• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMPERCEPAT PERWUJUDAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKELANJUTAN

06. MEMPERCEPAT PERWUJUDAN

6.1. Penguatan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan

1.  Merevitalisasi  Daerah  Aliran  Sungai  (DAS)  dan  danau  di  seluruh  Indonesia  sebagai  kawasan  konservasi  lingkungan  hidup  dan  sumber  air  bersih,  kawasan  aktivitas  ekonomi masyarakat (pertanian, pariwisata, perikanan, industri, sumber daya energi),  pusat peradaban, dan sekaligus untuk mencegah dan mengendalikan banjir.

2.  Mengembangkan kota-kota hijau ramah lingkungan dengan kawasan ruang terbuka  hijau yang memadai, sistem dan moda transportasi umum yang nyaman, aman dan  ramah lingkungan, serta tata ruang yang ramah secara lingkungan dan sosial.

3.  Menggalakkan  program  penghijauan  wilayah  pesisir  dengan  mangrove  untuk  mencegah abrasi air laut, menyerap karbon, dan sebagai habitat biota laut.

4.  Mendorong  transformasi  pengelolaan  sampah  dari  “Pembuangan”  menjadi 

“Pengolahan”  yang  lebih  produktif  dengan  mengembangkan  sistem  dan  teknologi  pengolahan sampah yang lebih tertutup, berskala cukup besar (untuk kota besar), dan  maju untuk mendapatkan berbagai manfaat (multi-functionality) pengolahan seperti  menghasilkan energi dan bahan-bahan lain yang bernilai sosial, kultural, dan ekonomi.

5.  Mengembangkan  secara  berdikari  dan  mengaplikasikan  seluas-luasnya  teknologi  biodegradable  (dapat  terurai)  mulai  dari  teknologi  material  pengganti  bahan  tak  mudah terurai; tanaman penyerap logam berat untuk mengatasi pencemaran di lokasi  tambang,  hingga  teknologi  mikroba  “pemakan”  minyak  di  lautan  untuk  mengatasi  kebocoran/tumpahan minyak dari kapal.

6.  Menegakkan hukum yang tegas atas tindakan perusakan lingkungan, termasuk illegal logging, illegal fishing,  dan  kebakaran  hutan  disertai  dengan  peningkatan  kapasitas  aparat dan pelibatan masyarakat setempat.

7.  Menerapkan secara konsisten kebijakan berbasis Manajemen Risiko Bencana (MRB)  lingkungan  seperti  kebakaran,  ledakan,  atau  kebocoran  dari  tempat  penyimpanan  bahan-bahan  mudah  terbakar/mudah  meledak  (explosive)  seperti  kilang  dan  depot  bahan  bakar,  amonium  nitrat,  bahan  peledak,  serta  Bahan  Beracun  dan  Berbahaya  (B3).

8.  Menerapkan  secara  konsisten  kebijakan  pengendalian  polusi  udara  dari  sumber  bergerak dan tidak bergerak untuk menjamin hak rakyat atas udara yang bersih. 

9.  Mengakselerasi program pengolahan sampah sejak hulu produksi dengan tanggung  jawab utama produsen (extended producer responsibility, EPR) untuk mengurangi dan  mengumpulkan  kembali  sampah  industrinya,  mengakselerasi  model  pengelolaan  sampah  untuk  energi  (waste to energy)  untuk  semua  kota  besar  di  Indonesia, 

pengelolaan  sampah  untuk  produk-produk  bernilai  ekonomi  (waste to cash)  seperti   kerajinan  tangan,  pakan  ikan,  pakan  ternak,  dan  pupuk  serta  mewajibkan  semua  kabupaten dan kota memiliki tempat pembuangan akhir sampah.  

10.  Menggalakkan  kesadaran  individu  dan  masyarakat  untuk  membudayakan  pola  konsumsi efisien untuk menekan penumpukan sampah, termasuk sampah makanan,  dengan antara lain menerapkan prinsip reduce, reuse, recycle, repair, dan refabricate  dalam seluruh pola konsumsinya. 

