• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Analisis Data

BAB III METODE PENELITIAN

H. Metode Analisis Data

Teknik analisis data deskriptif kualitatif dengan penjabaran deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran merupakan proses mencari dan menyusun data yang dikumpulkan sehingga data tersebut dapat ditemukan kesimpulan dan dijadikan sebagai bahan informasi yang dapat dipahami diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan teknik analisis data kualitatif bersifat induktif yaitu data yang diperoleh yang dikembangkan melalui pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.

Sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data yaitu model Mails & Huberman dalam sugiyono (2017:132) dengan tahapan pengumpulan data yaitu :

1. Reduksi data ( data reduction) yaitu memilih dan memfokuskan yang penting dan merangkum data yang pokok. Di dalam reduksi data, laporan-laporan lapangan dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya. Jadi laporan lapangan sebagai bahan baku mentah disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari data yang diperoleh bila diperlukan.

2. Penyajian Data (data display) menurut Miles Huberman dalam sugiyono (2017:137) menyebutkan bahwa yang sering digunakan dalam menyajikan data pada penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Agar peneliti tidak tenggelam oleh kumpulan data oleh karena itu agar dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dalam penelitian itu, harus diusahakan membuat alat ukur yaitu pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.

3. Penarikan kesimpulan dan klarifikasi (Klasifikasi data)

Sejak awalnya peneliti berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkannya. Untuk itu peneliti mencari tema, pola hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, dan sebagainya. Jadi data yang diperoleh dari sejak awal mencoba mengambil kesimpulan.

Kesimpulan itu mula-mula masih sangat kabur, diragukan akan tetapi dengan bertambahnya data maka kesimpulan itu akan lebih lengkap jadi kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung hingga akhirnya tercapai kesimpulan akhir.

4. Triangulasi

Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan.

Beberapa macam triangulasi data sendiri menurut Denzin dalam Moleong (2004:330) yaitu dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori ada beberapa macam yaitu:

1) Triangulasi Sumber (data), Triangulasi ini membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda dalam metode kualitatif.

2) Triangulasi metode, triangulasi ini menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3) Triangulasi Teori, triangulasi ini berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaan dengan satu atau lebih teori tetapi hal itu dapat dilakukan, dalam hal ini dinamakan penjelasan banding.

Dari tiga macam teknik triangulasi, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber data dan triangulasi metode untuk menguji data

39 A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah singkat Badan Pengawas pemilihan umum provinsi Sulawesi selatan

Organisasi pengawas pemilihan umum (pemilu) baru muncul pada pemilu 1982, walaupun pemilu pertama di Indonesia sudah dilaksanakan pada tahun 1955. Pembentukan Panwaslak pemilu pada pemilu 1982 dilatari oleh protes protes atas banyaknya pelanggaran dan manipulasi penghitungan suara yang dilakukan oleh para petugas pemilu pada pemilu 1971.Karena pelanggaran dan kecurangan pemilu yang terjadi pada pemilu 1977 jauh lebih masif. Protes-protes ini lantas di respons pemerintah dan DPR yang didominasi Golkar dan ABRI.

Akhirnya muncul gagasan memperbaiki undang-undang yang bertujuan meningkatkan kualitas pemilu 1982.

Pada pemilu 1982 pemerintah mengintroduksi adanya badan baru yang akan terlibat dalam urusan pemilu untuk mendampingi Lembaga Pemilihan umum (LPU). Badan baru ini bernama panitia pengawas pelaksanaan pemilihan umum 9 panwaslak Pemilu) yang bertugas mengawasi pelaksanaan pemilu.Dengan struktur, fungsi, dan mekanisme kerja yang baru, pengawas pemilu tetap diaktifkan untuk pemilu 1999. Namanya pun diubah dari Panitia Pelaksana Pemilihan umum (Panwaslak Pemilu) menjadi Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu). Perubahan terhadap pengawas pemilu baru dilakukan lewat

UU. No 12/2003. UU ini menegaskan, untuk melakukan pengawasan pemilu, panitia pengawas pemilu provinsi, panitia pengawas pemilu kabupaten/kota, dan panitia pengawas pemilu kecamatan.

