• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

Dalam dokumen TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Halaman 64-67)

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif , jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan atau Field Researce, untuk mendapatkan data-data dari permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah studi pustaka dan dukumentasi. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif kuantitatif, dengan pendekatan studi kasus yaitu metode yang berfokus pada suatu objek untuk mempelajari kasus tertentu yang berkaitan. Tujuannya adalah supaya dapat memberi gambaran atau deskripsi yang rinci mengenai sifat, karakter, latar belakang, dari suatu kasus, kemudian dikaitkan dengan hal-hal umum.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi dengan masalah yang diteliti, maka penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data keuangan tahunan yang dilakukan pada PT Telkom Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Cabang Makassar Jl.A.Pettarani Makassar.

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati dan memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

Rasio Lancar atau Current Ratio, merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera

jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.

Rasio Cepat atau Quick Ratio, merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya, nilai sediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relative lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Ibnu Hadjar bahwa instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif, menilai atau mengukur fenomena yang akan diamati40. Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam riset ini yaitu studi pustaka dan dokumentasi pada laporan keuangan periode 2019-2021 di PT Telkom Indonesia Tbk.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Studi Pustaka, yaitu melakukan telaah, eksplorasi, dan mengkaji berbagai literatur pustaka yang relevan dengan penelitian.

40Ibnu Hadjar,“Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan”,(Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 1996). h 160

42

b. Dokumentasi, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan data-data dariPT Telekomunikasi Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang dikumpulkan berupa data laporan keuangan, diantaranya laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi.

F. Teknik Analisi Data

Untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam penulisan ini, maka alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas yang bertujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu perusahaan. Ada beberapa jenis rasio yang akan digunakan dalam rasio likuiditas, yaitu :Current ratio dan Quick ratio.

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Rasio likuiditas adalah rasio yang mampu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajban atau membayar hutang jangka pendeknya.

Rasio likuiditas juga dapat diartikan sebagai gambaran posisi laporan keuangan perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk melunasi atau membayar kewajiban hutang sesuai pada waktu yang disepakati. Secara tidak langsung, rasio likuiditas bisa mempengaruhi kredibilitas perusahaan dan peringkat kredit perusahaan. Sebab, rasio likuiditas ini memegang peran penting dalam menjaga kestabilan keuangan setiap bisnis.

Tabel 2.2

Standar Industri Rasio Likuiditas41

Current Ratio Quick Ratio

% Kriteria % Kriteria

200 Sangat baik 150 Sangat baik

150 Baik 100 Baik

100 Cukup 50 Cukup

50 Kurang 25 Kurang

<50 Sangat kurang <25 Sangat kurang

41Kasmir, Analisis laporan keuangan, Jakarta: Rajawali pers (2008), h 143

44

Berikut ini akan disajikan hasil analisis rasio likuiditas terhadap kinerja keuangan PT Telkom Indonesia Tbk. berdasarkan informasi yang tersedia. Adapun hasil penelitian di deskripsikan sebagai berikut:

Tabel 2.3

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. DAN ENTITAS ANAKNYA LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN

Periode 2019-2021

(Angka dalam tabel dinyatakan dalam miliaran rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2021 2020 2019 ASET

ASET LANCAR

Kas dan setara kas 38.311 20.589 18.242

Aset keuangan lancar lainnya 493 1.303 554

Piutang usaha

Pihak berelasi 961 1.644 1.792

Pihak ketiga 7.549 9.695 10.005

Aset kontrak 2.33 1.036 -

Piutang lain-lain 195 214 292

Persediaan 779 983 585

Aset tersedia untuk dijual 818 39 -

Biaya kontrak 656 454 -

Pajak dibayar di muka 2.144 3.17 2.569

Tagihan restitusi pajak 690 854 992

Aset lancar lainnya 6.351 6.561 6.691

Jumlah Aset Lancar 61.277 46.503 41.722

ASET TIDAK LANCAR

Aset kontrak 143 203 -

Penyertaan jangka panjang pada instrumen keuangan 13.661 4.045 1.053 Penyertaan jangka panjang pada entitas asosiasi 139 192 1.21

