• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis metakognitif siswa dalam pemecahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "analisis metakognitif siswa dalam pemecahan"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Vivi Lutfiana NIM : T20187052

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JUNI 2022

(2)

i

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN

RUANG SISI DATAR KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 JEMBER DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Matematika

Oleh : Vivi Lutfiana NIM : T20187052

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JUNI 2022

(3)

ii

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN

RUANG SISI DATAR KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 JEMBER DITINJAU DARI PERBBEDAAN GENDER

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq

Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Matematika

Oleh : Vivi Lutfiana NIM : T20187052

Disetujui Pembimbing

Fikri Apriyono, M. Pd NIDN.2001048802

(4)

iii

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN

RUANG SISI DATAR KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 JEMBER DITINJAU DARI PERBBEDAAN GENDER

SKRIPSI

Telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Matematika

Hari : Rabu Tanggal : 29 Juni 2022

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Dr. Ubaidillah, M.Pd.I NIP. 198512042015031002

Anas Ma’ruf Annizar, M.Pd.

NIP. 199402162019031008 Anggota :

1. Dr. Arif Djunaidi, M.Pd ( )

2. Fikri Apriyono, M.Pd. ( )

Menyetujui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I NIP. 196405111999032001

(5)

iv MOTTO





















Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu

orang-orang yang beriman,”1 (QS Ali Imran: 139)

1 Mushaf Al-Azhar, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung : Jabal., 2010), 67

(6)

v

PERSEMBAHAN

Seirig ucapan syukur kepada Allah SWT dengan rasa tulus dan ikhlas dalam hati, skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya tercinta, terimakasih atas segala cinta, kasih sayang, semangat perjuangan, nasehat serta do’a yang selalu terucap demi masa depan saya yang penuh berkah;

2. Adik saya Muhammad Dhima Arikza serta seluruh keluarga besar bapak dan ibu saya, terimakasih atas dukungan, motivasi dan do’anya untuk saya selama ini;

3. Dyah Nisfita Sani, teman saya dari SMP, terimakasih atas do’a semangat dan dukungannya. Terimakasih sudah bersedia untuk selalu mendengarkan keluh kesah saya dari dulu sampai sekarang, dan terimakasih untuk banyak hal lainnya;

4. Diah Ayu Lestari, teman satu kamar, satu kelas, satu prodi, satu angkatan, satu universitas terimakasih atas segala bantuannya. Terimakasih sudah berjuang bersama untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Murobbiyah dan Musyrifah Ma’had Al-Jam’iyah UIN KHAS Jember, terimakasih banyak atas dukungan, do’a, dan segala hal yang dapat menghibur saya disaat lelah mengerjakan tugas akhir;

6. Teman-temanku Prodi Tadris Matematika angkatan 2018, terimakasih atas segala bantuan, semangat, inspirasi dan perjuangan bersama selama masa perkuliahan online maupun offline;

(7)

vi

7. Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq, khususnya Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan banyak pengetahuan, ilmu dan pengalaman yang dapat dijadikan bekal di kemudian hari.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas segala rahmat, taufik serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi dengan judul “Analisis Metakognitif Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII Di SMP Negeri 4 Jember ditinjau dari Perbedaan Gender” dapat terselesaikan dengan lancar.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni dengan ajaran agama islam.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Sarjana Pendidikan dalam Program Studi Tadris Matematika pada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor UIN KHAS Jember yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan kepada penulis.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan persetujuan pada skripsi ini.

3. Ibu Dr. Indah Wahyuni, M.Pd. selaku ketua jurusan pendidikan sains yang telah memberikan pelayanan kepada penulis.

(9)

viii

4. Bapak Fikri Apriyono. M.Pd. selaku Koordinator Program Studi Tadris Matematika dan juga pembimbing skripsi yang telah menerima judul skripsi ini dan telah membimbing penulis dengan sabar dan sepenuh hati.

5. Dosen-dosen di UIN KHAS Jember yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Bapak/Ibu Tata Usaha Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Tiada kata yang dapat diucapkan selain do’a dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan atas semua jasa yang telah diberikan kepada penulis. Skripsi ini pasti memiliki kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam penelitian selanjutnya bisa lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Jember, 11 Juni 2022

Penulis

(10)

ix ABSTRAK

Vivi Lutfiana, 2022 : Analisis Metakognitif Siswa pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII di SMP Negeri 4 Jember ditinjau dari Perbedaan Gender.

Kata Kunci : Metakognitif siswa, Gender

Metakognitif merupakan salah satu aspek penting yang harus dimiliki siswa untuk mendukung keberhasilannya dalam menyelesaikan masalah matematika. Siswa yang dapat mengembangkan metakognitifnya dengan baik maka akan menjadi salah satu faktor yang bisa mendukung keberhasilannya dalam menyelesaikan masalah matematika. Selain itu faktor lain yang menjadi pembeda dari kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah matematika adalah perbedaan gender. Siswa laki-laki dan perempuan itu memiliki pola pikir yang berbeda.

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mendeskripsikan metakognitif siswa laki-laki berkemampuan tinggi pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII di SMPN 4 JEMBER, 2) Mendeskripsikan metakognitif siswa perempuan berkemampuan matematika tinggi pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII di SMPN 4 JEMBER

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Pemilihan subjek menggunakan teknik purposive sampling. Subjek yang dipilih ada dua yaitu satu siswa laki-laki yang memiliki kemampuan matematika tinggi dan satu siswa perempuan yang juga memiliki kemampuan matematika tiggi. Data yang dikumpulkan menggunakan insrumen tes metakognitif I dan II, serta pedoman wawancara. Untuk memastikan keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Triangulasi teknik dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil tes, hasil wawancara, dan dokumentasi.

Kemudian dilakukan triangulasi waktu yaitu pemberian tes yang dilakukan sebanyak dua kali dengan jeda waktu 7 hari.

Dari hasil pengumpulan data dan analisis data menggunakan triangulasi didapatkan gambaran perbedaan metakognitif siswa laki-laki dan perempuan yaitu : 1) S1 (siswa perempuan) mampu melewati seluruh tahapan metakognitif siswa, yakni mulai dari tahapan perencanaan, pemantauan dan evaluasi. Meskipun ada satu indikator yang tidak terpenuhi pada tahapan evaluasi. 2) S2 (siswa laki-laki) masih belum bisa melewati seluruh tahapan metakognitif. Siswa laki-laki disini hanya mampu melewati tahapan perencanaan saja. Dari hasil analisis yang telah dilakukan terlihat bahwa siswa perempuan lebih mampu untuk mesmanfaatkan kemampuan metakognitifnya daripada siswa laki-laki.

