• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.7 Metode Analisis Data

Menurut Sugiyono (2010), kegiatan dalam analisis data adalah pengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji data yang telah dikumpulkan. Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah ;

3.7.1 Regresi Linear Sederhana

Metode regresi linear sederhana adalah suatu metode analisisis yang dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan persamaan umum Regresi Linear Sederhana sebagai berikut :

Keterangan :

X1 = pembiayaan mudharabah

Y = α + β

1

X

1

+ β

2

D+ ε

29

D = Variabel Dummy Jenis Usaha D = 1 untuk jenis usaha sablon D = 0 untuk jenis usaha penjahit

Y = Variabel dependen yaitu pendapatan nasabah α = Konstanta

β1, β2 = Koefisien regresi ε = eror

3.7.2 Uji Asumsi Klasik 3.7.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali,2006).

Untuk mengetahui apakah data normal atau tidak maka dapat dideteksi dengan melihat gambar histogram dan normal plot . Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Tetapi jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.7.2.2 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, hal tersebut dinamakan heterokedastisitas (Ghozali,2006). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.

Untuk mengetahui ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model regresi, maka dapat dilihat pada gambar scatterplot model tersebut. Dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Titik-titik (data) menyebar di atas dan di sekitar angka 0

b) Titik-titik (data) tidak mengumpul hanya dibawah saja

c) Penyebaran titik-titik (data) tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali

d) Penyebaran titik-titik (data) sebaiknya tidak berpola.

3.7.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apaka dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya (Ghozali,2006).. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hipotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi

b) Jika DW terletak antara dU atau (4-dU) maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak terdapat autokorelasi

c) Jika DW terletak antara dL dengan dU dan antara (4-dU) dengan (4- dL), maka tidak dapat diputuskan apakah terjadi autoorelasi atau tidak tetapi nilai DW lebih dekat pada daerah tidak terjadi autokorelasi.

3.7.2.4 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.

Pendeteksian terhadap multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance – Inflating Factor (VIF) dari hasil analisis regresi, jika nilai VIF > 10 maka terdapat gejala multikolinearitas yang tinggi (Ghozali,2006).

31

3.7.3 Uji Hipotesis 3.7.3.1 Uji t (Parsial)

Pengujian t statistik adalah pengujian terhadap masing-masing variabel independen (Ghozali,2006).. Uji t (coefficient) akan dapat menunjukkan pengaruh masing-masing variabel independen (secara parsial) terhadap variabel dependen.

Hipotesisnya yang digunakan :

a) Bila Ho : bi = 0 : Variabel Independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b) Bila Ho : bi ≠ 0 : Variabel Independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Jika t hitung > t tabel maka H1 diterima, berarti variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel independent tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dalam pengolahan uji t statistik bertujuan melihat seberapa besar pengaruh variabel independen (pembiayaan mudharabah) terhadap variabel dependen (pendapatan Nasabah BMT)

3.7.3.2 Uji F (Uji Simultan)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama – bersama variabel bebas terhadap variabel terikat. Dimana Fhitung > Ftabel , maka H1 diterima atau secara bersama – sama variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya secara serentak. Sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima atau secara bersama – bersama variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui signifikan atau tidak pengaruh secara bersama – bersama variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan probability sebesar 5% (α = 0,05).

3.7.3.3 Koefisien Determinasi

Dalam uji regresi liniear berganda juga dianalisis besarnya koefisien (R2). R2 pada dasarnya mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen atau variabel terikat (Ghozali, 2006). Nilai R2 adalah antara nol dan satu. R2 mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat kemampuan variabel bebas dalam model regresi tersebut dalam menerangkan variabel terikat, sebaliknya jika R2 mendekati nol (0) maka semakin lemah variabel bebas menerangkan variasi variabel terikat.

