• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

C. Fokus Penelitian

Penelitian ini fokus pada 2 hal yaitu : 1. Pengawas Pendidikan Agama Islam 2. Profesionalisme guru PAI

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Untuk menghindari kesalah pahaman dan untuk menyamakan presepsi, maka terlebih dahulu penulis mengemukakan deskripsi fokus penelitian :

1. Pengawas adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah.34 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkna bahwa pengawas adalah orang yang mengawasi. Dalam hal ini melakukan pengawasan terhadap sebuah aktivitas atau institusi tertentu.

Dalam Kepmendikbud RI Nomor 020/U/1998 tanggal 6 Februari 1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan jabatan fungsional pengawas sekolah, pengawas mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan tertentu dan

34 Kementerian Agama RI. Pedoman Pengawas Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, h.,40

sekaligus berfungsi sebagai mitra guru dan kepala sekolah, inovator, konselor, motivator, kolaborator, asesor, evaluator dan konsultan.

Berdasarkan beberapa kutipan tentang definisi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa pengawas merupakan orang atau tenaga negeri sipil yang memberi bantuan atau pemberian layanan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara umum dan lebih khusus ke arah peningkatan mutu pembelajaran.

2. Profesionalisme Guru PAI yang dimaksud penulis dalam penelitian ini yakni bagaimana seorang guru PAI dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas sehingga mampu menjadi seorang guru yang bisa melakukan tugas fungsionalnya dengan penuh profesionalisme dan bertanggungjawab bagi siswanya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa deskripsi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Peranan Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI Di MTs Muhammadiyah Salaka Kec. Pattallassang Kab. Takalar.

E. Sumber Data

Dalam penelitian ini digunakan dua jenis sumber data, yakni data primer dan data sekunder. Dibawah ini penulis menjelaskan maksud kedua jenis data tersebut.

1. Data primer adalah informasi yang diperoleh langsung dari pelaku yang melihat dan terlibat langsung dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.

Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung .

Menjadi data primer dalam penelitian ini adalah perwakilan setiap pengawas dan guru PAI dari setiap tingkatan baik kelas I, II, dan III dengan mempertimbangkan kebutuhan penulis dalam rangka melengkapi data penelitian.

2. Sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Data dari sumber sekunder atau informan pelengkap ini berupa cerita dari lingkungan sekolah maupun luar sekolah seperti masyarakat ataupun orang tua, penuturan atau catatan mengenai model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam dan sosial yang diamati. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.35Dalam penelitian ini menggunakan instrumen catatan observasi, pedoman wawancara,

35 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung ; Alfabeta,2015),h. 305

dan catatan dokumentasi yang di gunakan sebagai pendukung dan mempermudah terlaksananya penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi merupakan teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Dalam observasi ini peniliti ikut serta kegiatan yang sedang berlangsung yaitu pengawasan atau pengawasan guru PAI

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanyajawab secara lisan sehingga makna dalam suatu topik tertentu. Dalam metode ini pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan Structured interview, karena dalam Indepth interview memiliki tujuan untuk menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak responden diminta untuk mengeluarkan pendapat dan ide-idenya.

3. Dokumentasi

Pada intinya metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Metode tersebut digunakan untuk mendapatkan sumber data yang berkaitan dengan penelitian seperti latar belakang berdirinya sekolah, letak geografis sekolah, visi dan misi sekolah, keadaan guru, siswa, karyawan, sarana dan prasarana dan lainnya.

Adapun responden yang penulis interview adalah Pengawas, guru bidang studi Pendidikan Agama Islam, beberapa dari perwakilan siswa di setiap tingkatan kelas MTs. Muhammadiyah Salaka.

H. Teknik Analisis Data

Terdapat banyak model analis data dalam penelitian kualitatif dan terdapat suatu variasi cara dalam penanganan dan analisis data. Pinsip pokok metode analisis kualitatif ialah mengelola dan menganalisa data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna.

