06. MEMPERCEPAT PERWUJUDAN
6.1. Penguatan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan
1. Merevitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan danau di seluruh Indonesia sebagai kawasan konservasi lingkungan hidup dan sumber air bersih, kawasan aktivitas ekonomi masyarakat (pertanian, pariwisata, perikanan, industri, sumber daya energi), pusat peradaban, dan sekaligus untuk mencegah dan mengendalikan banjir.
2. Mengembangkan kota-kota hijau ramah lingkungan dengan kawasan ruang terbuka hijau yang memadai, sistem dan moda transportasi umum yang nyaman, aman dan ramah lingkungan, serta tata ruang yang ramah secara lingkungan dan sosial.
3. Menggalakkan program penghijauan wilayah pesisir dengan mangrove untuk mencegah abrasi air laut, menyerap karbon, dan sebagai habitat biota laut.
4. Mendorong transformasi pengelolaan sampah dari “Pembuangan” menjadi
“Pengolahan” yang lebih produktif dengan mengembangkan sistem dan teknologi pengolahan sampah yang lebih tertutup, berskala cukup besar (untuk kota besar), dan maju untuk mendapatkan berbagai manfaat (multi-functionality) pengolahan seperti menghasilkan energi dan bahan-bahan lain yang bernilai sosial, kultural, dan ekonomi.
5. Mengembangkan secara berdikari dan mengaplikasikan seluas-luasnya teknologi biodegradable (dapat terurai) mulai dari teknologi material pengganti bahan tak mudah terurai; tanaman penyerap logam berat untuk mengatasi pencemaran di lokasi tambang, hingga teknologi mikroba “pemakan” minyak di lautan untuk mengatasi kebocoran/tumpahan minyak dari kapal.
6. Menegakkan hukum yang tegas atas tindakan perusakan lingkungan, termasuk illegal logging, illegal fishing, dan kebakaran hutan disertai dengan peningkatan kapasitas aparat dan pelibatan masyarakat setempat.
7. Menerapkan secara konsisten kebijakan berbasis Manajemen Risiko Bencana (MRB) lingkungan seperti kebakaran, ledakan, atau kebocoran dari tempat penyimpanan bahan-bahan mudah terbakar/mudah meledak (explosive) seperti kilang dan depot bahan bakar, amonium nitrat, bahan peledak, serta Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).
8. Menerapkan secara konsisten kebijakan pengendalian polusi udara dari sumber bergerak dan tidak bergerak untuk menjamin hak rakyat atas udara yang bersih.
9. Mengakselerasi program pengolahan sampah sejak hulu produksi dengan tanggung jawab utama produsen (extended producer responsibility, EPR) untuk mengurangi dan mengumpulkan kembali sampah industrinya, mengakselerasi model pengelolaan sampah untuk energi (waste to energy) untuk semua kota besar di Indonesia,
pengelolaan sampah untuk produk-produk bernilai ekonomi (waste to cash) seperti kerajinan tangan, pakan ikan, pakan ternak, dan pupuk serta mewajibkan semua kabupaten dan kota memiliki tempat pembuangan akhir sampah.
10. Menggalakkan kesadaran individu dan masyarakat untuk membudayakan pola konsumsi efisien untuk menekan penumpukan sampah, termasuk sampah makanan, dengan antara lain menerapkan prinsip reduce, reuse, recycle, repair, dan refabricate dalam seluruh pola konsumsinya.
11. Mengefektifkan penerapan ketentuan mengenai jasa lingkungan hidup dengan merevisi skema pembayaran jasa lingkungan hidup (payment for environmental services) untuk membagi tanggung jawab dan kewajiban antarwilayah dan antarsektor dalam menjaga lingkungan hidup yang utuh dan lestari serta sekaligus menjamin kepentingan ekonomi dan sosial budaya masyarakat sekitar.
12. Melaksanakan secara konsisten perlindungan dan konservasi keanekaragaman hayati untuk kepentingan ekologis-hayati, ekonomis lestari sebagai sumber daya pangan dan obat-obatan herbal, perubahan iklim dan pelestarian budaya masyarakat di dalam dan di sekitar hutan.