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Istilah ... 11

F. Sitematika Pembahasan... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Penelitian terdahulu ... 13

B. Kajian teori ... 17

1. Metakognitif ... 17

(12)

xi

2. Pemecahan Masalah ... 23

3. Bangun ruang sisi datar ... 26

4. Gender ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN ... 35

B. LOKASI PENELITIAN ... 35

C. SUBJEK PENELITIAN ... 36

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 38

E. ANALISIS DATA... 42

F. KEABSAHAN DATA ... 46

G. TAHAP-TAHAP PENELITIAN... 47

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 52

A. Gambaran objek penelitian ... 52

B. Penyajian data dan analisis data ... 61

C. Pembahasan Temuan ... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102 LAMPIRAN

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedan Penelitian ... 15

Tabel 2.2 Indikator Metakognitif dalam Pemecahan Masalah ... 25

Tabel 2.3 Bagian-Bagian Kubus dan Jumlahnya ... 28

Tabel 2.4 Bagian-Bagian Balok dan Jumlahnya ... 30

Tabel 2.5 Perbedaan Gender dari Segi Karakteristik ... 32

Tabel 3.1 Tingkat Kevalidan Instrumen ... 49

Tabel 4.1 Hasil Validasi ... 58

Tabel 4.2 Daftar Nilai Siswa Perempuan Kelas VIII A ... 59

Tabel 4.3 Daftar Nilai Siswa Laki-laki kelas VIII A... 60

Tabel 4.4 Daftar Siswa Kelas VIII A yang Terpilih Sebagai Subjek ... 61

Tabel 4.5 Ketercapaian Indikator Tahap Perencanaan S1 ... 70

Tabel 4.6 Ketercapaian Indikator Tahap Pemantauan S1 ... 73

Tabel 4.7 Ketercapaian Indikator Tahap Evaluasi S1 ... 75

Tabel 4.8 Ketercapaian Indikator Tahap Perencanaan S2 ... 84

Tabel 4.9 Ketercapaian Indikator Tahap Pemantauan S2 ... 86

Tabel 4.10 Ketercapaian Indikator Tahap Evaluasi S2 ... 88

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Kubus ... 27

Gambar 2.2 Bagian-Bagian Balok ... 29

Gambar 3.1 Alur Pemilihan Subjek ... 38

Gambar 3.2 Model Analisis Data Menurut Miles & Huberman ... 42

Gambar 3.3 Tahap-Tahap Penelitian ... 51

Gambar 4.1 Hasil Jawaban S1 Pada Soal Metakognitif I ... 58

Gambar 4.2 Hasil Jawaban S1 Pada Tahap Perencanaan Soal Metakognitif I 62 Gambar 4.3 Hasil Jawaban S1 Pada Tahap Pemantauan Soal Metakognitif I 64 Gambar 4.4 Hasil Jawaban S1 Pada Tahap Evaluasi Soal Metakognitif I 67 Gambar 4.5 Hasil Jawaban S1 Pada Soal Metakognitif II ... 66

Gambar 4.6 Hasil Jawaban S1 Pada Tahap Perencanaan Soal Metakognitif II 68 Gambar 4.7 Hasil Jawaban S1 Pada Tahap Pemantauan Soal Metakognitif II 71 Gambar 4.8 Hasil Jawaban S1 Pada Tahap Evaluasi Soal Metakognitif II 74 Gambar 4.9 Hasil Jawaban S2 Pada Soal Metakognitif I ... 76

Gambar 4.10 Hasil Jawaban S2 Pada Tahap Perencanaan Soal Metakognitif I ... 77

Gambar 4.11 Hasil Jawaban S2 Pada Tahap Pemantauan Soal Metakognitif I ... 78

Gambar 4.12 Hasil Jawaban S2 Pada Tahap Evaluasi Soal Metakognitif I 80 Gambar 4.13 Hasil Jawaban S2 Pada Soal Metakognitif II ... 82

Gambar 4.14 Hasil Jawaban S2 Pada Tahap Perencanaan Soal Metakognitif II ... 83

(15)

xiv

Gambar 4.15 Hasil Jawaban S2 Pada Tahap Pemantauan

Soal Metakognitif II ... 85 Gambar 4.16 Hasil Jawaban S2 Pada Tahap Evaluasi Soal Metakognitif II 85

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pernyataan Keaslian Tulisan ... 106

Lampiran 2 : Matriks Peneltian ... 107

Lampiran 3 : Jurnal Kegiatan Penelitian ... 109

Lampiran 4 : Lembar Validasi Validator 1 ... 110

Lampiran 5 : Lembar Validasi Validator 2 ... 114

Lampiran 6 : Lembar Validasi Validator 3 ... 118

Lampiran 7 : Perhitungan Validasi Soal Metakognitif I ... 122

Lampiran 8 : Perhiungan Validasi Soal Metakognitif II ... 123

Lampiran 9 : Pedoman Wawancara ... 124

Lampiran 10 : Lembar Validasi Pedoman Wawancara Validator 1 ... 126

Lampiran 11 : Lembar Validasi Pedoman Wawancara Validator 2 ... 127

Lampiran 12 : Lembar Validasi Pedoman Wawancara Validator 3 ... 128

Lampiran 13 : Hasil Perhitungan Validasi Pedoman Wawancara ... 129

Lampiran 14 : Kunci Jawaban Soal Metakognitif I ... 130

Lampiran 15 : Kunci Jawaban Soal Metakognitif II ... 132

Lampiran 16 : Foto Subjek Mengerjakan Tes Metakognitif ... 134

Lampiran 17 : Foto Wawancara Dengan Subjek... 135

Lampiran 18 : Transkip Wawancara Subjek 1 ... 136

Lampiran 19 : Transkip Wawancara Subjek 2 ... 140

Lampiran 20 : Hasil Pengerjaan Tes Metakognitif I ... 143

Lampiran 21 : Hasil Pengerjaan Tes Metakognitif II ... 145

Lampiran 22 : Surat Ijin Penelitian ... 147

(17)

xvi

Lampiran 23 : Biodata Penulis ... 148

(18)

1

Kurikulum pendidikan yang digunakan di Indonesia saat ini adalah kurikulum 2013. Kurukulum 2013 ini merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum 2004 dan kurikulum KTSP tahun 2006 yang mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap.2 Ada empat komponen penting yang menjadi perubahan dalam kurikulum 2013 ini, yaitu standar kelulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian. Selain itu yang menjadi sasaran penting pada kurikulum 2013 ini adalah mengenai kecerdasan metakognitif siswa. Ketentuan mengenai penguasaan pengetahuan metakognitif ini disebutkan dalam pemendikbud bahwa setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.3

Salah satu mata pelajaran yang erat kaitannya dengan penyelesaian permasalahan, strategi-strategi belajar siswa, pola pikir siswa, dan kebiasaan maupun kemampuan siswa dalam proses belajar adalah pelajaran matematika.4 Matematika adalah suatu disiplin ilmu dasar dari pengembangan sains (basic of science) dan sangat berguna dalam

2 Yanti Herlanti, “Kesadaran Metakognitif Dan Pengetahuan Metakognitif Peserta Didik Sekolah Menengah Atas Dalam Mempersiapkan Ketercapaian Standar Kelulusan Pada Kurikulum 2013”, Cakrawala Pendidikan, no. 3 (Oktober 2015), 358.

3 Permendikbud, L. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah.

4 Enie Vita Sari, “Hubungan Metacognitive Awereness Dan Self Efficacy Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN Gugus Cakra Kota Semarang” (Skripsi, Unnes, 2020), 2

(19)

kehidupan sehari-hari, bahkan matematika sering dijuluki sebagai ratunya ilmu, mengingat bahwa peranan matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.5 Siswa perlu mempelajari matematika karena dengan mempelajarinya akan dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, bernalar, analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif serta memiliki kemampuan bekerja sama yang baik. Mengingat pentingnya penguasaan matematika, maka dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran mata pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Dalam pembelajaran matematika siswa akan selalu dilatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan matematika.

Hal ini sependapat dengan yang penelitian Hidayat dan Sariningsih yang menjelaskan bahwa dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah merupakan inti dari kemampuan yang mendasar pada kegiatan pembelajaran.6 Untuk menyelesaikan permasalahan dalam matematika memerlukan tahapan-tahapan yang sistematis. Hal ini diperlukan agar proses penyelesaian masalah dapat dilihat secara jelas. Risnanosanti menjelaskan dalam penelitiannya bahwa ada lima aspek kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa agar bisa menyelesaikan suatu maasalah yaitu kemampuan tentang konsep matematika, kemampuan tentang

5 Linda Rismayanti Nurmalasari, et al., “Pengaruh Kemampuan Metakognisi terhadap Hasil Belajar Matematika di SMP Negeri 2 Leuwimunding Kabupaten Majalengka”, Nusantara of Research 2, no. 2 (Oktober 2015) : 139, https://www.researchgate.net/publication/317182908

6 Refli Annisa, Yenita Roza, Maimunah, “ Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Smp Berdasarkan Gender”, Jurnal Kependidikan, No. 2 (Juni 2021), 481

(20)

keterampilan algoritma matematika, kemampuan proses bermatematika, kemampuan untuk bersikap positif terhadap matematika dan kemampuan metakognitif.7 Hal ini juga didukung oleh pendapat lain yang menyatakan bahwa kesuksesan siswa dalam memecahkan masalah bergantung pada kesadarannya tentang apa yang diketahui dan bagaimana melakukannya.

