ﻢﻠﺴﻣ
B. Profil Al-Jâmi’ Li Ahkam Al-Qur`an
3. Metode, Corak Penafsiran dan Karakteristik Tafsir al-Jami’
li Ahkam Al-Qur’an a. Metode Penafsiran
Metode penafsiran adalah cara-cara yang ditempuh oleh seorang mufasir untuk sampai kepada makna-makna Al-Qur`an Nasrudin Baidan mendefinisikan metode sebagai seperangkat pedoman dan aturan yang dipilih oleh seorang mufassir untuk melakukan pendekatan terhadap ayat-ayat Al-Qur`an dan tujuan- tujuan tertentu yang ingin dia capai.
Sebagaimana yang telah disinggung oleh al-Farmawi, metode yang digunakan dalam penafsiran Al-Qur`an dapat dikategorikan menjadi empat. Yang pertama tafsir tahlili, yakni dengan upaya seorang mufassir untuk menjelaskan kandungan ayat Al-Qur`an dari berbagai seginya dengan memperhatian runtutan ayat sebagaimana yang tercantum dalam mushaf. Kedua tafsir ijmali yaitu menafsirkan ayat-ayat Al-Qur`an secara global.
Dengan metode ini seorang mufassir hanya berupaya menjelaskan makna Al-Qur’an dengan uraian singkat, menggunkaan bahasa yang komunikatif sehingga mudah dicerna bagi pembacamaupun pendengar. Ketiga, tafsir muqaran menafsirkan Al-Qur`an dengan
27 Al-Qashabi, al-Qurthubi wa manhajuh fi al-Tafsir.h.154 yang dikutip oleh Sofian Effendi program Pasca Sarjana IIQ Jakarta
cara melakukan perbandingan itu dapat terbentuk 1. Menafsirkan ayat-ayat yang meiliki persamaan atau kemiripan redaksi dua kasus atau lebih, dan atau memiliki redaksi yang berbeda dalam kasus yang sma. 2. Membandingkan ayat-ayat dengan hadis yang pada lahirnya terlihat bertentangan. 3. Membandingkan dengan berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan ayat Al- Qur`an yang memiliki tema dan substansial yang sma. Setelah itu jika mungkin disusun berdasarkan kronlogi turunnya dengan mempertahankan sebab nuzulnya.
Dapat disimpulkan bahwa metode yang diterapkan al- Qurthubi dalam tafsirnya adalah metode tahlili karena al-Qurthubi mencoba menjelaskan dan memetakan kandungan ayat Al-Qur`an dari berbagai seginya dengan memerhatikan urutan ayat-ayat Al- Qur`an sebagaimana tercantum didalam mushaf.28
b. Corak Penafsiran
Dalam kajian kitab-kitab tafsir klasik atau modern semuanya mempunyai karakter atau corak tertentu yang menjadi khas sebagai kajian yang mendominasi dalam suatu tafsir tersebut, salah satunya adalah karya momentum imam al- Qurthubi sebagaimana yang dibahas oleh Muhammad Husein al- Dzahabi dalam kitabnya tafsir wa al-Mufassirun beliau juga menjelaskan bahwa tafsir al-Qurthubi bercorak fiqhi.29
28 Faizah Ali Syibromalisi, Kitab Tafsir Klasik Modern, ( Ciputat: , UIN, 2011), cet. Ke 1, h. 25-26
29 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik- Modern, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011). Cet.1 h.28
c. Sistematika Penafsiran
Secara umum, terdapat tiga jenis sistem yang diterapkan mufassir dalam penulisan kitab tafsirnya. Pertama, sistematika mushaffi yaitu penulisan kitab tafsir yang berpedoman pada urutan susunan surat-surat dan urutan ayat-ayat yang terdapat dalam mushaf dimulai dari al-fatihah sampai an-Nas. Kedua, sistematika nuzuli yakni penulisan kitab tafsir dengan berpedoman pada kronologi atau asbabun Nuzul turnnya ayat- ayat Al-Qur`an. Ketiga, sistematika mawdhu’i yakni menafsirkan Al-Qur`an bedasarkan pada topic-topik tertentu dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang relevan dengan topic tertentu kemudian ditafsirkan.30
Dari tiga sistematika diatas, dengan bedasarkan analisis terhadap kitab al-Jami’ Li Ahkamil Qur`an, maka al-Qurthubi termasuk dalam kategori sistematika mushafi. Beliau menulis tafsirnya dari QS.al-Fatihah sampai al-Nas sesuai urutan surat dan ayat yang ada dalammushaf Al-Qur`an. Dalam penafsirannya beliau mula-mula menyebutkan nama surat disertai dengan argument tentang makiyyah dan madaniyyah. Jika terdapat perbedaan pendapat tentang makiyyah dan madaniyyah-nya beliau menegaskan bahwa hal itu sebagai ijma’. Sebelum melangkah pada penafsiran ayat, al-Qurthubi terkadang menguraikan riwayat tentang keutamaan dan faedah membaca surat.
