II. TINJAUAN PUSTAKA
2.4. Parameter Kualitas Air Sungai
2.4.15. Logam Berat di Perairan
2.4.15.5. Merkuri (Hg)
Merkuri adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu–batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik (Palar, 2004). Lingkungan yang tercemar oleh merkuri (Hg) dapat membahayakan kehidupan manusia melalui rantai makanan.
Umumnya kadar merkuri (Hg) dalam tanah, air dan udara relatif rendah. Berbagai jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadar ini, misalnya aktivitas
penambangan yang dapat menghasilkan merkuri (Hg) sebanyak 10.000 ton/tahun.
Kegiatan manusia juga merupakan suatu sumber utama pemasukan logam ke dalam lingkungan perairan. Sumber pencemaran dan keracunan logam berat dapat berasal dari berbagai jenis kegiatan, seperti kegiatan penambangan dan pertanian. Limbah dan buangan industri, beberapa logam dibuang ke dalam
lingkungan perairan melalui cairan limbah industri seperti tembaga (Cu), seng (Zn), timbal (Pb), dan merkuri (Hg). Aliran pertanian, tanah-tanah pertanian kaya akan logam runutan dan sisa-sisa hewan dan tumbuhan, pupuk fosfat, herbisida, dan fungisida tertentu. Endapan yang mengandung logam, hilang dari daerah pertanian sebagai akibat dari erosi tanah dan larut bersama aliran pertanian menuju ke sungai atau laut (Darmono, 2001).
Merkuri (Hg) adalah unsur kimia sangat beracun. Unsur ini dapat bercampur dengan enzim di dalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan enzim untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting seperti kerusakan jaringan, biasanya di organ hati dan ginjal. Logam merkuri (Hg) ini dapat terserap ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Sifatnya yang beracun dan cukup volatil, uap merkuri (Hg) sangat berbahaya mampu mengakibatkan pusing dan gangguan syaraf jika terhirup, meskipun dalam jumlah yang sangat kecil 80 ppm bahkan lebih kecil lagi (Wurdiyanto, 2007). Merkuri (Hg) bersifat racun yang kumulatif, dalam arti sejumlah kecil merkuri (Hg) yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu lama akan menimbulkan bahaya.
Bahaya penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri (Hg) diantaranya adalah kerusakan rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem syaraf (Setiabudi, 2005).
Walaupun merkuri (Hg) hanya terdapat dalam konsentrasi 0,08 mg/kg di kerak bumi, logam merkuri (Hg) ini banyak tertimbun di daerah pertambangan. Merkuri (Hg) dianggap logam berat paling beracun di lingkungan. Keracunan merkuri (Hg) disebut sebagai acrodynia atau penyakit pink. Merkuri (Hg) dilepaskan ke lingkungan oleh kegiatan industri seperti farmasi, kertas dan pengawet pulp, industri pertanian, dan klorin serta industri produksi soda kaustik (Morais et al., 2012). Paparan peningkatan kadar logam, merkuri organik dan anorganik dapat merusak otak, ginjal dan janin yang sedang berkembang. Merkuri (Hg) hadir di sebagian besar makanan dan minuman di kisaran < 1 sampai 50 mg/kg (Alina et al., 2012).
Peningkatan paparan merkuri (Hg) dapat mengubah fungsi otak dan menyebabkan rasa malu, tremor, masalah memori, mudah marah, dan perubahan dalam
penglihatan atau pendengaran. Paparan uap logam merkuri (Hg) pada tingkat yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih singkat dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, muntah, diare, mual, ruam kulit, peningkatan jantung denyut atau tekanan darah (Martin & Griswold, 2009). Karena efek kesehatan kelebihan yang berhubungan dengan paparan merkuri (Hg), standar hadir untuk air minum telah ditetapkan pada tingkat yang lebih rendah dari 0,002 mg/L dan 0,001 mg/L dengan Undang-Undang Perlindungan Lingkungan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2007).
Keracunan oleh merkuri (Hg) non-organik terutama mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal dan hati. Merkuri (Hg) organik dari jenis metil- merkuri (Hg) dapat memasuki placenta dan merusak janin pada wanita hamil, mengganggu saluran darah ke otak serta menyebabkan kerusakan otak. Manifestasi klinis awal intoksikasi merkuri (Hg) didapatkan gangguan tidur, perubahan mood (perasaan) yang dikenal sebagai “erethism”, kesemutan mulai dari daerah sekitar mulut hingga jari dan tangan, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan
pengurangan daya ingat. Pada intoksikasi berat penderita menunjukkan gejala klinis tremor, gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, jalan sempoyongan (ataxia) yang menyebabkan orang takut berjalan. Hal ini diakibatkan terjadi kerusakan pada jaringan otak kecil (serebellum) (Bateman et al., 1981).
Merkuri (Hg) yang berada pada kulit akan masuk melalui pori-pori kulit dan masuk ke saluran darah. Pada suhu ambien (26 °C-30 °C) merkuri (Hg) anorganik akan menguap, bila penggunaan merkuri (Hg) secara terus menerus maka akan dimungkinkan uap tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran nafas (inhalasi) dan pada akhirnya akan masuk ke saluran darah.
Keberadaan merkuri (Hg) dalam darah merupakan indikator sementara bahwa senyawa tersebut telah masuk ke dalam tubuh, merkuri (Hg) dalam darah memiliki waktu paruh 2 hari. Setelah itu akan mengalami biotransformasi yang akan menjadi metabolit dan sebagian menuju target organ seperti syaraf, ginjal, dll
(Sastroasmoro, 2002). Merkuri (Hg) masuk ke dalam tubuh tidak hanya melalui pori kulit ataupun saluran nafas namun dapat juga melalui kontak cairan, misalnya lewat mata. Cara masuk dari merkuri (Hg) ke dalam tubuh turut mempengaruhi bentuk gangguan yang ditimbulkan, penderita yang terpapar dari uap merkuri (Hg) dapat mengalami gangguan pada saluran pernafasan atau paru-paru dan gangguan berupa kemunduran pada fungsi otak. Kontak langsung dengan merkuri (Hg) melalui kulit akan menimbulkan dermatitis lokal, tetapi dapat pula meluas secara umum bila terserap oleh tubuh dalam jumlah yang cukup banyak karena kontak yang berulang-ulang (Darmono, 2001).
Karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S. Food and Drug Administration (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB) kadar merkuri (Hg) yang ada dalam jaringan tubuh dan badan air, yaitu sebesar 0,005 ppm (Budiono, 2002). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, kadar maksimum merkuri (Hg) untuk keperluan air baku air minum kurang dari 0,001 mg/L dan untuk kegiatan perikanan yang diperbolehkan kurang dari 0,002 mg/L. Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu suatu keadaan untuk larutan kimia, dalam hal ini merkuri (Hg) dianggap belum membahayakan bagi kesehatan manusia. Bila dalam air atau makanan, kadar merkuri (Hg) sudah melampaui NAB, maka air maupun makanan yang diperoleh dari tempat tertentu harus dinyatakan berbahaya. NAB air yang mengandung merkuri (Hg) total 0,002 baik digunakan untuk kegiatan perikanan, dan pencemaran perairan oleh merkuri (Hg) akibat kegiatan alam mempunyai kisaran antara 0,00001 sampai 0,0028 ppm (Budiono, 2002).