11.  Mengefektifkan  penerapan  ketentuan  mengenai  jasa  lingkungan  hidup  dengan  merevisi  skema  pembayaran  jasa  lingkungan  hidup  (payment for environmental services) untuk membagi tanggung jawab dan kewajiban antarwilayah dan antarsektor  dalam  menjaga  lingkungan  hidup  yang  utuh  dan  lestari  serta  sekaligus  menjamin  kepentingan ekonomi dan sosial budaya masyarakat sekitar. 

12.  Melaksanakan secara konsisten perlindungan dan konservasi keanekaragaman hayati  untuk  kepentingan  ekologis-hayati,  ekonomis  lestari  sebagai  sumber  daya  pangan  dan obat-obatan herbal, perubahan iklim dan pelestarian budaya masyarakat di dalam  dan di sekitar hutan.

13.  Menerapkan  kewajiban  penggunaan  teknologi  “bersih”  dalam  pemanfaatan  energi  fosil seperti batu bara dan minyak bumi sebagai bahan bakar listrik.

14.  Pengintegrasian  penilaian  risiko  lingkungan,  sosial,  dan  tata  kelola  (Environmental, Social, Governance,  ESG)  sebagai  bagian  yang  tidak  terpisahkan  dalam  sistem  ekonomi dan sistem keuangan.

15.  Moratorium  deforestasi  dan  mempercepat  reforestasi,  reboisasi,  restorasi,  dan  rehabilitasi. 

16.   Meningkatkan konservasi kawasan hutan sebagai sumber pangan lokal, obat-obatan  herbal, air, oksigen, fungsi klimatologis,  dan layanan alam bagi kehidupan masyarakat  di sekitar hutan.

6.2. Penguatan Mitigasi dan Penanganan Perubahan Iklim serta Bencana

1.  Melaksanakan  secara  konsisten  kebijakan  dan  program  mitigasi  perubahan  iklim  bidang  kehutanan  seperti  Reducing  Emissions  from  Deforestation  and  Forest  Degradation  (REDD+),  pembangunan  hutan  tanaman  industri,  pengelolaan  hutan  lestari,  rehabilitasi  hutan,  pengelolaan  lahan  gambut  termasuk  mangrove,  dan  peningkatan  peran  konservasi  keanekaragaman  hayati  termasuk  moratorium  alih  fungsi lahan hutan untuk kepentingan lain di luar kepentingan konservasi dan mitigasi  perubahan iklim.

2.  Menjalankan  secara  konsisten  Kesepakatan  Paris  2015  dan  Kairo  2022  yang  telah  ditandatangani Pemerintah Indonesia. 

3.  Melaksanakan  secara  konsisten  kebijakan  dan  program  mitigasi  perubahan  iklim  di  perkotaan  dengan  secara  bertahap  dan  bekerja  sama  dengan  pemerintah  kota,  pemerintah provinsi, swasta, dan komunitas untuk mewujudkan 30% ruang terbuka  hijau  perkotaan  dengan  cara:    mempertahankan  hutan  kota  dan  taman  kota,  dan  bahkan meningkatkannya selama memungkinkannya; mendorong penghijauan tempat  pemakaman termasuk TPU dengan mengurangi “semen-isasi” makam dan sebaliknya  melakukan  penanaman  termasuk  tanaman  keras;  mempercepat  dan  memperkuat  pertanian  kota  yang  dapat  berfungsi  jamak  (multi-functionality)  seperti  paru-paru  kota, penahan dan penyerap air hujan, sumber pangan “sirkuit pendek” dengan jejak  karbon  rendah,  dan  sebagai  hobi  dan  perekat  hubungan  komunitas;  mendorong  implementasi green building  tidak  semata-mata  aspek  hemat  penggunaan  energi  (listrik) dan rendah karbon semata tetapi juga penghijauan halaman, atap (rooftop),  dan vertical garden.

4.  Meninjau  kembali  semua  kebijakan  penggunaan  dan  konversi  kawasan  hutan  yang  berdampak  destruktif  terhadap  lingkungan  hidup  dan  iklim,  seperti  banjir,  longsor,  kekeringan,  pelepasan  gas  rumah  kaca,  kepunahan  keanekaragaman  hayati,  serta  kekacauan ekosistem hidrologis dan klimatologis.