Penulis mengambil analisis data model miles dan Huberman yakni terdiri dari dua langkah yaitu :

1. Analisis Data Kualitatif sebelum di Lapangan

Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder, yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun hal ini bersifat sementara, dan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Jadi. Ibarat seseorang ingin mencari pohon jati di suatu hutan.

Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim, maka dapat diduga bahwa hutan tersebut ada pohon jatinya. Oleh karena itu peneliti dalam membuat proposal penelitian, fokusnya adalah ingin menemukan pohon jati pada hutan tersebut, berikut karakteristiknya.

2. Analisis Data Kualitatif Selama di Lapangan

Menurut Miles dan Huberman ada tiga metode dalam analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, model data, penarikan/verifikasi kesimpulan.

a. Model Data/Penyajian Data

Penyajian data adalah suatu kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun. Seperti yang disebutkan Emzir dengan melihat sebuah tayangan membantu kita memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatu analisis lanjutan atau tindakan yang didasarkan pada pemahaman tersebut.

Bentuk penyajian data kualitatif berbentu teks naratif (catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.

b. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Kesimpulan

Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan dan verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah “makna” sesuatu., mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan proporsi-proporsi. Peneliti yang kompeten dapat menangani kesimpulan-kesimpulan ini secara jelas, memelihara kejujuran dan kecurigaan.

Kesimpulan “akhir” tidak akan terjadi hingga pengumpulan data selesai, tergantung pada ukuran korpus dari catatan lapangan, pengodean, penyimpanan, dan metode-metode perbaikan yang digunakan, pengalaman peneliti, dan tuntutan dari penyandang dana, tetapi kesimpulan sering digambarkan sejak awal, bahkan ketika seorang peneliti menyatakan telah memproses secara induktif. Langkah-langkah analisis data tersebut dijelaskan pada gambar tersebut.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Lokasi Penelitian

1. Sejarah singkat MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar

MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.Takalar didirikan pada Tahun 1954 oleh yayasan pendidikan pimpinan cabang Muhammadiyah Salaka Kab.Takalar.terletak dekat dengan perkampungan warga sehinnga membantu siswa untuk menuntut ilmu.

2. Profil Singkat MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.Takalar

MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.Takalar yang berada di Jl. H.

Manakku Dg. Maling Kec. Pattallassang, Kab. Takalar ini memiliki siswa sebanyak 121 siswa.

a. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.Takalar Jenjang Pendidikan : SMP

Status Sekolah : Swasta b. Lokasi Sekolah

Alamat : Jl. H. Manakku Dg. Maling Kelurahan : -

Kecamatan : Pattallassang Kabupaten : Takalar

Kode Pos : 92212

38

c. Data Pelengkap Sekolah

SK Pendirian Sekolah : 23628/MPK/1954 Tanggal SK Pendirian : 10 Juni 1954

3. Kepemimpinan MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar

Sejak MTS. Muhammadiyah Salaka KabTakalar didirikan telah dipimpin oleh 3 (tiga) Kepala Sekolah yaitu:

a. Dra. H. Ny. Aisyah Damapolii , Kepala MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar yang pertama periode tahun 1954 sampai tahun 1990 b. H. Djalangkara, BA , Kepala MTS. Muahammadiyah Salaka Kab.

Takalar yang kedua periode tahun 1990 sampai tahun 1999

c. Drs. H. A. Hamid, M.Pd. Kepala MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.

Takalar yang ketiga periode 1999 sampai tahun 2005

d. H. M. Tahir Nonci, S.ag Kepala MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.

Takalar yang keempat periode 2005-2012

e. Drs. Muhammad Rusdi Amir. Kepala MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar yang kelima periode 2012-2013

f. Bakhtiar T, S,Ag Kepala MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar yang keenam periode 2013-2017

g. Wanti Dewayani, SE. Kepala MTS. Muhammadiyah Salaka Kab Takalar yang ketujuh periode 2017- Sekarang

4. Visi Misi MTS. Muhammadiyah Salaka Kab Takalar a. Visi

“ Terwujudnya Madrasah yang unggul dalam prestasi, padu dalam ilmu dan amal barakhlakul karimah dengan berwawasan lingkungan hidup”.

b. Misi

1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas.

2. Meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan semangat berprestasi peserta didik.

3. Meningkatkan kedisiplinan tenaga pendidik dan kependidikan

4. Membentuk perilaku berprestasi, pola pikir yang kritis dan kreatifpada siswa

5. Menanamkan sikap spiritual dan social dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakulikuler.

Berdasarkan Visi Misi di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa keberadaan MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar telah dirasakan sangat besar peran dan adilnya bagi pendidikan dan pembinaan generasi muda dan merupakan salah satu proses pembentukan manusia yang berkualitas, berkualitas dari segi intelektual maupun dari segi mental spiritual dalam upaya membangun bangsa kearah yang lebih baik, sehingga melahirkan generasi-generasi yang berkepribadianserta bertanggung jawab dengan keselarasan ilmu, iman dan amal.

Tabel 4.1

Keadaan Guru MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar

No Nama Jabatan Status

1. Wanti Dewa yani,SE Kepala Sekolah GTY

2. Laode akbar nur,Spd.i Guru BK GTY

3. Fitriani,S.pd Guru Bahasa Inggris PNS

4. Sitti wahyuni. S.pd Guru matematka PNS 5. Harliati,.S.pd Bahasa seni budaya PNS 6. Mudira Zakaria,S.pd Bahasa Indonesia GTY

No Nama Jabatan Status

7. Nurliah ,S.pd Guru IPS GTY

8. Salmawati ,S.pd Guru TIK GTY

9. Irmawati ,Spd.i Guru SKI GTY

10. Rosliana hamid,S.pd.i Al-Qur‟an dan hadist GTY

11. Gerhanawati, S.Pd.i Guru fiqih GTY

12. Ilma ,S.pd.i Guru akidah akhlak GTY

13. Rahmatul Ummah Sudirman, S.pd

Guru PKN GTY

14. Hardiyanti, S.pd.i Guru SKI GTY

15. Nulianah,S.pd.i Guru Fiqih GTY

16. Arlinah Abbas, S.Pd Guru matematika GTY 17. Shaiful Muslim, S.Pd Guru penjaskes GTY 18. Laode akbar nur,Spd.i Al-Qur‟an dan hadist GTY 19. Hj. Khadijah S.Ag Guru seni budaya GTY 20. Irmawati, S.Pd.I Guru Bahasa arab GTY 21. Juliati T, S.pd GuruBahasa Indonesia GTY

22. St. Muslimah, S.Pd Guru Ipa GTY

23. Muh. Taufik, S.Pd Guru Penjaskes GTY

24. Mansur, S.E., S. Pd Guru IPS GTY

25. Ahmad Yasin, S. Pd Guru PKN GTY

26. Nurliah S.Pd. Guru muatan lokal GTY

Sumber Data: Diambil dari Tata Usaha MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.Takalar 2019

Tabel 4.2

Keadaan Siswa MTS. Muhammadiyah Salaka Kab Takalar

No Kelas Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

1. VII 23 25 48

2. VIII 20 20 40

3. IX 19 14 33

Jumlah 121

Sumber Data: Diambil dari Tata Usaha MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.

Takalar 2019.