Selanjutnya kelembagaan pengawas pemilu dikuatkan melalui Undang Undang nomor 22 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pemilu dengan dibentuk sebuah Lembaga yang dinamakan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Adapun lingkup pengawasan bawaslu yakni terkait kepatuhan KPU sebagai penyelenggara pemilu dan pilkada.

Dalam perjalanannya Bawaslu mengalami penguatan secara bertahap, pertama melalui Undang undang No. 12 Tahun 2003, Undang undang ini mengamanatkan pembentukan Lembaga ad hoc yang terlepas dari struktur kelembagaan KPU yang bertugas untuk melaksanakan pengawasan pemilu. Kedua melalui Undang-undang No.22 Tahun 2007, dalam Undang-undang ini pengawas pemilu ditingkat pusat dipermanenkan menjadi Badan Pengawas pemilu (Bawaslu). Ketiga melalui undang-undang No.15 Tahun 2011 dalam Undang-undang ini kelembagaan Bawaslu kembali diperkuat dengan dipermanenkannya Panitia Pengawas Pemilu ditingkat Provinsi menjadi Bawaslu provinsi.

Keempat Undang Undang No. 7 tahun 2017, undang-undang ini memberikan kewenangan yang besar dan signifikan. Secara kelembagaan, panitia Pengawas pemilu ditingkat Kabupaten/ kota dipermanenkan menjadi Bawaslu Kabupaten/ kota. Bawaslu sebagai Lembaga pengawas pemilu diberi kewenangan yang cukup kuat yakni

sebagai Lembaga yang memiliki kewenangan untuk menerima, memeriksa, mengkaji dan memutus pelanggaran administrasi pemilu melalui proses mediasi maupun sidang ajudkasi. Bawaslu bukan hanya sebagai Lembaga pengawas, tetapi juga Lembaga peradilan dalam penegakan hukum penyelesaian pelanggaran administrasi pemilu.

Bawaslu Provinsi Sulawesi Selatan periode 2017- 2022 terdiri dari tiga komisioner, yakni HL Arumahi, Azry yusuf dan Fatmawati. Pada pertengahan 2018, keanggotaan Bawaslu Sulawesi Selatan ditambah empat orang, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 7 tahun 2017 tentang pemilu. Empat komisioner itu adalah: Adnan jamal (Divisi Hukum), Amrayadi (Divisi Pengawasan), Asradi (Divisi sengketa) dan Hasmaniar Bachrun (Divisi kelembagaan) dan Saiful Jihad (Divisi Humas dan Hubungan antar Lembaga).

2. Visi dan Misi a. Visi

Terwujudnya Bawaslu sebagai Lembaga pengawal terpercaya dalam penyelenggaran pemilu demokratis, bermartabat, dan berkualitas.

b. Misi

1) Membangun aparatur dalam kelembagaan pengawas pemilu yang kuat, mandiri dan solid;

2) Mengembangkan pola dan metode pengawasan yang efektif dan efisien;

3) Memperkuat sistem kontrol nasional dalam satu manajemen pengawasan yang terstruktur, sistematis, dan integratif berbasis teknologi;

4) Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan peserta pemilu, serta meningkatkan sinergi kelembagaan dalam pengawasan pemilu partisipatif;

5) Meningkatkan kepercayaan publik atas kualitas kinerja pengawasan berupa pencegahan dan penindakan, serta penyelesaian sengketa secara cepat, akurat dan transparan;

6) Membangun Bawaslu sebagai pusat pembelajaran pengawasan pemilu baik bagi pihak dalam negeri maupun luar negeri.

3. Struktur orgaisasi a. Tugas Bawaslu

1) Menyusun standar tata laksana pengawasan penyelenggaraan pemilu untuk pengawas pemilu di setiap tingkatan.