5.  Mengatasi dampak sosial-ekonomi perubahan iklim seperti gagal panen, kelaparan,  kemiskinan, hingga pengungsi dan migrasi, ketegangan (tension), dan potensi konflik  sosial, dengan melibatkan seluruh komponen bangsa (stakeholders).

6.  Melaksanakan  secara  konsisten  kebijakan  transisi  energi  menuju  energi  bersih  terbarukan dengan antara lain meningkatkan porsi energi terbarukan sesuai dengan  target yang telah ditetapkan, melakukan penutupan dan penghentian secara bertahap  Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara. 

7.  Memperkuat  budaya  dan  gaya  hidup  hijau  dengan  mengakselerasi  penghematan  konsumsi  (energi,  air,  makanan),  pengembangan  kota  dan  bangunan  hijau,  serta  pengelolaan sampah dan limbah.

8.  Mewujudkan cetak biru serta rencana aksi adaptasi dan mitigasi krisis iklim berbasis  masyarakat. 

9.  Memperkuat  kerja  sama  masyarakat  (termasuk  masyarakat  adat  di  dalam  dan  di  sekitar hutan) dengan pemerintah untuk menjadi garda terdepan dalam mencegah  kebakaran hutan.

10.  Menghijaukan lahan-lahan kritis, khususnya lahan bekas tambang dengan tanaman  produktif termasuk tanaman bioenergi.

11.  Mengakselerasikan  transportasi  umum  yang  ramah  lingkungan  berbasis  listrik  dan  bioenergi.

12.   Memastikan hak atas udara bersih bagi seluruh rakyat melalui kebijakan pembatasan  kendaraan  polutan  tinggi,  uji  emisi  berkala  secara  tegas,  masifikasi  transportasi  massal, dan transisi ke moda listrik.

13.  Memperkuat sistem alarm/peringatan bencana dengan teknologi yang lebih modern,  mumpuni, dan tepat guna.

14.  Membangun sistem tanggap darurat penanganan bencana yang kredibel, andal, dan  efektif. 

15.  Menetapkan standar keamanan infrastruktur, bangunan, dan kawasan permukiman  yang lebih adaptif terhadap kondisi bentang alam Indonesia.

16.  Meningkatkan  kesiapsiagaan  dan  solidaritas/gotong  royong  dalam  menghadapi  bencana (sebelum, saat, dan sesudah).

17.  Memperkuat kapasitas lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),  termasuk penyediaan dana taktis khususnya di daerah.

18.  Menjalankan  Kampung  Sadar  Iklim  (Kadarklim),  yaitu  program  promotif  di  tingkat  kampung untuk menahan laju perubahan iklim dengan fasilitas sanitasi dan drainase  yang baik, ruang terbuka hijau, kawasan pejalan kaki, fasilitas publik, dan pengelolaan  sampah yang terintegrasi.

19.   Penerapan teknologi digital untuk adaptasi iklim bagi aktivitas produktif petani dan  nelayan.

6.3. Perlindungan dan Konservasi Lingkungan Laut

1.  Mengimplementasikan  secara  konsisten  Undang-Undang  Perikanan  dan  Undang- Undang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil untuk menyusun kebijakan nasional  tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk melindungi keutuhan  dan  kelestarian  lingkungan  laut,  pesisir,  dan  pulau-pulau  kecil  termasuk  dengan  mendayagunakan kearifan lokal masyarakat adat pesisir.

2.  Melaksanakan secara konsisten kebijakan dan program penanggulangan perubahan  iklim  bidang  maritim  seperti  perlindungan  terumbu  karang  dari  kerusakan  dan  kepunahan  akibat  pemanasan  perairan  (coral bleaching)  dan    perlindungan  lahan  terumbu  karang  dari  aktivitas  pengerukan  sumber  daya  maritim  tak  bertanggung  jawab  seperti  penggunaan  bahan  peledak  dan  racun  (potas  dan  sebagainya)  yang  merugikan  penghidupan  nelayan,  merugikan  pariwisata  maritim,  dan  sekaligus  merusak lingkungan maritim.

3.  Meningkatkan  penegakan  hukum  secara  tegas  dan  konsisten  terhadap  setiap  pelanggaran atas ketentuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di wilayah  laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta yang menghancurkan sumber penghidupan  masyarakat pesisir.