Kesadaran inilah yang dinamakan metakognitif.

Menurut Flavell metakognitif diartikan sebagai kesadaran seseorang terhadap cara bagaimana ia belajar, kemampuan seseorang untuk menilai tingkat kesulitan dari suatu masalah, kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman diri sendiri, kemampuan menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, serta kemampuan menilai kemajuan belajar diri sendiri. Selain itu menurut pendapatnya juga, metakognitif memiliki peran penting dalam hal komunikasi, pengontrolan diri, ingatan, pemecahan masalah, dan pengembangan kepribadian.

Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa metakognitif memiliki peran penting dalam kegiatan kognitif pada pemecahan masalah. Balk dalam penelitiannya menjelaskan bahwa siswa yang sadar dengan metakognitifnya dapat membantu meingkatkan keterampilan pemecahan masalahnya.8

7 Dian Mayasari, Dwi priyo utomo, Yus Mochammad cholilly, “Analisis Metakognisi Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Hipocrates”, Jurnal kajian pembelajaran matematika, no 1 (April 2019), 34

8 Retno Sari, Tri Atmojo, imam sujadi, “Aktivitas Metakognisi Dalam Opemecahan Masalah Matematika Ditinjau Dari Gender Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Nanggulan Kabupaten Kulon Progo”, Jurnal Elektronik Pemnelajaran Matematika 4, No. 5 (Juli 2016) : 497,

http://jurnal.fkip.uns.ac.id

(21)

Dalam Al-Qur’an, Allah juga berfirman bahwa manusia harus bisa mengendalikan apa yang mereka lakukan, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Al-Hasyr ayat 18 :

ٌرْ يِبَخ للها َّنِإ للها اوُّقَّ تاَو ٍدَغِل ْتَمَّدَق اَّم ٌسْفَ ن ْرُظْنَ تْلَو َللها اوُقَّ تا اْوُ نَمَا َنْيِذَّلا اَهُّ يَاَي َنْوُلَمْعَ ت اَِبِ

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, Sungguh Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.

Dari arti ayat tersebut dijelaskan bahwa menurut Islam, setiap orang harus menilai apa yang telah dilakukannya dan melakukan kontrol dalam setiap tindakan dan menyadari sepenuhnya mengenai apa yang dilakukannya.

Kemampuan memecahkan masalah dari setiap siswa tentunya berbeda-beda. Dalam penelitian Iswahyudi menyebutkan bahwa suatu soal dapat dianggap sangat menantang dan cukup sulit bagi salah satu siswa, namun dapat menjadi soal yang sederhana bagi siswa yang lainnya.9 Salah satu faktor yang menjadi pembeda siswa dalam memecahkan masalah matematika adalah perbedaan gender. Menurut Geary, Sault dan Liu menjelaskan bahwa pengaruh faktor gender dalam matematika adalah karena adanya perbedaan biologis dalam otak anak laki-laki dan perempuan, bahwa anak perempuan secara umum lebih unggul dalam bidang bahasa dan menulis, sedangkan anak laki-laki lebih unggul dalam

9 Sari, Atmojo, Sujadi, 498.

(22)

bidang matematika karena kemampuan-kemampuan keruangan yang lebih baik.10

Menurut Zubaidah Amir MZ menjelaskan bahwa siswa laki-laki cenderung menggunakan strategi spatial sedangkan siswa perempuan lebih menggunakan strategi verbal melalui petunjuk yang diberikan pada soal.

Lebih lanjut hasil observasi Elliott, menunjukkan bahwa siswa laki-laki mulai dapat mendemonstrasikan hasilnya pada saat memasuki sekolah menengah daripada perempuan. Kemudian pada kemampuan verbal, siswa perempuan lebih akurat dan mendetail, namun siswa laki-laki juga kritis dalam berbagai penafsiran.11 Perbedaan karakteristik tersebut tentu mempengaruhi pengaturan kegiatan kognitif yaitu metakognisi yang digunakan dalam pemecahan masalah matematika. Hasil penelitian Donna dan Martha menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan metakognisi antara siswa laki-laki dan siswa perempuan, diduga siswa laki-laki memiliki aktivitas kognisi yang berbeda dibandingkan siswa perempuan.12

Ada banyak penelitian yang mendukung pemecahan masalah terkait metakognitif ini, salah satunya adalah skripsi dari Kiki Dewi Rahmawati dengan judul “analisis kemampuan metakognisi siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika berbasis polya subpokok bahasan PLSV kelas VII-A SMP Negeri 3 Jember” yang hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang berkemampuan matematika tinggi dapat melewati

10 Risda Weni, Elda Herlina, Nola Nari, “Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa Dalam Memecahkan Masalah Matematis Di SMPN 3 X Koto Singgalang Kabupaten Tanah Datar Ditinjau Dari Gender”, Jurnal Agenda, No. 1 (Desember 2019), 44

11 Sari, Atmojo, Sujadi, 498.

12 Sari, Atmojo, Sujadi, 498.

(23)

tahap-tahap perilaku metakognisi dengan baik yang sesuai pada indikator.

Kemudian siswa yang memiliki kemampuan matematika sedang dapat melewati tahap perilaku metakognisi lumayan baik. Lalu siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah dalam melewati tahapan metakognisinya masih rendah.13

Skripsi dari Rahmad Syahraini dengan judul “Analisis metakognisi siswa dalam memecahkan masalah pola bilangan ditinjau dari kemampuan matematika pada kelas VIII SMP Swasta Pelita Medan T.P 2019/2020”

dengan hasil yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa dengan kemampuan matematika tinggi dapat menyelesaikan semua soal dengan melewati semua tahap metakognisi secara optimal. Sedangkan siswa dengan kemampuan matematika sedang masih belum bisa menyelesaikan semua soal dengan melewati tahapan metakognisi dengan sempurna. Pada penelitian ini siswa hanya melewati tahap pertama dan kedua yaitu aspek prediksi dan aspek perencanaan. Kemudian untuk siswa berkemampuan matematika rendah untuk soal pertama siswa hanya mampu melewati tahap prediksi, dan untuk soal kedua siswa benar-benar belum bisa memenuhi tahap metakognisi dengan sempurna pada semua aspek.

Kemudian skripsi dari Arnindia Hani Safitri dengan judul “Analisis kemampuan metakognisi siswa pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII G SMP Negeri 1 Bringin Tahun pelajaran 2020/2021” juga

13 Kiki dewi. R, “Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berbasis Polya Subpokok Bahasan PLSV Kelas VII-A SMP Negeri 3 Jember”, (Skripsi, Universitas Jember, 2015), 67.

(24)

menjelaskan terkait metakognitif siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya tingkatan metakognitif. Siswa yang memiliki kemampuan matematika tinggi tergolong pada tingkat metakognisi “reflective use”. Siswa yang memiliki kemampuan matematika sedang terdapat dua tingkatan yaitu “aware use”

dan “strategic use”. Kemudian siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah tergolong pada tingkat metakognisi “tacit use”.14

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika kelas VIII di SMPN 4 JEMBER diperoleh informasi bahwa dalam mengevaluasi aspek kognitif siswa, guru hanya menekankan pada hasil akhirnya saja tanpa melihat dan mengevaluasi proses kognitif dalam memecahkan masalah tersebut. Disini guru hanya melihat pemahaman siswa dari hasil nilai ulangan harian, latihan, tugas dan Pekerjaan Rumah (PR).15 Padahal kegiatan siswa dalam memecahkan masalah matematika itu memiliki berbagai macam bentuk cara dan berpikir, sehingga setiap siswa pasti memiliki cara pemecahan masalah yang berbeda.