33 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Obyek Penelitian

4.1.1 Profil BMT Sahara Tulungagung

Baitul Maal wat Tamwil yang selanjutnya disingkat BMT adalah sebuah Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dioperasikan dengan sistem yang sesuai syariat Islam. BMT merupakan institusi yang menjalankan 2 kegiatan secara terpadu, yaitu Baitul Maal ( melakuakan kegiatan sosial dan dakwah), dan Baitut Tamwil (melakukan kegiatan bisnis). Sehingga kegiatan BMT adalah mengembangkan usaha-usaha produktif dengan mendorong kegiatan menabung dan menyalurkan pembiayaan produktif, juga melaksanakan kegiatan sosial, dengan menggalang titipan dana sosial, seperti zakat, infak, dan shodaqoh serta mendistriibuusikannya dengan prinsip pemberdayaan masyarakat sesuai dengan peraturan dan amanahnya.

Sebagai dasarnya adalah UU RI no. 38 Tahun 1999, tentang pengelolaan zakat dimana dalam UU terseut BMT dapat berperan secara legal sebagai lembaga amil zakat (LAZ) yang berfungsi sebagai pengumpul, pengelola sekaligus penyalur zakat,infaq, shadaqoh, hibah dan sejenisnya. Kegiatan program ini dilaksanakan dengan tujuan, antara lain:

1. Meminta hak fakir miskin pada harta orang kaya, sebagaimana firman Allah : “ Dan pada harta mereka (orang kaya) terdapat hak orang miskin yang meminta dan tidak berkecukupan (tetapi tidak meinta).”(QS. Al- Dzariyat 51:19)

2. Penyaluran ZIS secara efektif dan tepat guna sesuai sasaran. Oleh karena itu orang yang diberi bantuan, semakin hari harus semakin mandiri

3. hingga akhirnya enjadi muzakki-muzakki baru, bukan sebaliknya semakin abadi gelar kemiskinannya.

4. Untuk mengikis kesenjangan sosial antara si miskin dan sikaya.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “bukanlah golonganku, orang (besar) yang tidak belas kasih pada orang kecil, dan orang kecil yang tidak menghargai orang besar.” (HR. Anas)

Kopsyah BMT Sahara adalah Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang berperan sebagai motor penggerak dan media penghubung antaa aghnia’ (pihak yang berkelebihan dana) dan dhuafa (pihak yang kekurangan dana) dengan menerapkan prinsip-prinsip muamalah islam. Hal ini bertujuan untuk membantu beban ekonomi masyarakat yang seringkali terperosok oleh tangan-tangan rentenir yang mencekoki bunga yang tinggi dan hanya bertujuan profit oriented. Kopsyah BMT Sahara sebagai lembaga keuangan alternatif yang didirikan oleh, dari dan untuk masyarakat telah memberikan harapan baru bagi pengembangan ekonomi masyarakat bawah. Ini karena perputaran dananya asemaksimal mungkin digunakan untuk masyarakat sendiri sehingga lebih seuai dengan kebutuhan dan tradisi masyarakat.

BMT Sahara berdiri tanggal 10 Maret 1999 dan beroperasi secara legal dengan Sertifikat Operasi yang dikeluarkan oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Nomor: 10115/SO/Pinbuk?III/1999 sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) BMT binaan PINBUK berdasar naskah kerjasama antara Bank Indonesia dengan PINBUK Nomor: 003/MOU/PH.Bk.PINBUK/IX-95 tanggal 27 September 1995. Kemudian BMT Sahara diperkuat dengan Badan Hukum dari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah yang disahkan oleh Kantor Koperasi dan UKM melalui SK Nomor:

188.2/164/BH/XVI.29?304/XII/2006. BMT Sahara mempunyai kantor pusat yang

35

berlmat di Ruko Kembang Sore No. 2.A Desa Bolorejo Kecamatan Kauman Tulungagung dan membuka kantor cabang di Jl. Raya Bakalan No.7. desa Suruhan Kidul Kecamatan Bandung Tulungagung.

4.1.2 Visi dan Misi BMT Sahara Tulungagung a. Visi

Mewujudkan kualitas anggota dan masyarakat disekitar Kopsyah BMT Sahara yang selamat damai dan sejahtera, sehingga mampu beroperasi sebagai wakilpengabdi Allah memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan umat pada umumnya.

b. Misi

Membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran berlandaskan syariah dan prinsip dasarnya yang maju terpercaya, aman, nyaman, transparan dan kehati-hatian.

4.1.3 Tujuan BMT Sahara Tulungagung

1. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota dan masyarakat.

2. Menyediakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota/calon anggota dengan prinsip syariah.

3. Mengembangkan sikap hemat dan suka menabung.

4. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir dan mengembangkan potensi zakat, infaq, dan shodaqoh para aghnia untuk kesejahteraan sosial kaum dhuafa.

5. Menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota.

6. Memperkuat posisi tawar sikap dan jaringan komunikasi para anggota

4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik digunakan sebagai syarat agar model regresi linier layak untuk digunakan. Asumsi yang digunakan antara lain normalitas, heterokedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas yang dijelaskan sebagai berikut :

4.2.1 Uji Asumsi Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah residual dalam model regresi mengikuti sebaran normal atau tidak (Ghozali, 2006).. Model regresi yang baik adalah model dimana residualnya mengikuti distribusi normal.

Metode yang digunakan dalam menguji normalitas adalah dengan melihat gambar normal plot. Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan grafik normal plot adalah jika titik sebaran pengamatan berada di sekitar garis diagonal maka dapat dikatakan bahwa asumsi normalitas telah terpenuhi. Hasil pengujian disajikan berikut.

Gambar 4.1 Grafik Histogram

Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)

37

Gambar 4.2 Grafik Normal Plot

Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)

Berdasarkan gambar 4.1, grafik histogram memberikan pola normal (tidak terjadi kemencengan) serta gambar 4.2 pada grafik normal plot yang memperlihatkan data yang bergerak mengikuti garis linear diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum data yang digunakan berdistribusi normal dan memenuhi asumsi normalitas.

4.2.2 Uji Asumsi Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas di dalam model regresi dapat dilihat dari grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat diketahui dengan dua hal, antara lain :

1. Jika pencaran data yang berupa titik-titik membentuk pola tertentu dan beraturan, maka terjadi masalah heteroskedastisitas.

2. Jika pencaran data yang berupa titik-titik tidak membentuk pola tertentu dan menyebar diatas dan dibawah sumbu Y, maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Gambar 4.3 Scatter Plot Uji Heterokedastisitas

Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)

Hasil analisis pada gambar 4.3, menunjukkan bahwa titik-titik tidak menyebar secara acak dan membentuk pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat indikasi adanya heterokedastisitas pada model yang diuji.

Langkah yang dilakukan agar asumsi heteroskedastisitas terpenuhi adalah dengan cara melakukan Uji Gletser, dengan asumsi bahwa nilai signifikansi lebih besar dari α = 5 % ( 0,05 ). Hasil uji Gletser dapat dilihat, sebagai berikut :

39

Tabel 4.1 Uji Gletser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 230913.656 85580.093 2.698 .009

X1 .017 .030 .075 .575 .568

D -.692 .541 -.250 -.918 .060

a. Dependent Variable: ABS

Sumber : Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)

Berdasarkan pada uji glejser data diketahui bahwa nilai signifikansi variabel X1 sebesar 0,575 dan D sebesar 0,60. Dari ke dua variabel terlihat bahwa nilai signifikansi lebih besar dari α = 5 % ( 0,05 ) sehingga dapat disimpulkan bahwa heteroskedastisitas terpenuhi atau data tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.2.3 Uji Asumsi Autokorelasi

Ghozali (2006) menjelaskan tujuan uji autokorelasi adalah menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya)”.

Jika terjadi korelasi, dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi sering ditemukan pada data runtut waktu (time series). Dasar pengambilan keputusan dengan menggunakan nilai uji Durbin Watson, di mana nilai DW berada antara nilai DU dan nilai 4-dU, maka model regresi yang digunakan bebas autokorelasi.

Tabel 4.2 : Hasil Pengujian Autokorelasi

Model Summaryb

Mo del R

R Squar e

Adjusted R Square

Std.

Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin- Watson R

Square Change

F Chan

ge df1 df2

Sig. F Change 1

.877a .704 .790 297857.

65608 .704 43.50

3 2 57 .000 1.609

a. Predictors: (Constant), D, X1 b. Dependent Variable: Y

Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)

Hasil pengujian asumsi autokorelasi dengan metode Durbin Watson didapatkan nilai DW sebesar 1.609 yang menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan termasuk dalam daerah tidak terdapat autokorelasi karena dengan α = 5 %, n = 60 dan k = 2 maka didapatkan dl = 1.505, du = 1.647, sedangkan 4 – du = 4 – 1.647 = 1.643. Hal ini berarti dl < dw < 4 – du = 1.505 <

1.609 < 1.644 sehingga asumsi autokorelasi terpenuhi.

