• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

Dalam dokumen HALAMAN PENGESAHAN (Halaman 42-47)

27

28 3.3 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian, adalah data primer dan skunder yaitu sebagai berikut :

1. Data primer diperoleh secara langsung melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan pihak yang terkait dengan apa yang diteliti.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau bersumber dari instansi - instansi setempat.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Observasi

Observasi ialah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung.

2. Interview atau wawancara merupakan percakapan yang diarahkan pada masalah tertentu dilakukan secara khusus. Kegiatan ini merupakan proses tanya jawab secara lisan dari dua orang atau lebih saling berhadapan secara fisik (langsung). Oleh karena itu kualitas hasil wawancara ditentukan oleh pewawancara, responden, pertanyaan dan situasi wawancara.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang diteliti.

29 3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif, sebagai berikut dengan menggunakan rumus:

3.5.1 Biaya Total TC = FC + VC

Dimana: TC = Biaya Total (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Tidak Tetap (Rp) 3.5.2 Penerimaan

TR = P.Q

Dimana: TR = Total Penerimaan (Rp) P = Harga (Rp)

Q = Jumlah Produksi (ton) 3.5.3 Analisis kelayakan (R/C Ratio)

Penentuan tingkat kelayakan dari usahatani jagung hibrida dengan menggunakan analisis R/C Ratio.

Revenue Cost Ratio

30 Dimana:

TR : Total Penerimaan (Rp) TC : Total Biaya (Rp)

Kriteria: R/C 1 : Usaha menguntungkan R/C : Usaha tidak untung tidak rugi R/C<1 : Usaha tidak menguntungkan 3.6 Definisi Operasional

Definisi opersional dalam penelitian ini adalah :

1. Petani adalah orang yang melakukan usahatani untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian, baik yang hasil usahataninya untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual.

2. Lahan kering merupakan lahan dengan kualitas yang rendah karena lahan kering rentan terhadap degradasi tanah yang secara fisik tidak mendapatkan pelayanan irigasi dan memiliki curah hujan yang terbatas.

3. Jagung Hibrida adalah jagung yang dibuat dengan cara menyilangkan dua galur yang unggul. Jagung hibrida disebut generasi pertama (F1) dari persilangan antara dua galur.

4. Usahatani jagung hibrida adalah usaha menanam jagung hibrida (input) untuk menghasilkan output, sehingga produksi yang dihasilkan akan dinilai secara ekonomi berdasarkan biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh demi memperoleh keuntungan yang maksimal.

31 5. Produksi adalah usaha menciptakan dan meningkatkan kegunaan suatu barang untuk memenuhi kebutuhan atau proses mengubah input menjadi output dan produksi meliputi semua kegiatan untuk menciptakan/menambah nilai/guna suatu barang/jasa (kg).

6. Harga (P) adalah suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu (Rp/kg).

7. Biaya tetap (fixed cost) yaitu seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk yang besarnya tetap (konstan), tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan (Rp/orang).

8. Biaya tidak tetap (variable cost) yaitu seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk yang besarnya tidak tetap dan dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan (Rp/orang).

9. Biaya total adalah biaya yang diperoleh dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel dari hasil usahatani jagung hibrida yang diukur dengan satuan rupiah (Rp/orang).

10. Penerimaan usahatani adalah jumlah total dari hasil panen usahatani jagung hibrida dikalikan dengan harga, yang dapat diukur dengan satuan rupiah per hektar (Rp/orang).

11. Analisis kelayakan adalah perbandingan dari penerimaan dan biaya.

Penentuan tingkat kelayakan dari usaha tani ini yaitu untuk mengetahui apakah usahatani menguntungkan (R/C >1), usahatani rugi (R/C < 1) atau, usahatani impas (R/C=1).

32

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

4.1.1 Letak dan Luas Wilayah.

Desa Timbuseng merupakan salah satu dari 8 desa di wilayah Kecamatan Pattallassang yang terletak ± 3 km dari Desa Pattallassang, ± 15 km dari Sungguminasa dan ± 25 km dari Makassar. Desa Timbuseng mempunyai luas wilayah seluas ± 2.062 ha. Dilihat dari topografinya Desa Timbuseng mempunyai topografi rata hingga berbukit dengan ketinggian 25-300 meter diatas permukaan laut.