4.  Mengintensifkan pengawasan dan evaluasi berkala atas pemanfaatan sumber daya  kelautan dan lingkungan laut, dengan optimalisasi sarana dan prasarana pengawasan  lingkungan laut.

5.  Mengembangkan  program-program  mitigasi  bencana  lingkungan  maritim  berupa  restorasi,  rehabilitasi,  dan  rekonstruksi  wilayah-wilayah  yang  mengalami  kerusakan  lingkungan sebagai upaya penanggulangan kerusakan lingkungan laut. 

6.  Memajukan  implementasi  prinsip-prinsip  sustainable fisheries management  dan  precautionary approach untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan. 

7.  Mendorong  pemanfaatan  kearifan  lokal  dan  hukum  adat  dalam  pengelolaan  dan  pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan. 

8.  Mengevaluasi  pemanfaatan  dan  ekstraksi  sumber  daya  kelautan,  serta  restorasi  terhadap kawasan-kawasan potensial. 

9.  Menetapkan wilayah konservasi ekosistem laut di perairan pedalaman, laut teritorial,  perairan  kepulauan,  zona  tambahan,  ZEE,  dan  landas  kontinen  sesuai  dengan  karakteristik  sumber  daya  dan  lingkungan  perairan  yang  menyeimbangkan  dimensi  sosio-ekonomi,  seperti  pendapatan  dan  penghidupan  (livelihood)  masyarakat  setempat,  khususnya  penduduk  miskin  dan  “setengah  miskin”  dengan  dimensi  lingkungan seperti perlindungan lingkungan biotik (flora dan fauna) dan abiotik (SDA  dan sebagainya).

Indonesia atau sebesar 32,5 juta hektar pada tahun 2029.

11.  Memperkuat penanganan sampah plastik di lautan dengan mengembangan ekonomi  sirkuler  dalam  penanganan  sampah  plastik  di  lautan  melalui  kerja  sama  antara  pemerintah dan berbagai stakeholders.

12.  Mengembangkan sistem Informasi terpadu sampah plastik dan pengelolaan sampah  berdampak ekonomi tinggi bagi masyarakat.

6.4. Percepatan Secara Konsisten Transisi Energi Terbarukan untuk Ketahanan Energi

1.  Mengakselerasi  pengembangan  energi  terbarukan,  baik  untuk  mengurangi  ketergantungan  pada  impor  energi  fosil  dan  mengurangi  emisi  gas  rumah  kaca  maupun sekaligus untuk memperbaiki neraca perdagangan di bidang energi dengan  mewujudkan  ketersediaan  sumber-sumber  energi  terbarukan  yang  terjangkau,  berkeadilan,  dan  memperhatikan  aspek-aspek  kelestarian  lingkungan.  Untuk  itu  Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang potensinya sekitar 3.700 GW secara  bertahap untuk kebutuhan energi dalam negeri, sehingga porsi EBT di dalam bauran  energi menjadi 25%-30% hingga tahun 2029.

2.  Mempercepat penerapan Desa  Mandiri Energi, dimana  desa mampu mendayagunakan  sumber  energi  lokal  berbasis  energi  baru  terbarukan  untuk  memasok  kebutuhan  energinya.

3.  Melaksanakan  secara  konsisten  kebijakan  pengurangan  dan  penutupan  PLTU  batu  bara untuk digantikan dengan pembangkit listrik energi terbarukan.

4.  Pembangunan  jaringan  transmisi  dan  distribusi  listrik  (island, national, micro,  dan  smart grid) secara bertahap untuk menuntaskan transisi ke energi menuju komitmen  global net zero emission, khususnya dengan pembangunan jaringan transmisi nasional  (Nusantara Grid).

5.  Melaksanakan  percepatan  implementasi  teknologi  filter  modern  pada  PLTU-PLTU  untuk mengurangi pencemaran udara. 

6.  Melaksanakan  secara  konsisten  kebijakan  konservasi  energi  di  semua  sektor  termasuk sektor industri terkait produk-produk hemat energi, sektor rumah tangga  dan  komersial,  dan  sektor  transportasi  dengan  menerapkan  pemantauan  secara  digital  kinerja  konservasi  energi  untuk  dipadukan  dengan  kebijakan  insentif  dan  disinsentif fiskal. 