13. Menerapkan kewajiban penggunaan teknologi “bersih” dalam pemanfaatan energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi sebagai bahan bakar listrik.
14. Pengintegrasian penilaian risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environmental, Social, Governance, ESG) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem ekonomi dan sistem keuangan.
15. Moratorium deforestasi dan mempercepat reforestasi, reboisasi, restorasi, dan rehabilitasi.
16. Meningkatkan konservasi kawasan hutan sebagai sumber pangan lokal, obat-obatan herbal, air, oksigen, fungsi klimatologis, dan layanan alam bagi kehidupan masyarakat di sekitar hutan.
6.2. Penguatan Mitigasi dan Penanganan Perubahan Iklim serta Bencana
1. Melaksanakan secara konsisten kebijakan dan program mitigasi perubahan iklim bidang kehutanan seperti Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+), pembangunan hutan tanaman industri, pengelolaan hutan lestari, rehabilitasi hutan, pengelolaan lahan gambut termasuk mangrove, dan peningkatan peran konservasi keanekaragaman hayati termasuk moratorium alih fungsi lahan hutan untuk kepentingan lain di luar kepentingan konservasi dan mitigasi perubahan iklim.
2. Menjalankan secara konsisten Kesepakatan Paris 2015 dan Kairo 2022 yang telah ditandatangani Pemerintah Indonesia.
3. Melaksanakan secara konsisten kebijakan dan program mitigasi perubahan iklim di perkotaan dengan secara bertahap dan bekerja sama dengan pemerintah kota, pemerintah provinsi, swasta, dan komunitas untuk mewujudkan 30% ruang terbuka hijau perkotaan dengan cara: mempertahankan hutan kota dan taman kota, dan bahkan meningkatkannya selama memungkinkannya; mendorong penghijauan tempat pemakaman termasuk TPU dengan mengurangi “semen-isasi” makam dan sebaliknya melakukan penanaman termasuk tanaman keras; mempercepat dan memperkuat pertanian kota yang dapat berfungsi jamak (multi-functionality) seperti paru-paru kota, penahan dan penyerap air hujan, sumber pangan “sirkuit pendek” dengan jejak karbon rendah, dan sebagai hobi dan perekat hubungan komunitas; mendorong implementasi green building tidak semata-mata aspek hemat penggunaan energi (listrik) dan rendah karbon semata tetapi juga penghijauan halaman, atap (rooftop), dan vertical garden.
4. Meninjau kembali semua kebijakan penggunaan dan konversi kawasan hutan yang berdampak destruktif terhadap lingkungan hidup dan iklim, seperti banjir, longsor, kekeringan, pelepasan gas rumah kaca, kepunahan keanekaragaman hayati, serta kekacauan ekosistem hidrologis dan klimatologis.
5. Mengatasi dampak sosial-ekonomi perubahan iklim seperti gagal panen, kelaparan, kemiskinan, hingga pengungsi dan migrasi, ketegangan (tension), dan potensi konflik sosial, dengan melibatkan seluruh komponen bangsa (stakeholders).
6. Melaksanakan secara konsisten kebijakan transisi energi menuju energi bersih terbarukan dengan antara lain meningkatkan porsi energi terbarukan sesuai dengan target yang telah ditetapkan, melakukan penutupan dan penghentian secara bertahap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara.
7. Memperkuat budaya dan gaya hidup hijau dengan mengakselerasi penghematan konsumsi (energi, air, makanan), pengembangan kota dan bangunan hijau, serta pengelolaan sampah dan limbah.
8. Mewujudkan cetak biru serta rencana aksi adaptasi dan mitigasi krisis iklim berbasis masyarakat.
9. Memperkuat kerja sama masyarakat (termasuk masyarakat adat di dalam dan di sekitar hutan) dengan pemerintah untuk menjadi garda terdepan dalam mencegah kebakaran hutan.
