang ... 41

2. Memberikan Nasehat Motivasi Dan Semangat ... 41

3. Memberikan Pembinaan ... 42

4. Memberikan Pendidikan ... 45

BAB III PEMBAHASAN ... 47

A. Pola Pengasuhan Dalam Membina Prilaku Anak Broken Home Di Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram ... 47

1. Pola Penilaian Awa ... 49

2. Pola Pengasuhan Secara Demokratis ... 51

3. Pola Pengasuhan Secara Tegas ... 55

B.Peran Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram Dalam Membina Prilaku Anak Broken Home ... 57

1. Memberikan Perhatian Dan Kasih Sayang ... 58

2. Memberikan Nasehat Motivasi Dan Semangat ... 59

3. Memberikan Pembinaan ... 60

4. Memberikan Pendidikan ... 64

BAB IV PENUTUP ... 67

A. KESIMPULAN ... 67

B. SARAN ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(12)

LAMPIRAN ... 73

(13)

PERAN PANTI ASUHAN NAHDATUL WATHAN MATARAM DALAM MEMBINA PRILAKU ANAK BROKEN

HOME Oleh : Mita Sayuti

170202087 ABSTRAK

Pembinaan anak merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh orang tua dalam mengubah anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Pada dasarnya pengasuhan dan pembinaa anak dilakukan oleh orang tua atau keluarga terdekat, namun kenyataannya di masyarakat bahwa tidak semua anak mendapatkan pengasuhan dari orang tuanya sendiri dikarenakan beberapa faktor salah satunya keluarga yang berantakan atau keluarga yang broken home, sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi. Namun di Indonesia sebagai alternatif pengganti orang tua yaitu dengan adanya panti asuhan. Hal ini membuat yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti judul Peran Panti Asuhan Dalam Membinaa Prilaku Anka Broken Home di Panti Asuhan Nadatul Wathan Mataram .

Dari penelitian ini peneliti merumuskan dua masalah yaitu bagaimana pola pengasuhan dalam membina prilaku anak broken home di Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram dan bagaimana peran panti asuhan dalam membina prilaku anak broken home di Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram. Peneliti menggunakametode kualitatif dan jenis penelitian pengamatan lapangan, tehnik pengumpulan data menggunakan tehanik observasi, wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian, maka peneliti memperoleh data (1) pola pengasuhan dalam membina prilaku anak broken home di Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram yaitu ada tidak cara yang pertama penilaian awal, demokratis, dan pengasuhan secara tegas.

(2) peran panti asuhan dalam membina prilaku anak broken home di Panti Asuhan Nahdatul Wathan mataram yaitu memberikan kasih

(14)

sayang, semangat, motivasi, nasehat, memberikan pembinaan baik pembinaan secara spritual maupun pembinaa keterampilan, memberikan pendidikan.

KATA KUNCI : Peran Panti Asuhan, Pola Asuh, Prilaku, Anak Broken Home

(15)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah generasi penerus bangsa yang akan sangat menentukan nasib dan masa depan bangsa secara keseluruhan dimasa yang akan datang. anak harus dijaminn hak hidupnya, untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah dan kodratnya. Oleh karena itu segala bentuk perlakuan mengganggu dan merusak hak-hak anak dalam berbagai bentuk kekerasan, deskriminasi dan eksploitasi yang tidak berprikemanusiaan harus dihapus tanpa kecuali. 1 Selain itu setiap orang tua harus memberikan asupan makanan terutama makanan halal serta mendidik yang sesuai dengan usianya dan tentunya mengarah pada pembentukan ahlaknya. Dalam QS.An-Nisa :9 juga menjelaskan:

ا ُْٕفاَخ اًفٰع ِض ًتاي ِّسُر ْىِِٓفْهَخ ٍِْي ا ُْٕك َشَت َْٕن ٍَْيِزانا َشْخَيْن َٔ

ا ُْٕن ُْٕقَيْن َٔ َ هاللّٰ إُقاتَيْهَف ْْۖىِْٓيَهَع ًذْيِذَس ًلَّ َْٕق

ا

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir (terhadap kesejahteraannya). Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan berbicara dengan tutur kata yang benar.(QS.An- Nisa:9)2

Dari ayat tersebut diperintahkan agar orang tua memiliki rasa kwatir meninggalkan anak keturunanya yang

1Tri Wulandari, Skripsi Dinamika Psikologi Siswa Korban Broken Home, (Unversitas Yogyakarta; 2016), hlm .8

2 Halimah, Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Untuk Wanita, Penerbit Marwah, Bandung 2009.

(16)

lemah. Lemah dalam hal fisik, psikis, ekonomi, kesehatan, intelktual, moral dan lain sebagainya. Ayat ini mengandung pesan agar orang tua melindungi anak bahkan yang belum lahir sekalipun, sehingga anak nanti lahir tidak dalam keadaan tidak sehat, tidak cerdas, kurang gizi, dan terlantar dan tidak terpelihara.3

Dalam Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perlindunga anak sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 “Segala kegiatan yang menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal, sesuai dengan harkat martabat kemanusiaa, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan deskriminasi.”4

Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 45 ayat 1 menjelaskan “kedua orang tua wajib memilihara dan mendidik anak-anak mereka sebagik-baiknya”.5 dari penjelasan tersebut mewajibkan orang tua untuk memilihara, mengasuh dan memenuhi segala kebutuhan pokok anak.

Demikian yang dijelaskan dalam Al-qur’an, Undang- Undang dan KHI orang tua memiliki kewajiban dalam mengasuh, merawat serta mendidik anaknya. Namun dalam masyarakat biasanya tidak semua orang tua menjalankan kewajibanya dalam mengasuh anak dikarnakan beberapa faktor misalnya keluarga yang broken home atau tidak harmonis. Keluarga yang tidak harmonis biasanya dapat mempengaruhi kondisi dan perkembangan anak.

Keluarga broken home merupakan kondisi saat keluarga mengalami perpecahan dan terputusnya struktur dan

3 Perlindungan anak menurut Hukum Islam Dan Undang-undang, hlm. 9

4 Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Citra Umbara, Bandung:2019. hlm. 56

5 Ibid. hlm. 91

(17)

peran anggota keluarga yang gagal menjalankan kewajiban dari peran mereka.6

Setiap anak memiliki hak untuk diasuh oleh orang tuanya, namun faktanya banyak anak yang tidak diasuh langsung oleh orang tuanya karna beberapa faktor. Di Indonesia sebagai pengganti orang tua untuk mengasuh anak adalah panti asuhan.

Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram adalah salah satu lembaga yang membina, mendidik, merawat dan memenuhi kebutuhan anak-anak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal bersam keluarga yaitu anak yatim, terlantar, dan broken home. Di panti asuhan ini anak asuh akan diasuh oleh pengasuh sebagai pengganti orang tua, dalam mengasuh, menjaga, dan memberikan bimbingan sehingga dapat mengangkat harkat martabat serta mencerdaskan dalam mengantarkan masa depan yang lebih cerah atau lebih baik.

Anak yang berada di Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram berjumlah 144 orang terdiri dari 109 orang laki-laki dan 35 orang perempuan, meraka mempunyai latar belakang yang berbeda-beda seperti anak yatim, yatim piatu, terlantar dan broken home. Anak broken home berjumlah 26 orang dengan jumlah anak laki-laki 19 orang dan anak perempuan 7 orang.7 Keberagamanan latar belakang anak yang di asuh di Panti Asuhan tersebut, sehingga menuntut Panti Asuhan untuk lebih cermat dan lebih memperhatikan pola pangasuhan dalam mengasuh anak.

Anak yang dari keluarga broken home ada mengalami tekanan batin, tidak patuh, tidak sopan, malas belajar, dan lain sebagainya. Selain itu hak-hak anak juga tidak terpenuhi misalnya kebutuhan fisik seperti makan, minum, fasilitas

6 Asni Harismi, https://www.sehatq.com/artikel/memahami-broken-home- dan-dampaknya-bagi-anak, 13 Oktober 2013

7 Muhammad Wahyu, (Pengasuh Panti Asuhan), Mataram, (26 Maret 2020)

(18)

yang layak dan kebutuhan psikis seperti kebutuhan kasih sayang, pendidikan, dan lain sebagainya, hak-hak tersebut tidak terpenuhi dikarenakan orang tua tidak lagi peduli dengan anaknya. Selain itu ada beberapa anak yang keluarganya broken home namun tidak terpengaruh dengan keadaanya ia tetap melampiaskannya pada hal-hal yang positif.

Panti Asuhan sebagai pengganti orang tua bagai anak asuhnya membina, membimbing anak asuh kearah yang lebih baik sehingga anak tampak berubah menjadi lebih baik.

Selain itu juga anak asuh yang tidak mendapatkan hak- haknya sebagai seorang anak di Panti Asuhan terpenuhi semua.

Berdasarkan urain latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti terkait dengan judul ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola pengasuhan anak broken home dalam membina Prilaku di Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram?

2. Bagaimana peran Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram dalam membina Prilaku anak broken home?

C. Tujuan dan Manfaat

Dalam penggarapan peneliatan ini, peneliti memiliki tujuan dan peneliti berharap dapat memberikan manfaat yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tujuan

a. Untuk mengetahui pola pembinaan anak broken home dalam membina prilaku di Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram

b. Untuk mengetahui peran Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram dalam membina prilaku anak broken home.

2. Manfaat

a. Manfaat Teoritis

(19)

1) secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan ketajaman analisis yang terkait peran Panti Asuhan dalam membina prilaku anak broken home di Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram

2) penelitian diharapkan dapat memberikan wacana ilmu untuk kepentingan akademik khususnya jurusan Hukum Keluarga Islam

b. Manfaat praktis

1) sebagai bahan referensi bagi akademik khususnya jurusan Hukum Keluarga Islam

2) sebagai bahan referensi dan evaluasi bagi pengurus dan pengasuh sehingga selalu memberikan yang terbaik untuk anak asuhnya.

D. Ruang Lingkup dan Setting 1. Ruang Lingkup

peneliti memfokuskan meneliti tentang Peran Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram dalam Membina Prilaku Anak Broken Home

2. Setting Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian dan rumusan permasalahan, maka penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Nahdatul Wathan Kecematan Mataram, Kota Mataram. Adapun alasan peneliti dalam mengambil lokasi tersebut ialah :

a. Penelitian ini sangat penting karena dapat memberikan ilmu dan informasi bagi peneliti, masyarakat lebih khususnya keluarga dalam mengasuh anak

b. Memberikan pengetahuan terkait dampak negatif bagi anak yang memiliki masalah keluarga (broken home) yang tidak dibinan dan tidak terpenuhi haknya sebagai seorang anak.

(20)

E. Telaah Pustaka

1. Puspita Sari, Pola Pengasuhan Anak Keluarga broken home dalam proses perkembangan anak.8 Dalam skripsi memaparkan bahwa pengaruh pola asuh keluarga broken home terhadap perkembangan anak, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) perkembangan fisik: pola asuh otoriter akan mengakibatkan perkembangan fisik anak cenderung kekurangan nutrisi dan menurunnya kesehatan dikarenakan stres akibat tekanan dari orang tua. Pada pola asuh demokrasi perkembangan fisik anak juga mengalami kendala karena kurangnya asupan nutrisi dengan baik. Pola asuh permisif dalam perkembangan fisik, selain anak kekurangan nutrisi anak terlihat kurang akan kebersihannya, hal ini dikarenakan orang tua yang cenderung cuek terhadap kondisi anak. 2) perkembangan psikis: pola asuh otoriter akan mengakibatkan perkembangan psikis anak menjadi introvet dan membentuk mind set belum bisa bertanggung jawab.

Pola asuh demokrasi akan mengakibatkan perkembangan psikis anak menjadi mandiri, bertanggung jawab, dan percaya diri. Pola asuh permisif akan mengakibatkan perkembangan psikis anak menjadi anak yang nakal, anak menjadi susah diatur, dan tidak mempunyai tujuan hidup. 3) perkembangan sosial: pola asuh otoriter akan mengakibatkan perkembangan sosial anak mengalami kendala dalam bersosialisasi. Pola asuh demokrasi akan mengakibatkan perkembangan sosial anak menjadi mampu untuk bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan. Pola asuh permisif akan mengakibatkan perkembangan sosial anak menjadi mampu bersosialisasi

8 Puspita Sari, Pola Pengasuhan Anak Keluarga Broken Home Dalam Perkembangan Anak Desa Sumberejo, Keematan Medium Kbupaten Medium, (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2014)

(21)

dengan baik tetapi belum bisa menerapkan arti tanggung jawab.