6. Fasilitas Sekolah

Pada dasarnya fasilitas yang berupa sarana dan prasarana adalah berfungsi sebagai faktor pendukung proses belajar mengajar. Oleh karena itu, maju dan mundurnya suatu sekolah akan banyak ditentukan oleh baik atau buruknya fasilitas yang dimiliki oleh sekolah tersebut:

Tabel 4.3

Gambaran Fasilitas MTS. Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar

No Uraian keterangan

Jumlah Baik Rusak

1. Ruang kelas 6 - 6

2. Ruang Guru 1 - 1

3. Ruang TU 1 - 1

4. Ruangan Perpustakaan 1 - 1

5. Ruang Komputer 1 - 1

6. Ruang BK 1 - 1

7. Ruang UKS 1 - 1

8. Ruang Aula 1 - 1

9. Mushollah 1 - 1

10. Kantin 1 - 1

11. Parkiran Kendaraan 1 - 1

No Uraian keterangan

Jumlah Baik Rusak

12. WC Kantor 1 - 1

13. WC Guru 2 - 2

14. WC Siswa 3 1 4

15. Lapangan Olahraga 1 - 1

16. Taman Belajar 1 - 1

Sumber Data: Diambil dari Tata Usaha MTS. Muhammadiyah Salaka Kab.Takalar

B. Peran Pengawas Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kemampuan Guru PAI di MTs Muhammadiyah Salaka.

Interaksi antara pengawas dan guru merupakan komponen penting dalam peningkatan profesionalisme proses pembelajaran. Proses tersebut menjadi kondisi dasar dalam proses belajar mengajar. Guru yang kompeten dan berperilaku positif cenderung memiliki siswa yang berprestasi tinggi dan memiliki ketrampilan positif dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Guru yang profesional mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan melibatkan siswa secara aktif dan cenderung lebih menguntungkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, kompetensi guru memberikan sumbangan positif terhadap dinamika pencapaian tujuan pembelajaran dan prestasi belajar siswa.

Seperti yang banyak dialami oleh para guru di MTs. Muhammadiyah Salaka. Atas saran dan masukan dari pengawas, mereka senantiasa melakukan inovasi dan menciptakan sebuah lingkungan yang belajar yang kondusif. Bagi mereka, jika suasana kelas masih gaduh dan kotor, proses belajar mengajar akan terhambat disebabkan suasana kelas yang tidak kondusif. Sitti Rosliana Hamid

misalanya mengakui bahwa setiap ada pengawas selalu memberikan perbaikan kepada guru dari masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran.

Selain itu, mereka selalu memberikan motivasi dan saran dalam hal proses dan metode pembelajaran. Para guru menjadi semangat dan terinspirasi hingga menunjukkan sikap – sikap profesional.

Setiap upaya yang dilakukan oleh pengawas pendidikan agama Islam dalam rangka meningkatkan prestasi kemampuan mengajar para guru tidak terlepas dari usaha guru pendidikan agama Islam itu sendiri dalam meningkatkan profesionalisme atas kinerjanya. Artinya sebagai guru bersangkutan hendaknya mempunyai motivasi yang tinggi terhadap profesinya sebagai guru. Namun motivasi ini tidak lahir dengan sendirinya. Para guru mengakui bahwa butuh adanya saling mempengaruhi satu sama lain. Dibutuhkan respon semua pihak, baik guru, peserta didik, kepala sekolah hingga pengawas. Semuanya itu akan melahirkan respon yang membuat para guru semakin termotivasi dalam melakukan tugasnya sebagai tenaga pendidik. Dalam perkembangannya, peningkatan profesionalisme adalah salah satu cara dari banyak cara yang bisa ditempuh.

Peningkatkan profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam adalah dengan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk mengikuti pelatihan- pelatihan PTK (penelitian tindakan kelas), work shop dan pengembangan penilaian. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan bapak Muh.

