23
D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan data sekunder dimana data primer yang telah diolah serta disajikan oleh aspek lain sehingga bisa digunakan untuk proses lebih lanjut.
2. Sumber data
Sumber data diambil pada kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, jurnal, laporan serta sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan gabungan dari subjek, variabel, konsep, atau fenomena. Kita dapat mengamati setiap anggota populasi agar dapat mengetahui sifat populasi yang bersangkutan (Morissan: 2012). Populasi pada penelitian ini yaitu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang berjumlah 101 orang, dimana dosen- dosen ini terdiri dari 5 jurusan yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis seperti akuntansi, manajemen, iesp, ekonomi islam dan perpajakan.
2. Sampel
Sampel ialah bagian dari jumlah serta karakteristik yang dipunyai oleh populasi (Sugiyono: 2011). Apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik diambil seluruhnya sehingga penelitiannya dianggap sebagai populasi. Namun, bila jumlah subjek besar, bisa diambil antara 10-15%
ataupun 15-25% atapun bisa juga lebih. Untuk ukuran pada sampel yang
25
layak dalam penelitian ini ialah antara 30 hingga dengan 500. Adapun rumus yang digunakan adalah 𝑛 = 𝑁
1+𝑁.𝑒2 (Sugiyono: 2011).
]𝑛 = 101
1 + (101. 0,052)
𝑛 = 101
1 + (101.0,0025)
𝑛 = 101 1 + 0,25 𝑛 = 101
(1,25) 𝑛 = 80
Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel sebesar 80 orang dosen.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan penelitian lapangan seperti memberikan kuesioner kepada para dosen dan studi Kepustakaan, ialah pengumpulan informasi dengan cara mempelajari serta menguasai buku yang berkaitan dengan tingkat pemahaman dosen terhadap pasar modal syariah, semacam jurnal, media massa, dokumen serta hasil penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data ialah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih gampang dibaca dan diinterpretasikan. Metode analisis yang digunakan oleh penulis untuk mendapatkan data yaitu metode deskriptif kuantitatif mengenai pemahaman dosen tentang pasar modal syariah.
. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan (Sugiyono:2012) dalam penelitian hasil statistic yang digunakan adalah frekwensi atau seberapa banyak responden yang paham tentang pasar modal syariah. Analisis deskriptif adalah menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaiman adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono: 2016).
27 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Secara historis, Pasar Modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar Modal atau Bursa Efek telah hadir sejak zaman colonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar Modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC.
Meskipun Pasar Modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan Pasar Modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah colonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi Bursa Efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali Pasar Modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Bursa Efek Jakarta pertama kali dibuka pada tanggal 14 Desember 1912, dengan bantuan Pemerintah Kolonial Belanda, didirikan di Batavia, pusat pemerintah Kolonial Belanda yang kita kenal sekarang dengan Jakarta. Bursa Efek Jakarta lalu disebut Call-Efek. Sistem perdagangannya
seperti lelang, diamana tiap efek berturut-turut diserukan pemimpin “Call”, kemudian para pialang masing-masing mengajukan permintaan beli atau penawaran jual sampai ditemukan kecocoka n harga, maka transaksi tersebut terjadi. Pada saat itu terdiri dari 13 perantara perdagangan efek (makelar).
Bursa Efek saat itu bersifat demand-following, karena para investor dan para perantara perdagangan efek merasakan keperluan akan adanya suatu bursa efek di Jakarta. Bursa lahir karena permintaan akan jasanya sudah mendesak. Orang-orang Belanda yang bekerja di Indonesia saat itu sudah lebih dari tiga ratus tahun mengenal akan investasi efek, dan penghasilan serta hubungan meraka memungkinkan mereka menanamkan uangnya dalam aneka rupa efek. Baik efek dari perusahaan yang ada di Indonesia maupun efek dari luar negeri. Sekitar 30 sertifikat (sekarang disebut depository receipt) perusahaan Amerika, perusahaan Kanada, perusahaan Belanda, perusahaan Prancis dan perusahaan Belgia.