7.  Mengembangkan  industri  teknologi  energi  terbarukan  seperti:  panel  surya,  baterai  penyimpan daya, teknologi kincir angin, panas bumi, tenaga air termasuk mikrohidro,  hidrogen, arus laut, arus bawah laut, dan lainnya. 

8.  Melaksanakan  secara  konsisten  kebijakan  dan  program  pembiayaan  hijau  berkelanjutan  (green and sustainable financing)  melalui  penerapan  kriteria  kinerja  lingkungan dalam pendanaan usaha oleh lembaga jasa keuangan, termasuk korporasi  besar, serta prioritas pendanaan oleh lembaga jasa keuangan bagi aktivitas ekonomi  produktif  yang  ramah  lingkungan  seperti  pendanaan  bagi  pengembangan  energi  terbarukan,  kawasan  pemukiman  hijau,  produksi  pangan  lokal,  serta  industri  yang  menerapkan model ekonomi hijau.

9.  Mengakselerasi  transportasi  ramah  lingkungan,  seperti  kendaraan  listrik  maupun  kendaraan  dengan biofuel,  disertai  dengan  percepatan  pembangunan  infrastruktur  pendukung transportasi ramah lingkungan.

10.  Mengembangkan  industri  terkait  transportasi  ramah  lingkungan  di  dalam  negeri  disertai pengembangan kemitraan antara usaha besar dan UMKM sebagai pemasok  suku cadang.

6.5. Percepatan Pengelolaan Air dan Sumber Daya Air secara Berkelanjutan

1.  Memperkuat manajemen sumber daya air secara terpadu dari hulu hingga hilir  untuk  menyeimbangkan  kebutuhan  air  berbagai  sektor  dan  pemangku  kepentingan  serta  memenuhi akses rakyat terhadap air secara adil dan berkelanjutan.

2.  Memperkuat konservasi air untuk menjaga ketersediaan air secara kontinu antara lain  melalui  peningkatan kualitas sungai (DAS) dengan rehabilitasi hutan dan lahan serta  penyelamatan  danau,  penguatan  pengelolaan  wilayah  sungai  secara  terpadu  dan  konservasi non-vegetatif (pembangunan sumur resapan, kolam retensi, dan bangunan  penangkap  air  lainnya),  pembangunan  infrastruktur  dan  pemanfaatan  teknologi  sehingga  sumber  daya  air  terkelola  dan  dinikmati  semua  termasuk  penerapan  teknologi  pertanian  hemat  air  seperti  sistem  irigasi  tetes,  serta    pengembangan  teknologi pemanfaatan air, termasuk air laut bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau  kecil.

3.  Mempercepat penyediaan air bersih yang merata dan terjangkau  di seluruh pelosok  negeri, termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil serta perbatasan melalui percepatan  penyediaan  sarana  dan  prasarana  dasar  air  bersih/minum,  penerapan  teknologi  pemurnian dan desalinasi, dan peningkatan investasi sektor swasta termasuk dengan  kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

4.  Meningkatkan  kapasitas  infrastruktur  terutama  daya  tampung  air  seperti  waduk,  embung, irigasi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta dunia  usaha/industri/petani.

5.  Meningkatkan  proses  daur  ulang  pemanfaatan  air  dan  pengendalian  kualitas  air, 

lingkungan, pengembangan instalasi pengelolaan air limbah rumah tangga perkotaan,  serta pengawasan dan pengendalian pencemaran air.

6.  Memperkuat  regulasi  pemanfaatan  sumber  daya  air,  termasuk  air  tanah  dan  air  permukaan, serta penegakan hukumnya.

7.  Mengendalikan  penggunaan  lahan  dan  perencanaan  perkotaan  ramah  air  serta  pencegah  banjir  dengan  menerapkan  regulasi  zonasi  yang  melindungi  daerah  tangkapan air dan zona pengisian ulang serta mendorong penggunaan infrastruktur  hijau,  seperti  atap  hijau,  permukaan  yang  dapat  meresap  dan  taman  hujan,  dan  pembangunan drainase perkotaan yang memadai.

