42
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil telaah dokumen- dokumen, buku-buku, dan data-data lainnya yang berhubungan dengan hukum, utamanya hukum pidana.
3. Data Tersier atau data penunjang mencakup ; bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap data primer dandata sekunder, seperti kamus, ensiklopedia, dam bahan-bahan lain diluar hukum untuk menunjang penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data-data yang penulis ambil dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Penelitian Kepustakaan
Penulis mengumpulkan data sekunder yang merupakan kerangka dasar yang bersifat teoritis sebagai pendukung data empiris. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara meneleaah dan mempelajari bebagai refrensi berupa buku-buku ilmu hukum, tulisan tentang hukum, media cetak, dan perundang–
undangan yang relavan dengan permasalahan yang akan diteliti.
2. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan dilakukan penulis untuk pengumpulan data primer secara lansung pada objek-objek atau sumber data, untuk mendapatkan data yang akurat dan objektif, dilakukan penelitian lapangan dengan menggunakan data metode wawancara terbuka pada pihak-pihak yang terkait. Penelitian Lapangan dilakukan dengan dua Teknik :
a. Wawancara kepada tokoh masyarakat dan Hakim Mengenai penjatuhan sanksi oleh Hakim terhadap pelaku Pengedar obat keras atau Obat daftar- G karena tidak punya izin.
b. Membagikan angket kepada 50 Orang Warga masyarakat dengan memberikan daftar pertanyaan. Hal yang ditanyakan dalam angket adalah bagaimana pendapatnya terhadap sanksi yang jatuhkan oleh Hakim, dan tentukan pada pendekatan pengedar obat keras yang dilarang dalam Undang-undang Kesehatan.
E. Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis secara kualitatif, yaitu analisis yang berfungsi mendeskripsikan data yang diperoleh dalam bentuk kalimat yang logis, selanjutnya diberi penafsiran dan kesimpulan.
Analisis ini digunakan dengan maksud agar peneliti mempunyai kebebasan yang luas untuk mengadakan penafsiran terhadap data yang telah dikumpulkan dengan menghubungkan teori-teori yang mendukung dalam pemecahan masalah.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penjatuhan Sanksi Pada Perkara No.1097/Pid.Sus/2020/PN.Mks Sudah Sesuai Dengan Nilai Keadilan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada Hari Selasa, Tanggal 25 Januari 2022 dan pengambilan data di Pengadilan Negeri Makassar. Dengan hakim Rusdiyanto Loleh menjelaskan bahwasannya putusan yang telah di jatuhkan sudah seadil-adilnya dalam menjatuhkan putusan tersebut kepada Terdakwa. Dalam penjatuhan tuntutan kepada terdakwa Majelis Hakim tidak mengalami kesulitan dalam penjatuhan pidana tersebut. Adapun kronologis yang terdakwa lakukan serta penjatuhan sanksi pidana dalam perkara No.1097/Pid.Sus/PN.Mks sebagai berikut:
Pada hari Selasa tanggal 29 April 2020 sekitar pukul 16.00 Wita, atau pada suatu waktu dalam bulan Apriltahun 2020, bertempat di pinggir Jalan Minasa Sari Kota Makassar atau pada suatu tempat yang masih termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Makassar yang berwenang mengadili dan memeriksa perkara ini, dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar, perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa akan di jelaskan oleh penulis sebagai berikut:
Berawal ketika saksi RUSTADI dan saksi NIRWAN R Anggota Polsek Kawasan Soekarno Hatta sedang melaksanakan Operasi Cipta Kondisi terhadap bongkar muat kapal KM. Dharma Rucitra VII yang mana pada saat itu saksi RUSTADI dan saksi NIRWAN R mencurigai 1 (satu) mobil merk Hyno 500 DD
9188 KYX warna merah dan pada saat dilakukan pemeriksaan saksi RUSTADI dan saksi NIRWAN R menemukan barang berupa Pil berlogo “ Y ” daftar “ G “ diatas mobil tersebut dan belum diketahui pemiliknya sehingga saksi RUSTADI dan saksi NIRWAN R melakukan pengembangan ke pihak pemilik Ekspedisi PT.