4.2.4 Uji Asumsi Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.

Pendeteksian terhadap multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance – Inflating Factor (VIF) dari hasil analisis regresi, jika nilai VIF > 10 maka terdapat gejala multikolinearitas, jika nilai VIF < 10 maka tidak terdapat gejala multikolinearitas (Ghozali, 2006).

41

Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constan t)

668345.15 6

153271.28

1 4.361 .000

X1 .472 .053 .747 8.831 .000 .971 1.030

D .041 .165 .123 3.448 .003 .971 1.030

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, diperoleh nilai VIF untuk X sebesar 1.000, yang berarti tidak terjadi multikolinearitas karena variabel X memiliki nilai VIF yang lebih kecil dari 10 sesuai asumsi bahwa apabila nilai VIP > 10 maka terjadi multikolinearitas dan apabila VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Dalam bagian ini disajikan hasil persamaan regresi linier berganda, uji parsial, uji simultan, dan hasil koefisien determinasi.

4.3.1 Persamaan Regresi

Hasil perhitungan regresi linier antara pembiayaan mudharabah terhadap peningkatan pendapatan disajikan sebagai berikut. Persamaan regresi yang terbentuk antara pembiayaan mudharabah terhadap peningkatan pendapatan adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 : Regresi Pembiayaan Mudharabah Terhadap Pendapatan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant )

668345.15 6

153271.28

1 4.361 .000

X1 .472 .053 .747 8.831 .000 .971 1.030

D .041 .165 .123 3.448 .003 .971 1.030

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)

Berdasarkan hasil output dari perhitungan SPSS terlihat pada tabel diatas dapat diketahui persamaan regresi adalah :

Dari persamaan regresi linier dapat dijelaskan bahwa

a. Koefisien regresi pembiayaan mudharabah adalah sebesar 0,472, menunjukan bahwa jika pembiayaan mudharabah meningkat 1000 rupiah sedangkan variabel bebas yang lain tetap, maka pendapatan rata rata akan meningkat sebesar 0,472.

b. Koefisien regresi jenis usaha adalah sebesar 0,041, menunjukan bahwa pendapatan nasabah untuk jenis usaha sablon lebih besar 0,041dibandingkan pendapatan nasabah untuk jenis usaha penjahit.

Y = 668345.156 + 0.472 X1 + 0.041 D + 153271.281 Error

43

4.3.2 Uji t (Parsial)

Uji parsial digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari tiap variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji statistik t, di mana nilai t hitung yang lebih besar dari nilai t tabel atau p-value yang lebih kecil dari α 5% menunjukkan adanya pengaruh parsial.

Tabel 4.5 : Uji t Statistik

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardize d

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constan t)

668345.15 6

153271.28

1 4.361 .000

X1 .472 .053 .747 8.831 .000 .971 1.030

D .041 .165 .123 3.448 .003 .971 1.030

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)

Jika t hitung > t tabel maka H1 diterima, berarti variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, berarti variabel independent tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, begitupun jika sig > α (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak dan jika sig < α (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima. Dengan menggunakan uji 2 arah dimana α = 0,05 dan df = 60 – (1+1) = 58 maka didapatkan t tabelsebesar 1,671.

Berdasarkan hasil regresi maka didapatkan nilai t hitung pembiayaan mudharabah sebesar 8.831 lebih besar dari nilai t tabel 1.671 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

signifikan antara pembiayaan mudharabah terhadap pendapatan nasabah. Dan nilai t hitung jenis usaha sablon dan penjahit sebesar 3.448 lebih besar dari nilai t tabel 1.671 dan nilai signifikansi 0,003 < 0,05 sehingga menunjukkan bahwa jenis usaha sablon dan penjahit meningkatkan pendapatan nasabah.

4.3.3 Uji F (Simultan)

Uji simultan digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji statistik F, di mana nilai F hitung yang lebih besar dari nilai F tabel atau p-value yang lebih kecil dari α 5% menunjukkan adanya pengaruh simultan.