6.6. Penguatan Ekosistem Ekonomi Hijau

1.  Mempercepat  penerapan  ekonomi  hijau  melalui  penerapan  transisi  energi  seperti  peningkatan  energi  bersih  dan  transportasi  ramah  lingkungan,  dan  penerapan  prinsip-prinsip hijau di berbagai sektor antara lain industri, pertanian, perikanan, dan  infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan. 

2.  Mempercepat  penerapan  model  ekonomi  sirkuler  dengan  merancang  peta  jalan  pelaksanaannya meliputi model produksi, model bisnis, model distribusi, dan model  pengelolaan limbah (padat, cair, udara, dan emisi).

3.  Mempercepat  pencapaian  target  pembangun  ekologi,  sosial,  dan  tata  kelola  Environmental, Social, and Governance (ESG) bagi dunia sesuai dengan kesepakatan  global.

4.  Mempercepat  penerapan  “Limbah  Jadi  Berkah”:  Pengelolaan  sampah  dan  limbah  yang  terintegrasi  dan  ramah  lingkungan.  Sehingga  dapat  ditransformasi  menjadi  tambahan penghasilan bagi rakyat (waste to cash).

5.  Menerapkan  kebijakan  insentif  dan  disinsentif  ekonomi  hijau  seperti  pajak  karbon,  pajak limbah, pajak deplesi sumber daya alam, keringanan  pajak untuk pemanfaatan  energi  terbarukan  dan  konservasi  energi,  pengurangan  pajak  untuk  pemanfaatan  bahan  baku  nabati  biologis,  serta  pengurangan  pajak  dan  reformasi  subsidi  energi  untuk pemanfaatan teknologi bersih ramah lingkungan.

6.  Mengembangkan ekonomi hijau, dan kebijakan ekologi industri yang menekankan pada  aspek hulu-hilir melingkar (sirkuler) dan keberlanjutan lingkungan hidup (sustainable)  secara  terpadu  dengan  memprioritaskan  tanggung  jawab  produsen  dalam  proses  produksi, distribusi, hingga konsumsi dengan menerapkan prinsip 5R (reuse, reduce, recycle, repair, dan refabricate). 

7.  Mengembangkan  riset  dan  inovasi  bahan-bahan  (material)  terbarukan  khususnya  material biologis/organik untuk menggantikan bahan-bahan  yang sulit didaur ulang 

seperti plastik, besi, baja, dan material teknis lainnya. 

8.  Membangun  basis  data  dan  pemetaan  keanekaragaman  hayati  untuk  dipatenkan  sebagai hak kekayaan intelektual komunal, termasuk masyarakat adat. 

9.  Membentuk  dan  mengembangkan  ekonomi  sirkuler  dalam  penanganan  sampah  plastik di lautan dan polusi udara melalui kerja sama antara pemerintah dan berbagai  stakeholders melalui pendekatan reduce, reuse, recycle, repair, and refabricate (5Rs).

10.  Memberlakukan  kebijakan  internalisasi  biaya  sumber  daya  alam  dan  dampak  lingkungan hidup dalam akuntansi industri dan bisnis serta akuntansi pembangunan  nasional.

6.7. Pembangunan Ekonomi Kelautan (Ekonomi Biru) secara Berkelanjutan

1.  Mempercepat  pembangunan  perikanan  budi  daya  secara  berkelanjutan  sekaligus  meningkatkan nilai tambah bagi usaha perikanan termasuk usaha kecil/nelayan budi  daya.

2.  Melaksanakan  kebijakan  hilirisasi  sumber  daya  kelautan  dan  perikanan  untuk  menghasilkan  produk-produk  hilir  unggulan  bernilai  tambah  tinggi  baik  untuk  kebutuhan pangan, medis, dan kecantikan.

3.  Meningkatkan  produktivitas  perikanan  budi  daya  melalui  penetapan  dan  penataan  kawasan  budi  daya,  bahan  pakan  lokal  berkualitas  dan  peningkatan  nilai  tambah  produk dan pasar dengan berfokus pada 5 produk budi daya unggulan yaitu udang,  kepiting, lobster, tilapia, dan rumput laut.

4.  Membangun industri perikanan tangkap secara terintegrasi dengan pola kemitraan  bersama nelayan-nelayan tangkap dan pelaku usaha perikanan besar dan kecil dalam  batas-batas daya dukung lingkungan laut seperti batas maksimum tangkap dan jenis  alat tangkap.