Bepa Ika Perkasa di Kab. Maros, sehingga diketahui bahwa yang menjemput barang adalan saksi IFAN AULIA dengan menggunakan mobil Pick Up merk Suzuki Futura ST 150 DD 8664 AF warna hitam menuju lokasi yang ditunjukkan oleh terdakwa melalui Via Wastapp yaitu di Daerah Tamalate Kota Makassar, setelah saksi IRFAN AULIA sampai di tamalate dan bertemu dengan terdakwa dan langsung memindahkan barang berupa obat kereas tersebut ke mobol Merk Daihatsu Sigra DD 1576 QI warna hitam yang dikendarai oleh terdakwa dan saat itu saksi RUSTADI dan saksi NIRWAN R melakukan penggeledahan sehingga ditemukan obat keras daftar “ G “
Adapun jenis-jenis obat daftar “G” yang disita ;
- Merk DEXA sejumlah 24.240 (dua puluh empat ribu dua ratus empat puluh) capsul – Merk Trihexsipinidil “ Y ” sejumlah 315.120 (tiga ratus lima belas ribu seratus dua puluh) capsul
- Merk PEGESIC 240 (dua ratus empat puluh) box yang berjumlah 240.000.- (dua ratus empat puluh ribu) capsul.
- Merk THD obat merk Y, 5 (lima dos) - Merk Hekxymer 2mg.3 (tiga) dos - Merk pegesic/tramadol,1 (satu) dos - Merk Solta 10mg, dumolin 5mghexymer
Setelah dilakukan interogasi terdakwa mengakui bahwa obat keras daftar “ G ” yang ditemukan tersebut adalah miliknya yangbiasa diedarkan di Kab. Palopo, Kab. Luwu, Kab. Bone, Kab. Sidrap, dan Kendari Sulawesi Tenggara dan terdakwa dalam mengedarkan obat keras daftar “ G “ tersebut tidak ada ijin dari pihak berwenang, berdasarkan hasil pengujian dari Badan POM sebagai berikut:
1) Bahwa Hasil Uji Laboratorium Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan di Makassar No.PM.01.03.114.1142.05.20.1257 tanggal 28 Mei 2020 yang dikeluarkan oleh Drs. HAMKA HASAN, Apt. M. Kes Kepala Bidang Pengujian terhadap 1 (satu) botol berisi 1010 tablet DEXA dengan hasil pemeriksaan mengandung Tramadol HCL 50 mg.
2) Bahwa Hasil Uji Laboratorium Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan di Makassar No.PM.01.03.114.1142.05.20.1253 tanggal 28 Mei 2020 yang dikeluarkan oleh Drs. HAMKA HASAN, Apt. M. Kes Kepala Bidang Pengujian terhadap 10 (sepuluh) Capsulpegesic dengan hasil pemeriksaan mengandung Tramadol HCL 50 mg.
3) Bahwa Hasil Uji Laboratorium Balai Besar Pengawasan Obat danMakanan di Makassar No.PM.01.03.114.1142.05.20.1250 tanggal 28 Mei 2020 yang dikeluarkan oleh Drs. HAMKA HASAN, Apt. M. Kes Kepala Bidang Pengujian terhadap 1 (satu) botol obat merk Y berisi 1000 tablet dengan hasil pemeriksaan mengandung Trihexyphinidil 2 mg.
4) Berdasarkan pendapat Ahli Drs. MUH. RIDWAN, Apt yang melaksanakan pengawasan sebagai inspektur terhadap sediaan farmasi yaitu produk obat/bahan obat menerangkan bahwa terhadap kandungan Tramadol HCL 50
mg, Trihexyphinidil 2 mg, ,tersebut adalah termasuk obat keras daftar ”G“ jika di edarkan tampa resep dokter dapat berakibat cemas, sakit kepala, halusinasi, jantung berdebar, gangguan memori, depresi, hepatitis, pusing berat, sulit bernapas, kejang, strok, serangan jantung, meyebabkan kematian.
Perbuatan terdakwa MUH. NUR HIDAYAT BIN ANDI AWING tersebut diatas diatur dan diancam pidana dalam Pasal 197 Jo Pasal 106 ayat (1) UndangUndang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Adapun hal-hal yang memberatkan seperti perbuatan terdakwa merugikan orang lain, serta hal yang dapat meringankan seperti, terdakwa bersikap sopan di persidangan dan mengakui terus terang perbuataanya sehingga memperlancar persidangan.terdakwa mengaku bersalah,menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi,terdakwa merupakan tulang punggung keluarga.