Amir H, S.Pd., MM bahwa:

Upaya Pengawas pendidikan agama Islam di MTs Muhammadiyah Salaka dalam rangka meningkatkan prestasi mengajar guru adalah bagaimana usaha dari masing- masing guru untuk meningkatkan profesionalismenya agar guru tersebut dapat total dalam menjalankan tugasnya. Prestasi mengajar guru sangat erat kaitannya dengan profesionalisme guru, apabila guru sudah ahli dan total dalam mengajar secara otomatis prestasi siswa juga akan meningkat. Sedangkan sekolah ini berusaha memberikan kesempatan yang luas kepada para gurunya untuk meningkatkan profesionalisme guru pendidikan Islam yaitu memberikan pelatihan- pelatian, work shop dsb. Biasanya sekolah ini mengkiblat pada sekolah Unggulan di Takalar dengan mengundang pihak sekolah tersebut untuk memberikan pelatihan-pelatihan atau tutor di sekolah kami. Hal ini merupakan usaha besar kami bagaimana agar sekolah ini dapat terangkat prestasi gurunya atau sekolahnya.36

Usaha yang dilakukan oleh para pengawas dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru yaitu dengan meningkatkan keprofesionalan guru sebagai langkah yang semestinya merupakan batu pijakan bagi para guru di sekolah tersebut untuk memperbaiki kinerjanya serta memberikan pelayanan bimbingan yang efektif. Karena guru sebagai tenaga profesional akan mengajar siswanya untuk mengembangkan diri lebih maju dan berfikir kritis. Sebagai tenaga profesional guru harus menyadari konsekuensi yang disandangnya sebagai tenaga profesional yang mana guru dihadapkan pada tantangan dimana tenaga profesional dituntut untuk melayani kliennya dengan ramah, sabar, penuh kepercayaan diri, bertanggung jawab, menciptakan rasa aman serta siswa selalu merasa mendapatkan perhatian.

Penelitian tindakan kelas ini bisa dengan mengundang para guru pendidikan agama islam untuk beberapa sekolah, atau bisa dengan melakukan kunjungan langsung pada sekolah bersangkutan. Cara kedua juga sekaligus

36 Muh. Amir H, S.Pd., MM, Pengawas Guru PAI Kementrian Agama Takalar(Hasil wawancara, Lokasi Kemenag Takalar, 03-09-2019).

menjadi bukti keseriusan pihak pengawas dalam usaha meningkatkan profesionalitas guru pendidikan agama islam. Kunjungan ini harus dikemas dalam bentuk paling sederhana dan kekeluargaan agar pihak sekolah khususnya guru tidak merasa tertekan dengan kegiatan ini. Mereka sedapat mungkin diberikan pengertian bahwa peningkatan profesionalitas ini penting untuk meningkatkan prestasi siswa di kelas.

Apabila guru sudah profesional otomatis prestasi siswa juga akan meningkat. Dengan asumsi bahwa guru yang mempunyai ketrampilan mengajar yang baik akan dapat melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik pula.

Dengan keterampilan mengajar yang dimilikinya, kondisi proses belajar mengajar dapat menjadi sangat menyenangkan. Pada kondisi seperti ini akan lebih menguntungkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran karena siswa akan merasa senang untuk belajar dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Keefektifan pelaksanaan kurikulum di lapangan dan tercapainya tujuan kurikulum sangat ditentukan oleh kemampuan pengawas dan guru dalam memahami dan melaksanakan kurikulum secara efektif. Sehingga pelaksanaan kurikulum yang efektif akan menunjang pencapaian prestasi belajar siswa yang diajarnya. Hj. Khadijah, S.Ag merasa terbantu dengan aktifitas pengawasan dan pelatihan tersebut. Guru ini mengakui cara dan metodenya dalam mengajar semakin efektif dan cair. Para siswa juga tidak merasa bosan dan cenderung terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, tuturnya. Kehadiran pengawas sekali dalam sebulan akan membuat para guru semakin percaya diri dan semakin

bahagia karena merasa mendapat perhatian serius dalam hal peningkatan profesionalitas mereka.

Melalui pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan dan diselenggarakan di MTs Muhammadiyah Salaka bagi para guru di sekolah tersebut diharapkan mampu menjadikan pengetahuan baru bagi para guru di sekolah ini sehingga profesionalismenya pun juga akan meningkat. Hal ini terbukti dengan fakta di lapangan bahwa prestasi belajar guru dan siswa di MTs Muhammadiyah Salaka ini cenderung mengalami peningkatan.