Tabel 4.7 : Uji F Statistik

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7719189536096

.972 2 3859594768048

.486 43.503 .000b Residual 5056993447236

.364 57 88719183284.8 49

Total 1277618298333

3.336 59

a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), D, X1

Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)

Uji simultan antara persepsi, pengetahuan, kesadaran, pelayanan terhadap kepatuhan wajib pajak didapatkan nilai F hitung 43.503 lebih besar dari nilai F tabel 3.15 dan angka signifikansi 0,000 lebih kecil dari alpha 5% sehingga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pembiayaan

mudharabah dan jenis usaha terhadap pendapatan nasabah.

45

4.3.4 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan paling baik dalam analisis regresi, dimana hal yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2) antara 0 (nol) dan 1 (satu). Selain itu, koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengetahui presentase perubahan variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X).

Tabel 4.6 : Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Mo del R

R Squar e

Adjusted R Square

Std.

Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin- Watson R

Square Change

F Chan

ge df1 df2

Sig. F Change 1

.857a .704 .790 297857.

65608 .704 43.50

3 2 57 .000 1.609

a. Predictors: (Constant), D, X1 b. Dependent Variable: Y

Sumber: Data Diolah IBM SPSS 22.0 (2016)

Koefisien determinasi pembiayaan mudharabah terhadap peningkatan pendapatan didapatkan nilai 0,790 yang artinya bahwa perubahan terhadap peningkatan pendapatan disebabkan oleh pembiayaan mudharabah sebesar 79 %, sedangkan perubahan terhadap peningkatan pendapatan disebabkan oleh faktor lain sebesar 21%.

4.4 Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Peningkatan Pendapatan Nasabah

Pada penelitian yang dilakukan terbukti pembiyaan mudharabah dan jenis usaha yang diberikan BMT Sahara Tulungagung mampu membantu meningkatkan pendapatan nasabah. Hal ini berhubungan dengan tujuan pendirian BMT Sahara yang mampu menjadi penghubung antaa BMT Sahara sebagai pemilik modal usaha dan nasabah sebagai pihak yang membutuhkan modal usaha dengan menjalankan prinsip-prinsip muamalah islam. Selain itu cara mendapatkan pembiayaan mudharabah dari BMT Sahara Tulungagung hanya diberikan kepada nasabah yang sudah memiliki pengalaman dalam bidang usahanya, seperti yang dikutip dalam wawancara bersama manajer BMT Sahara Tulungagung, sebagai berikut :

“pembiayaan mudharabah tidak di informasikan secara terbuka ,karena pembiayaan mudahrabah merupakan pembiayaan yang beresiko tinggi , namun nasabah tertentu yang di berikan pembiayaan mudharabh seperti halnya nasabah yang sudah memiliki pengalaman di dalam bidangnya . Keterangan pertimbangan BMT dalam memberikan pembiayaan terhadap nasabah juga dipaparkan sebagai berikut :

“yang menjadi pertimbangan kami dalam memberikan pembiayaan mudharabah ialah pengalaman nasabah dalam bidang usaha itu , kepribadian nasabah tersebut dan prospek usaha kedepanya bagaimana.

Selanjutnya, terdapat hal-hal lain yang berkaitan dengan pembiayaan mudharabah yaitu adanya pembiayaan mudharabah yang bermasalah BMT Sahara Tulungagung memiliki cara dalam meminimalisir hal tersebut, seperti yang dikutip dalam wawancara sebagai berikut :

47

“BMT SAHARA mengunakan strategi yang pertama, mengunakan Stay Strategy dalam pengertiannya, strategi itu masih ingin mempertahankan hubungan bisnis dengan nasabah dalam konteks waktu jangka panjang dalam meningkat perekonomian nasabah , yang ke dua mengunakan Phase out Strategy adalah strategi saat BMT tidak ingin melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan nasabah yang bersangkutan dalam konteks waktu yang panjang karena akan menimbulkan kerugian yang besar dan sangat berpengaruh dalam alokasi dana pembiayaan mudharabah.