Dan dalam perkara ini terhadap diri Terdakwa telah dikenakan penahanan yang sah, maka berdasarkan pasal 22 ayat (4) KUHAP lamanya waktu penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dengan pidana yang dijatuhkan, Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap diri Terdakwa tersebut dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan dalam perkara ini telah diajukan beberapa barang bukti sebagaimana terlampir dalam berkas, terhadap status barang bukti tersebut akan dipertimbangkan dalam amar putusan. Terdakwa dijatuhi pidana dan Terdakwa sebelumnya tidak mengajukan permohonan pembebasan dari pembayaran biaya perkara, maka berdasarkan pasal 222 ayat (1) KUHAP yang berbunyi, “Siapapun diputus pidana dibebani
membayar biaya perkara dan dalam hal putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum, biaya perkara di bebankan pada negara.”
Mengingat Pasal-pasal dan Undang-undang yang berkatian dengan ini terutama Pasal 197 Jo. Pasal 106 ayat (1) KUHAP yang berbunyi “ Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan atau alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (Lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp.1.500.000.000,00(satu milliar lima ratus juta rupiah.)”
Didalam perkara ini yang telah berjalan dan di putuskan oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Makassar tersebut menyatakan Terdakwa Muh.Nur Hidayat Bin Andi Awing, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Mengedarkan obat keras daftar “G” tanpa surat izin edar dari Pemerintah berwenang”, dan Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Muh.Nur Hidayat Bin Andi Awing, dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan pidana denda sebesar Rp.20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan. Serta menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, Menetapkan Terdakwa berada dalam tahanan, dan Menyita barang bukti berupa 40 (empat puluh) dos merk THD obat merk Y, 5 (lima dos) obat merk Hekxymer 2mg.3 (tiga) dos merk pegesic/tramadol,1 (satu) dos merk Solta 10mg, dumolin 5mg,hexymer dan riklona,2 dua dos obat merk Alprazolam 1
mg, 1 (satu) dos obat merk Frixitas 1 mg, 3 (Tiga) dos obat merk Dexa.
Selanjutnya untuk dirampas dan dimusnahkan.
Di Indonesia. Hukum pidana positif belum merumuskan tujuan pemidanaan, tujuan pemidanaan tersebut masih dalam tatanan yang bersifat teoritis, Konsep KUHP menetapkan tujuan pemidanaan pada pasal 54 yaitu:
1. Pemidanaan bertujuan untuk:
a. Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi mengayomi masyarakat.
b. Memasyarakatkan terpidana dengan diadakannya pembinaan sehingga menjadi orang yang baik dan berguna.
c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana, memulihkan keseimbangan dan menciptakan rasa damai dalam masyarakat dan,
d. Membeaskan rasa bersalah pada terpidana.
Dalam pengaturan sanksi pidana pembagian ketentuan Undang-undang dilihat dari stelsel pemidanaanya dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Stelsel Alternatif
Ciri undang undang yang stelsel pemidaan yang alternative yaitu norma dalam Undang-undang ditandai dengan kata “atau” Misalnya ada norma dalam Undang-undang yang berbunyi “diancam dengan pidana penjara atau pidana denda”. Model penjatuhan pidana alternatif ini memberikan kesempatan bagi hakim untuk memilih jenis pidana yang dicantumkan dalam pasal yang bersangkutan/ Walaupun sanksi dapat dipilih, hakim dalam menentukan pasalnya harus mempertimbangkan:
1) NSelalu berorientasi pada tujuan pemidanaan
2) Lebih mengutamakan atau mendahulukan jenis pidana yang lebih ringan yang sekirannya pidan ringan itu telah memenuhi tujuan pemidanaan
b. Stelsel Kumulatif
Stelsel kumulatif ini ditandai dengan ciri khas adanya kata “dan”
Dengan adanya kata “dan”, Maka hakim harus menjatuhkan pidana dua- duanya (Penjara dan denda)
c. Stelsel Alternatif Kumulatif
Berbeda halnya dengan dua stelsel di atas, berdasarkan stelsel alternatif kumulatif ini, ditandai dengan ciri “dan/atau”. Suatu Undang- undang yang menganut stelsel ini, memberikan kebebasan hakim untuk menjatuhkan pidana apakah alternatif (memilih) ataukah kumulatif(menggabungkan).
B. Analisis penulis tentang teori keadilan pada Putusan Nomor 1097/Pid.Sus/2020 PN.Mks
1) Analisis Menggunakan Teori Aristoteles
Jika dianalisis dengan teori keadilan yang dikemukakan Aristoteles yang membagi keadilan menjadi keadilan distributif dan keadilan komutatif.