Biaya kontrak 1.608 1.254 -

Aset tetap 165.026 160.923 156.973

Aset hak guna 18.469 18.566 -

Aset takberwujud 7.506 6.846 6.446

Aset pajak tangguhan – bersih 3.824 3.578 2.898

Aset tidak lancar lainnya 5.531 4.833 10.906

Jumlah Aset Tidak Lancar 215.907 200.44 179.486

JUMLAH ASET 277.184 246.943 221.208

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS JANGKA PENDEK Utang usaha

Pihak berelasi 497 928 819

Pihak ketiga 16.673 16.071 13.078

Liabilitas kontrak 6.795 7.834 -

Utang lain-lain 609 578 449

Utang pajak 3.923 2.713 3.431

Beban yang masih harus dibayar 15.885 14.265 13.736

Pendapatan diterima di muka - jangka pendek - - 7.352

Deposit pada pelanggan 2.416 2.024 1.289

Utang bank jangka pendek 6.682 9.934 8.705

Pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu

tahun 9.69 9.35 8.746

Liabilitas sewa yang jatuh tempo dalam satu tahun 5.961 5.396 764

Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 69.131 69.093 58.369

LIABILITAS JANGKA PANJANG

Liabilitas pajak tangguhan – bersih 1.158 561 1.23

Pendapatan diterima di muka - jangka panjang - - 803

Liabilitas kontrak 1.283 1.004 -

Liabilitas diestimasi penghargaan masa kerja 1.206 1.254 1.066 Liabilitas diestimasi manfaat pensiun dan imbalan

pasca kerja lainnya 11.563 12.976 8.078

Pinjaman jangka panjang dan pinjaman lainnya 36.319 30.561 32.293

Liabilitas sewa 10.426 10.221 1.576

Liabilitas lainnya 699 384 543

Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 62.654 56.961 45.589

JUMLAH LIABILITAS 131.785 126.054 103.958

EKUITAS

Modal saham 4.953 4.953 4.953

Tambahan modal disetor 2.711 2.711 2.711

Komponen ekuitas lainnya 9.395 374 408

Saldo laba

Ditentukan penggunaannya 15.337 15.337 15.337

Belum ditentukan penggunaanya 89.25 79.152 76.152

Jumlah ekuitas yang dapat diatribusikan kepada:

Pemilik entitas induk – bersih 121.646 102.527 99.561

46

Kepentingan non-pengendali 23.753 18.362 17.689

JUMLAH EKUITAS 145.399 120.889 117.25

JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 277.184 246.943 221.208 Tabel 2.4

PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

PT TELKOM INDONESIA Tbk. DAN ENTITAS ANAKNYA LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN

KONSOLIDASIAN

untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2020

(Angka dalam tabel dinyatakan dalam miliaran Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

Catatan 2021 2020 2019

PENDAPATAN 24,33 143.210 136.462 135.567

BIAYA DAN BEBAN

Beban Operasi, Pemeliharaan, Jasa

Telekomunikasi 26,33 (38.133) (34.593) (42.226)

Beban Penyusutan Dan Amortisasi 12,13,15 (31.816) (28.892) (23.178)

Beban Karyawan 25 (15.524) (14.390) (13.012)

Beban Interkoneksi 33 (5.181) (5.406) (5.077)

Beban Umun Dan Administrasi 27,33 (5.016) (6.511) (6.696)

Beban Pemasaran 33 (3.633) (3.482) (3.724)

Keuntungan Yang Belum

Terealisasi Dari Perubahan Nilai Wajar

Atas Investasi 10 3.432 129

Rugi Selisih Kurs-Bersih 50 (86) (86)

