PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu komponen kesehatan yang sangat penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah ketersediaan obat-obatan yang memenuhi standar mutu pemerintah dan izin edar. Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak mempunyai izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak satu tahun Rp. miliar lima ratus juta rupiah). Sehubungan dengan ketentuan Pasal 197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, sediaan farmasi berupa obat yang dijual di toko obat dan apotek harus mempunyai label BPOM agar obat tersebut mempunyai izin edar.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengungkapkan permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul “Analisis Peradilan Terhadap Pengenaan Sanksi Pidana Dalam Putusan No. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk menambah wawasan hukum pidana dalam umum dan berkaitan dengan tindak pidana peredaran obat keras Golongan G tanpa izin edar serta sanksi pidana yang ditimbulkan dari tindak pidana tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya peredaran obat keras tanpa izin. izin edar.Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain dan dapat dijadikan bahan perbandingan bagi penulis lain yang melakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana
Pandangan dan sikap warga Makassar terhadap tindak pidana peredaran obat Golongan G tanpa izin di Kota Makassar. Berdasarkan analisa penulis, data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mengetahui peredaran obat Golongan G. Berikut ini akan dikemukakan pendapat responden mengenai pembelian obat Golongan G yang memerlukan resep atau izin dokter.
Berdasarkan analisis penulis, data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sudah teredukasi tentang aturan pembelian obat List G yang memerlukan resep atau izin dokter. Berikut ini akan dikemukakan pendapat responden mengenai penjualan atau peredaran obat List G, apotek memerlukan izin untuk mengedarkannya. Di bawah ini akan kami sajikan pendapat para responden mengenai boleh tidaknya konsumsi obat List G tanpa resep dokter.
Di bawah ini kami menyajikan data apakah responden pernah menggunakan jenis obat Golongan G yang berbeda. Di bawah ini kami sajikan pengetahuan responden mengenai dampak obat-obatan List G yang dikonsumsi tanpa resep dokter. Pengetahuan responden mengenai pengetahuan masyarakat mengenai dampak obat-obatan List G jika dikonsumsi tanpa resep dokter.
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 50 responden, 28 orang atau 56% mengetahui efek obat dari daftar G jika diminum tanpa resep dokter, dan 22 orang atau 44% tidak mengetahui dampaknya. obat dari daftar G jika diminum tanpa resep dokter. resep obat. Berdasarkan pandangan dan sikap masyarakat Makassar terhadap tindak pidana peredaran obat Golongan G tanpa izin, disebutkan bahwa sebagian besar masyarakat mengetahui peredaran obat Golongan G dan mengetahui bahwa obat tersebut memerlukan resep atau dokter. izin. Data yang diperoleh juga menunjukkan bahwa mayoritas dari 50 responden menggunakan beberapa jenis obat dari Daftar G, dan selain itu, mereka juga mengetahui efek berbahaya dari obat dari Daftar G tanpa resep dokter.
Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana Mengedarkan Obat
Pengertian & Ketentuan Hukum Tentang Peredaran Obat Daftar G
- Pengertian Obat
- Penggolongan Obat
- Tinjauan Umum Tentang Obat Daftar G
- Ketentuan Izin Sediaan Farmasi
- Pengawasan Terhadap Peredaran Obat
Teori-Teori Tentang Keadilan Hukum
Teori Penjatuhan Sanksi dan Jenis-Jenis Sanksi
Menurut teori ini, hukuman dijatuhkan hanya karena seseorang telah melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran pidana. Teori ini berpendapat bahwa sanksi dalam hukum pidana dijatuhkan hanya karena seseorang telah melakukan suatu tindak pidana, hal ini merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai hukuman terhadap orang yang melakukan tindak pidana tersebut, sehingga sanksi tersebut bertujuan untuk memenuhi keadilan. Teori ini berbeda dengan teori absolut, ide dasarnya agar suatu tindak pidana dapat dipidana berarti hukuman tersebut mempunyai tujuan tertentu, misalnya memperbaiki sikap mental atau tidak membahayakan pelakunya, suatu proses pembinaan. sikap mental sangat diperlukan.