Dalam skripsi tersebut terdapat persamaan dan perbedaan dengan peneliti. Adapun persamaanya yaitu sama-sama membahas tentang pola pengasuhan anak broken home sedangkan perbedaanya yaitu skripsi ini membahaspola pangasuhan anak yang broken home yang diasuh oleh orang tua dari anak tersebut. Sedangkan peneliti membahasa pola asuh anak broken home yang diasuh oleh orang tua asuh di panti Asuhan. Adapun titik fokus yang dibahas dalam skipsi tersebut ialah pola asuh anak roken home secara umum. Sedangkan titik fokus yang dibahas dalam skripsi peneliti ialah peran panti asuhan dan pola asuh yang digunakan dalam mengasuh anak broken home yang ditinjau dari hokum keluarga islam.

2. Luluk Surya Ningsih, Analisi Pola Pengasuhan Anak Keluarga Broken home di Dusun Teluk Kecematan Sambas.9 Dalam skripsi ini membahas bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dari keluarga broken home berbeda-beda. Pola asuh yang diterapkan pada keluarga broken home di dusun teluk durian terdiri dari 3 bentuk pola asuh yaitu pola asuh otoriter, demokratis, dan permisif.

Pola asuh anak otoriter yang di terapkan pada keluarga keluarga broken home di Dusun Teluk Durian adalah dengan cara mengekang dan menentukan aturan.

Orangtua mengekang anak untuk bergaul. Sedangkan cara menentukan aturan dilakukan orangtua di rumah dalam berinteraksi dengan anak. Pola asuh demokratis yang diterapkan keluarga broken home di Dusun Teluk

9 Luluk Surya Ningsih, Analisi Pola Pengasuhan Anak Keluarga Broken Home di Dusun Teluk Kecematan Sambas (Jurnal, Sosiologi, Volume 9, Nomor 9, 2020)

(22)

durian adalah dengan cara bebas berpendapat. Bebas berpendapat dilakukan orangtua terhadap anaknya dengan cara melibatkan anak dalam membuat keputusan untuk kepentingan bersama yang bersifat hangat. Pola asuh permisif yang diterapkan keluarga broken home di Dusun Teluk Durian adalah kurang perhatian. Kurang perhatian orangtua dibuktikan ketidak pedulian ibu terhadap pergaulan anak dan kebutuhan anak.

Dalam skripsi tersebut terdapat persamaan dan perbedaan dengan peneliti. Adapun persamaanya yaitu sama-sama membahas tentang pola asuh anak broken home. Sedangkan perbedaaannya yaitu skripsi tersebut memebhas pola pengasuhan anak broken home yang dilakukan oleh orang dari anak tersebut, sedangkan skripsi peneliti membahas pola pengasuhan anak broken home yang di asuh oleh orang tua asuh di Panti Asuhan.

3. Majlis Yanti Putri, Pola Asuh Anak di Panti Asuhan (Studi Kasus Panti Asuhan Yatim Miskin Muhammadiyah Kurai Taji Kecematam Pariaman Selatan)10 dalam skripsi ini menjelaskan bahwa pola asuh ada tiga macam diantaranya pola asuh otoriter, pola suh domokratis, dan permisif. Sedangkan pola asuh yang digunakan di Panti Asuhan Yatim Miskin Muhammadiyah Kurai Taji adalaha pola asuh demokratis.

Dalam skripsi tersebut terdapat persamaan dan perbedaan dengan peneliti. Adapun persamaanya yaitu sama-sama membahas tentang pola asuh dalam mengasuh anak. Adaun perbedaanya, skripsi tersebut pembahasanya fokus pada pola asuh anak secara umum sedangkan peneliti pembahasanya focus pada peran Panti

10 “Majlis Yanti Putri, Pola Asuh Anak di Panti Asuhan (Studi Kasus Panti Asuhan Yatim Miskin Muhammadiyah Kurai Taji Kecematam Pariaman Selatan)”, Skripsi Program Pendidikan Sosiologi, STKIP Sumtra Barat, 2016.

(23)

Asuhan dan pola asuh dalam mengasuh anak broken home.

F. Kerangka Teori

1. Pola Pengasuhan Anak

Pola pengasuhan anak adalah bentuk yang diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak. Dalam pengasuhan biasanya orang tua melakukan atau menerapkan gaya pengasuhan anak sesuai dengan yang mereka terima dari orang tua mereka. Dasar pengasuhan anak menurut QS. An-Nahl :78

ٌَ ًَُْٕهْعَت َلَّ ْىُكِت ٰٓايُا ٌِ ُْٕطُب ٍِّْْۢي ْىُكَج َشْخَا ُ هاللّٰ َٔ

َعًْاسنا ُىُكَن َمَعَج أ ۙأًـْيَش

ٌَ ْٔ ُشُكْشَت ْىُكاهَعَن ۙ َةَذِٕـْفَ ْلَّا َٔ َساَصْبَ ْلَّا َٔ

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.11

a. Jenis pola pengasuhan anak 1) Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter menetapkan standar yang mutlak harus dituruti. Biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Adapun ciri-ciri pola asuh otoriter adalah; kaku, tegas, menghukum, kurang ada kasih sayang dan empati. Kekebesan anak sangat dibatasi dan orang tua memaksa anak berprilaku seperti yang diinginkannya.12

2) Pola asuh permisif

11 Halimah, Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Untuk Wanita, Penerbit Marwah, Bandung 2009

12 Majlis Yanti Putri, Pola Asuh Anak di Panti Asuhan Studi Kasus Panti Asuhan Yatim Miskin Muhamadiyah Kurai Taji Kecematan Pariaman Selatan, (Skripsi, Pendidikan Sosiologi, STIKIP Sumatra Barat, 2016). Hlm. 6

(24)

Pola asuh ini memberikan pengawasan yang longgar. Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan sesuatu tampa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak mengatur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbngan yang diberikan orang tua.13

3) Pola asuh demokrastis

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memperioritaskan kepentingan anak, tetapi tidak ragu mengendalikan mereka. Pola asuh demokratis ditandai dengan sikap terbukaantara orang tua dengan anak.14

2. Panti Asuhan

Panti sosial asuhan anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua atau wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional.15

a. Tujuan Panti Asuhan

Tujuan Panti Asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia adalah:

13 Ibid. hlm 7

14 Ibid. hlm 7

15 Surjastuti, “Tinjauan Umum Panti Asuhan dalam Ketelantaran Anak”, (Jurnal UAJY, 2012), hlm. 15

(25)

1) Panti Asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar, anak yatim piatu, broken home dengan cara membantu dan membimbing mereka kea rah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.

2) Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan anak di panti asuhana adalah terbentuknya manusia-manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya.

b. Fungsi Panti Asuhan

Panti Asuhann berfungsi sebagai sarana pembinaan dan pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia Panti Asuhan empunyai fungsi sebagai berikut:

1) Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak

2) Sebagai pusat dan informasi serat konsultasi kesejahteraan sosial

3) Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang

c. Peran Panti Asuhan

Peran PantiAsuhan dalam pengasuhan anak adalah menggantikan orang tua anak asuh, selama dipanti asuhan pengurus panti asuhan merupakan orang tua yang bertanggung jawab dalam mengurus anak asuh. Pengurus juga mempunyai peran sebagai pembentuk watak, mendidik, mengatur prilaku anak serta memenuhi segala kebutuhan anak asuh.

(26)

Peraturan yang dikeluarkan Mentri Sosial pada atahun 2011 tentang standar pengasuhan anak. Pada bab IV tentang standar pelayanan pengasuhan anak yaitu sebagai berikut :

1) Makan

Anak harus mengkonsumsi makanan yang terjaga kualitas gizi dan nutrisinya sesuai kebutuhan usia dan tumbuh kembang mereka selama tinggal dalam lembaga kesejahteraan sosial anak. Dalam jumlah dan frekuensi yang memadai, makakanan utama minimal 3 kali dalam sehari dan snack minimal 2 kali sehari.16 2) Pakaian

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus memenuhi kebutuhan pakaian untuk setiap anak secara memadai, dari segi jumlah, fungsi, ukuran dan tampilan yang memperhatikan keinginan anak. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus mengalokasikan anggaran untuk memenuhi kebutuhan pakaian anak.17

3) Pendidikan

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak harus mendukung anak untuk memperoleh akses pada pendidikan formal, non formal dan informal sesuai perkembangan usia, minat, dan rencana pengasuhan mereka selama tinggal di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.18

4) Kesehatan

16 Mutiara Diana Wati, Pola Asuh Anak Pada Panti Asuhan Budi Utomo Perspektif Hadhanah Dalam Hukum Keluarga Islam, (Skripsi, Akhwalus Syakhsiyah Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, 2019).

hlm. 52

17 Ibid. hlm. 56

18 Ibid. hlm. 57

(27)

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak bertanggung jawab untuk merawat anak yang sakit, termasuk menyediakan obat-obatan dan makanan khusus yang diperlukan anak, sehingga tidak diperbolehkan untuk memulangkan anak jika sakit. 19

3. Anak Asuh

Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Perlindungan Anak memberikan pengertian bahwa anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan kesehatan karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar.20

4. Broken home

Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seseorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seseorang anak. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam bergaul atau bermasyarakat mereka bersikap seenaknya saja. Hal ini dilakukan karena mereka cuman ingin mencari simpati pada lingkungan sekitar.

Menurut Hurlock, broken home merupakan kulminasi dari penyesuaian perkawinan yang buruk dan terjadi apabila suami istri sudah tidak mampu lagi mencari cara penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak. Broken home pada umumnya disebabkan karena adanya sikap egois antara

19 Ibid. hlm. 60

20 Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Citra Umbara, Bandung:2019, hlm. 57

(28)

ayah dan ibu, masalah ekonomi, pendidikan, perselingkuhan, perang dingin dalam keluarga dan kekerasan dalam rumah tangga.21

G. Metode Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.

Metodologi penelitian adalah ilmu tentang berbagai metode penelitian. Oleh karena itu, dalam metodologi penelitian dibicarakan berbagai jenis metode, teknik pengumpulan data yang cocok dan sesuai dengan metode tertentu.22

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan. Penelitian kualitatif atau juga disebut penelitian naturalistik karena penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alamiayah, sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan tidak merubah dalam bentuk symbol-simbol atau bilangan.23

Menurut Lexi J. Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.24

1. Jenis Penelitian

21 Supriadi, “Pendampingan Keagamaan Bagi Anak-Anak Keluarga Broken Home Di Panti Asuhan Sibibul”, (Jurnal At-Thullab Mahasiswa Studi Islam, Volume 1, Nomor 2, Januari 2020), hlm. 119

22 Deddy Mulyana, metodologi penelitian kualitatif, (Pt Remaja Rosdakarya: Bandung, 2008), hlm. 145

23 Budi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Ekonomi Islam Muamalah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), hlm. 49

24 Lexi J Moleonng, Metodelogi Pnelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 3

(29)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian lapangan mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan intraksi suatu social, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat. Penelitian lapangan (Field Research) yang dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan langsung tentang sesuatu fenomena yang terjadi.25

2. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yakni pendekatan normatif sosiologis.

Pendekatan normatif merupakan pendekatan legal-formal, maksudnya pendekatan yang masih bersifat kaku, mengandung kemutlakan ajaran atau hukum.26 Pendekatan hukum normatif disebut juga hukum doktrinal. Pada penelitian ini hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.27

Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan yang pembahasannya atas suatu objek yang dilandaskan pada masyarakat atau berdasarkan pada fenomena sosial, dimana penelitian menggunakan asumsi masyarakat dalam mecari fakta-fakta yang terjadi di lapangan untuk menjawab suatu permasalahan yang ada.28

3. Kehadiran penelitian

25 Husai Usman, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 5

26 Andi Eka Putra, Sketsa Pemikiran Keagamaan Dalam Perspektif Normatif, (Jurnal, Al-Adyan, Volume 12, Nomor 2, Juli-Desember, 2017), hlm.

211

27 Ammiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004), hlm. 120

28 Nana Sukmadinata, Metode Penelitian Pendedikan (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 60

(30)

Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan diri di lapangan dalam melakukan observasi untuk mengamati secara langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam hal ini peneliti sebagai instrument kunci sekaligus mengumpulkan data melalui wawancara dengan informan untuk mendapatkan data yang memadai mengenai pola pengasuhan anak asuh korban broke home di panti asuhan Kehadiran peneliti di lapangan sedapat mungkin dilaksanakan dengan cara efektif dan efisien guna untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan.

4. Lokasi penelitian

Penelitian ini berlokasi di Panti Asuhan Nahdatul Wathan Kelurahan Dasan Agung, Kecematan Selaparang, Kota Mataram.