Penghasilan Lain-Lain-Bersih 174 403 826

LABA USAHA 47.563 43.505 42.394

Penghasilan Pendanaan 33 558 799 1.092

Biaya Pendanaan 33 (4.365) (4.520) (4.240)

Rugi Bersih Entitas Asosiasi 11 (78) (246) (166)

Rugi Penurunan Nilai Investasi 11 (763) (1.172)

LABA SEBELUM PAJAK

PENGHASILAN 43.678 38.775 37.908

(BEBAN) MANFAAT PAJAK

PENGHASILAN 28d

Pajak Kini (9.556) (9.798) (10.619)

Pajak Tangguhan 174 586 303

(9.730) (9.212) (10.316)

LABA TAHUN BERJALAN 33.948 29.563 27.592 PENGHASILAN (RUGI)

KOMPREHENSIF LAIN

penghasilan komprehensip lain

yang akan direklasifikasikan

ke laba rugi pada periode

berikutnya:

Selisih Kurs Penjabaran Laporan

Keuangan 23 28 15 (105)

Perubahan Bersih Nilai Wajar Aset

Keuangan Tersedia Untuk Dijuan 23 (2) 3 6

Bagian Penghasilan Komprehensif

Lain Entitas Asosiasi 11 (1) 1 16

penghasilan komprehensif lain yang tidak akan

direklasifikasikan

ke laba rugi pada periode

berikutnya:

Rugi Aktuaria-Bersih 31 1.955 (3.596) (2.109)

Rugi Komprehensif Lain-Bersih 1.980 (3.577) (2.192) JUMLAH LABA

KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN

35.928 25.986 25.400 Laba Tahun Berjalan Yang Dapat

Diatribusikan Kepada:

Pemilik Entitas Induk 24.760 20.804 18.663

Kepentingan Nonpengendali 21 9.188 8.759 8.929

Jumlah Laba Komprehensif Tahun

Berjalan Yang Dapat 33.948 29.563 27.592

Diatribusikan Kepada

Pemilik Entitas Induk 26.767 17.595 16.624

Kepentingan Nonpengendali 9.161 8.391 8.776

35.928 25.986 25.400

LABA PER SAHAM DASAR

(dalam jumlah penuh) 29

Laba Bersih Per Saham 249.94 210.01 188.40

Laba Bersih Per ADS (100 Saham

Seri B Per ADS) 24.994,39 21.000,94 18.839,68

48

Pada tabel 2.3 dari sisi aset lancar dapat dilihat bahwa pada tahun 2019 sampai dengan 2021 mengalami kenaikan yang signifikandari Rp41.722 miliar pada tahun 2019 menjadi Rp46.503 miliar pada tahun 2020. Kenaikan aset paling tinggi terjadi pada tahun 2021 yaitu sebesar Rp61.277 miliar.

Fluktuasi terjadi pada persediaan yang dimana tahun 2019 sebesar Rp585juta kemudian pada tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar Rp983 juta dan persediaan kembali turun pada tahun 2021 yaitu sebesar Rp779 juta. Keuangan menghendaki tingkat persediaan yang rendah, sedangkan marketing dan operasi menginginkan tingkat persediaanyang tinggi agar kebutuhan konsumen terpenuhi.

Baik persediaan yang terlalu banyak maupun sedikit akan menimbulkan pembengkakan biaya persediaan. Persediaan yang terlalu tinggi akan menimbulkan masalah seperti muncul biaya-biaya yang berkaitan dengan pemeliharaan persediaan di perusahaan.

Dilihat dari sisi liabilitas jangka pendek terlihat bahwa pada tahun 2019 jumlah liabilitas jangka pendek tidak begitu tinggi yaitu sebesar Rp58.369 miliar.