2) Melakukan pencegahan dan penindakan terhadap;

a. Pelanggaran pemilu; dan b. Sengketa proses pemilu

3) Mengawasi persiapan penyelenggaraan pemilu, yang terdiri atas;

a) Perencanaan dan penetapan jadwal tahapan pemilu;

b) Perencanaan pengadaan logistic oleh KPU;

c) Sosialisasi penyelenggaraan pemilu; dan

d) Pelaksanaan persiapan lainnya dalam penyelenggaraan pemilu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4) Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan pemilu, yang terdiri atas;

a. Pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar pemilih sementara serta daftar pemilih tetap;

b. Penataan dan penetapan daerah pemilihan DPRD kabupaten/

kota;

c. Penetapan peserta pemilu;

d. Pencalonan sampai dengan penetapan pasangan calon, calon anggota DPR, calon anggota DPD dan calon anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

e. Pelaksanaan dan dana kampanye;

f. Pengadaan logistic pemilu dan pendistribusiannya;

g. Pelaksanaan pemungutan suara dan perhitungan suara hasil pemilu di TPS;

h. Pergerakan surat suara, berita acara perhitungan suara, dan sertifikat hasil perhitungan suara dari tingkat TPS sampai ke PPK;

i. Rekapitulasi hasil perhitungan perolehan suara di PPK, KPU kabupaten/ kota, KPU provinsi, dan KPU;

j. Pelaksanaan perhitungan dan pemungutan suara ulang, pemilu lanjutan, dan pemilu susulan;

k. Penetapan hasil pemilu.

5) Mencegah terjadinya praktik politik uang;

6) Mengawasi netralitas aparatur sipil Negara, netralitis anggota Tentara nasional Indonesia dan netralitas kepolisian republic Indonesia

7) Mengawasi pelaksanaan/ keputusan, yang terdiri atas;

a. Keputusan DKPP;

b. Putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa pemilu;

c. Putusan/ keputusan bawaslu, bawaslu provinsi, dan bawaslu kabupaten/ kota;

d. Keputusan KPU, KPU provinsi, dan KPU kabupaten/ kota;

e. Keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas Aparatur sipil Negara, netralitas anggota TNI dan netralitas anggota kepolisian republik Indonesia.

8) Menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik penyelenggaraan pemilu kepada DKPP;

9) Menyampaikan dugaan tindak pidana pemilu kepada Gakkumdu;

10) Mengelola, memelihara, dan merawat arsip serta melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

11) Mengevaluasi pengawasan pemilu;

12) Mengawasi pelaksanaan peraturan KPU; dan

13) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Wewenang Bawaslu

1) Menerima dan menindaklanjuti yang berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang- undangan yang mengatur mengenai pemilu;

2) Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran administrasi pemilu;

3) Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran politik uang;

4) Menerima, memeriksa, memediasi atau meng ajudikasi dan memutus penyelesaian sengketa proses pemilu;

5) Merekomendasikan kepada instansi yang bersangkutan mengenai hasil pengawasan terhadap netralitas Aparatur sipil Negara, netralitas anggota tentara nasional Indonesia, dan netralitas kepolisian republik Indonesia;

6) Mengambil ahli sementara tugas, wewenang dan kewajiban Bawaslu provinsi dan Bawaslu Kabupaten/ kota secara berjenjang jika bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten kota berhalangan sementara akibat dikenai sanksi atau akibat lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

7) Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran administrasi, pelanggaran kode etik, dan dugaan tindak pidana pemilu, dan sengketa proses pemilu;

8) Mengoreksi putusan dan rekomendasi Bawaslu provinsi dan Bawaslu Kabupaten/ kota apabila terdapat hal yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

9) Membentuk Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/ kota, dan Panwaslu LN;

10) Mengangkat, membina dan memberhentikan anggota bawaslu provinsi, anggota Bawaslu Kabupaten/ Kota dan anggota Panwaslu LN; dan

11) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Kewajiban Bawaslu

1) Bersikap adil menjalankan tugas dan wewenang

2) Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pengawas pemilu pada semua tingkatan;

3) Menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden dan DPR sesuai dengan pemilu secara periodic dan atau berdasarkan kebutuhan;

4) Mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data pemilih secara berkelanjutan yang dilakukan oleh KPU dengan memperhatikan dan kependudukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan

5) Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

1. AZRY YUSUF, SH, MH : DIV. PENANGANAN PELANGGARAN 2. HASMANIAR BACHRUN, S.Pi : DIV. ORGANISASI

3. DR. ADNAN JAMAL, SH.MH : DIV. HUKUM DAN DATA INFORMASI 4. ASRADI, SE.,MH : DIV. PENYELESAIAN SENGKETA 5. Drs. SAIFUL JIHAD, M.Ag : DIV. HUBUNGAN MASYARAKAT 6. AMRAYADI, SH : DIV. PENGAWASAN DAN HUBAL

EMIL SYAHBUDDIN, S.E., M.M. NUR AWAN DATU, S.IP., M.H. H. MUHLIS MAS'UD, S.STP, M.H. NURMALAWATI PALUBUHU,S.IP PLT. KEPALA BAGIAN ADMINISTRASI KEPALA BAGIAN PENGAWASAN

KEPALA BAGIAN PENANGANAN PELANGGARAN DAN PENYELESAIAN

SENGKETA PROSES

KEPALA BAGIAN HUKUM, HUBUNGAN MASYARAKAT, DATA DAN INFORMASI

WIWID AMBARWATI, SE, M.Si ZULKIFLI, ST.,MM ……….. ……….

KEPALA SUB BAGIAN PERENCANAAN, KEUANGAN DAN BARANG MILIK

NEGARA

KEPALA SUB BAGIAN PENGAWASAN

DAN AKREDITAS PEMANTAU SUB BAGIAN PENANGANAN PELANGGARAN SUBBAGIAN HUKUM

FACHRUL NAWAWI, S.Si EMIL SYAHBUDDIN, SE.,MM ………... ……….

KEPALA SUB BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN UMUM

KEPALA SUB BAGIAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA

SUB BAGIAN PENYELESAIAN SENGKETA PROSES

SUB BAGIAN HUBUNGAN MASYARAKAT, DATA, DAN INFORMASI Dr, JALALUDIN, S.Pd., M.Pd

KEPALA SEKRETARIAT ANGGOTA Drs. H. L. ARUMAHI, MH DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA

B. Hasil penelitian

1. Karakteristik informan

Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 3 orang. Berikut data- data dari informan:

Tabel 3.1 Data Informan

No Nama Inisial Jabatan

1 Fachrul Nawawi, S.Si FN Kepala sub bagian SDM dan umum

2 Azry Yusuf, SH, MH AY Staf bagian hukum, hubungan masyarakat, data dan informasi

3 Rusniati A,md R Staf keuangan

4 Syahrul S Tamu / penerima layanan

2. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian a. Efektivitas kerja aparatur sipil negara

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kantor badan pengawas pemilihan umum provinsi sulawesi selatan, untuk dapat melihat efektivitas kerja aparatur sipil negara maka peneliti melakukan wawancara terkait dengan indikator efektivitas MSDM yaitu tugas kerja, kualitas kerja, kuantitas kerja, ketepatan waktu dan efektifitas biaya.

1) Tugas kerja

Tugas kerja merupakan pekerjaan dengan tanggung jawab seseorang. Pekerjaan yang dibebankan, sesuatu yang wajib

dilakukan untuk ditentukan untuk perintah agar melakukan sesuatu dalam jabatan tertentu.

Dari hasil wawancara oleh peneliti yang menanyakan tentang apakah semua pegawai bisa menyelesaikan tugas yang diberikan?

Dijawab oleh Bapak FN kasubag SDM dan umum Bawaslu Sulawesi selatan pada wawancara Tanggal 5 November 2020 yang mengatakan bahwa:

“iya bisa, sejauh ini masih bisa karena kalau tidak kan disini sistemnya evaluasi tiap tahun, mungkin kalau ada yang sangat bermasalah mungkin dikeluarkan. Cuman selama ini belum pernah ada sampai disana, masih selesai semuaji kalo ada permintaan bisaji na kerjakan teman-teman disini”.

Dan hal serupa juga dikatakan oleh Ibu R staf bidang keuangan pada wawancara Tanggal 5 November 2020 yang mengatakan bahwa:

“iya bisa menyelesaikan tugas yang diberikan, bahkan bisa lebih dari tugas yang diberikan lebih banyak lagi dari yang ditugaskan”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas dapat diketahui bahwa tugas kerja yang diberikan pegawai yang ada di Bawaslu bisa dikerjakan dan diselesaikan bahkan lebih banyak lagi beban kerja yang diberikan.