Peran profesionalisme dalam kajian di sini adalah dimaksudkan untuk melihat bagaimana peranan ataupun kontribusi dari profesionalisme guru pendidikan agama Islam di MTs Muhammadiyah Salaka terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, untuk membahasnya maka harus melibatkan data mengenai profesionalisme guru pedidikan agama Islam sebagaimana tersebut di atas, serta melibatkan pula data mengenai prestasi siswa sebagaimana yang ada pada pemaparan di atas.

Dari data yang berkaitan dengan profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di atas, didapat informasi bahwa secara umum guru PAI di sekolah ini dapat digolongkan kepada guru yang profesional. Walaupun demikian tidak berarti guru PAI di sekolah tersebut sesuai dalam segala hal dengan profil guru profesional.

Hal ini dikarenakan guru PAI di sekolah ini masih memiliki kekurangan- kekurangan yang harus segera dibenahi. Secara langsung atau pun tidak langsung, keberadaan guru PAI seperti yang terdeskripsikan di atas ikut memberikan peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan

dengan temuan data yang menggambarkan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah ini berpredikat baik. Secara jelas data di atas membuktikan bahwa prestasi belajar siswa di sekolah ini baik. Ada sebuah peningkatan perihal prestasi, baik sebelum dan sesudah penelitian. Hal ini termasuk faktor yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian di sekolah ini.

Secara lebih rinci data di atas menunjukkan bahwa kompetensi pedagogik antara Pengawas dan guru PAI di sekolah ini memiliki tingkat profesionalisme yang cukup baik. Secara keseluruhan, dari data hasil wawancara menggambarkan bahwa pengawas maupun guru PAI di sekolah ini mempunyai kemampuan merencanakan program perencanaan pembelajaran, kemampuan melaksanakan proses belajar mengajar, kemampuan menggunakan alat peraga dan pemanfaatan teknologi pembelajaran, kompetensi melaksanakan penilaian proses belajar mengajar. Sedangkan hal yang berkaitan dengan kompetensi psikologis guru adalah sikap disiplin dari guru dan teladan sikap guru yang berakhlak mulia, arif dan berwibawa. Selanjutnya, berkaitan kemampuan sosial guru adalah peran aktif guru dalam berkomunikasi dengan anak didik, kepala sekolah, teman sesama guru dan dengan masyarakat.

C. Profesionalisme Guru PAI

Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu bahwa profesionalisme guru terdiri dari empat pilar. Artinya apabila guru tidak memenuhi keempat pilar tersebut maka guru tersebut belum dapat atau tidak dapat disebut guru profesional, dan sebaliknya jika guru dapat memenuhi atau sesuai dengan kriteria keempat pilar tersebut maka dapat dengan singkat guru tersebut termasuk guru profesional.

Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu, bahwa keempat pilar tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi psikologik, kompetensi sosiologik, dan yang terakhir adalah kompetensi profesional.

Berdasar pada uraian singkat di atas, maka untuk mendapatkan deskripsi profesionalisme guru pendidikan agama Islam di MTs Muhammadiyah Salaka, digunakan wawancara atau interview kepada guru Pendidikan Agama Islam berdasarkan kepada keempat pilar profesionalisme guru sebagaimana tersebut di atas. Untuk lebih sistematis, maka berikut paparan temuan data di lapangan berdasarkan wawancara dengan guru pendidikan agama Islam.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif dan efisien. Pengajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara guru dan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan yaitu kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru. Oleh karena itu, guru dituntut untuk mampu atau ahli dalam hal mengelola kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaranpun dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kompetensi pedagogik guru di MTs Muhammadiyah Salaka maka berdasarkan teori yang telah penulis paparkan pada bab terdahulu bahwa kompetensi pedagogik terdiri dari kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran, kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, serta kemampuan guru melaksanakan penilaian proses belajar mengajar. Berikut ini paparan hasil

Dokumen terkait