Jika dilihat dari perbedaan gender maka sangat jelas pasti akan ada banyak perbedaan mengenai cara mereka mempelajari dan memecahkan masalah matematika. Disini guru belum mengevaluasi cara siswa untuk mendapat jawaban dari permasalahan yang diberikan. Misalnya seperti bertanya secara langsung kepada siswa perempuan maupun laki-laki

14 Arnindia Hani Safitri, “Analisis kemampuan metakognisi siswa pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII G SMP Negeri 1 Bringin Tahun pelajaran 2020/2021”, (Skripsi, IAIN Salatiga, 2022), 295

15 Guru matematika, diwawancarai oleh penulis, Jember, Maret 2022.

(25)

bagaimana siswa mendapat jawaban tersebut, apa yang dipahami siswa dari persoalan yang diberikan, apa yang dipikirkan siswa ketika melihat persoalan yang dihadapi, apa yang menyebabkan siswa menggunakan strategi tertentu dalam menyelesaikan masalah, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang merangsang pemikiran siswa.

Berdasarkan masalah yang terjadi di SMPN 4 JEMBER peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terkait metakognitif siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari perbedaan gender.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada aspek peninjauannya. Penelitian ini meninjau metakognitif siswa dari perbedaan gender. Peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Analisis Metakognitif Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar Kelas VIII di SMP Negeri 4 Jember ditinjau dari Perbedan Gender”

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana metakognitif siswa laki-laki berkemampuan matematika tinggi pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII di SMP Negeri 4 Jember?

2. Bagaimana metakognitif siswa perempuan berkemampuan matematika tinggi pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII di SMP Negeri 4 Jember?

(26)

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan metakognitif siswa laki-laki berkemampuan matematika tinggi pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII di SMP Negeri 4 Jember

2. Mendeskripsikan metakognitif siswa perempuan berkemampuan matematika tinggi pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII di SMP Negeri 4 Jember

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mampu memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan yang terdapat pada jenjang sekolah menengah pertama. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini mampu memberikan kontribusi berupa pengetahuan yang mendalam terkait metakognitif yang dimiliki oleh siswa laki-laki dan perempuan dalam dunia pendidikan. Secara lebih khusus dapat memberikan gambaran terkait metakognitif siswa laki-laki dan perempuan dalam pemecahan masalah matematika.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti saat ini mengenai segala hal yang berkaitan dengan metakognitif siswa dalam pemecahan masalah

(27)

matematika pada materi bangun ruang sisi datar. Selain itu dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi peneliti lainnya untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

b. Manfaat bagi guru

Penelitian ini dapat memberikan informasi lebih lanjut terkait metakognitif siswa dalam pemecahan masalah matematika, agar guru dapat mengembangkan metakognitif pada diri siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

c. Manfaat bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengingatkan siswa untuk lebih mengenal dirinya terutama dalam hal belajar. Sehingga siswa dapat melakukan proses pembelajaran dengan baik, dapat memecahkan berbagai macam masalah matematika, serta hasil belajar matematikanya dapat meningkat.

d. Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk proses mengukur dan meningkatkan metakognitif siswa dalam pemecahan masalah matematika, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar secara maksimal.

(28)

E. Definisi Istilah

1. Analisis adalah kegiatan berupa proses mengamati atau menyelidiki suatu peristiwa dengan cara memilah dan mengelompokkan menurut kriteria tertentu untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

2. Metakognitif adalah kesadaran terhadap proses berpikir dalam hal merencanakan, kemampuan memantau, mengatur dan mengevaluasi proses dan hasil berpikir siswa pada saat memecahkan masalah matematika.

3. Pemecahan masalah matematika adalah suatu pemikiran yang bertujuan untuk menemukan solusi dari suatu masalah yang berkaitan dengan matematika.

4. Bangun Ruang Sisi Datar adalah materi yang akan digunakan peneliti pada penelitian ini. Materi ini terdapat di kelas VIII semester dua.

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013. Fokus materi yang digunakan adalah kubus dan balok.

5. Gender adalah perbedaan laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis kelamin dalam hal sifat, peran, posisi, tanggung jawab, akses, fungsi, kontrol, yang dibentuk atau dikontruksi secara sosial. Gender merupakan karakteristik yang melekat pada setiap individu di masyarakat.

F. Sitematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. Format penulisan sistematika pembahasan ditulis dalam bentuk deskriptif naratif,

(29)

bukan seperti daftar isi. Skripsi yang akan peneliti tulis terdiri dari lima bab, yang secara garis besarnya akan diuraikan sebagai berikut :

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.

Bab II berisi tentang penelitian terdahulu dan kajian teori tentang literatur yang sesuai dengan judul penelitian.

Bab III berisi tentang penyajian metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Di dalamnya berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, dan terakhir adalah tahap-tahap penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Bab IV berisi tentang penyajian data yang terdiri dari gambaran objek penelitian, penyajian data dan analisis, serta diakhiri dengan pembahasan temuan.

Bab V atau bab terakhir adalah penutup yang di dalamnya berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.

(30)

13

1. Skripsi dari Kiki Dewi Rahmawati dengan judul “analisis kemampuan metakognisi siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika berbasis polya subpokok bahasan PLSV kelas VII-A SMP Negeri 3 Jember” yang hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang berkemampuan matematika tinggi dapat melewati tahap-tahap perilaku metakognisi dengan baik yang sesuai pada indikator. Kemudian siswa yang memiliki kemampuan matematika sedang dapat melewati tahap perilaku metakognisi lumayan baik. Lalu siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah dalam melewati tahapan metakognisinya masih rendah.16

2. Skripsi dari Rahmad Syahraini dengan judul “Analisis metakognisi siswa dalam memecahkan masalah pola bilangan ditinjau dari kemampuan matematika pada kelas VIII SMP Swasta Pelita Medan T.P 2019/2020” dengan hasil yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa dengan kemampuan matematika tinggi dapat menyelesaikan semua soal dengan melewati semua tahap metakognisi secara optimal.

Sedangkan siswa dengan kemampuan matematika sedang masih belum bisa menyelesaikan semua soal dengan melewati tahapan metakognisi

16 Kiki dewi. R, “Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berbasis Polya Subpokok Bahasan PLSV Kelas VII-A SMP Negeri 3 Jember”, (Skripsi, Universitas Jember, 2015), 67.

(31)

dengan sempurna. Siswa disini hanya melewati tahap pertama dan kedua yaitu aspek prediksi dan aspek perencanaan. Kemudian untuk siswa berkemampuan matematika rendah untuk soal pertama siswa hanya mampu melewati tahap prediksi, dan untuk soal kedua siswa benar-benar belum bisa memenuhi tahap metakognisi dengan sempurna pada semua aspek.

3. Skripsi dari Sofia Izzatunniswah dari Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2020 dengan judul “Metakognitif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Ditinjau Dari Kemampuan Matematika” juga menjelaskan terkait metakognitif siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.