10. Menghijaukan lahan-lahan kritis, khususnya lahan bekas tambang dengan tanaman produktif termasuk tanaman bioenergi.
11. Mengakselerasikan transportasi umum yang ramah lingkungan berbasis listrik dan bioenergi.
12. Memastikan hak atas udara bersih bagi seluruh rakyat melalui kebijakan pembatasan kendaraan polutan tinggi, uji emisi berkala secara tegas, masifikasi transportasi massal, dan transisi ke moda listrik.
13. Memperkuat sistem alarm/peringatan bencana dengan teknologi yang lebih modern, mumpuni, dan tepat guna.
14. Membangun sistem tanggap darurat penanganan bencana yang kredibel, andal, dan efektif.
15. Menetapkan standar keamanan infrastruktur, bangunan, dan kawasan permukiman yang lebih adaptif terhadap kondisi bentang alam Indonesia.
16. Meningkatkan kesiapsiagaan dan solidaritas/gotong royong dalam menghadapi bencana (sebelum, saat, dan sesudah).
17. Memperkuat kapasitas lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), termasuk penyediaan dana taktis khususnya di daerah.
18. Menjalankan Kampung Sadar Iklim (Kadarklim), yaitu program promotif di tingkat kampung untuk menahan laju perubahan iklim dengan fasilitas sanitasi dan drainase yang baik, ruang terbuka hijau, kawasan pejalan kaki, fasilitas publik, dan pengelolaan sampah yang terintegrasi.
19. Penerapan teknologi digital untuk adaptasi iklim bagi aktivitas produktif petani dan nelayan.
6.3. Perlindungan dan Konservasi Lingkungan Laut
1. Mengimplementasikan secara konsisten Undang-Undang Perikanan dan Undang- Undang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil untuk menyusun kebijakan nasional tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk melindungi keutuhan dan kelestarian lingkungan laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil termasuk dengan mendayagunakan kearifan lokal masyarakat adat pesisir.
2. Melaksanakan secara konsisten kebijakan dan program penanggulangan perubahan iklim bidang maritim seperti perlindungan terumbu karang dari kerusakan dan kepunahan akibat pemanasan perairan (coral bleaching) dan perlindungan lahan terumbu karang dari aktivitas pengerukan sumber daya maritim tak bertanggung jawab seperti penggunaan bahan peledak dan racun (potas dan sebagainya) yang merugikan penghidupan nelayan, merugikan pariwisata maritim, dan sekaligus merusak lingkungan maritim.
3. Meningkatkan penegakan hukum secara tegas dan konsisten terhadap setiap pelanggaran atas ketentuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di wilayah laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta yang menghancurkan sumber penghidupan masyarakat pesisir.
4. Mengintensifkan pengawasan dan evaluasi berkala atas pemanfaatan sumber daya kelautan dan lingkungan laut, dengan optimalisasi sarana dan prasarana pengawasan lingkungan laut.
5. Mengembangkan program-program mitigasi bencana lingkungan maritim berupa restorasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi wilayah-wilayah yang mengalami kerusakan lingkungan sebagai upaya penanggulangan kerusakan lingkungan laut.
6. Memajukan implementasi prinsip-prinsip sustainable fisheries management dan precautionary approach untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan.
7. Mendorong pemanfaatan kearifan lokal dan hukum adat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan.
8. Mengevaluasi pemanfaatan dan ekstraksi sumber daya kelautan, serta restorasi terhadap kawasan-kawasan potensial.
9. Menetapkan wilayah konservasi ekosistem laut di perairan pedalaman, laut teritorial, perairan kepulauan, zona tambahan, ZEE, dan landas kontinen sesuai dengan karakteristik sumber daya dan lingkungan perairan yang menyeimbangkan dimensi sosio-ekonomi, seperti pendapatan dan penghidupan (livelihood) masyarakat setempat, khususnya penduduk miskin dan “setengah miskin” dengan dimensi lingkungan seperti perlindungan lingkungan biotik (flora dan fauna) dan abiotik (SDA dan sebagainya).
Indonesia atau sebesar 32,5 juta hektar pada tahun 2029.
11. Memperkuat penanganan sampah plastik di lautan dengan mengembangan ekonomi sirkuler dalam penanganan sampah plastik di lautan melalui kerja sama antara pemerintah dan berbagai stakeholders.
