II. TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2. Pencemaran Lingkungan
Perairan sungai menjadi tercemar karena disebabkan oleh pencemar organik maupun anorganik. Menurut Warlina (2004) pencemar organik dapat
meningkatkan kandungan kebutuhan oksigen biologis atau BOD dalam air sungai yang mengindikasikan telah terjadi penurunan kualitas air. Pencemar organik sebagian besar berasal dari buangan kegiatan pertanian dan limbah cair domestik.
Sedangkan pencemar anorganik sebagian besar berasal dari buangan kegiatan industri. Temuan memburuknya penurunan kualitas air dapat dijumpai dari area yang semakin ke arah hilir pada daerah aliran sungai. Pada area ke hilir daerah aliran sungai, semakin bervariasinya penggunaan lahan oleh masyarakat maka mengakibatkan parameter fisik kekeruhan air semakin keruh selain itu dapat menurunkan kualitas air sungai yang dapat diketahui dengan hasil analisis parameter fisika, kimia dan biologi lainnya. Semakin kecil tutupan hutan serta semakin beragamnya jenis penggunaan lahan dapat menyebabkan kondisi kualitas air sungai yang semakin buruk, terutama akibat adanya aktivitas pertanian dan pemukiman. Penggunaan lahan berupa tegalan, sawah, dan pemukiman yang sangat besar memberikan pengaruh terhadap kekeruhan sungai (Supangat, 2008).
Begitu juga dengan semakin beragamnya penggunaan lahan maka kandungan BOD dan COD dalam air semakin tinggi. Kasus yang cepat dan mendesak kebutuhan misalnya terjadinya pencemaran karena kecelakaan di badan air tertentu, diperlukan penilaian kualitas air yang cepat dalam menentukan tingkat pencemaran untuk kemudian ditentukan langkah penanganannya (Effendi,2003).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat atau komponen lain yang tidak diinginkan yang dapat mengakibatkan perubahan tatanan air dan menyebabkan penurunan kualitas air sehingga dapat merugikan bagi kehidupan organisme air. Pencemaran air didefinisikan sebagai perubahan langsung atau tidak langsung terhadap keadaan air, dari keadaan yang normal menjadi keadaan yang berbahaya atau berpotensi menyebabkan penyakit atau gangguan bagi lingkungan dan kehidupan makhluk hidup. Perubahan langsung dan tidak langsung ini dapat berupa perubahan fisik, kimia, termal, biologi, atau radioaktif. Kualitas air merupakan salah satu faktor dalam menentukan kesejahteraan manusia. Harus diingat bahwa air alamiah yang terdapat pada permukaan bumi, sudah mengandung senyawa kimia seperti mineral yang terlarut di dalamnya pada konsentrasi bervariasi. Namun demikian air tersebut tidak langsung disebut sebagai tercemar. Kehadiran bahan pencemar di dalam air dalam jumlah tidak normal mengakibatkan air dalam kondisi tercemar (Situmorang, 2012). Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai aktivitas manusia maka perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air, baku mutu limbah cair dan sebagainya. Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air, tetapi air tersebut tetap dapat digunakan sesuai dengan kriterianya (Nugroho, 2006).
Pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman organisme perairan seperti bentos, perifiton, serta plankton. Hal ini dapat menyebabkan sistem ekologis dalam perairan akan terganggu. Sistem ekologis perairan mempunyai kemampuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar (self purification). Apabila sistem ekologis perairan dalam kondisi yang baik maka ketersediaan pakan alami bagi zooplankton dan fitoplankton akan cukup tersedia bahkan berlimpah, dan dapat digunakan oleh setiap tingkat trofik secara efisien, terutama ikan yang termasuk dalam tingkat trofik teratas (Tugiyono et al., 2018). Jika ketersediaan pakan alami bagi fitoplankton dan zooplankton
dalam kondisi normal di alam ekosistem perairan tersedia cukup merata melimpah, maka pakan ini dapat digunakan sebagai pakan alami oleh masing- masing tingkat trofik secara efisien dalam jaring-jaring makanan, terutama ikan yang menempati tingkat trofik tertinggi (Tugiyono et al., 2017).
Pencemaran air diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Maksud dari tingkat tertentu tersebut adalah baku mutu kualitas air yang ditetapkan dan berfungsi sebagai tolak ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran dalam suatu perairan (Matahelumual, 2007). Air lingkungan yang telah tercemar ditandai dengan adanya perubahan-perubahan seperti temperatur, pH atau konsentrasi ion hidrogen, warna, bau dan rasa air terlarut, adanya endapan, adanya koloid, adanya bahan terlarut, adanya
mikroorganisme dan meningkatnya radioaktivitas air lingkungan (Gabriel, 2001).
Pencemaran lingkungan disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti pencemaran oleh mahluk hidup, pencemaran oleh energi, pencemaran oleh komponen kimia, dan pencemaran oleh zat atau unsur kimia yang terlarut dalam air atau cairan dalam bentuk ion-ion terutama ion logam (Andaka, 2008). Logam berat merupakan salah satu polutan yang bersifat toksik dan berbahaya bagi lingkungan serta kehidupan manusia. Upaya penurunan konsentrasi logam berat di lingkungan merupakan salah satu usaha yang sangat penting untuk dilakukan (Buhani dan Suharso, 2016).
Air perlu terus dilestarikan secara berkelanjutan dan dilindungi serta dicegah dari bahan-bahan pencemar sehingga dapat bertahan dengan baik tingkat mutu dan kualitasnya. Oleh karena itu diperlukan pengendalian dan pengelolaan terhadap pencemaran air dengan menetapkan baku mutu kualitas air. Dampak negatif dari pencemaran air yaitu dapat mempengaruhi nilai ekologi, sosial budaya dan nilai ekonomi, air yang tercemar akan sangat merugikan lingkungan serta masyarakat yang memanfaatkannya akan menghabiskan biaya yang besar. Pencemaran sungai dapat terjadi karena pengaruh kualitas air limbah yang melebihi baku mutu
air limbah yang telah ditetapkan, di samping itu juga ditentukan oleh debit air limbah yang dihasilkan (Alaerts dan Santika, 1987). Jika debit air sungai banyak saat musim penghujan maka konsentrasi limbah pencemar akan dinetralkan karena terjadi proses pengenceran dalam sungai. Hal ini merupakan karakteristik sungai yang memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri atau Self Purification.
Sebaliknya, jika musim kemarau saat debit air sedikit, maka akan menyebabkan konsentrasi limbah dalam air sungai lebih pekat atau lebih tinggi (Batubara, 2011).
Penetapan dan penerapan standar kualitas air merupakan salah satu upaya efektif dalam pengendalian dan pengelolaan pencemaran air. Standar kualitas air yang ditetapkan untuk keperluan perlindungan kualitas air akan memberikan arahan atau panduan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam program pengendalian dan pengelolaan pencemaran air. Tata ruang yang baik mengatur pemanfaatan ruang yang mempertimbangkan potensi beban atau tekanan terhadap lingkungan yang berasal dari aktivitas pemanfaatan ruang. Di samping penataan ruang tersebut diperlukan juga pendekatan dalam aspek legal berupa pembinaan dan penegakkan hukum, penetapan baku mutu, perlindungan sumber air, monitoring dan evaluasi, dan pengembangan industri yang bergerak dalam bidang pengolahan limbah (Agustiningsih, 2012).