5. Sumber data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Sumber Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti.29

Data yang diperoleh dalam data primer ini, yaitu peneliti memperoleh data dengan cara wawancara dengan pengasuh, Pembina, anak asuh Panti Asuhan Nahdatul Whaton Kota Mataram.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpulan data primer atau pihak lain misalnya catatan atau dokumentasi.30 Dalam hal ini peneliti

29 Husein Umar, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (PT Rajagrafindo Persada Jakarta Utara, 2011), hlm. 42

30 Ibid, hlm. 42

(31)

menggunakan data sekunder dari jurnal, skripsi, artikel, dan buku.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Menurut Nawawi dan Martini, observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala dalam objek penelitian.31 Dalam hal ini peneliti menggunakan metode observasi non-partisipan, yaitu suatu bentuk observasi dimana pengamat (peneliti) tidak terlibat langsung dalam kegiatan kelompok, atau dapat juga dikatakan pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang diamatinya. Artinya peneliti hanya mengamati kegiatan di Panti Asuhana untuk mengetahui bagaimana bentuk pembinaan prilaku anak asuh broken home.

b. wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara (interviwer) dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung. Dapat pula dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tatap muka antara pewawancara dengan sumber informasi dimana pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya.32

31 Afiffudin dan Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: CV. Pustaka Setia, Cet.2, 2012), hlm.134.

32 Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan, (PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2014), hlm. 372

(32)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur atau bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden. wawancara ini peneliti lakukan guna untuk memperoleh informasi berupa data-data penelitian yang terkait tentang judul penelitian. Peneliti mewawancarai ketua Panti Asuhan, serta pengurus Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu, dokumen tentang seseorang atau kelompok orang, peristiwa atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif. Dalam teknik pengumpulan data diperlukan catatan-catatan terdahulu untuk mendukung data yang ditemukan di lapangan yang terkait dengan apa yang dikaji agar memperkuat hasil penelitian.33

Dalam hal ini, peneliti menggunakan buku, jurnal, skripsi, online browse atau data-data yang tertulis lainnya yang terkait dengan fariabel penelitian.

Teknik ini merupakan penelaahan terhadap referensi- referensi yang berhubungan dengan fokus penelitian.

7. Teknik Analisis Data

analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan catatan di lapangan, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih

33 Ibid. hlm. 319

(33)

mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.34

Dengan demikian, data yang terkumpul tersebut dibahas dan ditafsirkan dan dikumpulkan secara induktif sehingga dapat diberikan gambaran yang tepat mengenai hal-hal yang sebenarnya terjadi, mengingat penelitian ini hanya menampilkan data-data kualitatif maka penulisan menggunakan analisis data induktif. Metode induktif ini merupakan proses penalaran yang diturunkan dari sebuah pengamatan menuju teori/hipotesis yang sampai pada kesimpulan.35

8. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan kelengkapan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses penelitian kualitatif.

Ada keharusan untuk dilakukan sebagai penjamin kepercayaan proses dan hasil penelitian.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menguji keabsahan data adalah sebagai berikut:

a. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai tekni pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai sumber data.36

34 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 428

35 Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 43

36 Deni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian, (CV Pustaka Setia Bandung, 2008), hlm. 189

(34)

b. Peer review

Kesahihan data tidak terlepas dari peran sejawat penelitian dalam berdiskusi terkait pembahasan yang diteliti dengan memberikan saran dan masukan.

H. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan menggunakan sistematika penulisan yaitu:

1. BAB I Pendahuluan

Pendahuluan berisi tentang Latar belakang Masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup atau setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.

2. BAB II

Berisi tentang paparan data hasil temuan di lapangan, baik dari data sekunder maupun data primer.

Penyajian data dilakukan dengan menggambarkan lokasi penelitian berupa kondisi geografis maupun ekonomi.

Bab ini juga membahas mengenai pembinaan pengasuh panti asuhan dalam membina anak asuh, dan pemenuhan hak-hak anak asuh.

3. BAB III

Berisikan analisis terhadap temuan lapangan yang telah dipaparkan pada bab II dan diinterprestasikan dengan teori-teoriyang dibangun dalam kerangka teoritik pada bab I.

4. BAB IV Penutup

Berisikan tentang kesimpulan dan saran

(35)

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Profil Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram

Menurut filosofi Islam, setiap anak yatim yang ditinggal ayahnya, merupakan kewajiban kakek, paman, atau kakak untuk merawat dan memelihara termasuk menjaga hartanya. Sehingga di negara Islam hampir tidak terdapat rumah yatim maupun jompo.37

Apalagi Alquran mengutuk keras mereka yang tidak memperhatikan anak yatim. Sementara Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tiap rumah yang terdapat anak yatim dan dipelihara dengan baik akandiberkahi Allah. Nabi juga memisalkan orang yang memelihara anak yatim, kedudukannya dengan beliau seperti dua jari yang tidak dapat dipisahkan.”38

Baru sekitar awal 1930-an, berdiri panti asuhan di Indonesia saat dunia mengalami zaman malaise. Oleh Bung Karno dan para pejuang. Dimulai ketika AS mengalami bencana ekonomi, yang dengan cepat berjangkit ke Seluruh dunia. Pengangguran terjadi di mana-mana, dan berkembangnya sifat individual dan materialistis.39

Berangkat dari filosofis diatas dan sejarah panjang tentang perjuangan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW serta sebagai bakhtera pengabdian terhadap bangsa dan Negara melalui hadirnya

37 Dokumen, Sejarah Singkat Berdirinya Panti Asuhan Nahdatul Wathan Matram, 24 Juli 2021

38 Ibid

39 Ibid

(36)

Nahdlatul Wathan yang bergerak dalam bidang Pendidikan, sosial dan Dakwah maka Maulana Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memerintahkan Pengurus Perwakilan Lombok Barat dan Provinsi untuk mendirikan Panti Asuhan di Mataram dan atas kesepakatan bersama maka semua pihak menyatukan visi untuk memenuhi hajad baik TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dengan dinahkodai oleh H. L. Yahya yang saat itu menjabat sebagai pengurus daerah Lombok Barat, tepat pada tanggal 20 Desember Tahun 1974 maka Panti Asuhan NW Mataram berdiri secara Hukum dibawah Yayasan Pondok Pesantren Darul Mujahidn NW Mataram dan di pimpin oleh H. Nursim dan sekretarisnya Junaidi Khair.