Hasil penelitiannya menunjukkan adanya siswa yang memiliki kemampuan matematika tinggi memenuhi keempat indikator metakognisi yaitu prediksi, perencanaan, monitoring dan evaluasi dalam mengerjakan soal tes SPLDV. Kemudian siswa dengan kemampuan matematika sedang belum memenuhi memenuhi indikator perencanaan dan evaluasi. Sedangakan siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah hanya dapat memenuhi indikator prencanaan dan monitoring.17

4. Skripsi oleh Ana Faizati dari UIN Mataram tahun 2020 dengan judul

“Analisis Kemampuan Metakognitif Siswa Dalam Memecahkan

17 Sofia Izzatunniswah, “Metakognitif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Ditinjau Dari Kemampuan Matematika”, (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2020), 11

(32)

Masalah Dimennsi Tiga”. Penelitian ini dilakukan di kelas X MA Rahmatullah Al-Hasan NW, dangan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ditemukan kemampuan metakognisi siswa berada pada tahap perencanaan (Planning), kemampuan siswa berada pada tahap pemantauan (monitoring) dan kemampuan metakognisi siswa berada pada tahap evaluasi.18

Dalam penelitian ini tentunya terdapat persamaan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Berikut beberapa persamaan dan perbedaannya :

Tabel 2.1 Persamaan dan perbedaan penelitian

18 Ana Faizati, “Analisis Kemampuan Metakognitif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Dimennsi Tiga”. (Skripsi, UIN Mataram, 2020), 73.

No. Nama Judul penelitian Persamaan Perbedaan

1. Kiki Dewi Rahmawati

“analisis kemampuan metakognisi siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika berbasis polya

subpokok bahasan PLSV kelas VII-A SMP Negeri 3 Jember”

1. Penelitian deskriptif kualitatif 2. Fokus

penelitiannya sama-sama membahas mengenai metakognitif siswa.

1. Penelitian sebelumnya membahas materi PLSV sedangkan pada penelitian ini membahas materi bangun ruang sisi datar.

2. Indikator instrumen pada penelitian sebelumnya berdasarkan Artz dan Armour Tomas sedangkan pada penelitian ini indikatornya berdasarkan Woolfolk.

(33)

No. Nama Judul penelitian Persamaan Perbedaan 2. Rahmad

Syahraini

Analisis metakognisi siswa dalam

memecahkan masalah pola bilangan ditinjau dari kemampuan matematika pada kelas VIII SMP Swasta Pelita Medan T.P 2019/2020

1. Penelitian deskriptif kualitatif 2. Menganalisis

metakognisi siswa dalam memecahkan masalah

1. Penelitian sebelumnya ditinjau dari kemampuan matematika, sedangkan

penelitian saat ini ditinjau dari gender.

2. Materi pada penelitian sebelumnya menggunakan pola bilangan, pada penelitian saat ini

menggunakan bangun ruang sisi datar.

3. Sofia

Izzatunniswah

“Metakognitif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Ditinjau Dari Kemampuan Matematika”

1. Penelitian deskriptif kualitatif 2. Membahas

metakognitif siswa

1. Penelitian sebelumnya menggunakan materi SPLDV dan ditinjau dari kemampuan matematika.

Penelitian saat ini menggunakan materi bangun ruang sisi datar dan ditinjau dari perbedaan gender.

2. Indikator metakognitif pada penelitian sebelumnya berdasarkan teori Soete.

Sedangkan pada penelitian ini berdasarkan teori Woolfolk

(34)

B. Kajian Teori 1. Metakognitif

John Flavell untuk pertama kalinya di dunia penelitian telah memperkenalkan istilah metakognisi atau metacognittion.

Metakognisi ini berasal dari bahasa inggris yaitu “metacognittion”, yang merupakan gabungan dari kata “meta” dan “cognition”. Arti kata “Meta” dalam bahasa inggris adalah after, beyound, with serta adjacent yang bermakna setelah. Sedangkan “cognition” berasal dari

No. Nama Judul penelitian Persamaan Perbedaan

4. Ana Faizati “Analisis Kemampuan Metakognitif Siswa Dalam Memecahkan Masalah Dimennsi Tiga”.

1. Penelitian deskriptif kualitatif 2. Membahas

metakognitif

1. Penelitian sebelumnya menggunakan materi dimensi tiga. Pada penelitian ini menggunakan materi bangun ruang sisi datar.

2. Pada penelitian sebelumnya kemampuan metakognitif dikaitkan dengan prestasi belajar, sedangkan pada penelitian ini melihat

metakognitif dari perbedaan gender.

(35)

bahasa latin “cognoscer” yang bermakna mengetahui.19 Selain itu John Flavell juga mendefinisikan “metacognition” sebagai ”thingking about thinking” yang artinya berpikir tentang berpikir. Menurut Livingston kemampuan berpikir seseorang yang objek berpikirnya adalah proses berpikir yang terjadi pada diri sendiri disebut dengan metakognisi.

Menurut Flavell, metakognitif adalah pengetahuan dan regulasi pada suatu aktivitas kognitif seseorang dalam proses belajarnya.

Adapun kemampuan metakognitif merupakan suatu kesadaran tentang kognisi diri sendiri, bagaimana kognitif ini bekerja, serta bagaimana mengaturnya.20 Flavell juga menyebutkan bahwa konsep metakognisi dan kognisi sukar untuk diterjemahkan, namun secara umum perbedaan itu adalah kognisi memproses pengetahuan, sedangkan metakognisi menciptakan pemahaman seseorang terhadap pengetahuan.21

Menurut Desmita metakognitif memiliki arti yang sangat penting, karena pengetahuan yang dimiliki siswa tentang proses kognitifnya sendiri dapat memandu siswa tersebut dalam menata suasana dan mengoreksi strategi yang digunakan untuk meningkatkan

19 Enie Vita Sari, “Hubungan Metacognitive Awereness Dan Self Efficacy Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN Gugus Cakra Kota Semarang” (Skripsi, UNNES, 2020), 27

20 Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika (Bandung, 2015), 94

21 Rahmawati,. 6

(36)

kemampuan kognitifnya di masa mendatang.22 Selain itu Matlin dalam Amin & Sukestiyarno menyebutkan bahwa metakognitif merupakan pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognitif atau berpikir mengenai berpikir seseorang.23

Sementara itu Ormrod mengemukakan bahwa “metakognitif merupakan istilah yang secara literal berarti “berpikir mengenai berpikir”. Metakognisi ini mencakup pemahaman dan keyakinan pembelajar mengenai proses kognitifnya sendiri dan bahan pelajaran yang akan dipelajari, serta usaha-usaha sadarnya untuk terlibat dalam proses berpikir yang akan meningkatkan proses belajar dan memorinya.24 Lebih lanjut Desmita menjelaskan bahwa metakognitif tidak sama dengan kognitif atau proses berpikir. Metakognitif merupakan suatu kemampuan dimana individu berdiri diluar kepalanya dan mencoba untuk memahami cara ia berpikir atau proses kognitif yang dilakukannnya dengan melibatkan komponen- komponen perencanaan, pengontrolan dan evaluasi.25

Ormrod menyatakan bahwa contoh metakognitif meliputi hal- hal berikut ini :

22 Ade Ira Nurjanah, “Analisis Level Metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2017), 12

23 Nurjanah, 12

24 Nurjanah, 14

25 Nurjanah, 15

(37)

a. Merefleksikan hakikat umum berpikir, belajar dan pengetahuan b. Mengetahui batasan-batasan pembelajaran (learning) dan

kapabilitas memori

c. Mengetahui tugas-tugas belajar apa saja yang dapat dipenuhi secara realitas dalam suatu periode tertentu

d. Merencakan pendekatan yang masuk akal terhadap tugas belajar e. Mengetahui dan mengaplikasikan strategi-strategi yang efektif

untuk belajar dan mengingat materi baru

f. Memonitor pengetahuan dan pemahaman seseorang, misalnya mengenali ketika seseorang sudah atau belum mempelajari sesuatu dengan sukses.