5.  Melaksanakan  kebijakan  penangkapan  ikan  terkendali  untuk  menjaga  kelestarian  sumber daya ikan melalui pemantauan satelit didukung penggunaan aplikasi digital.

6.  Mengembangkan  program  penguatan  ekonomi  nelayan  tangkap  dan  budi  daya  secara  terintegrasi  dengan  dukungan  sarana  prasarana  produksi,  permodalan,  pemberdayaan, serta pasar bagi produk perikanan dan kelautan.

7.  Memperkuat  dan  meningkatkan  sebaran  dan  kualitas  sentra  penyimpanan  produk  perikanan di setiap desa nelayan yang dikelola oleh koperasi nelayan atau BUMDes  berbentuk koperasi atau usaha bersama.

8.  Mengembangkan industri pakan ikan yang berkualitas dan tersebar mendekati sentra- sentra produksi perikanan budi daya untuk menurunkan biaya produksi.

9.  Meningkatkan  produksi  induk  dan  benih  yang  unggul  dan  tahan  penyakit  di  pusat- pusat/balai-balai  penelitian  dan  sentra-sentra  pembenihan  rakyat  di  setiap  kabupaten/kota.

10.  Merevitalisasi industri pengolahan ikan yang ada saat ini terutama industri tradisional,  dengan upgrading teknologi pengolahan ikan tepat guna.

11.  Mengembangkan  produk  baru  (New Product Development,  NPD)  dari  industri  pengolahan  ikan,  yang  dapat  menjadi benchmarking  terhadap  produk  pengolahan  ikan di negara-negara lain. 

12.   Melakukan sertifikasi produk kelautan berstandar internasional untuk ekspor.

13.  Mengembangkan industri maritim untuk komoditas-komoditas baru potensial untuk  menjadi produk unggulan untuk konsumsi dalam negeri dan ekspor.

14.  Mengembangkan ekosistem perikanan budi daya yang berkualitas dari hulu ke hilir,  dengan mengintegrasikan usaha budi daya dengan perikanan tangkap untuk indukan  benihnya, industri pakan ikan, industri pengolahan ikan, dan sistem logistik. 

15.  Mengembangkan  industri  bioteknologi  kelautan  dan  industri  farmasi  laut  untuk  meningkatkan nilai tambah sumber daya kelautan. 

16.  Mengembangkan  sumber  daya  energi  laut  (tenaga  arus,  gelombang  laut,  dan  perbedaan  suhu  laut  (OTEC  dan  lain-lain),  industri  migas  lepas  pantai  (offshore  termasuk laut dalam), industri bioteknologi kelautan, dan industri farmasi kelautan. 

17.  Mengakselerasikan  11  potensi  maritim,  yaitu:  (1)  perikanan  tangkap;  (2)  perikanan  budi daya; (3) industri pengolahan hasil perikanan; (4) industri bioteknologi kelautan; 

(5)  pertambangan  dan  energi  (ESDM);  (6)  pariwisata  bahari;  (7)  hutan  bakau;  (8)  perhubungan  laut;  (9)  sumber  daya  wilayah  pulau-pulau  kecil;  (10)  industri  dan  jasa  maritim; (11) SDA non-konvensional.

18.  Mewujudkan  Maritim  Unggul  (MU)  lewat  pengembangan  infrastruktur  dan  konektivitas maritim, peningkatan SDM maritim, sarana/prasarana transportasi laut,  pengoptimalan  alur  laut, choke points,  serta  sistem  manajemen  transportasi  laut  yang terintegrasi dengan jalur perdagangan regional dan internasional.

19.  Mewujudkan  Industri  Maritim  Jaya,  lewat  penguatan  industri  galangan,  industri  perikanan dan hasil laut, pengelolaan kampung pesisir, konservasi laut dan terumbu  karang,  meningkatkan  kesejahteraan  nelayan  dan  sumbangan  ekonomi  maritim  terhadap PDB.