Bursa Efek Jakarta sempat tutup selama periode perang dunia pertama, kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Efek Jakarta, pemerintah colonial juga mengoperasikan bursa parallel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan tentara Jepang di Batavia.
Aktivitas di Bursa ini terhenti dari tahun 1940 sampai tahun 1951 disebabkan peran dunia II yang kemudian disusul dengan perang kemerdekaan. Baru tahun 1952 di buka kembali dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan- perusahaan. Belanda dinasionalisasikan pada tahun 1958. Meskipun pasar
29
yang terdahulu belum mati karena sampai tahun 1975 masih ditemukan kurs resmi Bursa Efek yang dikelola Bank Indonesia.
Bursa Efek Jakarta kembali dibuka pada tanggal 10 Agustus 1977 dan ditandatangani oleh badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta yang puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa hsaham diwastanisasi menjadi PT> Bursa Efek Jakarta menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham ini menjadi PT>
Bursa Efek Jakarta mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
Bursa efek terdahulu bersifat demand-following, namun setelah tahun 1977 bersifat supplay-leading, artinya bursa dibuka saat pengertian mengenai bursa pada masyarakat sangat minim sehingga pihak BAPEPAM harus berperan aktif langsung dalam memperkenalkan bursa.
Pada tahun 1977 hingga 1978 masyarakat namun tidak atau belum merasakan kebutuhan akan bursa efek. Perusahaan tidak antusian untuk menjual sahamnya kepada masyarakat. Tidak satupun perusahaan yang masyarakatnya sahamnya pada periode ini. pada tahun 1979 hingga dua puluh tiga perusahaan lainnya menyusul menawarkan sahamnya di Busa Efek Jakarta. Namun sampai tahun 1988 tidak satupun perusahaan menjual sahamnya melaluo Bursa Efek Jakarta.
Untuk lebih menggairahkan kegiatan di Bursa Efek Jakarta, maka pemerintah lebih melakukan berbagai paket deregulasi, antrian seperti
paket Desember 1987, paket Oktober 1988, paket Desember 1988, paket Januari 1990, yang prinsipnya merupakan langkah-langkah penyesuaian peraturan-peraturan yang bersifat mendorong tumbuhnya pasar modal secara umum dan khususnya Bursa Efek Jakarta.
Setelah dilakukan paket-paket diregulasi tersebut Bursa Efek Jakarta mengalami kemajuan pesat. Harga saham bergerak naik cepat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang bersifat tenang. Perusahaan- perusahaan pun akhirnya melihat bursa sebagai wahana yang menarik untuk mencari modal, sehingga dalam waktu relative singkat sampai akhir tahun 1977 terdapat 283 emiten yang tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Tahun 1966 adalah tahun Bursa Efek Jakarta memasuki abad baru karena pada tanggal 22 Mei 1955 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated System (JATS). JATS merupakan suatu sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang valid dan transparan dibandingkan sistem perdagangan manual.
Pada bulan Juli tahun 2000, Bursa Efek Jakarta merupakan perdagangan tanpa warkat (ckripess trading) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham, serta untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.
Tahun 2001 Bursa Efek Jakarta mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
31
Tahun 2007 menjadi titik penting dalam sejarah perkembangan Pasar Modal Indonesia. Dengan persetujuan para pemegang saham kedua bursa, BES (Bursa Efek Surabaya) digabungkan ke dalam BEJ (Bursa Efek Jakarta) yang kemudian menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tujuan meningkatkan peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2008, Pasar Modal Indonesia terkena imbas krisis keuangan dunia menyebabkan tanggal 8-10 Oktober 2008 terjadi penghentian sementara perdagangan di Bursa Efek Indonesia. IHSG yang sempat menyentuh titik tertinggi 2.830,26 pada tanggal 9 Januari 2008, terperosok jatuh hingga 1.111,39 pada tanggal 28 Oktober 2008 sebelum ditutup pada level 1.355,41 pada akhir tahun 2008. Kemerosotan tersebut dipulihkan kembali dengan pertumbuhan 86,98% pada tahun 2009 dan 46,13% pada tahun 2010.