Pada tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar Rp69.093 miliar, kenaikan liabilitas jangka pendek kembali mengalami kenaikan tidak terlalu tinggi pada tahun 2021 yaitu sebesar Rp69.131 miliar. Meningkatnya liabilitas jangka pendek akan mempengaruhi kenaikan hutang di dalam perusahaan.

1. Rasio Likuiditas PT Telkom Indonesia Tbk. berdasarkan Current Ratio Hasil penelitian dan pembahasan merupakan suatu gambaran tentang hasil yang diperoleh dari penelitian yang didalamnya terdiri atas variabel penelitian serta terdapat juga data atau keterangan yang berhubungan dengan laporan keuangan.

Berdasarkan laporan posisi keuangan pada PT Telkom Indonesia Tbk. selama periode 2019 sampai dengan 2021 yang digunakan untuk mengukur kewajiban jangka pendek atas total aset lancar yang dimiliki perusahaan. Dalam mengukur kewajiban jangka pendek, maka peneliti menggunakan rasio keuangan yaitu rasio likuiditas antara lain current ratio.

Current Ratio (Rasio Lancar) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain seberapa banyak aset lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban perusahaan yang segera jatuh tempo.

Tabel 2.5

Aset Lancar Dan Hutang Lancar

Tahun Aset Lancar Hutang Lancar

2019 41.722.000.000 58.369.000.000

2020 46.503.000.000 69.093.000.000

2021 61.277.000.000 69.131.000.000

Utang (Hutang) adalah tanggungan wajib yang harus dibayar karena adanya transaksi pembelian suatu barang atau jasa secara kredit, dan harus dibayar dalam jangka waktu tertentu. Menurut kieso et. al, hutang adalah

50

kemungkinan pengorbanan masa depan untuk manfaat ekonomis yang berasal dari kewajiban atau entitas tertentu42.

× 100%

Berdasarkan data pada tahun 2019 maka jumlah aset lancar sebesar Rp41.722.000.000 dibagi dengan hutang lancar sebesar Rp58.369.000.000 kemudian dikali 100% maka hasil yang diperoleh sebesar 71,47%.Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2019 kinerja keuangan berdasarkan standar industri rasio lancar dapat dinilai kurang baik.

Berdasarkan data pada tahun 2020 maka jumlah aset lancar sebesar Rp46.503.000.000 dibagi dengan hutang lancar sebesar Rp69.093.000.000 kemudian dikali 100% maka hasil yang diperoleh sebesar 67,30%.Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2020 kinerja keuangan berdasarkan standar industri rasio lancar dapat dinilai kurang baik.

42Kieso, Weygandt, dan Warfield,”Akuntansi Intermediate, Edisi Kedua Belas, Jakarta:

Erlangga (2008). h 172

Berdasarkan data pada tahun 2021 maka jumlah aset lancar sebesar Rp61.277.000.000 dibagi dengan hutang lancar sebesar Rp69.131.000.000 kemudian dikali 100% maka hasil yang diperoleh sebesar 88,63%.Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2021 kinerja keuangan berdasarkan standar industri rasio lancar dapat dinilai kurang baik.

Tahun 2019 ketahun 2020 rasio lancar mengalami penurunan sebesar 4,17% selisih dari 71,47% - 67,30%. Pada tahun 2020 ke tahun 2021 rasio lancar kembali naik sebesar 21,33% menjadi 88,63%. Namun peningkatan tersebut tidak terlalu tinggi karena belum mencapai 200%.

Tidak ada standar khusus untuk menentukan current ratio yang paling baik, namun untuk prinsip kehati-hatian, maka besarnya current ratio sekitar200% dianggap baik. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan.

Hal ini menunjukkan bahwa pembayaran kewajiban jangka pendek dengan menggunakan current ratio belum sepenuhnya dapat dibayarkan dikarenakan oleh selisih aset lancar dengan hutang lancar yang sedikit.

sementara disisi hutang lancar mengalami kenaikan dari tahun ke tahunnya.