Dimana keadilan distributif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang jatah menurut jasanya sedangkan keadilan komutatif adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang sama banyaknya, tanpa mengingat jasa- jasa perseorangan. Berdasarkan teori keadilan yang dikemukakan Aristoteles
menurut penulis terdapat nilai Fairness (kewajaran) didalam keadilan distributif dan nilai Balance (keseimbangan) didalam keadilan komutatif. Jika dianalisis pada putusan Nomor: 1097/Pid.Sus/2020/PN.Mks, maka nilai Fairness (kewajaran) dalam putusan hakim ialah tercermin pada kewajaran hakim dalam menjatuhkan vonis bersalah kepada terdakwa yang didasarkan pada tingkat kesalahan terdakwa, dimana terdakwa bersalah melakukan tindak pidana pengedaran obat daftar “G” sehingga menurut penulis wajar apabila terdakwa dijatuhi hukuman pidana penjara oleh hakim. Sedangkan nilai Balance (keseimbangan) pada putusan ini tercermin pada terdakwa yang dihadapkan pada proses persidangan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya karena terbukti bersalah melakukan tindak pidana sehingga hal ini menunjukkan bahwa semua orang sama kedudukannya dihadapan hukum yang menurut penulis hal tersebut mencerminkan nilai keseimbangan.
2) Analisis Menggunakan Teori Thomas Hobbes
Jika dianalisis dengan pendapat Thomas Hobbes yang berpendapat bahwa keadilan adalah suatu perbuatan yang dapat dikatakan adil apabila telah didasarkan pada perjanjian yang telah disepakati. Jika melihat teori keadilan berdasarkan Thomas Hobbes penulis berpendapat terdapat nilai Fairness (keadilan) dan nilai Balance (Keseimbangan) didalamnya. Apabila dihubungkan pada putusan Nomor: 1097/Pid.Sus/2020/PN.Mks, maka nilai Fairness (keadilan) dalam putusan hakim pada putusan ini terdapat pada proses persidangan dimana terdakwa sepakat dan tidak mengajukan keberatan terhadap alat bukti yang dihadirkan serta dengan dakwaan Jaksa penuntut
umum dan juga putusan Majelis Hakim, terdakwa tidak mengajukan keberatan sehingga terdakwa menerima dakwaan yang dijatuhkan terhadapnya. Maka hakim dalam penjatuhan hukumannya kepada terdakwa telah menerapkan nilai Fairness (keadilan) yang terdapat dalam teori keadilan menurut Thomas Hobbes. Namun pada putusan ini berdasarkan analisis penulis belum mencerminkan nilai Balance (keseimbangan) yakni pada penjatuhan pidana penjara kepada terdakwa dimana hakim hanya menjatuhkan vonis 1(satu) Tahun 6 (enam) Bulan penjara yang menurut penulis belum seimbang dengan perbuatan terdakwa, seharusnya berdasarkan analisis penulis hakim dapat menjatuhkan pidana penjara lebih berat kepada terdakwa dengan mempertimbangkan fakta hukum yang terungkap di persidangan bahwa terdakwa telah melakukan pengedaran obat daftar “G” tanpa izin ke berbagai Provinsi dan Kabupaten yang berbeda dalam jumlah besar, sehingga menurut penulis dengan penjatuhan vonis yang lebih berat kepada terdakwa dapat memberi efek jera dan guna dapat memenuhi rasa keadilan dalam masyarakat.
Mengingat pula bahwa ancaman pidana penjara maksimal pada Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan selama 15 (Lima belas tahun). Maka berdasarkan hal tersebut menurut penulis hakim dalam putusan ini belum mencerminkan nilai Balance (keseimbangan) dalam penjatuhan putusannya.
