• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Nafs Muthmainnah dalam Kehidupan Manusia

BAB IV: PEMAHAMAN AYAT DAN PENAFSIRAN QURAISY

C. Urgensi Nafs Muthmainnah dalam Kehidupan Manusia

Beriman kepada Allah Swt dan mendekatkan diri kepadanya merupakan faktor yang sangat penting dalam menjaga kesehatan dan ketenangan jiwa dalam meningkatkan ketakwaan kepada-Nya. Ada beberapa kiat-kiat yang harus dilakukan untuk menjaga ketakwaan seorang hamba terhadap Tuhannya agar jiwa selalu dalam keadaan yang tenang.

1. Terapi melalui Sholat

Sholat memiliki pengaruh yang sangat efektif untuk mengobati rasa sedih dan gundah yang menghampiri manusia. Ketika manusia menjalankan ibadah sholat dengan penuh khusyuk dan ikhlas serta membebaskan dirinya dari segala urusan duniawi, maka jiwanya akan merasa damai dan tenang serta

105

terhindar dari segala himpitan maupun problematika hidup.166

Rasulullah SAW sendiri selalu melakukan ibadah sholat saat dirinya menghadapi berbagai persoalan penting. Diriwayatkan dari Huzdaifah RA, ia berkata: ‖ jika mendapat persoalan, maka Nabi SAW mendirikan sholat‖ 167

Berdasarkan hadits tersebut bahwa sholat sangat penting untuk menciptakan sebuah ketenangan, ketentraman dan kedamaian jiwa dalam diri manusia.

Sebagaimana Allah berfiman dalam Al-Qur`an:



















“45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',”(QS. Al-Baqarah [2]: 45)

Berdasarkan firman Allah diatas, bahwa sabar dan shalat adalah cara yang Allah perintahkan kepada manusia ketika berada dalam persoalan yang sulit agar tepat mengambil suatu pilihan yang sesuai dengan nafs muthmainnah.

166 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Perspektif Hadits terj.

Zaenudin Abu Bakar, h. 338

167 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Perspektif Hadits terj.

Zaenudin Abu Bakar, h. 338

106

2. Terapi melalui Puasa

Ibadah puasa mengandung beberapa manfaat yang besar, diantaranya ialah menguatkan kemauan dan menumbuhkan kemampuan jiwa manusia dalam mengontrol hawa nafsunya. 168

Puasa dalam arti umum bermakna menahan dari makan dan minum, berkata-kata kotor dan dari melakukan perbuatan yang buruk. Menurut terminology, puasa berarti menahan diri dari makan, minum dan berjima` dari mulai terbit matahari hingga terbenamnya.169

Allah berfirman dalam Al-Qur`an:































“183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

(QS. Al-Baqarah [2]: 183)

Puasa termasuk syariat islam yang harus tegak di atas keikhlasan.karena itu puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabb-nya, tiada yang

168 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Perspektif Hadits terj.

Zaenudin Abu Bakar, h. 344

169 Khairunnas Rajab, Psikologi Agama, (Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia, 2014), h. 85

107

mengetahuinya kecuali Allah SWT. Sehingga puasa mempunyai pahala yang sangat besar dan ganjaran yang sangat melimpah, karena ia merupakan pendekatan kepada Allah SWT dalam mencari ridho- Nya.170

Dengan demikian, puasa merupakan salah satu cara seorang hamba mendekatkan diri kepada Tuhannya untuk mendapatkan ketenangan jiwa.

3. Terapi melalui Zikir

Beribadah kepada Allah SWT secara terus- menerus, berdzikir, meminta ampunan, dan berdoa setiap waktu dapat mendekatkan diri seseorang dengan Tuhannya, merasa bahwa ia selalu berada dalam lindungan-Nya, menguatkan harapan untuk menggapai maghfirah-Nya, membangkitkan perasaan puas dan lapang dada, serta melahirkan ketenangan dan kedamaian dalam jiwanya. 171

























“28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah.