Ada tiga aspek yang menjadi indikator metakognisi menurut anderson dan krathwohl yaitu pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, strategi, dan pengetahuan diri. Sedangkan menurut Schonfeld terdapat tiga cara menjelaskan metakognisi dalam pembelajaran matematika, yaitu keyakinan dan intuisi, pengetahuan, dan kesadaran diri.26 Widadah menyatakan bahwa kegiatan seperti merencanakan bagaimana mempresentasikan metode dalam tugas pembelajaran, memantau kemampuan dan mengevaluasi rencana untuk melaksanakan tugas merupakan ciri alami metakognitif. Kegiatan metakognisi dalam

26 Arnindia Hani Safitri, “Analisis kemampuan metakognisi siswa pada materi bangun ruang sisi datar kelas VIII G SMP Negeri 1 Bringin Tahun pelajaran 2020/2021”, (Skripsi, IAIN Salatiga, 2022), 18

(38)

memecahkan masalah matematika dapat menunjukkan keterampilan metakognitif.27

Berbeda dengan Woolfolk, menurutnya metakognisi merupakan cara untuk menumbuhkan pemahaman tentang proses pemikiran dan pembelajaran yang dilakukan. Pemahaman ini terwujud ketika seseorang mulai berpikir perencanaan (planning), pemantauan (Monitoring) dan evaluasi (evaluating) hasil dari aktivitas kognitifnya.

Dari pendapat Wolfolk dapat dikatakan bahwa metakognititf merupakan cara untuk memberikan peningkatan kesadaran kognititf siswa dalam belajarnya, dimana kesadaran itu akan terwujud apabila seseorang dapat mengawali proses berpikirnya dengan merencanakan, memantau dan mengevaluasi hasil dan aktivitas berpikirnya. Proses berpikir siswa diawali dengan aspek merencanakan yang meliputi memahami konsep materi, memahami maksud soal dan menentukan strategi penyelesaian. Kemudian pada aspek pemantauan siswa harus bisa memantau hasil pekerjaannya, dengan cara memastikan rumus yang digunakan sudah tepat, dan mampu menyelesaikan masalah dengan runtut sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada aspek terakhir yaitu evaluasi disini siswa dituntut mampu memastikan jawaban yang telah diperolehnya sudah benar dan dapat menyimpulkan hasil akhir dengan tepat. Sehingga dalam menyelesaikan masalah matematika siswa dituntut untuk dapat memahami konsep dengan baik,

27 Safitri, “Analisis kemampuan”, 16.

(39)

memahami rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal, serta ketelitian dalam menyelesaikan masalah. Proses berpikir ini disebutkan oleh Woolfolk sebagai komponen keterampilan metakognitif. Komponen tersebut dijelaskan secara lebih detail sebagai berikut :

a. Perencanaan merupakan banyaknya waktu yang diperlukan untuk memecahkan masalah, rencana yang digunakan, bagaimana menyelesaikannya, sumber yang harus digunakan, bagaimana memulainya, dan apa yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

b. Pemantauan adalah kesadaran yang dilakukan untuk menyelidiki diri sendiri, seperti bagaimana saya mennyelesaikan tugas, apakah saya mengetahui kekliruan dalam menyelesaikannya, apakah saya menyelesaikannya sangat cepat, dan apakah saya pernah mempelajari masalah ini.

c. Evaluasi merupakan proses melibatkan pengambilan kesimpulan dari hasil berpikir dan belajar. Misalnya apakah saya dapat mengubah konsep dalam mengerjakan soal ini?, apakah saya membutuhkan bantuan atau menyerah?.

Berkaitan dengan keterampilan metakognitif tersebut, Widadah menyatakan bahwa keterampilan pemecahan masalah dapat dibedakan menjadi tiga keterampilan yaitu membuat rencana, memantau pelaksanaan dan penilaian atau evaluasi.

(40)

Berdasarkan pendapat yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan metakognitif merupakan kegiatan membuat rencana, memantau pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. Pada penelitian ini peneliti memilih keterampilan menurut Woolfolk, karena indikator yang akan digunakan mudah dipahami dan sesuai dengan penyelesaian masalah.

2. Pemecahan Masalah Matematika

Masalah dalam KBBI adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Masalah secara formal dapat didefinisikan sebagai berikut : “ A problem is situation, quantitatif or otherwise, that confront an individual or group of individual, that requires resolution, and for which the individual sees no apparent or abvius means or path to obtaining a solution”.28 Definisi tersebut menjelaskan bahwa masalah merupakan situasi yang dihadapi oleha seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan tapi tidak memiliki cara yang langsung dapat menentukansolusinya. Hayes dalam Abdollah, menerangkan bahwa masalah bagi seseorang adalah suatu kesenjangan antara dua pengertian yang dimilikinya dan seseorang tidak tahu cara mengatasinya.29

Menurut Solso, Maclin O dan Maclin M dalam Nurjanah pemecahan masalah merupakan suatu pemikiran yang bertujuan untuk

28 S. Krulick & J.A. Rudnick, The New Source Book for Teaching Reasoning and Problem Solving in Elementary School, (Boston: Temple University, 1995), 14.

29 Ummu Sholihah, “Membangun metakognisi siswa dalam memecahkan masalah matematika”, Ummu Sholihah, No. 1 (Juni 2016), 84-85

(41)

menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk masalah yang spesifik. Kemudian dalam Nurjanah Santrock mengemukakan bahwa pemecahan masalah adalah mencari cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.30 Sementara itu Suherman dalam Ummu Sholihah menjelaskan bahwa pemecahan masalah adalah proses yang melibatkan penggunaan langkah-langkah tertentu (heuristik) yang sering disebut sebagai model atau langkah-langkah pemecahan masalah.31

Polya mengatakan bahwa memecahkan masalah adalah mencari suatu tindakan yang sesuai dan secara sadar untuk mencapai tujuan yang memang tidak dapat diperoleh secara langsung. Menurut pendapatnya dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan soal cerita siswa perlu melewati empat empat tahapan yaitu (1) memahami masalah, (2) membuat rencana, (3) melaksanakan rencana, (4) menelaah kembali.32 Berikut Indikator metakognitif dalam memecahkan masalah berdasarkan Polya yang akan digunakan sebagai acuan peneliti :

30 Ade Ira Nurjanah, “Analisis Level Metakognitif siswa dalam memecahkan masalah pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2017), 7

31 Ummu Sholihah, 87

32 Kiki dewi. R, “Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berbasis Polya Subpokok Bahasan PLSV Kelas VII-A SMP Negeri 3 Jember”, (Skripsi, Universitas Jember, 2015), 10

(42)

Tabel 2.2 Indikator Metakognitif Dalam Memecahkan Masalah

No. Aspek

Metakognitif

Langkah pemecahan masalah berdasarkan Polya

Indikator

1. Perencanaan

Memahami Masalah 1. Siswa dapat memahami apa yang dimaksud dalam soal.

2. Siswa mampu menuliskan apa yang diketahui dan ditanya pada soal.

Merancang Rencana

3. Siswa dapat menentukan rencana penyelesaian yang akan digunakan.

2. Pemantauan Melaksanakan Rencana

1. Siswa mampu

menggunakan rencana yang telah dibuat sebelumnya untuk menyelesaikan soal.

2. Siswa mampu mengerjakan secara runtut dan tepat.

3. siswa mampu

menjelaskan langkah penyelesaian secara runtut dan tepat

3. Evaluasi Memeriksa Kembali

1. Siswa mampu

mengevaluasi jawaban yang telah diselesaikan dengan cara melihat apakah perhitungan sudah tepat dan hasilnya sudah sesuai dengan apa yang ditanyakan

2. Siswa mampu

menjelaskan

kesimpulan dengan tepat.