12. Mengembangkan sistem Informasi terpadu sampah plastik dan pengelolaan sampah berdampak ekonomi tinggi bagi masyarakat.
6.4. Percepatan Secara Konsisten Transisi Energi Terbarukan untuk Ketahanan Energi
1. Mengakselerasi pengembangan energi terbarukan, baik untuk mengurangi ketergantungan pada impor energi fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca maupun sekaligus untuk memperbaiki neraca perdagangan di bidang energi dengan mewujudkan ketersediaan sumber-sumber energi terbarukan yang terjangkau, berkeadilan, dan memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan. Untuk itu Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang potensinya sekitar 3.700 GW secara bertahap untuk kebutuhan energi dalam negeri, sehingga porsi EBT di dalam bauran energi menjadi 25%-30% hingga tahun 2029.
2. Mempercepat penerapan Desa Mandiri Energi, dimana desa mampu mendayagunakan sumber energi lokal berbasis energi baru terbarukan untuk memasok kebutuhan energinya.
3. Melaksanakan secara konsisten kebijakan pengurangan dan penutupan PLTU batu bara untuk digantikan dengan pembangkit listrik energi terbarukan.
4. Pembangunan jaringan transmisi dan distribusi listrik (island, national, micro, dan smart grid) secara bertahap untuk menuntaskan transisi ke energi menuju komitmen global net zero emission, khususnya dengan pembangunan jaringan transmisi nasional (Nusantara Grid).
5. Melaksanakan percepatan implementasi teknologi filter modern pada PLTU-PLTU untuk mengurangi pencemaran udara.
6. Melaksanakan secara konsisten kebijakan konservasi energi di semua sektor termasuk sektor industri terkait produk-produk hemat energi, sektor rumah tangga dan komersial, dan sektor transportasi dengan menerapkan pemantauan secara digital kinerja konservasi energi untuk dipadukan dengan kebijakan insentif dan disinsentif fiskal.
7. Mengembangkan industri teknologi energi terbarukan seperti: panel surya, baterai penyimpan daya, teknologi kincir angin, panas bumi, tenaga air termasuk mikrohidro, hidrogen, arus laut, arus bawah laut, dan lainnya.
8. Melaksanakan secara konsisten kebijakan dan program pembiayaan hijau berkelanjutan (green and sustainable financing) melalui penerapan kriteria kinerja lingkungan dalam pendanaan usaha oleh lembaga jasa keuangan, termasuk korporasi besar, serta prioritas pendanaan oleh lembaga jasa keuangan bagi aktivitas ekonomi produktif yang ramah lingkungan seperti pendanaan bagi pengembangan energi terbarukan, kawasan pemukiman hijau, produksi pangan lokal, serta industri yang menerapkan model ekonomi hijau.
9. Mengakselerasi transportasi ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik maupun kendaraan dengan biofuel, disertai dengan percepatan pembangunan infrastruktur pendukung transportasi ramah lingkungan.
10. Mengembangkan industri terkait transportasi ramah lingkungan di dalam negeri disertai pengembangan kemitraan antara usaha besar dan UMKM sebagai pemasok suku cadang.
6.5. Percepatan Pengelolaan Air dan Sumber Daya Air secara Berkelanjutan
1. Memperkuat manajemen sumber daya air secara terpadu dari hulu hingga hilir untuk menyeimbangkan kebutuhan air berbagai sektor dan pemangku kepentingan serta memenuhi akses rakyat terhadap air secara adil dan berkelanjutan.
2. Memperkuat konservasi air untuk menjaga ketersediaan air secara kontinu antara lain melalui peningkatan kualitas sungai (DAS) dengan rehabilitasi hutan dan lahan serta penyelamatan danau, penguatan pengelolaan wilayah sungai secara terpadu dan konservasi non-vegetatif (pembangunan sumur resapan, kolam retensi, dan bangunan penangkap air lainnya), pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan teknologi sehingga sumber daya air terkelola dan dinikmati semua termasuk penerapan teknologi pertanian hemat air seperti sistem irigasi tetes, serta pengembangan teknologi pemanfaatan air, termasuk air laut bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil.