Keterangan lain bagaimana cara BMT meminimalisir resiko juga dipaparkan sebagai berikut :

“pembiayaan mudahrabah itu mempunyai resiko yang sangat besar dari pada produk pembiayaan yang ada di BMT SAHARA , oleh karena itu pembiayaan mudharabah itu akan di berikan kepada nasabah tertentu dan informasi nasabah sangat di perhitungakan , karena resiko pembiayaan mudahharabah sangat lah fatal dalam finansialnya , karena bmt sahara memberikan modal usaha secara 100%.

Berdasarkan adanya resiko-resiko yang dapat terjadi, BMT Sahara Tulungagung tentunya ingin menjamin bahwa pembiayaan yang diberikan terhindar dari hal tersebut maka BMT Sahara Tulungagung juga melakukan pengawasan terkait pembiayaan yang diberikan, seperti yang dikutip dalam wawancara sebagai berikut :

“ada, untuk nasabah baru dan nasabah yang memperlukan pengawasaannya dalam mengembangkan usahanya, dan memberikan tarikan untuk nasabah memberikan dana usahanya dalam pengembangan BMT di dalam bidang permodalan.

Selain dari pada itu BMT Sahara Tulungagung sejak awal berdiri hingga sekarang memiliki kekuatan, kelemahan dan peluang yang dijelaskan langsung oleh manajer BMT, seperti yang dikutip dalam wawancara sebagai berikut :

“dari segi kekuatan pembiayaan mudharabah mempunyai presentasi yang sangat besar dalam memperoleh laba bagi bmt ,sedangkan kelemahan dari pembiayaan mudharabah itu sangat fatal ,bila terjadi kredit macet dan mempunya kerugian yang sangat besar bagi financial bmt dan dari segi peluang pembiayaan mudharabah mempunyai peluang yang masih terbuka lebar namun juga sangat berisiko tinggi dalam

pelaksanaannya ,oleh karena itu harus sangat berhati- hati dalam pemberian pembiayaan mudharabah kepada nasabah.

Berdasarkan kesadaran akan kekuatan, kelemahan serta peluang pada pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh BMT Sahara Tulungagung diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi dan mampu memberikan dampak yang lebih baik untuk perkembangan BMT Sahara Tulungagung. Selain itu dengan adanya bukti bahwa hadirnya BMT Sahara Tulungagung mampu memberikan pembiayaan mudharabah yang mempengaruhi peningkatkan pendapatan nasabah tentunya menjadi pencapaian yang baik dan perlu ditingkatkan untuk masa depan.

4.5Strategi BMT Sahara Tulungagung Dalam Meningkatkan Pembiayaan Mudharabah

Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan bapak mustofa selaku manager BMT Sahara bahwa dalam mengembangkan pembiayaan mudharabah perlu dilakukan berbagai strategi untuk meningkatkan produk pembiayaan mudharabah di BMT Sahara Tulungagung, maka beberapa strategi tersebut diantaranya adalah:

1. Kuantitas Nilai Pembiayaan Mudharabah

“Dari segi kuantitas pembiayaan BMT tidak terlalu besar seperti halnya korporasi. Pembiayaan mikro biasanya memiliki pembiayaan paling besar Rp 2.000.000,-. Saat ini BMT yang beroperasi memang belum

berdistribusi terlalu besar. Faktanya dalam pembiayaan mudharabah yang diberikan BMT Sahara Tulungagung mampu memberikan pembiayaan kepada salah satu anggotanya sebesar RP 5.000.000,-.

Dengan memberikan nilai pembiayaan yang cukup besar sehingga dapat peningkatkan pedapatan yang diterima oleh nasabah BMT Sahara Tulungagung.”

2. Strategi Fokus Pembiayaan Mudharabah

“Secara Khusus, strategi pembiayaan yang tengah dijalankan BMT lebih diarahkan pada sosial dari pada upaya mencari keuntungan. Strategi ini digunakan karena motif utamanya untuk kemaslahatan umat. BMT Sahara Tulungagung ini memberikan pembiayaan mudharabah pada kalangan bawah. Pembiayaan mudharabah yang di berikan oleh BMT Sahara Tulungagung berfokus pada sektor yang tidak berisiko tinggi dan menawarkan bagi hasil yang lancar.”

Dokumen terkait