Pada tanggal 2 Maret 2009 Bursa Efek Indonesia meluncurkan system perdagangan baru yakni Jakarta Automated Trading System Next Generation (JATS Next-G), yang merupakan pengganti sistem JATS yang beroperasi sejak Mei 1955. Sistem semacam JATS Next-G telah diterapkan di beberapa bursa Negara asing, seperti Singapura, Hong Kong, Swiss, Kolombia dan Inggris. JATS Next-G memiliki empat mesin (engine), yakni: mesin utama, back up mesin utama, disaster recovery centre (DRC), dan back up DRC. JATS Next-G memiliki kapasitas hingga tiga kali lipat dari JATS generasi lama.
Demi mendukung strategi dalam melaksanakan peran sebagai fasilitator dan regulator pasar modal, BEI selalu mengembangkan diri dan siap berkompetisi dengan bursa-bursa dunia lainnya, dengan
memperhatikan tingkat resiko yang terkendali, instrument perdagangan yang lengkap, sistem yang andal dan tingkat likuiditas yang tinggi. Hal ini tercermin dengan keberhasilan BEI untuk kedua kalinya mendapat penghargaan sebagai “The Best Stock Exchange of the Year 2010 in Southeast Asia”.
2. Visi dan Misi Organisasi a. Visi
Menjadi bursa yang komperatif dengan kredibilitas tingkat dunia b. Misi
Menyediakan infrastruktur untuk mendukung terselenggaranya perdagangan efek yang diatur, wajar, dan efisien serta mudah diakses oleh seluruh pemangku kepentingan (stockholders).
3. Struktur Organisasi
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
33
B. Hasil Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh dengan cara menyebar koesioner kepada para dosen di Universitas Muhammadiyah Makassar yang menjadi respoden dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 responden. Adapun hasil penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data kuesioner dan telah di olah melalui SPSS terdiri dari analisis karakteristik responden dan analisis hasil penelitian yang diuraikan sebagai berikut.
1. Analisis Karakteristik Responden
Gambaran tentang karakteristik yang diperoleh dari identitas responden, yang meliputi penggolongan jenis kelamin, jabatan, dan pemilikan rekening bursa efek dapat dilihat mulai dari tabel 4.1 sampai tabel 4.3. sebagai berikut:
a. Jenis Kelamin
Tabel 4.1 RESPONDEN BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki 54
Perempuan 26
Total 80
Sumber: Hasil data diolah
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian, yaitu sebanyak 80 orang dimana responden laki-laki sebanyak 54 orang atau 67,5% dan responden perempuan sebanyak 26 orang atau 35,5%.
b. Jabatan
Tabel 4.2
RESPONDEN BERDASARKAN JABATAN
Jabatan Jumlah
Pimpinan Universitas 3
Dosen Tetap Yayasan 69
Dosen Luar Biasa 8
Total 80
Sumber: Hasil data diolah
Berdasarkan tabel 4.2. diketahui dari 80 jumlah responden lebih banyak yang menjabat sebagai dosen tetap yayasan yaitu dengan 69 responden (86,25%) , kemudian untuk dosen luar biasa hanya 8 responden (10%) sementara hanya 3 responden (3,75%) yang menjabat sebagai pimpinan universitas.
c. Memiliki Rekening Bursa Efek Tabel 4.3
RESPONDEN BERDASARKAN REKENING Memiliki Rekening Bursa Efek Jumlah
Ya 16
Tidak 64
Total 80
Sumber : Hasil data diolah
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui dari 80 jumlah responden, terdapat ada 64 responden (80%) yang belum mempunyai rekening di bursa efek dan hanya 16 responden (20%) yang sudah memiliki rekening bursa efek. Hal ini menunjukkan umumnya responden belum memiliki rekening bursa efek.
2. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan kuesioner yang telah di sebarkan kepada 80 orang responden diperoleh jawaban yang dapat dilihat pada tabel 4.4 sampai tabel 4-11 sebagai berikut:
35
1. Pasar modal syariah
Pada tabel 4.4 dapat dilihat, terdapat 63 responden (78,75%) yang menjawab pasar modal syariah merupakan instrumen keuangan jangka panjang, 8 responden (10%) menjawab pasar modal syariah merupakan pengelolaan dana dan ada 9 responden (11,25%) yang tidak tau sama sekali apa itu pasar modal syariah. Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari responden sudah paham apa arti dari pasar modal.
Tabel 4.4. Pasar Modal Syariah
Pasar modal syariah Jumlah
Instrumen keuangan jangka panjang
63
Pengelolaan dana 8
Tidak tahu
9
Total 80
Hasil : Hasil data diolah
2. Perbedaan penerapan pasar modal syariah dan konvensional
Pada bagian ini, pertanyaan di tujukan untuk mengetahui pemahaman responden tentang perbedaan pasar modal Syariah dan pasar modal konvensional, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Perbedaan penerapan pasar modal Syariah dan Konvensional
Perbedaan penerapan pasar modal syariah dan konvensional
Jumlah Pasar modal syariah menerapkan sistem syariah
sedangkan konvensional tidak menerapkannya
73 Pasar modal syariah tidak menerapkan sistem
syariah sedangkan konvensional menerapkannya
0
Tidak tau 7
Jumlah 80 Hasil : Hasil data olahan
Dari tabel 4.5 dapat dilihat terdapat 73 responden (91,25%) yang menjawab perbedaan penerapan pasar modal syariah dengan konvensional yaitu pada sistemnya dimana pasar modal syariah menerapkan sistem syariah sedangkan konvensional tidak menerapkannya, dan masih ada 7 responden (8,75%) yang tidak tahu apa perbedaan penerapan pasar modal syariah dan konvensional.
Maka dari itu dapat dilihat bahwa kebanyakan dari responden sudah paham apa perbedaan pasar modal syariah dan konvensional.
3. Dasar hukum pasar modal syariah
Pertanyaan pada bagian ini ditanyakan untuk mengetahui pemahaman responden mengenai dasar hukum pasar modal Syariah, yang keseluruhan jawaban responden dapat dilhat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6. Dasar Pasar modal Syariah
Dasar hukum Jumlah
Tahu, asal sesuai dengan
prinsip syariah 69
Tahu, tidak sesuai prinsip
syariah 1
Tidak tahu 10
Total 80
Hasil : Hasil data olahan
Pada tabel 4.6, dapat dilihat terdapat 69 responden (86,25%) yang menjawab tahu, asal sesuai dengan prinsip syariah, 1 responden (1,25%) menjawab tahu,t idak sesuai prinsip syariah dan 10 responden (12,50%) tidak tahu sama sekali apa dasar hukum dari pasar modal syariah. Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dosen sudah
37
mengetahui apa dasar hukum dari pasar modal syariah yaitu sebesar 86,25 % dari total responden.
4. Fungsi pasar modal syariah
Pada bagian ini, pertanyaan di tujukan untuk mengetahui pemahaman responden tentang fungsi pasar modal Syariah, dimana jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7. Fungsi Pasar Modal Syariah Fungsi pasar modal syariah Jumlah Meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan umat Islam 72
Menurunkan perekonomian dan
kesejahteraan umat Islam 0
Tidak Tahu 8
Total
Hasil :data olahan
Pada tabel 4.7, dapat diketahui terdapat 72 responden (90%) yang menjawab fungsi dari pasar modal syariah yaitu untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan umat Islam dan 8 responden (10%) tidak tahu apa fungsi dari pasar modal syariah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dosen sudah mengetahui fungsi dari pasar modal Syariah.