2) Kualitas kerja

Kualitas kerja merupakan suatu hasil yang dapat diukur dengan efektivitas dan efisiensi suatu pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dalam pencapaian tujuan atau sasaran instansi yang baik dan berguna.

Dari hasil wawancara oleh peneliti yang menanyakan tentang apakah Kualitas pegawai sudah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh instansi?

Dijawab oleh Bapak FN kasubag SDM dan umum Bawaslu Sulawesi selatan pada wawancara Tanggal 5 November 2020 yang mengatakan bahwa:

”kalau boleh dibilang sih sebagian besar sudah sesuai, cuman mungkin memang terkendala karena perekrutan pegawai itu tidak dari awal instansi berdiri, ya beberapa itu tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan tetapi teman-teman bisa menyesuaikan dan semua pekerjaan berjalan”

Dan hal serupa juga dikatakan oleh Ibu R staf bidang keuangan pada wawancara Tanggal 5 November 2020 yang mengatakan bahwa:

“saya rasa untuk kami disini di keuangan sendiri sudah sesuai, itu bisa dilihat dari output yang dihasilkan dari tiap pegawai, misalnya permintaan data dari pusat kita bisa selesaikan dengan waktu yang sesuai”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas dapat diketahui bahwa kualitas kerja yang ada di Bawaslu sudah sesuai dilihat dari output yang dihasilkan oleh pegawai, meskipun ada beberapa pegawai yang tidak sesuai dengan latar belakang Pendidikan tetapi semua bisa menyesuaikan dan pekerjaan tetap berjalan.

3) Kuantitas kerja

Kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan di bawah kondisi normal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya beban kerja dan keadaan yang didapat atau di dalamnya selama bekerja.

Dari hasil wawancara oleh peneliti yang menanyakan tentang bagaimana standar kuantitas kerja pegawai yang ada di Bawaslu?

Dijawab oleh Bapak AY staf Humas penanggung jawab data dan informasi pada wawancara Tanggal 5 November 2020 yang mengatakan bahwa:

”Bicara tentang kuantitas karena ini dalam kondisi musim pemilu padat ya tentu banyak beban kerjanya yang semakin tinggi, melihat situasi pendemi covid kita punya banyak tugas kerja juga selain di bawa pulang ke rumah. Ada namanya work home seperti itu bentuk kuantitas kerja kita kalau semakin banyak tugas ya kita bawa pulang ke rumah”.

Dan hal serupa juga dikatakan oleh Ibu R staf bidang keuangan pada wawancara Tanggal 5 November 2020 yang mengatakan bahwa:

“standar kuantitas ya disesuaikan makanya saya tadi sampaikan itu tidak beda jauh kualitas dan kuantitas kerja, kita selalu menyelesaikan tepat pada waktunya yah jadi kalau misalnya ada permintaan data kita upayakan selesai di waktu sebelum offline jadi tidak ada pengiriman yang terlambat.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas dapat diketahui bahwa standar kuantitas pegawai bawaslu dapat menyesuaikan seperti pada saat beban kerja padat maka dapat disesuaikan dengan menyelesaikan pada waktunya atau sebagian pekerjaan dibawa pulang ke rumah.

4) Ketetapan waktu

Ketetapan waktu merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan

hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.

Dari hasil wawancara oleh peneliti yang menanyakan tentang bagaimana manajemen waktu yang baik dalam efektivitas kerja pegawai?

Dijawab oleh Bapak FN kasubag SDM dan umum Bawaslu Sulawesi selatan pada wawancara Tanggal 5 November 2020 yang mengatakan bahwa:

“manajemen waktu ya kalau dibilang yang seharusnya kami kan ada jam kerja kalau kita mau liat bagusnya ya harusnya teman- teman ini khusus misalkan datang jam 8 pulang jam 4 bahkan kondisi kadang kalau kerjaan menumpuk teman-teman kerja pulang tengah malam, kadang kalau ada yang telat masuk ya dimaklumi juga karena memang ada kerjaan yang harus lembur untuk beberapa orang cuman kalau mau efektif sebenarnya di kantor manapun ya saya kira harus disiplin masuk jam 8 kalau kerjaan di atas jam 4 ya di bawa pulang, kita cari juga pagi-pagi atau kadang pimpinan cari pun tidak pusing juga teman-teman dimana misalkan ada kerjaan kadang masuknya jam 10-11”.

