• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Storet (Storage And Retrieval)

Dalam dokumen Selamat Datang - Digital Library (Halaman 128-131)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Parameter Kualitas Air Sungai

2.5.3. Metode Storet (Storage And Retrieval)

Metode Storet merupakan salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan, dengan metode storet ini dapat diketahui parameter- parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip metode storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air (Suwari, 2010). Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas. Semua parameter yang diuji akan dihitung total jumlah negatifnya dan skor akhir akan berupa nilai yang dapat diklasifikasikan dalam 4 (empat) kelas (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003), kelas tersebut dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Klasifikasi Kualitas Air Berdasarkan Metode Storet

No. Kategori Nilai Status

1 Kelas A Baik sekali 0 Memenuhi Baku Mutu 2 Kelas B Baik -1 s/d -10 Cemar Ringan 3 Kelas C Sedang -11 s/d -30 Cemar Sedang

4 Kelas D Buruk  -31 Cemar Berat

Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003

Penentuan status mutu air dengan metode storet dimaksudkan sebagai acuan dalam melakukan pemantauan kualitas air dengan tujuan untuk mengetahui mutu (kualitas) suatu sistem akuatik. Penentuan status mutu air didasarkan pada analisis parameter fisika, kimia dan biologi. Penentuan status mutu air dengan metode storet menggunakan data nilai minimum, maksimum, dan rerata dalam rentang waktu tertentu. Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode storet dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Lakukan pengumpulan data kualitas air dan debit air secara periodik sehingga membentuk data dari waktu ke waktu (time series data).

2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku yang sesuai dengan kelas air.

3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran  baku mutu) maka diberi nilai 0.

4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran

> baku mutu), maka diberi skor seperti yang ditunjukkan pada Tabel 21.

5. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status mutu dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem nilai

(Matahelumual, 2007).

Tabel 21. Skor Setiap Parameter untuk Metode Storet

Jumlah Parameter Nilai Parameter

Fisika Kimia Biologi

< 10

Min -1 -2 -3

Maks -1 -2 -3

Rerata -3 -6 -9

 10 Min -2 -4 -6

Maks -2 -4 -6

Rerata -6 -12 -18

Sumber: Matahelumual, 2007

Nilai metode storet yang mendekati nol menggambarkan semakin baik kualitas air yang diamati. Perincian sistem pemberian nilai bagi setiap nilai minimum,

maksimum dan rata-rata masing-masing parameter fisika, kima dan biologi

berdasarkan jumlah parameter yang digunakan. Metode storet memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan indeks kualitas air lainnya. Kelebihan metode storet adalah dapat menggabungkan banyak data parameter kualitas air sehingga gambaran mengenai kualitas air akan lebih komprehensif dan tidak terpaku pada parameter-paramater tertentu. Semakin banyak parameter kualitas air yang digunakan dalam perhitungan metode storet, maka akan semakin tepat gambaran kualitas air yang didapat (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003).

2.6. Pengukuran Parameter Biologi 2.6.1. Indeks Keanekaragaman (H')

Keanekaragaman adalah jumlah total spesies dalam suatu daerah tertentu atau diartikan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat dalam suatu area antar jumlah total individu dari spesies yang ada dalam suatu komunitas. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keanekaragaman (Michael, 1994).

Selain itu, keanekaragaman spesies merupakan suatu karakteristik ekologi yang

dapat diukur dan khas untuk organisasi ekologi pada tingkat komunitas.

Keanekaragaman atau keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan (Kristanto, 2002).

Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk menyatakan hubungan

kelimpahan spesies dalam komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies (jenis) dengan kelimpahan spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya jika suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah (Umar, 2013). Menurut sifat komunitas, keanekaragaman ditentukan dengan banyaknya jenis serta kemerataan kelimpahan individu tiap jenis yang didapatkan. Semakin besar nilai suatu keanekaragaman berarti semakin banyak jenis yang didapatkan dan nilai ini sangat bergantung kepada nilai total dari individu masing-masing jenis atau generasi. Keanekaragaman (H') mempunyai nilai terbesar jika semua individu berasal dari genus atau spesies yang berbeda-beda, sedangkan nilai terkecil jika semua individu berasal dari satu genus atau satu spesies saja (Kusnadi, 2016).

Indeks keanekaragaman (H') menggunakan keadaan populasi organisme secara matematis agar mempermudah dalam menganalisisis formasi jumlah individu masing-masing jenis pada suatu komunitas (Odum, 1993). Perhitungan indeks keanekaragaman makrozoobentos, digunakan rumus indeks keanekaragaman yaitu:

H' = Indeks keanekaragaman jenis Ni = Jumlah individu setiap jenis N = Jumlah seluruh individu.

(Odum, 1993).

Berdasarkan rumus di atas kriteria dari indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Kategori Indeks Keanekaragaman (H') dan Kriterianya

No. Keanekaragaman Kategori Kriteria

1. H'  2 Keanekaragaman Kecil

Keanekaragaman genera/spesies rendah, penyebaran jumlah individu tiap genera/spesies rendah, kestabilan komunitas rendah dan keadaan perairan telah tercemar.

2. 2 < H'  3 Keanekaragaman Sedang

Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu sedang dan kestabilan perairan telah tercemar sedang.

3. H' > 3 Keanekaragaman Tinggi

Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies atau genera tinggi, kestabilan komunitas tinggi dan perairannya masih belum tercemar.

Sumber: Kusnadi, 2016

Tabel 22 merupakan kategori keanekaragaman jenis berdasarkan rentang nilai indeks keanekaragaman menurut Shannon-Wiener beserta kriterianya. Nilai H' akan maksimum jika semua generasi memiliki jumlah individu yang sama dan akan memperoleh nilai sebesar: H' maks = ln S, di mana S adalah jumlah jenis (Kusnadi, 2016).

Dalam dokumen Selamat Datang - Digital Library (Halaman 128-131)