Sumber : Safitri (2022)

(43)

4. Bangun Ruang Sisi Datar

Bangun ruang merupakan benda dalam matematika yang memiliki volume atau isi. Bangun ruang disusun oleh tiga komponen yaitu sisi, rusuk, dan titik sudut. Bangun ruang disebut juga sebagai bangun tiga dimensi. Bangun ruang ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bangun ruang sisi datar dan bangun ruang sisi lengkung. Bangun ruang sisi datar merupakan bangun ruang yang memiliki sisi yang berbentuk datar. Bangun ruang sisi datar dibagi menjadi 4 bagian yaitu kubus, balok, limas dan prisma.33 Bangun ruang sisi datar terdiri dari beberapa bagian, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Sisi (bidang), merupakan daerah pada bangun ruang yang membatasi bagian luar dengan bagian dalam dari sebuah ruang.

b. Rusuk, merupakan perpotongan dua buah bidang pada bangun datar yang tampak sebagai ruas garis.

c. Titik sudut, merupakan titik hasil perpotongan dua rusuk atau lebih pada sebuah bangun ruang.

d. Diagonal bidang merupakan ruas garis yang menghubungkan 2 titik sudut yang berhadapan pada setiap bidang. Singkatnya diagonal bidang adalah garis yang terletak pada bidang diagonal.

e. Diagonal ruang merupakan garis yang menghubungkan dua titik berhadapan yang tidak sebidang.

33 Arnindia Hani Safitri, “Analisis kemampuan metakognisi”, 23

(44)

f. Bidang diagonal merupakan daerah yang dibatasi oleh dua buah diagonal bidang dan dua buah rusuk yang saling berhadapan, dan membagi bangun ruang menjadi dua bagian. Bidang diagonal ini adalah bidang yang terletak dalam bangun ruang.

Bangun ruang sisi datar ini terbagi menjadi 4 macam, yaitu :34 1) Kubus

a) Pengertian dan bagian kubus

Kubus adalah bangun ruang yang dibatasi oleh 6 buah sisi yang berbentuk persegi. Selain itu kubus ini memiliki 12 buah rusuk, dan 8 buah titik sudut. Kubus juga disebut juga sebagai bidang enam beraturan. Berikut penjelasan terkait bagian- bagian kubus :

Gambar 2.1. Bagian-bagian kubus Kubus ABCD.EFGH

Sisi pada kubus ada 6 yaitu = ABCD, EFGH, ABFE, CDHG, BCGF, dan ADHE

34 Arnindia Hani Safitri, “Analisis kemampuan metakognisi”, 24-30

(45)

Rusuk pada kubus ada 12 yaitu = AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, EH, AE, BF, CG, dan DH.

Titik sudut pada kubus ada 8 yaitu = A, B, C, D, E, F, G, dan H.

Tabel 2.3. Bagian – bagian kubus dan jumlahnya Bangun Sisi Rusuk Titik

sudut

Diagonal bidang

Diagonal ruang

Bidang diagonal

Kubus 6 12 8 12 4 6

b) Rumus-rumus kubus (1) Volume kubus

Volume bisa juga disebut kapasitas yaitu perhitungan seberapa banyak ruang yang bisa ditempati dalam suatu objek. Berikut adalah rumus untuk mencari volume kubus :

(2) Luas permukaan kubus

Menentukan luas permukaan artinya sama dengan mencari luas semua sisi kubus. Kubus memiliki 6 buah sisi masing-masing berbentuk persegi. Maka untuk mencari luas permukaannya kita kalikan jumlah sisi kubus yaitu 6 dengan luas kubus yaitu . Sehingga diperoleh rumus luas permukaan kubus sebagai berikut :

(46)

(3) Panjang diagonal bidang √ (4) Panjang diagonal ruang √ (5) Luas bidang diagonal √ 2) Balok

a) Pengertian dan bagian balok

Balok adalah bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi segi empat, dimana sisi-sisi yang berhadapan memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Berbeda dengan kubus yang semua sisinya berbentuk persegi yang sama besar. Balok sisi yang sama besar hanya yang berhadapan dan tidak semuanya berbentuk persegi, kebanyakan berbentuk persegi panjang.

Bagian-bagian balok sama seperti bagian-bagian pada kubus yaitu terdiri dari sisi, titik sudut diagonal bidang, diagonal ruang dan bidang diagonal.

Gambar 2.2 Bagian-bagian balok

(47)

Balok ABCD.EFGH

Sisi pada balok ada 6 yaitu = ABCD, EFGH, ABFE, CDHG, BCGF, dan ADHE

Rusuk pada balok ada 12 yaitu = AB, BC, CD, AD, EF, FG, GH, EH, AE, BF, CG, dan DH.

Titik sudut pada ballok ada 8 yaitu = A, B, C, D, E, F, G, dan H.

Tabel 2.4. Bagian – bagian balok dan jumlahnya Bangun Sisi Rusuk Titik

sudut

Diagonal bidang

Diagonal ruang

Bidang diagonal

Kubus 6 12 8 12 4 6

b) Rumus-rumus balok

(1) Volume (2) Luas permukaan ( )

(3) Panjang diagonal bidang √( ) √( )

√( )

(4) Panjang diagonal ruang √( )

(5) Luas bidang diagonal = tergantung dari bidang diagonal yang mana.

Pada penelitian ini peneliti memfokuskan materi pada luas permukaan dan volume bangun balok dan kubus. Kemudian terkait soal tes yang digunakan untuk mengukur metakognitif siswa peneliti memilih materi luas permukaan dan volume bangun balok. Hal ini dikarenakan meskipun materi luas permukaan dan volume balok terlihat mudah, namun peneliti masih

(48)

menemukan adanya kesalahan siswa dalam memahami materi luas dan volume balok. Selain itu alasan peneliti memilih materi ini adalah karena tujuan peneliti yaitu melihat kemampuan metakogntif siswa, jadi peneliti memilih materi yang cukup mudah dipahami, namun disajikan dalam bentuk soal non rutin. Soal non rutin merupakan soal yang cenderung mendorong kemampuan berpikir logis, menambah pemahaman konsep siswa, mengembangkan kekuatan bernalar, mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan mentransfer kemampuan matematika ke situasi yang tidak umum.35

5. Gender

Kata gender berasal dari bahasa latin, yaitu “genus”, berarti tipe atau jenis. Gender merupakan sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang terbentuk secara sosial maupun budaya sehingga tidak berlaku untuk selamanya, namun menyesuaikan waktu dan tempat.36 Santrock menjelaskan bahwa gender merupakan jenis kelamin yang mengacu pada dimensi sosial budaya seseorang sebagai laki-laki atau perempuan.37

Pendapat Rahmawati mengatakan bahwa gender merujuk pada karakteristik dan ciri-ciri sosial yang diasosiasikan pada laki-laki dan perempuan yang tidak hanya didasarkan pada perbedaan biologis, melainkan

35 Ade Putri, “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Rutin Dan No-Rutin Pada Materi Aturan Pencacahan”, Jurnal Pendidikan Tambusai, no. 4 (2018) : 892

36 Dina Rodzita Nashoba, “Pengaruh Gender”, 16

37 Elly Rizki Diandiat, Rahmah Johar, Dan Taufik Fuadi Abidin, “Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Metakognitif Siswa Smp Pada Materi Lingkarran Berdasarkan Gender”, Jurnal Pendidikan Matematika, no.2, (juli 2017), 83

(49)

juga pada interpretasi sosial, dan cultural tentang apa artinya laki-laki dan perempuan. Sementara itu Lipa menjelaskan bahwa penyebab perbedaan antara laki-laki dan perempuan salah satunya terletak pada kromosom dan seks. Hal tersebut menyebabkan terdapat perbedaan otak antara laki-laki dan perempuan dalam struktur dan dalam latar belakang fungsinya.38

Selain perbedaan pada struktur otak, menurut Elliot dkk ada beberapa perbedaan gender dari segi karakteristik sifat, diantaranya sebagai berikut :39

Tabel 2.5.Perbedaan Gender Dari Segi Karakteristik

Karakteristik Perbedaan Gender

Perbedaan fisik Mayoritas perempuan menjadi lebih cepat dewasa daripada laki-laki, namun ketika dewasa laki-laki lebih besar dan kuat dibanding perempuan.