6.8. Penataan dan Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut (Marine Spatial Planning) serta Sumber Daya Kelautan secara Adil dan Berkelanjutan

1.  Merevisi kembali peraturan tentang rencana tata ruang laut nasional untuk berbagai  peruntukan antara lain untuk kegiatan ekonomi, lalu lintas transportasi laut, eksploitasi  sumber  daya  laut,  kepentingan  pertahanan  dan  keamanan  laut,  wilayah  konservasi  laut, dan peruntukan lainnya.

2.  Mengatasi pencemaran laut dengan menerapkan regulasi yang ketat untuk mengatasi  pencemaran laut termasuk pencemaran yang bersifat lintas batas negara.

3.  Melaksanakan tata kelola laut yang inklusif dan berkelanjutan, dengan mengoptimalkan  pemanfaatan sektor kelautan dengan potensi US$ 1,4 triliun per tahun secara inklusif  untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan mempertimbangkan kelestarian  lingkungan laut.

4.  Mewujudkan  ekonomi  biru  (blue economy)  melalui  penguasaan  laut  oleh  negara  dengan menyeimbangkan keberlanjutan ekologi dan ekonomi.

5.  Mengembangkan perhitungan neraca sumber daya laut (ocean accounting) sebagai  indikator  keseimbangan  antara  pertumbuhan  ekonomi  dan  keberlanjutan  sumber  daya laut.

6.  Menyempurnakan penataan ruang nasional dengan memasukkan wilayah laut sebagai  satu kesatuan dalam rencana penataan ruang nasional/regional.

7.  Meningkatkan  kegiatan  eksplorasi  dan  eksploitasi  sumber  daya  mineral,  minyak  dan  gas  bumi  di  wilayah  lepas  pantai  dengan  tetap  memperhatikan  daya  dukung  lingkungan dan kawasan konservasi perairan. 

8.  Mengintegrasikan pembangunan maritim (laut dan pesisir) dengan daratan (integrated ocean and coastal management  dan watershed management)  untuk  memastikan  efektivitas  pembangunan,  produktivitas  wilayah,  dan  kesejahteraan  masyarakat  sekitar serta kelestarian lingkungan hidup.

9.  Menyusun peraturan tentang penangkapan ikan bagi nelayan asing / kapal berbendera  asing  dan  nelayan  nasional  di  wilayah  ZEE  Indonesia  dengan  didasarkan  pada  pendataan potensi sumber daya laut dan perikanan di wilayah ZEE Indonesia. 

10.  Melakukan  pemetaan  dan  pembuatan  sistem  pendataan  sumber  daya  alam  laut  dan  pesisir  (perikanan,  mangrove,  terumbu  karang,  pertambangan,  dan  energi)  yang mencakup pula informasi stok dan panen spesies laut secara real time beserta  pengelolaannya.

6.9. Pengembangan Infrastruktur dan Konektivitas Maritim untuk Memperkuat Ekonomi Biru

1.  Membangun  infrastruktur  dan  prasarana  tol  laut  untuk  mendukung  konektivitas  maritim antarwilayah dan antarpulau serta sistem logistik nasional guna meningkatkan  aksesibilitas dengan pusat-pusat pengembangan ekonomi regional dan internasional,  untuk  mendukung  peningkatan    pembangunan  daerah  sekaligus  mewujudkan  pemerataan pembangunan nasional secara adil merata.

2.  Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung transportasi  laut,  yang membutuhkan  kapal-kapal  berukuran  besar  untuk  perdagangan  internasional,  serta  kapal-kapal  ukuran sedang dan kecil untuk perdagangan domestik.

3.  Menata jalur pelayaran nasional melalui penguatan sistem kepelabuhan yang efisien  sesuai dengan kebutuhan nasional dan sesuai dengan standar internasional. 

4.  Mengembangkan sistem manajemen transportasi laut yang efektif dan efisien serta  terpadu  dengan  sistem  transportasi  darat  dan  udara  serta  jalur-jalur  perdagangan  regional dan internasional.

5.  Mengoptimalkan  ALKI  (Alur  Laut  Kepulauan  Indonesia)  dan  SLoC  (Sea Lines of Communication)  sebagai  pusat  ekonomi  maritim  baru  dan  pusat  pengendalian  keamanan  laut  dengan  mengembangkan  pelabuhan  utama  di  kota-kota  besar  atau  strategis  menjadi  berstandar  internasional  yang  dapat  melayani  kapal-kapal