Setelah sekian tahun merintis Panti Asuhan beliau digantikan oleh H. Mawardi dan Sekretraisnya H. Mahfud. Drs H. Muh. Tajudin dan kemudian baru di pimpin oleh H. L. Hidir pada tahun Sembilan puluhan, pada tahun 2019 saat dipimpin Oleh H. Lalu Hidir, M.Pd secara resmi mendaftarakan Panti Asuhan melalui Dinas Sosial dengan dibuktikan Surat Tanda Pendaftaran No: 5271/0019-LKSA/2019.40

Kehadirannya juga sebagi bentuk kontribusi positif serta meringankan beban keluarga yang ekonominya sangat kurang serat anak-anak yang mau melanjutkan pendidikan karena peran penting LKSA Panti Asuhan NW Mataram ialah sebagai orang tua bagi anak-anak terlantar dan yang tidak ada kemampuan orang tuanya dan Alhamdulillah kini Panti Asuhan NW Mataram memiliki kepercayaan yang sangat besar dari para donator untuk di

40 Ibid

(37)

salurklan kepada anak-anak asuh demi keberlansungan pendidikan mereka.41

Kini Panti Asuhan NW Mataram telah bertransformasi menjadi LKSA Panti Asuhan NW Mataram pada tahun 2019 dibawah kepemimpinan Hilmi Sopian, M.Pd sesuai arahan kementrian Sosial dan tepat pada tahun 2020 LKSA Panti Asuhan NW Mataram telah Terakreditasi dengan nilai B dan kini bisa menjadi LKSA Panti Asuhan Percontohan bagi LKSA/Panti Asuhan yang lain di NTB.42

LKSA Panti Asuhan NW Mataram sendiri Merupakan LKSA Panti Asuhan yang berada di Kota Mataram yang sudah sangat lama. Panti asuhan ini merawat dan mendidik anak-anak yatim piatu serta anak-anak terlantan. Kini anak asuhnya berjumlah 161 orang yang terdiri dari 130 Putra dan 31 Putri.

LKSA Panti Asuhan Nahdlatul Wathan Mataram memenuhi kebutuhan anak-anak yang dirawatnya mulai dari makanan hingga sekolahnya.43

Dalam sejarahnya yang hampir mencapai 47 Tahun LKSA Panti Asuhan NW Mataram telah mendidik dan membesarkan ribuan generasi muda di NTB dari bebrapa daerah seperti Kab. Lombok Timur, Kab. Lombok Barat, Lombok Tengah, Kota Mataram, Lombok Barat, Sumbawa, Bima, Dompu dan NTT. 44

2. Jenis Kegiatan Sosial

a. Program Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram 1) Program Pondok, program yang melayani anak yati, terlantar, broken home, tidak mampu,

41 Ibid

42 Ibid

43 Ibid

44 Ibid

(38)

mereka dibina dan didik secara intensif oleh lembaga dengan konsep asrama

2) mendirikan lembag-lembaga formal dan non formal

3) santunan kepada anak yatim piatu, anak-anak yang tidak mampu

4) mendirikan dan menyelenggarakan panti asuhan dan asuhan keluarga

5) memberikan bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin dan gelandangan.45

b. Kegiatan Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram 1) Memberikan pendidikan formal seperti sekolah

pada lembaga pendidikan formal, seperti SMP/MTS, SMA/MA, dan perguruan tinggi 2) Memberikan pendidikan informal, seperti

madrasah diniah. Pengajian al-qur’an, mengaji, menghafal al-qur’an, kursus Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, kursus komputer, olahraga bela diri/karate, pelatihan burqa.

2) Pengarahan atau ceramah sekali seminggu setiap hari Jum’at

3) Olah raga sekali seminggu setiap hari sabtu46 3. Visi dan Misi

a. Visi

menjadikan LKSA NW Mataram yang beriman bertaqwa, maju dan Mandiri pada tahun 2025.47

45 Muhammad, (Pengurus Panti Asuhan Nahdatul Wathan Matram), Wawancara, Mataram, 23 Juli 2021

46 Ibid

47 Dokumen Panti Asuhan Nhdatul Wathan Mataram, 23 Juli 2021

(39)

b. Misi

1) melaksanakan pendidikan bimbingan dan layanan yang bermutu dan profesional sesuai dengan tuntutan agama

2) melakukan pelatihan dan kursus-kursus sesuai dengan minat dan bakat anak asuh

3) berupaya mengembangkan usaha ekonomi produktif menuju kemandirian

4) meningkatkan keunggulan dan pelayanan dalam berbagai kegiatan dan kelengkapan sarana dan prasarana.48

4. Tujuan

a. menghasilkan alumni yang siap kembali ke keluarga dan masyarakat dengan bakal ilmu dan keterampilan

b. menghasilkan alumni yang mampu hidup mandiri dengan bekal ilmu dan keterampilan yang telah diberikan

c. menghasilkan alumni yang dapat menjadi teladan berperan aktif ditenga-tengah keluarga dan masyrakat dengan tetap menjunjung tinggi ajaran agama dan aturan yang berlaku dinegara kesatuan republik indonesia

d. menghasilkan peningkatan kualitas pengembangan layanan dan fasilitas, saranan dan prasaranan serta membuka hubungan kerja sama dengan berbagai pihak (stakeholder)49

5. Jumlah Anak Asuhan 2019-2021

Panti asuhan Nahdatul Wathan Mataram mengasuh anak yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda diantaranya anak terlatar, yatim ,yatim piatu, dan broken home, dengan tingkat pendidikan

48 Ibid

49 Ibid

(40)

yang berbeda-beda mulai dari tingkat MTS sampai MA. Adapun jumlah anak asuh ditahun 2019 sampai tahun 2021 ialah di tahun 2019 berjumlah 211, ditahun 2020 berjumlah 150, dan ditahun 2021 berjumlah 114.50 Untuk lebih jelasnya dapat dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 2.1

Jumlah anak Panti Asuhan Nahdatul Wathan Matram Tahun 2019-202151

N o

Tahu n

Jumlah anak

Tingkat Pendidikan L

&

P

L P MI/S D

MTS/SM P

MA/SM A 1 2019 21

1 13

1 8 0

- 63 58

2 2020 15 0

12 0

3 0

- 37 113

3 2021 11 4

10 9

3 5

- 76 68

6. Identitas Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram Nama LKS/Panti : LKS Panti Asuhan

Nahdatul Wathan Mataram Status LKS/PA : Swasta

Alamat Kantor Pusat : Jalan Pemuda Nomor 4, Kecematan Selaparang Mataram

Didirikan : 1974 Nama dan Alamat Pengurus :

50 Muhammad, (Pengurus Panti Asuhan Nahdatul Wathan Matram), Wawancara, Mataram, 23 Juli 2021

51 Ibid

(41)

Ketua : Hilmi Sopian, M. pd Alamat : Dusun Ranjok desa Aik Berik, Kecematan Batu Kliang Lombok Tengah Sekertaris : Muh Ridwan, QH, S.H.I

Alamat : Jalan Aji Sucipti. Ling Otak Desa Utara, Kelurahan Daya Peken , Kecematan Ampenan Kota Mataram-NTB

Bendahara : M. Gufran, QH,. M. Kom.