Dari teori ini, tujuan pemidanaan muncul sebagai upaya pencegahan, baik pencegahan khusus yang ditujukan kepada pelaku maupun pencegahan umum yang ditujukan kepada masyarakat. Teori ini merupakan reaksi terhadap teori-teori sebelumnya yang tidak mampu menjelaskan secara memuaskan sifat tujuan hukuman. Berdasarkan penekanan atau sudut pandang yang dominan dalam perpaduan kedua teori tersebut dalam bentuk teori gabungan, maka teori ini dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu teori gabungan yang menekankan unsur balas dendam, teori gabungan yang menitikberatkan pada perlindungan. . tatanan hukum masyarakat dan teori gabungan yang memberikan keseimbangan antara pembalasan dan perlindungan ketertiban umum.
Menurut Wirjono Prodjodikoro, jaksa dan hakim pencipta hukum pidana tidak harus memilih salah satu dari ketiga jenis teori hukum pidana dalam melaksanakan tugasnya.29 Dalam hal ini penulis sangat setuju dengan apa yang dikatakan Wirjono Prodjodikoro karena - Nilai keadilan tidak didasarkan pada teori yang dianut tetapi didasarkan pada unsur humanistik yang berkaitan dengan keadaan masyarakat dan pelaku (penjahat) yang diolah dengan perpaduan logika dan hati yang lahir dalam hati nurani menjadi . Namun hal ini masih menjadi permasalahan di bidang hukum pidana, karena masih terdapat seruan di masyarakat yang meminta agar tindak pidana tersebut diberlakukan kembali, dan mendesak agar tindak pidana tersebut dimasukkan kembali ke dalam UUD. Sanksi pidana ini sebenarnya dimaksudkan oleh pembentuk undang-undang untuk menggantikan pidana penjara yang dapat dijatuhkan oleh hakim terhadap pelaku tindak pidana, dengan dasar bahwa pelaku melakukan tindak pidana tersebut karena dilatarbelakangi oleh suatu niat yang patut dihormati.
Dalam seksyen 35, subseksyen 2, berbunyi bahawa hakim tidak mempunyai kuasa untuk memecat seorang pejabat dari kedudukannya, apabila pejabat lain telah dilantik dalam undang-undang umum, yang seorang sahaja yang diberi kuasa untuk melaksanakan pemecatan itu.
METODE PENELITIAN
- Lokasi Penelitian
- Tipe Penelitian
- Jenis dan Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Analisis Data
Jika kita analisa terhadap putusan Nomor: 1097/Pid.Sus/2020/PN.Mks, maka nilai keadilan dalam putusan hakim tercermin dari kewajaran hakim dalam menjatuhkan putusan bersalah terdakwa, yang didasarkan pada tingkat kompetensi terdakwa. . rasa bersalah, dimana terdakwa bersalah melakukan tindak pidana pengedar narkoba golongan “G”, oleh karena itu menurut hemat penulis wajar saja jika hakim menjatuhkan hukuman penjara kepada terdakwa. 39 orang atau 78% menjawab mengetahui tentang peredaran obat Daftar G dan 11 orang atau 22% menjawab tidak mengetahui tentang peredaran obat Daftar G. Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 50 responden, 38 orang. atau 76% responden mengetahui bahwa diperlukan resep atau izin dokter untuk membeli obat Golongan G, dan 12 orang atau 24% responden tidak mengetahui bahwa diperlukan resep untuk membeli obat Golongan G atau izin dokter.
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari 50 responden, sebanyak 39 orang atau 78% yang menjawab mengetahui bahwa peredaran zat Daftar G memerlukan izin dan 11 orang atau 22% yang menjawab tidak mengetahui bahwa peredaran zat Daftar G tidak memerlukan izin. Berdasarkan hasil analisis penulis, data di atas menunjukkan semakin banyak responden yang mengetahui bahwa masyarakat memerlukan izin untuk mengedarkan obat Daftar G, hal ini merupakan hal yang sangat baik. Kesadaran masyarakat bahwa peredaran obat Daftar G memerlukan izin menunjukkan bahwa masyarakat sadar akan dampak yang ditimbulkan obat Daftar G jika tidak disertai dengan resep dokter.
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 50 responden terdapat 2 orang atau 4% yang setuju obat List G diminum tanpa resep dokter, dan 48 orang atau 96% tidak setuju obat List G diminum tanpa resep dokter. Berdasarkan data pada Tabel 1.3, masyarakat mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh obat Golongan G. Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 50 responden, sebanyak 31 orang atau 62% pernah mengonsumsi beberapa jenis zat daftar G dan 19 orang atau 38% belum pernah mengonsumsi zat daftar G tertentu.