Jumlah aset lancar dan hutang lancar yang memiliki selisih tidak begitu besar mengakibatkan perusahaan kesulitan memenuhi kewajiban jangka pendek jika sewaktu-waktu ditagih oleh kreditur. Current ratio yang

52

dianggap baik jika memiliki aset lancar dan kewajiban jangka pendek memiliki perbandingan 2:1 atau sekitar 200%.

2. Rasio likuiditas PT Telkom Indonesia Tbk. berdasarkan Quick Ratio

Quick ratio (rasio cepat) adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan antara aset lancar dikurangi dengan persediaan yang dimiliki perusahaan dengan jumlah kewajiban lancar. Persediaan pada umumnya merupakan aset lancar perusahaan yang paling tidak likuid sehingga persediaan merupakan aset dimana kemungkinan besar akan terjadi kerugian jika perusahaan mengalami likuidasi.

Oleh karena itu, rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek tanpa mengandalkan penjualanpersediaan sangat penting artinya, dengan kata lain, seberapa banyak aset lancar dikurangi persediaan yang tersedia untuk memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo.

Tabel 2.6

Aset Lancar, Persediaan, dan Hutang Lancar

Tahun Aset Lancar Persediaan Hutang Lancar 2019 41.722.000.000 585.000.000 58.369.000.000 2020 46.503.000.000 983.000.000 69.093.000.000 2021 61.277.000.000 779.000.000 69.131.000.000

Utang Lancar adalah kewajiban keuangan jangka pendek perusahaan yang mempunyai batas jatuh tempo pembayaran kurang dari 12 bulan atau dalam siklus operasi normal. Siklus operasi juga disebut sebagai siklus kenversi kas, yang artinya waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk membeli sebuah inventaris dan mengubahnya menjadi kas dari penjualan.

Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Standar umum rata-rata industri adalah 100% (1:1) atau 1,5 kali dimana keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual persediaan bila hendak melunasi hutang lancar, tetapi dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang43.

Berdasarkan data pada tahun 2019 maka jumlah aset lancar sebesar Rp41.722.000.000 dikurang persediaan sebesar Rp585.000.000 dibagi dengan hutang lancar sebesar Rp58.369.000.000 kemudian dikali 100% maka hasil yang diperoleh sebesar 70,47%.

43Kasmir, Analisis laporan keuangan, Jakarta: Rajawali pers (2008). h 138

54

Berdasarkan data pada tahun 2020 maka jumlah aset lancar sebesar Rp46.503.000.000 dikurang persediaan sebesar Rp983.000.000 dibagi dengan hutang lancar sebesar Rp69.093.000.000 kemudian dikali 100% maka hasil yang diperoleh sebesar 65,88%.

Untuk memperoleh hasil Rasio Cepat pada tahun 2021 maka jumlah aset lancar sebesar Rp61.277.000.000 dikurang persediaan sebesar Rp779.000.000 dibagi dengan hutang lancar sebesar Rp69.131.000.000 kemudian dikali 100% maka hasil yang diperoleh sebesar 87,51%.

Tahun 2019 ketahun 2021 rasio cepat juga mengalami penurunan sebesar 4,59% dari pengurangan (70,47% - 65,88%) dan

pada tahun 2020 ke tahun 2021 rasio cepat kembali naik sebesar 21,63% menjadi 87,51%. Nilai rasio cepat tersebut dapat dikatakan rendah namun jika piutang perusahaan dapat ditagih, perusahaan dapat melunasi kewajiban lancarnya tanpa harus melikuidasi persediaan.

Untuk prinsip kehati-hatian perusahaan, maka besarnya quick ratio paling rendah adalah 150%. Artinya kewajiban jangka pendek 150% dijamin oleh aset lancar selain persediaan sebesar 150%.

Semakin tinggi nilai rasio maka menunjukkan semakin baik pula kinerja keuangan yang dicapai oleh perusahaan.