I

Alamat : Jalan Pmuda Nomor 4 Gomong Kecematan Selaparang Kota Mataram-NTB52

7. keadaaan Fisik Panti Asuhan

a. luas Tanah yang digunakan : 800 m2 1) asram : 755 m2 2) Kantor : 45 m2 b. Luas Bangunan :

1) Kantor : 45 m2 2) Ruang Tidur : 190 m2 3) Dapur : 50 m2 4) Gudang : 9 m2 5) Poliklinik : 6) Ruang Ibadah : 88 m2 7) Ruang Makan : 88 m2 8) Ruang Belajar : 88 m2 9) Aula Serba Guna : 88 m2 10) Ruang Keterampilan : 44 m2

11) Ruang Cuci, WC, Kamar Mandi : 34 m2 12) Taman/ halaman depan : 180 m2

13) Taman/ Halaman Belakang : 100 m2. 53

52 Dokumen Panti Asuhan Nhdatul Wathan Mataram, 23 Juli 2021

53 Ibid

(42)

STRUKTUR ORGANISASI PANTI ASUHAN NAHDATUL WATHAN MATARAM 54

54 Ibid

Dinas Sosial Tenaga Keraj dan Transmigrasi Kota Mataram

YPDM NW MATARAM

DPENGASUH Ust. Fauzi Hariyadi, QH.

S.sos, M.Pd

Ust. Muhtamin, QH, S, Ag BPERIZINAN DAN

KEAMANAN Abdul Gofur Kohar, QH, S.

Kom.

HHUMAS DAN PEMBELAJARAN

Isroil QH M. Imani,QH, S. Kom NADMINISTRASI DAN

SARANA PRASARANA

Suhaedin, S.Pd Diah Rahila Sasbini

SBENDAHARA M. Gufran, QH., M.Sos DSEKERTARIS

Muh. Ridwan, QH, S.H.I

KkKETUA Hilmi Sopian, M. Pd

PEMBINA Dr. Muhammad Tohri,

NKESEHTAN DAN OLAH RAGA

Muh. Tohri Jayadi Safaji Murdayan NKEBERSIHAN

Muhsan Muh. Aripatullah

M. Fajri Bkonsumsi

L. Muh. Ade Samudra Al Hafizi Safari Ramadan Hj. Muhairo Minum Hasim

(43)

B. Pola pengasuhan dalam membina Prilaku anak broken home di Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram

Pola pengasuhan merupakan suatu cara yang dilakukan orang tua dalam memberikan dan memenuhi kebutuhan anak baik fisik maupun spikis seperti memberi makan, minum, pendidikan, kasih sayang dan lain sebagainya Sehingga anak dapat tumbuh dengan baik. Setiap orang tua memiliki cara tersendiri dalam mengasuh anaknya tetapi tidak semua orang tua dapat mengasuh anak mereka dikarenakan beberapa faktor salah satu yaitu keluarga yang broken home. Hal demikian dapat diatasi dengan adanya panti asuhan, maka pengasuh yang ada di panti asuhanlah yang akan mengasuh anak tersebut.

Dari hasil wawancara di panti asuhan Nahdatul Wathan Mataram tentang gambaran pola pengasuhan anak, peneliti mendapatkan sumber dari Kepala Panti Asuhan dan pengasuh panti asuhan. Pola pengasuhan merupakan cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak misalnya memperoleh pendidikan, perlingdungan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya. Sebagaimana yang disampaikan oleh pengasuh Panti Asuhan Bapak Safa Aji

“Pola pengasuhan itu cara kami dalam memberikan kebutuhan anak yang tidak terpenuhi oleh orang tua mereka dan kami membimbing mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik kedepannya, sehingga ketika mereka kembali ke keluarga mereka kelak mereka dapat memberikan manfat kepada keluarga dan masyarakat dengan bekal ilmu keterampilan yang telah mereka dapatkan di sini.”55

Pola pengasuhan anak ialah terpenuhinya kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan

55 Safa Aji, (Pengasuh Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram), Wawancara, Mataram, 1 Juni 2021

(44)

lainnya misalnya kebutuhan fisik, sosial, spiritual dan mental. Selain itu juga pola pengasuhan anak ialah suatu cara yang digunakan dalam mengasuh anak sehingga anak memiliki masa depan yang lebih baik sesuai harapan.

Pengasuhan anak yang baik dapat berpengaruh dikehidupannya yang akan datang.

Anak asuh yang ada di panti asuhan Nahdatul Wathan Mataram memiliki latar belakang dan karakter yang berbeda beda sehingga pengurus panti asuhan dituntut untuk lebih memperhatikan bagaimana cara dalam mengasuh anak.

Adapun cara yang dilakukan panti dalam mengasuh anak sebagaimana yang di jelaskan olen pengasuh Bapak Safa Aji.

“Setiap anak kan memiliki karakter yang berbeda beda, nah untuk lebih mudah dalam mengurusnya kami membagi mereka menjadi beberapa kelompok setiap kelompok terdapat tiga sampe empat anak, setiap kelompoknya itu akan dibimbing oleh satu pengasuh.”56

Dengan adanya cara seperti ini pengasuh lebih mudah dalam membimbing, mengasuh, dan mengontrol anak asuhnya. Setiap pengasuh akan bertanggup jawab terhadap anak asuhnya karana pengasuh yang menggantikan orang tua mereka, sehingga anak akan merasakan kasih sayang, merasa aman, dan merasa tentram. Anak asuh dibimbing dengan cara yang sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan di panti, seperti yang dijelaskan oleh pengasuh Bapak Safa Aji

“Kami membimbing anak-anak itu sesuai dengan aturan kalo mereka tidak mengikuti aturan mereka mendapat hukuman misalnya kalao anak-anak tidak melaksankan sholat subuh nanti hukumanya

56 Ibid

(45)

rambutnya dibotaki atau disuruh bersih-bersih. Kami membuat aturan seperti itu agar anak-anak itu jera dan tidak mengulangi kesalahan lagi.”57

Karena anak yang ada di Panti Asuhan memiliki karakter berbeda beda dan dengan adanya aturan seperti itu anak akan terbiasa menjalankan tugas dan kewajibannya, anak akan menjadi lebih disiplin dan mudah dibimbing.