4.1.2 Iklim

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Sedangkan di Desa Timbuseng memiliki iklim dengan tipe B2 dengan rata-rata curah hujan 2563 mm/tahun dan hari hujan 149 hari/tahun. Jumlah bulan basah 4 bulan, bulan kering 4 bulan, dan bulan lembab 4 bulan. Suhu udara pada siang hari antara 28˚c - 33˚c pada malam hari suhunya antara 18˚c - 24˚c (Kantor Desa Timbuseng, 2015).

4.1.3 Luas Tanah Menurut Penggunaan

Penggunaan lahan di Desa Timbuseng terbagi atas : lahan sawah, ladang, perkebunan sukun, pemukiman dan lain – lain, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

33 Tabel 3. Luas Tanah Menurut Penggunaan di Desa Timbuseng tahun 2015.

No. Peruntukan Lahan Luas (ha)

1 Sawah 476,81

2 Ladang 743,74

3 Perkebunan sukun 55,50

4 Permukiman 110,60

5 Lain-lain -

Total Luas 1.386,65

Sumber : Data Kantor Desa Timbuseng, 2015.

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa tanah yang paling luas menurut penggunaanya di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa adalah tanah ladang sebanyak 743,74 ha.Sedangkan, luas tanah yang paling sempit atau sedikit pada luas tanah perkebunan sukun sebanyak 55,50 ha.

4.2 Kondisi Demografis

4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Keadaan penduduk Desa Timbuseng berdasarkan usia dan jenis kelamin dibagi dalam 5 golongan usia yaitu : 0 - 5 tahun, 6 - 15 tahun, 16 - 35 tahun, 36 - 50 tahun, 50 tahun keatas, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Desa Timbuseng tahun 2015

No Golongan Umur (tahun)

Laki-laki (jiwa)

Perempuan (jiwa)

Jumlah

1. 0 – 5 202 219 421

2. 6 – 15 413 389 802

3. 16 – 35 721 750 1.471

4. 36 – 50 691 518 1.209

5. > 50 229 242 471

Jumlah 2.256 2.118 4.374

Sumber : Data Kantor Desa Timbuseng, 2015.

34 Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa keadaan penduduk berdasarkan usia di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa, penduduk yang paling banyak pada kelompok usia 16 – 35 tahun sebanyak 721 orang laki – laki dan 750 orang perempuan.Sedangkan, penduduk yang sedikit pada kelompok usia 0 – 5 tahun sebanyak 421 orang yang terdiri dari 202 orang laki – laki dan 219 orang perempuan.

Sedangkan, dilihat bahwa keadaan penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin yang ada di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa. Jumlah penduduk yang paling banyak pada jenis kelamin laki – laki sebanyak 2.256 orang. Sedangkan, jumlah penduduk yang paling sedikit pada jenis kelamin

perempuan sebanyak 2.118 orang.

4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian merupakan jenis pekerjaan utama penduduk Desa Timbuseng untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari - hari. Keadaan penduduk Desa Timbuseng berdasarkan mata pencaharian terbagi menjadi jenis yaitu : PNS/TNI POLRI, pedagang, petani, dan pertukangan/buruh, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Mata Pencaharian Penduduk Desa Timbuseng

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (orang)

1. PNS/TNI POLRI 48

2. Pedagang 134

3. Petani 1.056

4. Pertukangan/buruh 347

Jumlah 1.585

Sumber : Data Kantor Desa Timbuseng, 2015.

35 Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa, penduduk yang paling banyak yaitu pada jenis pekerjaan sebagai petani sebanyak 1.056 orang. Sedangkan, penduduk yang paling sedikit yaitu pada PNS/TNI POLRI sebanyak 48 orang.

4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Keadaan penduduk berdasarkan pendidikan adalah untuk melihat sejauh mana tingkat pendidikan penduduk yang ada di Desa Timbuseng. Dalam melakukan usahatani, petani yang berwawasan luas dan cepat menangkap informasi baru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi baru sangat berpengaruh terhadap teknik usahatani yang baik dan benar. Keadaan penduduk Desa Timbuseng berdasarkan pendidikan terbagi atas : tidak sekolah, pra sekolah, SD, SMP, SLTA, dan sarjana, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

1 Tidak sekolah 705

2 Pra sekolah 763

3 SD 1.209

4 SMP 993

5 SLTA 631

6 Sarjana 64

Jumlah 4.365

Sumber : Data Kantor Desa Timbuseng, 2015.

Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa keadaan penduduk berdasarkan pendidikan di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa. Penduduk yang paling banyak pada tingkat pendidikan SD sebanyak

36 1.209 orang. Sedangkan penduduk yang paling sedikit pada tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 64 Orang.