3. Mempercepat penyediaan air bersih yang merata dan terjangkau di seluruh pelosok negeri, termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil serta perbatasan melalui percepatan penyediaan sarana dan prasarana dasar air bersih/minum, penerapan teknologi pemurnian dan desalinasi, dan peningkatan investasi sektor swasta termasuk dengan kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
4. Meningkatkan kapasitas infrastruktur terutama daya tampung air seperti waduk, embung, irigasi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta dunia usaha/industri/petani.
5. Meningkatkan proses daur ulang pemanfaatan air dan pengendalian kualitas air,
lingkungan, pengembangan instalasi pengelolaan air limbah rumah tangga perkotaan, serta pengawasan dan pengendalian pencemaran air.
6. Memperkuat regulasi pemanfaatan sumber daya air, termasuk air tanah dan air permukaan, serta penegakan hukumnya.
7. Mengendalikan penggunaan lahan dan perencanaan perkotaan ramah air serta pencegah banjir dengan menerapkan regulasi zonasi yang melindungi daerah tangkapan air dan zona pengisian ulang serta mendorong penggunaan infrastruktur hijau, seperti atap hijau, permukaan yang dapat meresap dan taman hujan, dan pembangunan drainase perkotaan yang memadai.
6.6. Penguatan Ekosistem Ekonomi Hijau
1. Mempercepat penerapan ekonomi hijau melalui penerapan transisi energi seperti peningkatan energi bersih dan transportasi ramah lingkungan, dan penerapan prinsip-prinsip hijau di berbagai sektor antara lain industri, pertanian, perikanan, dan infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan.
2. Mempercepat penerapan model ekonomi sirkuler dengan merancang peta jalan pelaksanaannya meliputi model produksi, model bisnis, model distribusi, dan model pengelolaan limbah (padat, cair, udara, dan emisi).
3. Mempercepat pencapaian target pembangun ekologi, sosial, dan tata kelola Environmental, Social, and Governance (ESG) bagi dunia sesuai dengan kesepakatan global.
4. Mempercepat penerapan “Limbah Jadi Berkah”: Pengelolaan sampah dan limbah yang terintegrasi dan ramah lingkungan. Sehingga dapat ditransformasi menjadi tambahan penghasilan bagi rakyat (waste to cash).
5. Menerapkan kebijakan insentif dan disinsentif ekonomi hijau seperti pajak karbon, pajak limbah, pajak deplesi sumber daya alam, keringanan pajak untuk pemanfaatan energi terbarukan dan konservasi energi, pengurangan pajak untuk pemanfaatan bahan baku nabati biologis, serta pengurangan pajak dan reformasi subsidi energi untuk pemanfaatan teknologi bersih ramah lingkungan.
6. Mengembangkan ekonomi hijau, dan kebijakan ekologi industri yang menekankan pada aspek hulu-hilir melingkar (sirkuler) dan keberlanjutan lingkungan hidup (sustainable) secara terpadu dengan memprioritaskan tanggung jawab produsen dalam proses produksi, distribusi, hingga konsumsi dengan menerapkan prinsip 5R (reuse, reduce, recycle, repair, dan refabricate).
7. Mengembangkan riset dan inovasi bahan-bahan (material) terbarukan khususnya material biologis/organik untuk menggantikan bahan-bahan yang sulit didaur ulang
seperti plastik, besi, baja, dan material teknis lainnya.
8. Membangun basis data dan pemetaan keanekaragaman hayati untuk dipatenkan sebagai hak kekayaan intelektual komunal, termasuk masyarakat adat.
9. Membentuk dan mengembangkan ekonomi sirkuler dalam penanganan sampah plastik di lautan dan polusi udara melalui kerja sama antara pemerintah dan berbagai stakeholders melalui pendekatan reduce, reuse, recycle, repair, and refabricate (5Rs).
10. Memberlakukan kebijakan internalisasi biaya sumber daya alam dan dampak lingkungan hidup dalam akuntansi industri dan bisnis serta akuntansi pembangunan nasional.