Perbedaan verbal Perempuan lebih baik daripada laki-laki dalam pennggunaann bahasa

Kemampuan spasial Laki-laki lebih unggul dalam analisis ruang dan akan terus terlihat selama sekolah

Kemampuan matematika

Terdapat lebih banyak perbedaan ketika tahun pertama sekolah menengah, laki- laki lebih baik daripada perempuan Motivasi prestasi Perbedaan ini dihubungkan dengan tugas

dan situasi. Laki-laki lebih baik dalam tugas maskulin seperti matematika dan sains, sedangkan perempuan lebih baik dalam tugas-tugas feminim seperti seni dan musik.

38 Dina Rodzita Nashoba, “Pengaruh Gender”, 16

39 Tri Suendang, “Pengaruh Kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau dari Perspektif Gender Melalui Pendekatan Open Ended di SMP Patra Mandiri 1 Palembang”. 2018

https://eprints.radenfatah.ac.id/2017

(50)

Menurut Susento dalam Zubaidah Perbedaan gender bukan hanya berakibat pada perbedaan kemampuan dalam matematika, tetapi juga tentang bagaimana cara memperoleh pengetahuan matematika tersebut. Pendapat Keitel menyatakan bahwa gender, sosial dan budaya berpengaruh pada pembelajaran matematika. Yoenanto dalam Zubaidah juga menyatakan bahwa siswa pria lebih tertarik dalam pelajaran matematika dibandingkan dengan siswa perempuan, sehingga siswa perempuan lebih mudah cemas dalam menghadapi matematika dibandingkan dengan siswa laki-laki.40

Krutetski dalam Nafi’an menjelaskan perbedaan antara laki- laki dan perempuan dalam belajar matematika sebagai berikut :

1) Laki-laki lebih unggul dalam penalaran, perempuan lebih unggul dalam ketepatan, ketelitian, kecermatan dan keseksamaan berpikir.

2) Laki-laki memiliki kemampuan matematika dan mekanika yang lebih baik daripada perempuan.

Perbedaan ini tidak nyata pada tingkat sekolah dasar akan tetapi menjadi tampak lebih jelas pada tingkat yang lebih tingggi.41 Menurut American Psychological Association yang dikutip oleh Lestari berdasarkan analisis terbaru dari penelitian internasional menjelaskan

40 Zubaidah Amir MZ, “Perspektif Gender dlam Pembelajaran Matematika”, Marwah, no. 1 (Juni, 2013), 16

41 Muhammad Ilman Nafi’an. 2011. Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema ”Matematika dan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran” pada tanggal 3 Desember 2011 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. ISBN: 978–979–

16353–6–3

(51)

bahwa kemampuan perempuan di seluruh dunia dalam matematika tidak lebih buruk daripada kemampuan laki-laki meskipun laki-laki mempunyai kepercayaan diri yang lebih tinggi daripada perempuan dalam matematika. Berbeda dengan Mitsos dan Browne yang mendapat bukti bahwa perempuan memiliki tingkat prestasi belajar yang lebih baik dari laki-laki. Menurut mereka perempuan lebih termotivasi dan bekerja lebih rajin daripada laki-laki dalam mengerjakan pekerjaan sekolah.42

Rushton menjelaskan bahwa perbedaan prestasi belajar laki-laki dan perempuan lebih disebabkan oleh perbedaan tingkat intelegensi.

Laki-laki lebih aktif daripada perempuan. Akan tetapi, keaktifan laki- laki ini kemudian menyebabkan laki-laki menjadi lebih sulit untuk diatur. Hal inilah yang menyebabkan laki-laki memiliki prestasi belajar yang lebih rendah daripada perempuan.

42 MZ, “Perspektif Gender”, 25

(52)

35

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, analisis data bersifat kualitatif.43 Penelitian ini mengggunakan pendekatan kualitatif karena data yang terkumpul akan disajikan dalam bentuk susunan sebuah kalimat.

Jenis penelitian deskriptif menurut Hardani dkk, mengemukakan bahwa penelitian ini merupakan penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.

Dalam penelitian ini peneliti akan mendeskripsikan bagaimana metakognitif siswa laki-laki yang memiliki kemampuan matematika tinggi, dan bagaimana metakognitif siswa perempuan yang memiliki kemampuan matematika tinggi.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam Penelitian ini adalah SMP Negeri 4 Jember. Lokasi ini dijadikan sebagai tempat penelitian berdasarkan hasil pertimbangan yang telah dilakukan peneliti diantaranya adalah sebagai berikut :

43Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitataif, dan R&D (Bandung : ALFABETA, 2019), 68-69

(53)

1. Adanya ketersediaan SMP Negeri 4 Jember untuk dijadikan tempat penelitian

2. Pada saat evaluasi pembelajaran guru belum mengevaluasi proses metakognitif siswa dalam memecahkan masalah matematika.

3. Belum pernah dilakukan penelitian terkait metakognitif siswa di sekolah ini.

Penelitian dilakukan di kelas VIII A dan dilaksanankan pada semester genap tahun pelajaran 2021/2022.

C. Subjek Penelitian

Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A. Peneliti memilih subjek menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan subjek mendasar pada usaha pencapaian tujuan penelitian.44 Subjek ditentukan berdasarkan kriteria tertentu untuk mempermudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah satu siswa laki-laki dan satu siswa perempuan dari kelas VIII A SMPN 4 JEMBER.

Siswa yang dipilih sebagai subjek penelitian diasumsikan memiliki kemampuan verbal dan kemampuan matematis yang sama. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar dari nilai ulangan harian, PTS dan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika.

44 Sutopo, Metodologi penelitian kualitatif, (Surakarta : Sebelas Maret University Press, 2002), 52

Gambar

Gambar 4.15 Hasil Jawaban S2 Pada Tahap Pemantauan
Tabel 2.2 Indikator Metakognitif Dalam Memecahkan Masalah
Gambar 2.1. Bagian-bagian kubus  Kubus ABCD.EFGH
Tabel 2.3. Bagian – bagian kubus dan jumlahnya  Bangun   Sisi   Rusuk   Titik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, nikmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Analisis Metakognitif Siswa

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif. “A Metacognitive Approach to Solving Algebra Problems”. “Proses Metakognisi Dalam Pemecahan Masalah Matematika Pada

Hasil penelitian Khairunnisa (2017: 1) menunjukkan bahwa kemampuan metakognisi belum digunakan dengan baik oleh siswa laki-laki karena siswa laki-laki belum memenuhi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kemampuan komunikasi matematis tertulis dan kemampuan komunikasi lisan siswa dengan gender laki-laki dan perempuan

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan, berarti penelitian ini sesuai dengan pendapat yang

Berdasarkan hasil observasi perilaku metakognitif, siswa perempuan maupun siswa laki-laki sudah mempunyai keyakinan dan intuisi dalam memecahkan permasalahan matematika. Siswa

Berdasarkan hasil observasi perilaku metakognitif, siswa perempuan maupun siswa laki-laki sudah mempunyai keyakinan dan intuisi dalam memecahkan permasalahan matematika. Siswa

Dengan demikian perlu adanya penelitian untuk mengetahui lebih lanjut kemampuan berpikir kritis siswa pada siswa laki-laki dan perempuan dalam memecahkan masalah kontekstual materi