4.3 Kondisi Pertanian

4.3.1 Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan

Pemilikan lahan pertanian tanaman pangan merupakan modal awal dan sumber penghasilan para petani dalam melakukan suatu usahatani guna memperoleh keuntungan yang sebesar – besarnya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari maupun kebutuhan yang lain . Pemilikan lahan pertanian tanaman pangan di Desa Timbuseng terbagi atas 2 golongan yaitu yang memiliki kurang 1 ha, dan yang memiliki 1,0 – 5,0 ha, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan

No Jumlah Lahan Petani Jumlah (orang)

1.

2.

Memiliki kurang 1 ha Memilik 1,0 – 5,0 ha

511 430

Jumlah 941

Sumber : Data Kantor Desa Timbuseng, 2015

Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa keadaan kepemilikan lahan pertanian tanaman pangan yang ada di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa, jumlah penduduk yang memiliki lahan pertanian yang paling banyak kurang dari 1 ha sebanyak 511 orang sedangkan penduduk yang sedikit memiliki lahan pertanian sebanyak 430 orang.

37 4.3.2 Luas dan Hasil Tanaman Pangan

Luas lahan dan hasil tanaman pangan merupakan dua aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain. Semakin luas lahan yang dimiliki sehingga sangat berpengaruh besar terhadap hasil tanaman yang diusahakan. Luas lahan dan hasil tanaman pangan yang ada di Desa Timbuseng terbagi atas : jagung hibrida, jagung pulut, dan padi, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Luas dan Hasil Tanaman Pangan

No Jenis Komoditi Luas (ha) Hasil (ton/ha) 1.

2.

3.

Jagung Hibrida Jagung Pulut Padi

612,20 101,2 400,81

7,0 4,0 6,8 Sumber : Data Kantor Desa Timbuseng, 2015.

Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa keadaan Luas lahan dan Hasil tanaman pangan yang ada di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa, jumlah penduduk yang memiliki luas lahan tanaman pangan yang paling banyak adalah pada komoditi jagung hibrida sebanyak 612,20 ha dengan memproduksi 7,0 ton/ha. Sedangkan, paling sedikit pada komoditi jagung pulut dengan luas lahan sebanyak 101,2 ha dengan memproduksi 4,0 ton/ha.

38

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Petani Responden

Petani adalah orang yang mengendalikan dan menguasai tanaman atau hewan untuk memperoleh keuntungan dari padanya. Petani merupakan salah satu dari tri tunggal usahatani, menggerakkan setiap unsur yang dapat menghasilkan suatu produksi.

Identitas responden dapat dilihat melalui ciri-ciri yang dimiliki dalam kaitannya dengan pelaksanaan usahataninya yang meliputi: umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga dan luas lahan garapan yang diusahakannya.

5.1.1 Umur

Umur seorang petani mempengaruhi kemampuan fisiknya dalam bekerja dan berfikir. Petani yang lebih muda mempuanyai kemampuan fisik yang lebih besar dari petani yang lebih tua. Juga cenderung lebih mudah menerima hal-hal baru dianjurkan untuk menambah pengalaman, sehingga cepat mendapat pengalaman-pengalaman baru yang berharga dalam berusahatani. Untuk lebih jelasnya umur petani responden dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 9. Tingkat Umur Petani Responden di Desa Timbuseng, Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa, 2015

No Umur

(thn)

Jumlah Petani (orang)

Persentase (%)

1 0 – 25 2 10

2 26 – 51 13 65

3 ≤ 52 5 25

Total 20 100%

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

39 Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa umur petani responden yang

memiliki jumlah petani responden terbanyak yaitu pada kelompok umur 26 – 51 tahun sebanyak 13 orang (65%), yaitu kelompok umur yang sangat

produktif untuk melakukan usahataninya. Kemudian petani responden terbanyak kedua adalah kelompok umur yang lebih besar dari sama dengan 52 tahun yaitu sebanyak 5 orang dengan presentase (25%) yang merupakan kelas umur yang sudah tidak produktif lagi untuk melakukan usahataninya. Sedangkan kategori yang paling sedikit adalah pada kelompok umur 0 – 25 tahun yaitu yang masih tergolong remaja atau masih dalam usia yang masih sekolah.

Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui bahwa umur petani responden adalah masih tergolong petani yang masih produktif dan masih mampu mengelola dan menerima informasi baru yang diberikan kepadanya untuk diterapkan dalam usahataninya.