Seperti yang dijelaskan oleh pengasuh Panti Asuhan Bapak Safa Aji

“Mengasuh anak tidak mudah apa lagi anak-anak yang ada dsini memiliki latar belakang yang berbeda dan karakter yang berbeda, jadinya kami harus membuat aturan yang dapat menjera anak-anak sehingga anak tidak lalai dalam menjalankan kewajiban mereka, seperti mengerjakan sholat lima waktu, mengaji, membersihkan tempat tidur, dan lain sebagainya. Aturan yang kami buat tidak membuat anak-anak itu tertekan atau terbebani, malah sebaliknya dengan adanya aturan mereka menjadi disiplin.”58

Anak diasuh dengan cara dididik, dibimbing, dilindungi, namun tidak lepas dari kontrol, komunikasi dan hukuman sehingga anak yang di asuh menjadi lebih dewasa, dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan disiplin.

pola pengasuhan anak merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan anak, karena pola pengasuhan akan berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Jika pola pengasuhan benar dan sesuai maka anak akan tumbuh menjadi baik, begitupun sebaliknya apa bila pola pengasuhan tidak baik maka akan berdampak buruk bagi anak.

57 Ibid

58 Ibid

(46)

Pola asuh anak broke home di Panti Asuhan Nahdathul Wathan Mataram sama denga pola pengasuhan anak pada umumnya, yaitu dengan cara mendidik, membimbing, mengontrol, memenuhi kebutuhan dasar dan lain sebagainya. Pola pengasuhan dilakukan dengan tiga jenis pola pengasuhan, yang pertama pola pengasuhan demokratis, yang kedua pola pengasuhan permisif dan yang ketiga pola pengasuh otoriter.

Pola pengasuhan anak broken home di panti asuhan Nahdatul Wathan Mataram dilakukan dengan cara sebagaimana yang dipaparkan oleh pengasuh:

1. Pola penilaian awal

Dalam melakukan pengasuhan orang tua asuh memiliki cara tersendiri dalam melakukan pengasuha terhadap anak asuhnya. Salah satu caranya ialah penilaian awal dimana pengasuh mendekati anak asuh untuk mecari tau masalah anak yang sedang dihadapinya dengan membangun komunikasi yang baik dan memahami karakter anak asuh sehingga dapat memudahkan dalam membimbing anak tersebut, seperti yang dijelaskan oleh pengasuh Panti Asuhan Bapak Muhammad Wahyu.

“Kami melakukan pendekatan terlebih dahulua kepada anak tersebut, kemudaian kami cari tau masalah apa yang sedang dia hadapi, kemudian kami membangun intraksi atau komunikasi yang aktif, sehingga nanti kami dapat menyesuaikan dan mudah dalam membimbingnya. Selain itu kami memberikan solusi dan motivasi agar anak itu mau berubah.”59

59 Muhammad Wahyu, (Pengasuh Panti Asuhan Nahdatul Wathan Matarm), Wawancara, Mataram, 5 Juli 2021

(47)

Selain pendekatan terhadap anak pengasuh juga melakukan cara dengan memahmi karakter kemudian memberikan kepercayaan terhadap anak tersebut. Dengan adanya kepercayaan anak asuh dapat menjadi anak yang madiri dan bertanggung jawab. Seperti yang dijelaskan oleh pengasuh Panti Asuhan Muhsan.

“Kami memahami dulu karakter anak tersebut seperti apa dan kemudian mengarahkannya, barulah beri kepercayaan. Nah dengan kepercayaan itu anaknya nanti biasa berfikir lebih dewasa, bisa membuat keputusan dan bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.”60 2. Pola pengasuhan secara demokratis

pola pengasuhan demokratis ialah pola pengasuhan yang dilakukan dengan cara memberika kebesan dan memprioritaskan kepentingan pendidikan namu tidak lepas dari pengawasan dan kontrol dari orang tua asuh.

Sebagaimanann yang dijelaskan oleh Kepala Panti Asuhan Ustad Hilmi Sopian.

“Kami memberikan kebebasan terhadap anak untuk melakukan sesuatu tampa ada paksaan dari kami pengasuhnya, tetapi tidak terlepas dari kontrol dan arahan kami. Anak-anak akan melakukan apa yang mereka inginkan ketika mereka melakukan kesalahan maka kami akan mengarahkan tetapi ketika mereka mengulangi kesalahan yang sama mereka akan sadar dan dengan sendirinya mau bertanggung jawab atas apa yang mereka perbuat.”61

60 Muhsan, (Pengasuh Panti Asuhan Nahdatul Wathan Matram),Wawancara, Mataram 5 Juli 2021

61 Hilmi Sopian (Kepala Panti Asuhan Nahdatul Wathan Mataram), Wawancara, Mataram 8 Juli 2020

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah lapangan ( field research ) dengan pimpinan panti, pengasuh panti dan anak asuh Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Abdurrakhman Bin Auf Nogosari,

Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penyesuaian diri dalam bekerja yang dialami oleh pengasuh di Panti Asuhan Cacat Ganda

Website adopsi dan sponsorship anak panti asuhan ini bertujuan memfasilitasi pihak orang tua asuh maupun Panti Asuhan dalam mendata seluruh tahapan yang

Berdasarkan bebeapa pendapat diatas mengenai peran pengasuh panti asuhan anak yatim dapat diaambil suatu kesimpulan bahwa memberikan pelayanan berdasarkan pada

Perlindungan Anak, (Jakarta: Depdiknas, 2014).. Islami dengan memfokuskan kepada kebutuhan mereka menjadi sebuah keniscayaan. Sehingga guru atau pengasuh di panti asuhan

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan pada remaja yang tinggal di panti asuhan di Jakarta disimpulkan bahwa kehangatan hubungan dengan orang tua, pengasuh dan teman

Berdasarkan hasil penelitian, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa panti asuhan Adnin memiliki peran dalam membantu kelangsungan pendidikan anak yatim, baik berupa

Kegiatan pengajian ini dilaksanakan setiap hari sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pengasuh yang ditunjuk oleh panti asuhan. Adapun pelaksanaannya