5. Instrumen- instrumen pasar modal syariah
Pada bagian ini, pertanyaan di tujukan untuk mengetahui pemahaman responden tentang instrument-instrumen yang terdapat pada pasar modal Syariah, dimana jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Instrumen-instrumen Pasar Modal Syariah Instrumen pasar modal syariah Jumlah Saham syariah, obligasi syariah,
reksadana dll
65 Sertifikat bank, giro, surat berharga dll 0
Tidak tahu 15
Total 80
Hasil : Hasil data olahan
Pada tabel 4.8, diperoleh hasil sebanyak 65 responden (81,25%) yang menjawab saham syariah, obligasi syariah, reksadana dll dan sebanyak 15 orang (18,75%) yang tidak tahu apa saja instrumen dari pasar modal syariah. Dapat disimpulkan mayoritas rsponden sudah mengetahui instrument pasar modal Syariah.
6. Investasi syariah
Pada bagian ini, pertanyaan di tujukan untuk mengetahui pemahaman responden tentang investasi Syariah di pasar modal Syariah, dimana jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Investasi Syariah Investasi syariah Jumlah
Ya 65
Tidak 15
Total 80
Hasil : Hasil data olahan
Dari data pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa ada 65 ((81,25%) responden yang menjawab, pasar modal syariah merupakan tempat yang bagus untuk mempelajari investasi syariah dan 15 responden (18,75%) lainnya menjawab bahwa pasar modal
39
syariah bukan merupakan tempat yang bagus untuk mempelajari investasi syariah.
Dapat disimpulkan bahwa mayoritas dosen memahami pasar modal syariah sebagai tempat yang layak untuk melakukan investasi karena sesuai Syariah.
7. Produk- produk pasar modal syariah
Pada bagian ini, pertanyaan di tujukan untuk mengetahui pemahaman responden tentang produk-produk pasar modal Syariah, dimana jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10. Produk-produk pasar modal syariah Produk pasar modal syariah Jumlah
Saham syariah dan sukuk 59
Tabungan syariah, deposito syariah, gadai syariah dll
4
Tidak tahu 17
Total 80
Hasil : Hasil data olahan
Pada tabel 4.10 diketahui terdapat 59 responden (73,75%) yang menjawab produk dari pasar modal syariah yaitu saham syariah dan sukuk, 4 responden (5%) yang menjawab produk dari pasar modal syariah yaitu tabungan syariah, deposito syariah, gadai syariah dll, dan 17 responden (21,25%) tidak tahu apa produk-produk yang ada pada pasar modal syariah. Maka dapat disimpulkan bahwa kebanyakan dari responden sudah tahu apa saja produk-produk dari pasar modal syariah.
8. Lembaga yang terlibat dalam pasar modal syariah
Pada bagian ini, pertanyaan di tujukan untuk mengetahui pemahaman responden tentang fungsi pasar modal Syariah, dimana jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.11.
Tabel 4.11. Lembaga yang terlibat dalam pasar modal syariah Lembaga pasar modal syariah Jumlah Anggota bursa efek, biro administrasi efek,
bursa efek dll 54
Bank umum syariah, bank pembiayaan
rakyat syariah dan unit usaha syariah 9
Tidak tahu 17
Total 80
Hasil : Hasil data olahan
Berdasarkan tabel 4.11, diketahui bahwa terdapat 54 responden (67,5%) yang menjawab lembaga yang terlibat pada pasar modal syariah yaitu anggota bursa efek, biro administrasi efek, bursa efek dll, 9 responden (11,25%) yang menjawab lembaga yang terlibat dalam pasar modal syariah yaitu bank umum syariah, bank pembiayaan rakyat syariah dan unit usaha syariah, serta 17 responden (21,25%) yang tidak tahu apa lembaga yang terlibat dalam pasar modal syariah. Dapat disimpulkan umumnya dosen memahami mengenai Lembaga yang terlibat dalam pasar modal Syariah.