5.1.2 Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti oleh petani responden. Pada umumnya petani yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih cepat menerima inovasi baru dari pada yang pendidikannya rendah. Keadaan petani responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

40 Tabel 10. Tingkat Pendidikan Petani Responden di Desa Timbuseng, Kecamatan

Pattalassang Kabupaten Gowa, 2015.

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa petani responden yang terbanyak adalah petani responden yang berada pada tingkatan pendidikan SD dengan jumlah responden sebanyak 13 orang (65%), sedangkan responden yang paling sedikit atau tidak ada adalah responden pada tingkatan pendidikan Sarjana yaitu sebanyak 0 orang (0%). Dari tabel tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan petani responden Desa Timbuseng masih sangat rendah karena selisih antara jumlah responden yang tingkat pendidikan SD dengan tingkat pendidikan, SMP, SMA dan Sarjana masih sangat jauh. Hal ini, sangat mempengaruhi petani responden dalam mengelola usahataninya yaitu dalam pengambilan keputusan dan penerimaan inovasi- inovasi baru.

5.1.3 Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga adalah semua orang yang ditanggung oleh kepala keluarga dalam hal ini adalah petani responden. Jumlah tanggungan keluarga mempunyai peranan yang penting terhadap ketersediaan tenaga kerja, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11.

No Pendidikan Jumlah Responden (orang)

Persentase (%)

1 Buta Aksara 2 10

2 21 SD 13 65

3 SMP 2 10

4 SMA 3 15

5 Sarjana 0 0

Total 20 100%

41 Tabel 11. Tingkat Tanggungan Keluarga Petani Responden di Desa Timbuseng,

Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa, 2015 No Jumlah Tanggungan Keluarga

(orang)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 3 – 4 11 55

2 5 – 6 6 30

3 ≥ 7 3 15

Total 20 100%

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa petani responden yang

memiliki tanggungan keluarga terbanyak adalah terdapat pada kelompok 3 – 4 yaitu dengan jumlah responden 11 orang (55%). Sedangkan petani

responden yang memiliki tanggungan keluarga yang paling sedikit adalah terdapat pada kelompok ≥ 7 yaitu sebanyak 3 orang (15%). Hal ini manunjukkan bahwa petani responden Desa Timbuseng lebih banyak memiliki tanggungan keluarga yang sedikit dari pada memiliki tanggungan keluarga yang banyak.

5.1.4 Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani merupakan faktor utama dalam menentukan kualitas sumberdaya seseorang. Semakin lama orang bekerja pada pekerjaannya dianggap berpengalaman pada bidang yang ditekuninya. Adapun tingkat pengalaman berusahatani responden dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 12. Tingkat Pengalaman Berusahatan Responden di Desa Timbuseng, Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa, 2015

No Pengalaman Berusahatani (thn)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 3 – 4 4 20

2 5 – 6 11 55

3 ≥ 7 5 25

Total 20 100%

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

42 Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui bahwa petani responden yang paling banyak adalah yang memiliki pengalaman berusahatani pada kisaran 5 – 6 tahun yaitu sebanyak 11 orang (55%). Sedangkan petani responden yang paling sedikit adalah yang memiliki pengalaman berusahatani pada kisaran 3 – 4 tahun yaitu sebanyak 4 orang (20%). Hal ini menunjukkan bahwa petani responden Desa Timbuseng lebih banyak yang memiliki pengalaman berusahatani jagung hibrida selama 5 sampai 6 tahun.

5.2 Luas Lahan Garapan

Luas garapan merupakan faktor yang sangat penting, karena semakin luas lahan yang digarap oleh petani, memungkinkan tercapainya tingkat produksi yang semakin tinggi. Untuk mengetahui penyebaran petani responden berdasarkan luas lahan garapan seperti tertera pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 13. Tingkat Luas Lahan Garapan Petani Responden di Desa Timbuseng, Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa, 2015

No Luas Lahan

(ha)

Jumlah (orang)

Persentase (%) 1.

2.

1,00 – 1,20 2,00 - 3,00

9 10

45 50

3. ≥ 4,00 1 5

Total 20 100%

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa petani responden mempunyai luas lahan paling banyak pada kisaran 2,00 - 3,00 ha yaitu sebanyak 10 orang (50%), luas lahan garapan yang terbanyak kedua yaitu pada kisaran 1,00 - 1,20 ha sebanyak 9 orang (45%), sedangkan luas lahan garapan yang paling sedikit adalah luas lahan pada kisaran ≥ 4,00 ha sebanyak 1 orang (5%).