30 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik- Modern,Cet.1 h.33
Namun langkah yang paling menasar yang ditempuh al- Qurthubidalam menafsirkan isi kandungan Al-Qur`an ialah sebagai berikut:
1. Menafsirkan ayat demi ayat sesuai urutan dalam mushaf dengan cara mengelompokkan beberapa ayat (terkadan 2,3 sampai 10 ayat) dalam satu pembahasan kemudian dirinci pembahasannya ayat demi ayat.
Namun tidak jarang juga satu ayat yang mengandung banyak masalah hukum tidak dikelompokkan dengan ayat lain.
2. Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur`an terutama ayat hukum, beliau mengidentifikasi persoalan atau beberapa masalah yang berkaitan dengan hukum dan ayat tersebut.31
d. Karakteristik Tafsir al-Qurthubi
Setiap hendak menafsirkan ayat al-Qurthubi selalu diawali dengan menyebutkan ayatnya, lalu menjelaskan I’rabnya, Qirâ’ât, dan beberapa riwayat baik dari jalur tabi’in meupun lainnya, bahkan beliau tidak peduli apakah jalur periwayat tersebut bersumber dari para mantan ahli kitab, seperti Wahb bin Munabbih dan Ka’ab al-Akbar, maupun yang lain. Selanjutnya beliau memula untuk menafsirkan ayat yang dimaksud. Beliau juga memberikan perhatian secara khusus terhadap ayat yang berkaitan dengan masalah-masalah hukum namun bertele-telem sebagaimana layaknya kitab fikih. Meskipun begitu dari sisi ini,
31 Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik- Modern, (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011). Cet.1 h.34-35
tafsir al-Qurthubi dipandang lebih menonjol dibanding kitab yang lainnya.
Sebagai penganut Asy’ari al-Qurthubi senantiasa memberikan pembelaan terhadap mazhab Ahl al-Sunnah. Bukan hanya terhadap rival utamanya, muktazilah, akan tetapi juga kepada siapa saja yang berbeda pendapat dengannya, bahkan termasuk dalam politik. Al- Qurthubi juga merujuk pada kitab-kitab lain, baik dari kalangan para mufassir maupun lainnya. Beliau terkadang sepakat dan sependapat dan kadang juga mengkritiknya, yang disertai dengan alasan- alasannya.32
Dari sisi kebahasaan , al-Qurthubi banyak membahasnya yang dianggap sekira bias mendukung penafsiran ayat seperti tengtang asal kata, kata-kata bermakna ganda, yang mutlak dan muqayyad bahkan beliau menulisnya secara khusus dan dimuat dibeberapa surat kabar dan majalah, yang diantaranya sebagai jawaban dari paham kelompo muktazilah serta pembelaan atas mazhab fikihnya, dan juga mentarjih beberapa Qirâ’ât.33Sedangkan yang terkait dengan balaghah, al-Qurthubi tidak panjang lebar dalam membahasnya, sebagaimana layaknya ulama-ulama Andalusia yang memang tidal begitu memberi perhatian sisi balaghah ini.
Terhadap penafsiran sahabat al-Qurthubi hanya akan digunakan jika tidak ada penjelasan Rasulullah. Bahkan beliau mengumpulkan beberapa pendapat, baik daik kalngan sahabat
32 Husnul Hakim, Ensiklopedia Kitab-Kitab Tafsir , (Jawa Barat: Lingkar Studi Al- Qur’an , 2013), cet, 1,h. 100-101
33 Husnul Hakim, Ensiklopedia Kitab-Kitab Tafsir , h. 102
maupun tabi’in, begitupun beliau mengambil pendapat para Mufassir lainnya dengan tetap menggunakan kajian mendalam dari beberapa pendapat tersebut untuk kemudian memilih pendapat yang dipandang lebih kuat dan argumentatife.
e. Keistimewaan kitab Tafsir Al-Qurthubi
Tafsir al-Qurthubi dianggap sebagai sebuah ensiklopedia besar yang memuat banyak ilmu.