Seluruh responden berpendapat bahwa penyalahgunaan obat Golongan G oleh individu merupakan tindakan yang memalukan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penjatuhan Sanksi Pada Perkara No.1097/Pid.Sus/2020/PN.Mks sudah
Namun putusan tersebut berdasarkan analisa penulis tidak mencerminkan nilai Perimbangan yaitu dalam penjatuhan pidana penjara terhadap terdakwa dimana hakim hanya memvonisnya dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan, yang mana menurut Penulis tidak seimbang dengan perbuatan terdakwa, maka harus berdasarkan analisa penulis. Hakim dapat menjatuhkan hukuman penjara yang lebih berat kepada terdakwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap dalam persidangan bahwa terdakwa mengedarkan obat-obatan terlarang. "G" tanpa izin ke beberapa provinsi dan kabupaten berbeda dalam jumlah banyak, sehingga menurut penulis akan memberikan hukuman yang lebih berat kepada terdakwa. Terdakwa dapat memberikan efek jera dan memenuhi rasa keadilan masyarakat. Penulis melakukan penelitian pada masyarakat Kota Makassar untuk mengetahui pandangan dan sikap masyarakat Makassar terhadap tindak pidana peredaran obat List G tanpa izin melalui 50 kuisioner/kuesioner kepada warga Kota Makassar untuk disebarkan. Sedangkan bagi masyarakat yang belum mengetahui peredaran obat Daftar G, sudah menjadi tugas semua pihak yang berkepentingan untuk memberikan edukasi yang lebih masif dari sebelumnya.
Hal ini terjadi karena sosialisasi peraturan mengenai zat daftar G sudah tersampaikan kepada masyarakat, meskipun masih ada sebagian kecil masyarakat yang belum mengetahui peraturan tersebut. Berdasarkan hasil analisa penulis, dengan banyaknya responden yang pernah mengkonsumsi obat list G sesuai tabel 1.5, dan jika dihubungkan dengan data pada tabel sebelumnya menunjukkan bahwa banyak masyarakat yang sudah mengetahui tentang obat list G, yang memerlukan izin dokter, artinya orang yang pernah mengonsumsi obat Daftar G harus memiliki resep atau izin dokter sebelum mengonsumsi obat Daftar G. Berdasarkan analisis penulis, data pada Tabel 1.6 menunjukkan bahwa meskipun banyak yang sudah mengetahui bahwa penggunaan obat List G memerlukan izin atau resep dokter, namun banyak responden yang mengetahui efek obat List G jika diminum tanpa resep dokter. hanya sedikit lebih banyak daripada orang yang tidak tahu.
Kewajiban semua pihak untuk memberikan informasi mengenai akibat yang mungkin ditimbulkan oleh obat-obatan Daftar G, baik disertai resep dokter maupun tidak. Karena dampak obat List G jika digunakan dalam jangka panjang akan sangat berbahaya bagi generasi muda, apalagi jika mereka kecanduan obat List G karena dapat merusak tubuh, maka hal ini akan lebih baik bagi para pihak. Dua Puluh Juta Rupiah), dengan ketentuan apabila denda tidak dibayar, diganti dengan pidana penjara 1 (satu) bulan, atas perbuatan tersangka mengedarkan obat Golongan G secara melawan hukum.
Akan lebih baik jika pihak yang berwenang bisa memberikan edukasi yang lebih masif agar peredaran gelap zat daftar G tidak terjadi atau setidaknya bisa diminimalisir.
Pandangan Dan Sikap Masyarakat Terhadap Tindak Pidana Pengedaran
Pandangan Dan Sikap Masyarakat Makassar Terhadap Tindak Pidana
Selain itu, hukuman yang diberikan juga belum maksimal karena peredaran obat G tanpa izin dapat berdampak buruk bagi masyarakat karena obat tersebut mudah didapat tanpa resep dokter.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dengan putusan Nomor 1097/Pid.Sus/2020/PN.Mks, hakim memvonisnya dengan pidana penjara 1 tahun 6 bulan dan denda Rp. Dalam keterangan hakim yang mengadili perkara tersebut, hakim mengatakan bahwa putusan tersebut seadil-adilnya dalam menyampaikan putusan kepada terdakwa.
Saran
Ruslan Renggong, 2016, Hukum Pidana Khusus, PrenadaMedia Group, Jakarta Sasangka Hari, 2008, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana untuk. Damayanti Linda, Klasifikasi Obat Menurut UU Farmasi, http://damayantili nda.blogspot.com/2011/12/penggolongan-obat-menrut-uu-.