170 Ahmad bin Abdul Aziz Al-Hushain, Ruh Puasa dan Maknanya, (Surabaya: Pustaka elBA, 2008), h. 391

171 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Perspektif Hadits terj.

Zaenudin Abu Bakar, h. 349

108

Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar`Ra`ad [13]: 28)

Berdzikir kepada Allah SWT dapat mendekatkan diri seorang hamba kepada Tuhannya.

Jika Tuhan mendekati hamba-Nya, maka Dia akan melindunginya, merahmatinya serta memberikan kedamaian dalam jiwanya

4. Istiqomah

Apapun perbuatan yang baik maka harus diiringi dengan Istiqomah, karena dalam kitab suci manusia diperintahkan untuk mengikuti agama secara kaffah. Sebagaimana ayat berikut:

































“208. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.“ (QS. Al-Baqarah [2]:

208)

Satu hal yang menindikasikan bahwa istiqamah sangat urgent adalah Rasulullah SAW.

109

Diperintahkan Allah untuk tetap istiqomah.

Sebagaimana Allah SWT berfirman:



























“112. Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.“ (QS. Huud [11]:

112)

Ibnu Abbas ra. Berkata, tidak satupun ayat di dalam Al-Qur`an yang diturunkan kepada Rasulullah, yang lebih berat dari ayat ini

Ibnu Abbas ra. Bertanya kepada Rasulullah,

mengapa engkau cepat beruban Ya Rasulullah

beliau menjawab, itu karena ayat-ayat pada surah Huud.172

Dengan demikian bahwa istiqomah sangat dikuatkan dan hanya orang orang yang beriman dan bertakwa dapat mencapainya. Setiap manusia dianjurkan untuk istiqomah karena sangat penting untuk mencapai ketenangan dan ketentraman jiwa yang sesungguhnya .

172 Musthafa Dieb Al-Bugha Muhyiddin Mistu, Menyelami Makna 40 Hadits Rasulullah SAW, (Jakarta: Al-I`tishom, 2003), h. 163-164

110 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari berbagai pemaparan mengenai penafsiran terhadap tiga jenis nafs dalam al-Qur`an menurut Kitab Tafsir Al-Mishbah, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Nafs merupakan bentuk mufrod yang jama`nya anfus dan nufus diartikan jiwa, pribadi, diri, hidup, hati, atau pikiran, dan digunakan juga untuk beberapa arti lainnya. Kata nafs digunakan dalam al-Qur`an dengan berbagai bentuk dan aneka makna, sebanyak 279 kali, dalam bentuk nufrad (singular) sebanyak 140 kali, dan dalam bentuk jamak terdapat dua versi, yaitu nufus sebanyak dua kali dan anfus sebanyak 153 kali, dan dalam bentuk fi`il ada dua kali.

2. Dalam perspektif M. Quraisy Shihab, jiwa dalam Al Qur`an memperkenalkan tiga nafsu yang dimiliki oleh manusia.

Pertama, nafs ammarah, yaitu jiwa yang selalu mendorong pemiliknya untuk berbuat kepada hal-hal yang bersifat buruk.

Kedua, an nafs al-lawwamah yaitu jiwa yang selalu mengecam pemiliknya ketika melakukan kesalahan, sehingga berakhir dengan penyesalan. Dan yang ketiga, an-nafs al- Muthmainnah, yakni jiwa yang tenang dan tentram karena selalu mengingat Allah dan jauh dari segala pelanggaran dan dosa.

3. Manusia dikatakan normal ketika memenangkan Nafs muthmainnah. Karena jiwa ini menitikberatkan kepada kesehatan dan kekuatan badan, memenuhi kebutuhan dasar

111

dengan cara yang baik dan halal, memenuhi kebutuhan spiritual dengan berpegang teguh pada akidah tauhid, mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan ibadah dan melakukan amalan sholeh serta menjauhkan diri dari keburukan dan segala hal yang dapat menyebabkan murka Allah SWT. Ketentraman jiwa merupakan tujuan setiap manusia yang beriman karena kekayaan yang sebenarnya dan yang kekal bukanlah harta benda, melainkan kekayaan hati.

4. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis merekomendasikan saran-saran sebagai berikut :

1. Setiap manusia harus bisa menundukkan nafs (jiwa) yang berkonotasi negative yang dapat menghantar kepada keburukan dan penyesalan di akhir.

2. Dalam menjalani kehidupan, hendaknya manusia dapat menentukan kepribadian ideal yang sesuai dengan Nafs Muthmainnah sehingga menciptakan diri yang tenang, damai, dan tentram karena selalu berdzikir dan mengingat Allah di setiap langkahnya.

112

DAFTAR PUSTAKA

Al-Hushain, Ahmad bin Abdul Aziz, Ruh Puasa dan Maknanya, Surabaya: Pustaka elBA, 2008

Anshori, Penafsiran Ayat-ayat Gender Menurut Muhammad Quraisy Shihab, Jakarta: Visindo Media Pustaka, 2008

Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia, Jakarta: Bulan.Bintang, 1976

Drajat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2010 Efandi, Usman – Praja, Juhana S., Pengantar Psikologi, Bandung:

CV Angkasa, 2012

Federspiel, Howard. M, Kajian al Qur`an di Indonesia: Dari Mahmud Yunus hingga Quraisy Shihab, Bandung: Mizan, 1994 Jaelani,A. F, Penyucian Jiwa (Tazkiyat an Nafs) & Kesehatan

Mental, Jakarta: Amzah, 2000

Khaled, Amr, Buku Pintar Akhlak, Jakarta: Zaman, 2010

Mubarok, Ahmad, Jiwa dalam Al Qur`an, Jakarta Selatan:

Paramadina, 2000

Mistu, Musthafa Dieb Al-Bugha Muhyiddin, Menyelami Makna 40 Hadits Rasulullah SAW, Jakarta: Al-I`tishom, 2003

Najati, Muhammad Utsman, Ilmu Jiwa Dalam Al Qur`an terj. Addys Aldizar, Tohirin.Supatra, Jakarta: Pustaka Azzam, 2005

Raharjo, M. Dawam, Ensiklopedia Al-Qur`an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 1996 Rajab, Khairunnas, Psikologi Agama, Jakarta: Lentera Ilmu

Cendikia, 2014

Sa`adi, H, Nilai Kesehatan Mental Islam dalam Kebutuhan Kawruh Jiwa Suryomentaram, Jakarta: Kemenag RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010

113

Said, Hasani Ahmad, Diskursus Munasabah al Qur`an; Mengungkap Tradisi Tafsir …....Nusantara: Tinjauan Kritis terhadap Konsep dan Penerapan Munasabah dalam.Tafsir al Mishbah, Jakarta: Lectura Press, 2014

Shaleh, Abdul Rahman Psikologi: suatu pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta:.Kencana Prenada Media Grup, 2008

Shihab, M. Quraisy Yang tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam al Qur`an – as-Sunnah, Jakarta: Lentera Hati, 2002 Shihab, M. Quraisy, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan aturan

yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami al-Qur`an ,Tangerang: Lentera Hati, 2013

Shihab, M. Quraisy, Mahkota Tuntunan Ilahi, Tafsir Surah al Fatihah, Jakarta: Untagama, 1998

Shihab, M. Quraisy, Pengantin al Qur`an: Kalung Permata buat Anak-anakku, Jakarta: .Lentera Hati, 2007

Shihab, Muhammad Quraisy Lentera al Qur`an: Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung: Mizan, 2008

Shihab, Muhammad Quraisy, Membunikan al Qur`an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1994

Shihab, Muhammad Quraisy, Menabur Pesan Ilahi, Ciputat: Lentera Hati, 2006

Shihab, Muhammad Quraisy, Tafsir al Misbah, Ciputat: Lentera Hati, 2000

Shihab, Muhammad Quraisy, Tafsir al Misbah: pesan, kesan dan keserasian al-Qur`an,.Ciputat: Lentera Hati, 2002

Shihab, Muhammad Quraisy, Wawasan al-Qur`an, Bandung: Mizan, 1996

Dokumen terkait