BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Kajian teori
1. Metakognitif
John Flavell untuk pertama kalinya di dunia penelitian telah memperkenalkan istilah metakognisi atau metacognittion.
Metakognisi ini berasal dari bahasa inggris yaitu “metacognittion”, yang merupakan gabungan dari kata “meta” dan “cognition”. Arti kata “Meta” dalam bahasa inggris adalah after, beyound, with serta adjacent yang bermakna setelah. Sedangkan “cognition” berasal dari
No. Nama Judul penelitian Persamaan Perbedaan
4. Ana Faizati “Analisis Kemampuan Metakognitif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Dimennsi Tiga”.
1. Penelitian deskriptif kualitatif 2. Membahas
metakognitif
1. Penelitian sebelumnya menggunakan materi dimensi tiga. Pada penelitian ini menggunakan materi bangun ruang sisi datar.
2. Pada penelitian sebelumnya kemampuan metakognitif dikaitkan dengan prestasi belajar, sedangkan pada penelitian ini melihat
metakognitif dari perbedaan gender.
bahasa latin “cognoscer” yang bermakna mengetahui.19 Selain itu John Flavell juga mendefinisikan “metacognition” sebagai ”thingking about thinking” yang artinya berpikir tentang berpikir. Menurut Livingston kemampuan berpikir seseorang yang objek berpikirnya adalah proses berpikir yang terjadi pada diri sendiri disebut dengan metakognisi.
Menurut Flavell, metakognitif adalah pengetahuan dan regulasi pada suatu aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya.
Adapun kemampuan metakognitif merupakan suatu kesadaran tentang kognisi diri sendiri, bagaimana kognitif ini bekerja, serta bagaimana mengaturnya.20 Flavell juga menyebutkan bahwa konsep metakognisi dan kognisi sukar untuk diterjemahkan, namun secara umum perbedaan itu adalah kognisi memproses pengetahuan, sedangkan metakognisi menciptakan pemahaman seseorang terhadap pengetahuan.21
Menurut Desmita metakognitif memiliki arti yang sangat penting, karena pengetahuan yang dimiliki siswa tentang proses kognitifnya sendiri dapat memandu siswa tersebut dalam menata suasana dan mengoreksi strategi yang digunakan untuk meningkatkan
19 Enie Vita Sari, “Hubungan Metacognitive Awereness Dan Self Efficacy Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN Gugus Cakra Kota Semarang” (Skripsi, UNNES, 2020), 27
20 Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika (Bandung, 2015), 94
21 Rahmawati,. 6
kemampuan kognitifnya di masa mendatang.22 Selain itu Matlin dalam Amin & Sukestiyarno menyebutkan bahwa metakognitif merupakan pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognitif atau berpikir mengenai berpikir seseorang.23
Sementara itu Ormrod mengemukakan bahwa “metakognitif merupakan istilah yang secara literal berarti “berpikir mengenai berpikir”. Metakognisi ini mencakup pemahaman dan keyakinan pembelajar mengenai proses kognitifnya sendiri dan bahan pelajaran yang akan dipelajari, serta usaha-usaha sadarnya untuk terlibat dalam proses berpikir yang akan meningkatkan proses belajar dan memorinya.24 Lebih lanjut Desmita menjelaskan bahwa metakognitif tidak sama dengan kognitif atau proses berpikir. Metakognitif merupakan suatu kemampuan dimana individu berdiri diluar kepalanya dan mencoba untuk memahami cara ia berpikir atau proses kognitif yang dilakukannnya dengan melibatkan komponen- komponen perencanaan, pengontrolan dan evaluasi.25
Ormrod menyatakan bahwa contoh metakognitif meliputi hal- hal berikut ini :
22 Ade Ira Nurjanah, “Analisis Level Metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2017), 12
23 Nurjanah, 12
24 Nurjanah, 14
25 Nurjanah, 15
a. Merefleksikan hakikat umum berpikir, belajar dan pengetahuan b. Mengetahui batasan-batasan pembelajaran (learning) dan
kapabilitas memori
c. Mengetahui tugas-tugas belajar apa saja yang dapat dipenuhi secara realitas dalam suatu periode tertentu
d. Merencakan pendekatan yang masuk akal terhadap tugas belajar e. Mengetahui dan mengaplikasikan strategi-strategi yang efektif
untuk belajar dan mengingat materi baru
f. Memonitor pengetahuan dan pemahaman seseorang, misalnya mengenali ketika seseorang sudah atau belum mempelajari sesuatu dengan sukses.