1. Menuat hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur`an dengan pembahasan yang luas.
2. Hadis-hadis yang ada didalamnya di-takhrij dan pada umumnya disandarkan langsung kepada orang yang meriwayatkannya.
3. Al-Qurthubi berusaha tidak menyebutkan banyak cerita israilliyat dan hadis maudhu’ (palsu), tetapi sayangnya ada kesalahan kecil (dalam kaitannya dalam menyebutkan cerita isra’illiyat dan hadis palsu) yang telah dilewati tanpa memberikan saru komentarpun.
4. Ketika menyebutkan cerita isra’illiyat dan hadis maudhu yang menodai kesucian para Nabi dan malaikat atau dapat membahayakan akidah seseorang, maka Al-Qurthubi akan menyatakan bahwa cerita atau hadis tersebut batil. 34
Komentar para ulama tentang tafsir al-Qurthubi
Begitu banyak pujian yang dialamatkan kepada al-Qurthubi maupun karya-karyanya yang monumental seperti kitab tafsirnya.
Berikut ini adalah penyataan beberapa ulama mengenai tafsir al- qurthubi :
34 Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, h.xx
a. Al-‘alamah ibn Farhun pernah berkomentar tentang tafsir al- Qurthubi:” tafsir ini termasuk tafsir yang paling penting dan besar sekali manfaatnya. Mengganti kisah-kisah dan sejarah-sejarah yang tidak perlu dengan hukum-hukum Al-Qur`an dan lahir dalil-dalil, menyebutkan Qirâ’ât, Irab dan Naskh mansukh.35
b. Kesimpulan bahwa sesungguhnya al-Qurthubi dalam tafsirnya ini bebas atau tidak terikat oleh mazhab, analisis teliti solusi dalam perbedaan dan perdebatan, menggali tafsirnya dari segala segi, mahir dengan segala ilmu yang berkaitan dengannya. 36
c. Al-Dzahabi, al-Qurthubi adalah seorang imam yang memiliki ilmu pengetahuan yang beragam dan sangat luas, sangat cerdas, mempunyai hafalan yang sangat banyak, memiliki kapasitas intelektual dan kualitas pribadi yang baik. Memiliki karangan yang bermanfaat, sangat berhati-hati dalam memahami sesuatu,karya tulisnya sistematik dan banyak orang yang menggunkan tafsirnya karna karyanya cukup sempurna dan sangat berarti. .
d. Al-Quth ‘Abd al-Karim al-Halab, al-Qurthubi adalah seorang hamba yang shaleh.
e. Ibnu Syakir, al-Qurthubi memiliki beberapa karangan yang bermanfaat yang menunjukan keluasan bidang dan kajian yang ia geluti serta aktiftas yang beliau tekuni disetiap banyak karya yang beliau lahirkan al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur`an adalah kitab tafsirnya yang sangat baik dan elok.
f. Ibnu Taimiyyah, kitab tafsir al-Qurthubi lebih baik dibandingkan kitab tafsir Zamaksyari. Kitab tersebut lebih dekat kepada cara pikir ahli kitab dan sunnah serta jauh dari hal-hal yang mendekati bid’ah.
35 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Tafsir wal mufassirun, jilid II, h.405
36 Muhammad Husain al-Dzahabi, al-Tafsir wal mufassirun, jilid II, h.407
g. Ibnu Khaldun, al-Qurthubi dalam menuls kitab-kitab tafsirnya mengikuti model tasir ibn Atiyah dalam intisari kitab tafsir salaf dan yang demikian itu sangat pantas karena beliau lebih dekat kepada kebenaran dan sangat popular diwilayah timur.