3) Analisis Menggunakan Teori Hans Kelsen
Jika dianalisis dengan teori keadilan yang dianut Hans Kelsen, yang berpandangan bahwa keadilan sebagai pertimbangan nilai yang bersifat
subjektif. Pandangan Hans Kelsen ini pandangan yang bersifat positifisme, nilai-nilai keadilan individu dapat diketahui dengan aturan-aturan hukum yang mengakomodir nilai-nilai umum, namun tetap pemenuhan rasa keadilan dan kebahagian diperuntukkan tiap individu. Berdasarkan teori keadilan yang dikemukakan Hans Kelsen menurut penulis terdapat nilai Straightforwardness (kejujuran) didalamnya. Jika dianalis dengan teori ini, hakim dalam menjatuhkan putusan pada perkara Nomor : 1097/Pid.Sus/2020/PN.Mks tidak hanya berdasarkan pandangan subjektifnya saja, tetapi hakim menilai fakta- fakta hukum yang terungkap di dalam proses persidangan, berupa alat-alat bukti yang dihadirkan oleh penuntut umum dan juga hakim mempertimbangkan keadaan yang memberatkan serta keadaan yang meringankan terdakwa. Pandangan subjektif hakim barulah muncul setelah melihat semua pertimbangan-pertimbangan yang terungkap dalam persidangan, baik pertimbangan yuridis hingga pertimbangan non yuridis.
Mengenai Nilai Straightforwardness (kejujuran) pada putusan Nomor:
1097/Pid.Sus/2020/PN.Mks tercermin pada kejujuran hakim dalam menilai fakta-fakta hukum yang terungkap serta pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan kepada terdakwa.
C. Pandangan Dan Sikap Masyarakat Makassar Terhadap Tindak Pidana Pengedaran Obat daftar G Tanpa Izin di Kota Makassar.
Penulis melakukan penelitian di masyarakat Kota Makassar Untuk mengetahui pandangan dan sikap masyarakat Makassar terhadap tindak pidana Pengedaran Obat daftar G tanpa izin dengan membagikan kuesioner/angket sebanyak 50 Lembar penduduk Kota Makassar.
D. Daftar Tabel
Tabel 4.1
Pengetahuan Responden terhadap adanya peredaran Obat daftar G No Jawaban Responden Frekuensi %
1 Ya 39 orang 78%
2 Tidak 11 orang 22%
Jumlah 50 orang 100%
Sumber : Angket yang diolah 2022
Berdasarkan menunjukkan tabel diatas bahwa dari hasil tabel 50 Responden.
39 orang atau 78% yang menjawab mengetahui peredaran Obat daftar G dan 11 orang atau 22% yang menjawab tidak mengetahui peredaran obat daftar G.
Berdasarkan analisis penulis, data diatas menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat sadar terhadap adanya peredaran obat daftar G. Adapun masyarakat yang belum mengetahui adanya peredaran obat daftar G, menjadi tugas bagi semua pihak yang memiliki kepentingan untuk memberikan edukasi yang lebih massif dibanding sebelumnya.
Berikut ini, akan disajikan pendapat reponden mengenai untuk membeli obat daftar G memerlukan Resep atau izin Dokter
Tabel 4.2
Pengetahuan Responden terhadap pengetahuan masyarakat membeli Obat daftar G memerlukan Resep atau izin Dokter
No Jawaban Responden Frekuensi %
1 Ya 38 orang 76%
2 Tidak 12 orang 24%
Jumlah 50 orang 100%
Sumber: Angket yang diolah 22
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 50 Responden, 38 orang atau 76% yang menjawab mengetahui untuk membeli Obat daftar G memerlukan Resep atau izin dokter dan 12 orang atau 24% yang menjawab tidak mengetahui untuk membeli Obat daftar G memerlukan Resep atau Izin Dokter.
Berdasarkan analisis penulis, data diatas menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat sudah teredukasi mengenai aturan-aturan dalam membeli obat daftar G yang memerlukan resep atau izin dokter. Hal ini terjadi karena sosialisasi- sosialisasi aturan mengenai obat daftar G telah tersampaikan kepada masyarakat meskipun masih ada sebagian kecil masyarakat yang tidak mengetahui mengenai aturan-aturan tersebut.
Berikut ini, akan disajikan pendapat responden mengenai Untuk menjual atau mengedarkan Obat daftar G Apotik memerlukan izin untuk mengedarkannya.
Tabel 4.3
Pengetahuan Responden terhadap pengetahuan masyarakat memerlukan Izin untuk mengedarkan Obat daftar G.
No Jawaban Responden Frekuensi %
1 Ya 39 orang 78%
2 Tidak 11 orang 22%
Jumlah 50 orang 100%
Sumber: Angket yang diolah 22
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 50 Responden 39 orang atau 78% yang menjawab mengetahui untuk mengedarkan obat daftar G memerlukan izin dan 11 orang atau 22% yang menjawab tidak mengetahui untuk mengedarkan obat daftar G memerlukan izin.