Ada tiga aspek yang menjadi indikator metakognisi menurut anderson dan krathwohl yaitu pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, strategi, dan pengetahuan diri. Sedangkan menurut Schonfeld terdapat tiga cara menjelaskan metakognisi dalam pembelajaran matematika, yaitu keyakinan dan intuisi, pengetahuan, dan kesadaran diri.26 Widadah menyatakan bahwa kegiatan seperti merencanakan bagaimana mempresentasikan metode dalam tugas pembelajaran, memantau kemampuan dan mengevaluasi rencana untuk melaksanakan tugas merupakan ciri alami metakognitif. Kegiatan metakognisi dalam
26 Arnindia Hani Safitri, “Analisis kemampuan metakognisi siswa pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII G SMP Negeri 1 Bringin Tahun pelajaran 2020/2021”, (Skripsi, IAIN Salatiga, 2022), 18
memecahkan masalah matematika dapat menunjukkan keterampilan metakognitif.27
Berbeda dengan Woolfolk, menurutnya metakognisi merupakan cara untuk menumbuhkan pemahaman tentang proses pemikiran dan pembelajaran yang dilakukan. Pemahaman ini terwujud ketika seseorang mulai berpikir perencanaan (planning), pemantauan (Monitoring) dan evaluasi (evaluating) hasil dari aktivitas kognitifnya.
Dari pendapat Wolfolk dapat dikatakan bahwa metakognititf merupakan cara untuk memberikan peningkatan kesadaran kognititf siswa dalam belajarnya, dimana kesadaran itu akan terwujud apabila seseorang dapat mengawali proses berpikirnya dengan merencanakan, memantau dan mengevaluasi hasil dan aktivitas berpikirnya. Proses berpikir siswa diawali dengan aspek merencanakan yang meliputi memahami konsep materi, memahami maksud soal dan menentukan strategi penyelesaian. Kemudian pada aspek pemantauan siswa harus bisa memantau hasil pekerjaannya, dengan cara memastikan rumus yang digunakan sudah tepat, dan mampu menyelesaikan masalah dengan runtut sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada aspek terakhir yaitu evaluasi disini siswa dituntut mampu memastikan jawaban yang telah diperolehnya sudah benar dan dapat menyimpulkan hasil akhir dengan tepat. Sehingga dalam menyelesaikan masalah matematika siswa dituntut untuk dapat memahami konsep dengan baik,
27 Safitri, “Analisis kemampuan”, 16.
memahami rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal, serta ketelitian dalam menyelesaikan masalah. Proses berpikir ini disebutkan oleh Woolfolk sebagai komponen keterampilan metakognitif. Komponen tersebut dijelaskan secara lebih detail sebagai berikut :
a. Perencanaan merupakan banyaknya waktu yang diperlukan untuk memecahkan masalah, rencana yang digunakan, bagaimana menyelesaikannya, sumber yang harus digunakan, bagaimana memulainya, dan apa yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
b. Pemantauan adalah kesadaran yang dilakukan untuk menyelidiki diri sendiri, seperti bagaimana saya mennyelesaikan tugas, apakah saya mengetahui kekliruan dalam menyelesaikannya, apakah saya menyelesaikannya sangat cepat, dan apakah saya pernah mempelajari masalah ini.
c. Evaluasi merupakan proses melibatkan pengambilan kesimpulan dari hasil berpikir dan belajar. Misalnya apakah saya dapat mengubah konsep dalam mengerjakan soal ini?, apakah saya membutuhkan bantuan atau menyerah?.
Berkaitan dengan keterampilan metakognitif tersebut, Widadah menyatakan bahwa keterampilan pemecahan masalah dapat dibedakan menjadi tiga keterampilan yaitu membuat rencana, memantau pelaksanaan dan penilaian atau evaluasi.
Berdasarkan pendapat yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan metakognitif merupakan kegiatan membuat rencana, memantau pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Pada penelitian ini peneliti memilih keterampilan menurut Woolfolk, karena indikator yang akan digunakan mudah dipahami dan sesuai dengan penyelesaian masalah.