71
KAJIAN ANALISIS PENAFSIRAN AL-QURTHUBI TERHADAP AYAT-AYAT HUKUM DALAM JÂMI’ LI AHKÂM AL-
QUR`ÂN
Varian bacaan Al-Qur`an yang berkaitan dengan substansi lafadz atau kalimat, adakalanya mempengaruhi makna dari lafadz atau kalimat tersebut dan adakalanya tidak, dengan demikian perbedaan qirâ’ât Al- Qur`an dalam hal ini,adakalnya berpengaruh terhadap penafsiran Al-Qur`an dan adakalanya tidak.1 Prinsip yang digunakan dalam penafsiran Al-Qur`an ini mengacu pada statemen Syahrur, artinya setiap ayat yang memiliki perbedaan, berarti ada indikasi bahwa ia memiliki makna penafsiran yang berbeda pula baik dari segi kata maupun kalimat.2. jumlah ayat-ayat hukum yang terdapat dalam surat al-Baqarah sampai surat al-Maidah menurut Mochtar Naim ada 172 ayat. 3
Adapun rincian jumlah ayat hukum yang terdapat pada masing- masing surat yakni: pada surat al-Baqarah terdapat 81 ayat meliputi ( 42,84- 86,99-101, 110,134, 141, 168-170, 172-173, 177, 178-179, 180-182, 183- 184, 185, 187,188, 189, 191, 194, 195, 196-203, 213, 215, 216, 217, 219, 220, 221, 222, 223, 224,225,226-227, 228, 229,-230, 231, 232, 233, 234, 235, 236, 237, 238, 239, 240, 241, 243, 244, 245, 254, 256, 275, 276, 277, 278, 279, 280, 281, 282, 283, 286). Adapun dalam surat al-imran terdapat dalam 8 ayat yakni (21-22, 28, 31, 32, 76, 77, 130). Adapun pada surat an- Nisa terdapat 39 ayat diantaranya (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, 11,12, 13,14,15, 16,17, 18,19, 20-21, 22, 23-24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36-
1 Hasanuddin AF, Perbedaan Qirâ’ât dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum dalam Al-Qur`an (Jakarta: Grafindo Persada, 1995) cet.ke 1 h.201
2 Muhammad Syahrur, Metodologi Fiqh Kontemporer, terj. Sahiron Syamsudin (Yogyakarta: Elsaq Preaa, 2004), h.277
3 Mochtar Naim, Konpendium Himpunan Ayat-ayat AL-Qur`an yang berkaitan dengan Hukum, (Jakarta: Hasanah,2001) h.ix
38, 43. Sedangkan dalam suratal-Maidah terdapat dalam 42 ayat diantaranya (1-2, 3,4,5,6-7, 8, 33-34, 38-39, 45, 46-47, 48, 49, 50, 51-53, 55-56, 57-58, 87-88, 89, 90-91, 95-96, 97-98, 99, 100, 101-102, 103, 10, 105, 106-108).
A. Farsy al-Hurûf Ayat-ayat Ahkâm Dalam Surah al-Baqarah sampai al-Maidah
Dalam pembahasan berikut ini penulis akan mencoba menampilkan farsy al-Hurûf ragam qirâ’ât yang terdapat dalam surat al-Baqarah sampai al-Maidah dan selanjutnya memilih ayat yang relevan untuk ditampilkan sebagai gambaran umum seberapa berpengaruh ragam qirâ’ât dalam tafsir al-Qurthubi dalam tafsir al-Jâmi’ li ahkâm Al- Qur`ân, atau bacaan mana yang mendominasi pemikiran al-Qurthubi ketika menafsirkan Al-Qur`ân yang nantinya akan menjadi kesimpulan akhir pengaruh ragam qirâ’ât dalam penafsiran beliau. Tabel farsy al- Hurûf surat al-Baqarah sampai surat al-Maidah ditampilkan pada lamiran.
Berikut farsy al-Hurûf dalam surat al-Baqarah sampai al-Maidah yang yang mana penulis akan lebih memfokuskan pembahasan pada 6 ayat yakni surat al-Baqarah ayat 184, 222, 233, surat an-Nisa ayat 19 dan 43 dan dalam surat al-Maidah ayat 6 yang mana dianggap dapat mempengaruhi penafsiran dalam Al-Qur`ân yang pada akhirnya dapat menghasilkan sebuah fatwa hukum. Berikut tabel farsy al-Hurûf dalam surat Al-Baqarah sampai al-Maidah.