6.7. Pembangunan Ekonomi Kelautan (Ekonomi Biru) secara Berkelanjutan
1. Mempercepat pembangunan perikanan budi daya secara berkelanjutan sekaligus meningkatkan nilai tambah bagi usaha perikanan termasuk usaha kecil/nelayan budi daya.
2. Melaksanakan kebijakan hilirisasi sumber daya kelautan dan perikanan untuk menghasilkan produk-produk hilir unggulan bernilai tambah tinggi baik untuk kebutuhan pangan, medis, dan kecantikan.
3. Meningkatkan produktivitas perikanan budi daya melalui penetapan dan penataan kawasan budi daya, bahan pakan lokal berkualitas dan peningkatan nilai tambah produk dan pasar dengan berfokus pada 5 produk budi daya unggulan yaitu udang, kepiting, lobster, tilapia, dan rumput laut.
4. Membangun industri perikanan tangkap secara terintegrasi dengan pola kemitraan bersama nelayan-nelayan tangkap dan pelaku usaha perikanan besar dan kecil dalam batas-batas daya dukung lingkungan laut seperti batas maksimum tangkap dan jenis alat tangkap.
5. Melaksanakan kebijakan penangkapan ikan terkendali untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan melalui pemantauan satelit didukung penggunaan aplikasi digital.
6. Mengembangkan program penguatan ekonomi nelayan tangkap dan budi daya secara terintegrasi dengan dukungan sarana prasarana produksi, permodalan, pemberdayaan, serta pasar bagi produk perikanan dan kelautan.
7. Memperkuat dan meningkatkan sebaran dan kualitas sentra penyimpanan produk perikanan di setiap desa nelayan yang dikelola oleh koperasi nelayan atau BUMDes berbentuk koperasi atau usaha bersama.
8. Mengembangkan industri pakan ikan yang berkualitas dan tersebar mendekati sentra- sentra produksi perikanan budi daya untuk menurunkan biaya produksi.
9. Meningkatkan produksi induk dan benih yang unggul dan tahan penyakit di pusat- pusat/balai-balai penelitian dan sentra-sentra pembenihan rakyat di setiap kabupaten/kota.
10. Merevitalisasi industri pengolahan ikan yang ada saat ini terutama industri tradisional, dengan upgrading teknologi pengolahan ikan tepat guna.
11. Mengembangkan produk baru (New Product Development, NPD) dari industri pengolahan ikan, yang dapat menjadi benchmarking terhadap produk pengolahan ikan di negara-negara lain.
12. Melakukan sertifikasi produk kelautan berstandar internasional untuk ekspor.
13. Mengembangkan industri maritim untuk komoditas-komoditas baru potensial untuk menjadi produk unggulan untuk konsumsi dalam negeri dan ekspor.
14. Mengembangkan ekosistem perikanan budi daya yang berkualitas dari hulu ke hilir, dengan mengintegrasikan usaha budi daya dengan perikanan tangkap untuk indukan benihnya, industri pakan ikan, industri pengolahan ikan, dan sistem logistik.
15. Mengembangkan industri bioteknologi kelautan dan industri farmasi laut untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya kelautan.
16. Mengembangkan sumber daya energi laut (tenaga arus, gelombang laut, dan perbedaan suhu laut (OTEC dan lain-lain), industri migas lepas pantai (offshore termasuk laut dalam), industri bioteknologi kelautan, dan industri farmasi kelautan.
17. Mengakselerasikan 11 potensi maritim, yaitu: (1) perikanan tangkap; (2) perikanan budi daya; (3) industri pengolahan hasil perikanan; (4) industri bioteknologi kelautan;
(5) pertambangan dan energi (ESDM); (6) pariwisata bahari; (7) hutan bakau; (8) perhubungan laut; (9) sumber daya wilayah pulau-pulau kecil; (10) industri dan jasa maritim; (11) SDA non-konvensional.
18. Mewujudkan Maritim Unggul (MU) lewat pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, peningkatan SDM maritim, sarana/prasarana transportasi laut, pengoptimalan alur laut, choke points, serta sistem manajemen transportasi laut yang terintegrasi dengan jalur perdagangan regional dan internasional.