43 5.3 Analisis Kelayakan (R/C Ratio) Usahatani Jagung Hibrida

Menurut Darsono (2008) dalam Sari (2011), R/C rasio merupakan metode analisis untuk mengukur kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian usaha dalam menerapkan suatu teknologi. Kelayakan adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian untuk menganalisis kelayakan dan hasilnya digunakan untuk pengambilan keputusan apakah suatu usahatani atau bisnis layak di usahakan atau ditunda dan atau bahkan tidak bisa diusahakan.

Analisis Kelayakan (R/C Ratio) adalah perbandingan antara penerimaan atau revenue dan biaya atau total cost, (Soekartawi (1995). Analisis Kelayakan Usahatani Jagung Hibrida Petani Responden Pada lahan Kering di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa 2015. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

44 Tabel 14. Analisis Kelayakan (R/C Ratio) Usahatani Jagung Hibrida Petani Responden Pada lahan Kering di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa, 2015.

No Uraian

BISI-2 BISI-18

Volume Rata- rata/ha

(kg)

Jumlah Rata-rata/ha

(Rp)

Volume Rata- rata/ha

(kg)

Jumlah Rata-rata/ha

(Rp)

I PENERIMAAN 10.926.818,18 11.303.750

Produksi (Kg) 5.463,41 5.651,88 Harga (Rp/Kg) 1.515,15 833,33 II BIAYA

A. A. Variabel :

1. Benih Jagung Hibrida (kg)

- Bisi 2 (kg) 13,48 809.090,91

- Bisi 18 (kg) 15,25 991.250

2. Pupuk (kg) - Urea (kg) - TSP (kg)

- NPK-Phonska (kg) - ZA (kg)

269,69 65,91 56,82 122,73

512.424,24 158.181,82 136.363,64 245.454,55

256,67 43,75 60,42 104,17

487.666,67 105.000 145.000 208.333,33 3. Herbisida (Liter)

- Calaris (Liter) - Noxone (Liter) - Supremo (Liter) - DMA-6 (Liter)

0,61 0,68 0,98 1,25

181.818,18 34.090,91 51.212,12 75.000

0,81 0,77 0,79 0,56

243.750 38.541,67 41.166,67 33.750 4. Upah TK (HOK)

- Tanam (HOK) 140.530,30 161.875

- Panen (HOK) 151.136,36 172.083,33

Jumlah ( A ) 2.495.303,03 2.628.417

B. B. Tetap :

1. - Pajak 2.272,73 2.500

2. - Sewa lahan 90.909,09 87.500

3. - Penyusutan 85.153 51.168,38

Jumlah ( B ) 178.334,82 141.168

III Total ( A + B ) 2.673.637,85 2.769.585

IV a. PENDAPATAN ( I – III ) 8.253.180,33 8.534.165

V b. R/C Ratio ( I/III ) 4,09 4,08

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Ket. harga: Benih Bisi-2 : 60.000/kg, benih Bisi-18: 65.000/kg, TSP : 2.400/kg, ZA : 2.000/kg, Urea : 1.900/kg, NPK Phonska: 2.400/kg, Calaris : 300.000/Liter, Supremo: 52.000/Liter, Noxone : 50.000/Liter, DMA - 6 : 60.000/Liter

45 Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa besarnya jumlah produksi yang didapatkan petani responden dari usahatani jagung hibrida lahan kering di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa cukup besar yaitu dengan memproduksi jagung hibrida Bisi-2 sebesar 5.463,41 kg/ha dalam satu kali musim tanam dan memproduksi jagung hibrida Bisi-18 sebesar 5.651,88 kg/ha dalam satu kali musim tanam. Sedangkan besarnya penerimaan usahatani Bisi-2 sebesar Rp. 10.926.818,18/ha dan penerimaan usahatani Bisi-18 sebesar Rp. 11.303.750/ha dengan pengeluaran biaya dalam usahatani Bisi-2 sebesar Rp.

2.673.637,85/ha, dan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani Bisi-18 adalah sebesar Rp. 2.769.585/ha.

Berdasarkan Tabel tersebut maka dapat dilihat bahwa besarnya jumlah pendapatan yang diterima petani responden dari usahatani jagung hibrida Bisi-2 yaitu sebesar Rp. 8.253.180,33/ha, pendapatan yang diterima petani responden dari usahatani jagung hibrida Bisi-18 yaitu sebesar Rp. 8.534.165/ha dalam satu kali musim tanam. Sedangkan, pendapatan rata-rata per orang jagung hibrida Bisi- 2 sebesar Rp. 9.799.336/orang dan Bisi-18 sebesar Rp.19.204.240/orang dalam satu kali musim tanam. Hal ini menandakan bahwa pendapatan atau keuntungan rata-rata per hektar lebih besar dibandingkan dengan pendapatan rata-rata per orang dalam satu kali musim tanam.