3. Tingkat Literasi
Tingkat literasi mengenai pasar modal syariah dari responden yaitu jumlah responden yang paham tetapi tidak berinvestasi pada bursa efek ada 47 responden, responden yang paham serta tetap berinvestasi pada bursa efek berjumlah 16 responden. Responden dari fakultas Ekonomi yang paham tentang pasar modal syariah berjumlah 37 responden, dan responden diluar dari fakultas ekonomi yang tidak paham mengenai pasar modal syariah berjumlah 7 responden. Jumlah responden dari fakultas ekonomi yang paham dan berinvestasi ada 10 responden dan 6 responden
41
diluar dari fakultas ekonomi. Jadi, secara keseluruhan ada 63 responden yang paham tentang pasar modal syariah dan yang tidak paham berjumlah 17 responden.
C. Pembahasan
Berdasarkan karakteristik responden dapat diketahui bahwa sebanyak 54 responden berjenis kelamin laki-laki atau 67,5 % sedangkan responden perempuan hanya berjumlah 26 atau sebanyak 35,5 %. Responden yang menduduki jabatan pimpinan hanya 3 orang dan lebih banyak responden adalah dosen tetap Yayasan sebanyak 69 dosen sementara sisanya 8 responden sebagai dosen luar biasa di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Namun, jika dilihat dari segi kepemilikan rekening bursa efek hanya 16 responden yang memiliki rekening bursa efek atau 20% dan lebih banyak yang tidak memiliki rekeing bursa efek yaitu 64 responden atau sekitar 80 %.
Jumlah responen yang memiliki rekening bursa efek terbilang kecil jika dilihat dari tersedianya fasilitas galeri bursa efek Syariah di Universitas Muhammadyah Makassar.
Untuk pemahaman tentang pasar modal syariah dapat dilihat terdapat 63 responden atau 78.75 % yang menjawab dengan benar apa arti dari pasar modal syariah yaitu instrumen keuangan jangka panjang, sedangkan ada 8 responden atau 10 % yang menjawab kurang benar arti dari pasar modal syariah yaitu pengelolaan dana bahkan ada 9 responden sebanyak 11,25 % yang tidak tahu sama sekali apa arti dari pasar modal syariah. Hal ini menunjukkan walaupun mayoritas responden memahami arti pasar modal Syariah namun masih terdapat 11,25 % yang tidak faham sama sekali mengenai makna dari pasar modal Syariah yang dalam operasional dijalankan
sesuai dengan prinsip Syariah. Hal ini dapat disebabkan oleh masih kurangnya literasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh pasar modal Syariah kepada dosen di lingkungan fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Muhammadiyah.
Perbedaan penerapan untuk pasar modal syariah dan pasar modal konvensional dapat dilihat terdapat 73 responden atau 91,25 % yang mengetahui betul apa perbedaan penerapan pada pasar modal syariah dan pasar modal konvensional dimana perbedaannyaa yaitu pada sistemnya dimana pasar modal syariah menerapkan sistem syariah sedangkan pasar modal konvensional tidak menerapkannya, serta masih ada 7 responden atau 8,75 % yang tidak tahu sama sekali apa perbedaan penerapan pada pasar modal syariah dan pasar modal konvensional.
Penelitian ini mendapati bahwa sebanyak 69 responden atau 86,25%
sudah mengetahui mengenai dasar hukum pada pasar modal syariah yaitu asal sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, namun terdapat 1 responden atau 1,25 % yang hanya mengetahui dasar hukum dari pasar modal syariah tetapi tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, serta masih ada 10 responden sebanyak 12,50 % yang tidak tahu sama sekali apa saja dasar hukum dari pasar modal syariah. Sehingga dapat disimpulkan walaupun kebanyakan dosen yang menjadi responden sudah tahu apa saja dasar hukum dari pasar modal syariah itu, namun masih ada yang hanya sebatas mengetahui dasar hukum pasar modal Syariah sama seperti dasar hukum pasar konvensional bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekalai dasar hukum pasar modal Syariah.