19. Mewujudkan Industri Maritim Jaya, lewat penguatan industri galangan, industri perikanan dan hasil laut, pengelolaan kampung pesisir, konservasi laut dan terumbu karang, meningkatkan kesejahteraan nelayan dan sumbangan ekonomi maritim terhadap PDB.
6.8. Penataan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut (Marine Spatial Planning) serta Sumber Daya Kelautan secara Adil dan Berkelanjutan
1. Merevisi kembali peraturan tentang rencana tata ruang laut nasional untuk berbagai peruntukan antara lain untuk kegiatan ekonomi, lalu lintas transportasi laut, eksploitasi sumber daya laut, kepentingan pertahanan dan keamanan laut, wilayah konservasi laut, dan peruntukan lainnya.
2. Mengatasi pencemaran laut dengan menerapkan regulasi yang ketat untuk mengatasi pencemaran laut termasuk pencemaran yang bersifat lintas batas negara.
3. Melaksanakan tata kelola laut yang inklusif dan berkelanjutan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan sektor kelautan dengan potensi US$ 1,4 triliun per tahun secara inklusif untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan laut.
4. Mewujudkan ekonomi biru (blue economy) melalui penguasaan laut oleh negara dengan menyeimbangkan keberlanjutan ekologi dan ekonomi.
5. Mengembangkan perhitungan neraca sumber daya laut (ocean accounting) sebagai indikator keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan sumber daya laut.
6. Menyempurnakan penataan ruang nasional dengan memasukkan wilayah laut sebagai satu kesatuan dalam rencana penataan ruang nasional/regional.
7. Meningkatkan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral, minyak dan gas bumi di wilayah lepas pantai dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan dan kawasan konservasi perairan.
8. Mengintegrasikan pembangunan maritim (laut dan pesisir) dengan daratan (integrated ocean and coastal management dan watershed management) untuk memastikan efektivitas pembangunan, produktivitas wilayah, dan kesejahteraan masyarakat sekitar serta kelestarian lingkungan hidup.
9. Menyusun peraturan tentang penangkapan ikan bagi nelayan asing / kapal berbendera asing dan nelayan nasional di wilayah ZEE Indonesia dengan didasarkan pada pendataan potensi sumber daya laut dan perikanan di wilayah ZEE Indonesia.
10. Melakukan pemetaan dan pembuatan sistem pendataan sumber daya alam laut dan pesisir (perikanan, mangrove, terumbu karang, pertambangan, dan energi) yang mencakup pula informasi stok dan panen spesies laut secara real time beserta pengelolaannya.
6.9. Pengembangan Infrastruktur dan Konektivitas Maritim untuk Memperkuat Ekonomi Biru
1. Membangun infrastruktur dan prasarana tol laut untuk mendukung konektivitas maritim antarwilayah dan antarpulau serta sistem logistik nasional guna meningkatkan aksesibilitas dengan pusat-pusat pengembangan ekonomi regional dan internasional, untuk mendukung peningkatan pembangunan daerah sekaligus mewujudkan pemerataan pembangunan nasional secara adil merata.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung transportasi laut, yang membutuhkan kapal-kapal berukuran besar untuk perdagangan internasional, serta kapal-kapal ukuran sedang dan kecil untuk perdagangan domestik.
3. Menata jalur pelayaran nasional melalui penguatan sistem kepelabuhan yang efisien sesuai dengan kebutuhan nasional dan sesuai dengan standar internasional.
4. Mengembangkan sistem manajemen transportasi laut yang efektif dan efisien serta terpadu dengan sistem transportasi darat dan udara serta jalur-jalur perdagangan regional dan internasional.
5. Mengoptimalkan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) dan SLoC (Sea Lines of Communication) sebagai pusat ekonomi maritim baru dan pusat pengendalian keamanan laut dengan mengembangkan pelabuhan utama di kota-kota besar atau strategis menjadi berstandar internasional yang dapat melayani kapal-kapal