46 Sedangkan Indeks R/C – Ratio Bisi-2 menunjukkan angka 4,09 dan Bisi- 18 menunjukkan angka 4,08 yaitu lebih besar dari 1, berarti usahatani jagung hibrida memberikan manfaat secara ekonomis terhadap petani responden di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalasssang Kabupaten Gowa. Hal ini dapat diartikan bahwa jika petani mengeluarkan biaya sebesar Rp.1 maka petani responden akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 4,09 atau 4,08/ha dalam satu kali musim tanam, serta kelayakan Bisi-2 dan Bisi-18 hampir sama atau tidak jauh berbeda.

47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa besarnya penerimaan rata-rata per orang yang diperoleh petani responden dalam satu kali musim tanam di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalasssang Kabupaten Gowa adalah sebesar Rp. 10.926.818,18/ha dan penerimaan usahatani Bisi-18 sebesar Rp. 11.303.750/ha dalam satu kali musim tanam, dengan pendapatan (keuntungan) usahatani Bisi-2 sebesar Rp. 8.253.180,33/ha, sedangkan pendapatan usahatani Bisi-18 yaitu sebesar Rp. 8.534.165/ha dalam satu kali musim tanam dengan biaya total rata-rata per hektar dalam usahatani Bisi-2 sebesar Rp. 2.673.637,85/ha, dan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani Bisi-18 adalah sebesar Rp. 2.769.585/ha.

Sedangkan, analisis R/C ratio diperoleh Bisi-2 menunjukkan angka 4,09 dan Bisi-18 menunjukkan angka 4,08 yang berarti bahwa usahatani jagung hibrida Bisi-2 lebih layak dibandingkan dengan usahatani Bisi-18 di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalasssang Kabupaten Gowa karena jumlah biaya yang dikeluarkan pada usahatani Bisi-2 lebih kecil serta jumlah pendapatan (keuntungan) usahatani Bisi-2 lebih besar dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan serta pendapatan (keuntungan) dari usahatani Bisi-18.

48 6.2 Saran

Sebaiknya usahatani jagung hibrida pada lahan kering di Desa Timbuseng Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa, lebih dikembangkan lagi terutama penggunaan benih Bisi-2, dan lebih dikembangkan lagi teknik budidayanya, serta memperluas lagi penggunaan lahan jagung hibrida Bisi-2 karena usahatani jagung hibrida Bisi-2 dapat memberikan lebih banyak keuntungan kepada petani dibandingkan dengan Bisi-18 atau layak untuk diusahakan.

49

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2007. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta: Kanisius.

Agrolan, J. 2010. Analisis Produksi dan Komparatif antara Usahatani Jagung Hibrida dengan Nonhibrida di Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.

Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah.

Akil, M. 2013. Kebutuhan Hara N, P, dan K Tanaman Jagung Hibrida pada Lahan Kering di Kabupaten Gowa. Seminar nasional serealia, 2013.

Balai Penelitian Tanaman Serealia.

Anonim. 2013. Pengelolaan Agroekosistem Lahan Kering. https://

http://marno.lecture.ub.ac.id diakses 2 juni 2015.

_______. 2012. Harga Jagung Anjlok, Pemerintah Diminta Tekan Impor. Harian Kompas. Senin, 5 Maret 2012.

_______. 2011. Memahami Arti Lahan Kering. http://fst.undana.ac.id diakses 11 juli 2011.

Aulia, A. N. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Padi dan Kelayakan Usahatani Vanili pada Ketinggian Lahan 350-800 m dpl di Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2013. Sulawesi Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.

__________________. 2012. Sulawesi Selatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.

Balitsereal. 2006. Mengenal Varietas Jagung yang Toleran Terhadap Perubahan Iklim. Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros. Sulawesi Selatan.

Brown, Maxwell L. 1979. Farm Budgets, From farm Income Analysis to Agricultural Project Analysis. The Jhon Hopkins University Press, Baltimore and London.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2010. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengembangan Tanaman Sereal di Indonesia Dalam Mendukung Kemandirian Pangan. Ditjen Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian.

Juli 2010. http://www.pertanian.go.id diakses 22 mei 2015.

Dalam dokumen HALAMAN PENGESAHAN (Halaman 42-47)

Dokumen terkait