Berdasarkan hasil analisis penulis, data diatas yang menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang memiliki pengetahuan bahwa masyarakat memerlukan izin untuk mengedarkan obat daftar G adalah hal yang sangat baik.
Kesadaran masyarakat bahwa untuk mengedarkan obat daftar G memerlukan izin menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kesadaran atas dampak yang bisa ditimbulkan oleh obat daftar G jika tidak di sertai dengan resep dokter.
Berikut ini akan disajikan pendapat responden mengenai boleh tidaknya Obat daftar G dikonsumsi tanpa resep dari dokter.
Tabel 4.4
Pengetahuan Responden Terhadap Mengenai Boleh Tidaknya Obat daftar G Jika Dikonsumsi Tanpa Resep Dari Dokter
No Jawaban Responden Frekuensi %
1 Ya 2orang 4%
2 Tidak 48orang 96%
Jumlah 50 orang 100%
Sumber: Angket yang diolah 22
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 50 responden 2orang atau 4% setuju dengan Obat daftar G dikonsumsi tanpa Resep dokter dan 48 orang atau 96% tidak setuju dengan Obat daftar G dikonsumsi tanpa resep dari dokter.
Sejalan dengan data yang ditampilkan pada tabel 1.3, bahwa masyarakat memiliki kesadaran tentang efek yang dapat timbulkan oleh obat daftar G. Hal ini
dibuktikan dengan hampir semua responden tidak setuju jika obat daftar G tanpa resep atau izin dari dokter.
Berikut ini akan disajikan Data mengenai pernah tidaknya Responden mengkonsumsi beberapa jenis dari obat daftar G.
Tabel 4.5
Data Mengenai Pernah Tidaknya Responden Mengkonsumsi Beberapa Jenis Dari Obat Daftar G
No Jawaban Responden Frekuensi %
1 Ya 31 orang 62%
2 Tidak 19 orang 38%
Jumlah 50 orang 100%
Sumber: Angket yang diolah 22
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 50 Responden 31 orang atau 62% pernah mengkonsumsi beberapa jenis dari obat daftar G dan 19 orang atau 38% tidak pernah mengkonsumsi beberapa jenis dari obat daftar G.
Berdasarkan hasil analisis penulis, dengan banyaknya responden yang pernah mengkonsumsi obat daftar G sesuai pada tabel 1.5, dan jika di hubungkan dengan data-data di tabel sebelumnya yang menunjukkan bahwa masyarakat sudah banyak yang mengetahui tentang obat daftar G yang memerlukan izin dokter, hal ini bisa di artikan bahwa masyarakat yang pernah mengkonsumsi obat daftar G tersebut, memiliki resep atau izin dokter sebelum mengkonsumsi obat daftar G.
Berikut ini akan disajikan tentang pengetahuan Responden tentang dampak dari obat daftar G di konsumsi tanpa resep dokter.
Tabel 4.6
Pengetahuan Responden Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang Dampak Dari Obat Daftar G Jika Di Konsumsi Tanpa Resep Dokter.
No Jawaban Responden Frekuensi %
1 Ya 28 orang 56%
2 Tidak 22 orang 44%
Jumlah 50 orang 100%
Sumber: Angket yang diolah 22
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 50 responden 28 orang atau 56% mengetahui dampak dari obat daftar G jika dikonsumsi tanpa resep dokter dan 22 orang atau 44% tidak mengetahui dampak dari obat daftar G jika di konsumsi tanpa resep dokter.
Berdasarkan analisis Penulis, data pada tabel 1.6 menunjukkan bahwa meskipun masyarakat sudah banyak yang mengetahui bahwa penggunaan obat daftar G memerlukan izin atau resep dokter, namun jumlah responden yang mengetahui dampak dari obat daftar G jika di konsumsi tanpa resep dokter, hanya sedikit lebih banyak dari orang yang tidak mengetahui. Hal ini menjadi tugas bagi semua pihak untuk memberikan sosialisasi terhadap dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh obat daftar G baik disertai resep dokter maupun tidak disertai resep dokter.
Dari semua responden, semua berpendapat bahwa penyalah gunaan Obat daftar G yang dilakukan oleh oknum adalah tindakan tidak terpuji. Karena dampak dari obat daftar G ini jika di konsumsi jangka Panjang sangat akan membahayakan para kalangan anak muda, apalagi jika sudah kecanduan dari obat obatan jenis daftar G karena dapat merusak tubuh, alangkah baiknya Pihak-pihak