Dan hal serupa juga dikatakan oleh Bapak AY staf bidang staf humas dan penanggung jawab data dan informasi pada wawancara Tanggal 5 November 2020 yang mengatakan bahwa :

“manajemen waktu yang baik tentu bekerja mulai pagi pukul 8:00 selesai pukul 17:45 dan ditambah lembur 2 jam kedepan, seperti itu kalau di Bawaslu karena tidak bisa sesuai dengan waktu yang singkat”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas dapat diketahui bahwa Manajemen waktu yang baik pada Bawaslu jam kerjanya masuk jam 8:00 kemudian sampai dengan 17: 45 bahkan ketika pekerjaan menumpuk kadang ada waktu lembur 2 jam

kedepan atau kadang pekerjaan dibawa pulang ke rumah karena tidak bisa sesuai dengan waktu yang singkat.

5) Efektivitas biaya

Efektivitas biaya yaitu penggunaan biaya yang efektif dan efisien.

Dari hasil wawancara oleh peneliti yang menanyakan tentang bagaimana perencanaan kerja agar dapat mengefektifkan biaya operasional kerja yang dilakukan oleh pegawai?

Dijawab oleh Ibu Rstaf bidang keuangan Bawaslu Sulawesi selatan pada wawancara Tanggal 5 November 2020 yang mengatakan bahwa:

“Dari kalau segi biaya itu kita sesuaikan dengan anggaran yang ada, jadi semua itu sudah sesuai dengan porsi yang dibutuhkan, misalnya yang diterapkan 10 porsi lalu kurang dari 10 porsi ya biaya itu yang dikeluarkan, jadi tidak ada kelebihan pembiayaan jadi semua sudah sesuai dengan berapa anggaran yang tersedia kami sesuaikan”.

Dan hal serupa juga dikatakan oleh Bapak AY staf bidang humas dan penanggung jawab data dan informasi pada wawancara Tanggal 5 November 2020 yang mengatakan bahwa :

“ya salah satunya dengan menyusun rencana item kerja yang berbasis kinerja dan anggaran kita susun agendanya mulai dari tanggal, tahun, dan bulan kita sudah skedul kan dari awal setiap bulan berjalan”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas dapat diketahui bahwa dari segi biaya yang dianggarkan sesuai dengan porsi dibutuhkan dengan menyusun rencana item kerja dari tanggal, tahun, dan bulan di skejul kan dari awal setiap bulan berjalan.

b. Pelayanan publik

Memahami konsep pelayanan publik secara sederhana dapat digambarkan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah untuk memuaskan dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginan masyarakat pada umumnya untuk mencapai hal ini, diperlukan kualitas pelayanan sesuai harapan dari masyarakat.

Sinambela (2006:) menjelaskan bahwa, untuk mencapai kepuasan ditentukan kualitas pelayanan prima terdiri dari:

1) Transparansi

Yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

Dari hasil wawancara oleh peneliti yang menanyakan tentang apakah pelayanan yang diberikan oleh pegawai dapat diakses dengan mudah oleh orang yang membutuhkan?

Dijawab oleh Bapak FN kasubag SDM dan umum Bawaslu Sulawesi selatan pada wawancara Tanggal 5 November 2020 yang mengatakan bahwa:

“kalau teman-teman di bagian data dan informasi sudah memunculkan web khusus untuk PPID pengelolaan data dan informasi, data-data yang bisa di akses sudah di upload semua di situ kecuali untuk data-data yang sensitif ya memang diharuskan mengisi formulir dulu untuk permintaan data kemudian kami setujui, sudah lebih terpublik lah dengan adanya peluncuran website”.

Dokumen terkait