Hal ini menunjukkan bahwa pembayaran kewajiban jangka pendek yang dipenuhi aset lancar belum sepenuhnya dapat dibayarkan karena selisih aset lancar dengan persediaan yang jauh, mulai dari tahun 2019sampai dengan 2021 aset lancar terus meningkat dan persedian mengalami fluktuasi, sedangkan hutang lancar yang meningkat setiap tahun. Uraian diatas menunjukkan bahwa pembayaran kewajiban jangka pendek yang dipenuhi dengan aset lancar belum sepenuhnya dapat dibayarkan. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah jumlah persediaan dalam aset lancar yang sedikit.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berikut ini adalah pembahasan hasil analisis rasio likuiditas terhadap kinerja keuangan pada PT Telkom Indonesia Tbk. tahun 2019 sampai dengan 2021.

1. Analisis Current Ratio dalam mengukur kinerja keuangan pada PT Telkom Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

56

Kinerja keuangan PT Telkom Indonesia Tbk. dilihat melalui analisis likuiditas dengan rasio lancar (Current Ratio).

Tabel 2.7

Hasil Penghitungan Current Ratio Tahun Aset Lancar Hutang Lancar

Current Ratio

Standar Industri

2019 41.722.000.000 58.369.000.000 71,47% Kurang Baik

2020 46.503.000.000 69.093.000.000 67,30% Kurang Baik

2021 61.277.000.000 69.131.000.000 88,63% Kurang Baik

Sumber data: Data diolah

Pada tahun 2020Current Ratio sebesar 71,47%, hal ini terlihat dari hasil penghitungan pada tahun 2019 Current Ratio sebesar 67,30% naik menjadi 71,47%. Meningkatnya Current Ratio ini disebabkan karena aset lancar pada tahun 2020 meningkat dari tahun 2019, aset lancar pada tahun 2019 sebesar Rp41.722.000.000 naik menjadi Rp46.503.000.000 pada tahun 2020.

Tahun 2021 Current Ratio meningkat sebesar 88,63%, hal ini terlihat dari hasil penghitungan pada tahun 2020 sebesar 67,30% menjadi 88,63%, hal ini disebabkan karena meningkatnya aset lancar dari tahun 2020 hingga 2021 sebesar Rp46.503.000.000 naik menjadi Rp61.277.000.000.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam kurun waktu antara tahun 2019 sampai dengan 2021 Current Ratio mengalami naik turun. Pada

tahun 2019 Current Ratio PT Telkom Indonesia yaitu sebesar 71,47%, kemudian pada tahun 2020 Current Ratio sebesar 67,30%, hal ini menunjukkan bahwa current ratioturun sebesar 4,17%. Pada tahun 2021 current ratio kembali mengalami kenaikan sebesar 88,63%.

Tahun 2020 ketahun 2021 rasio lancar sebesar 21,33%. Nilai sebesar 21,33% bukan sesuatu yang bernilai material namun cukup mempengaruhi current ratio untuk tahun selanjutnya. Pembayaran kewajiban lancar yang harus dikeluarkan cukup besar terletak pada pembayaran beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi, beban penyusutan dan amortisasi, dan beban karyawan.

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diuraikan diatas dapat dijelaskan kinerja keuangan perusahaan dari rasio likuiditas PT Telkom Indonesia Tbk. berdasarkan current ratio. Kinerja keuangan PT Telkom Indonesia Tbk. sesuai dengan data hasil penelitian berdasarkan current ratio menunjukkan angka di bawah 200%. Rasio lancar (current ratio) pada tahun 2019 sampai tahun 2020 sebesar 4,17% hal ini disebabkan total aset lancar dan hutang lancar meningkat setiap tahun dan pembayaran hutang lancar masih bisa ditutupi. Ditahun yang sama aset lancar yang meningkat adalah piutang usaha yang diterima perusahaan.

Kinerja keuangan PT Telkom Indoesia Tbk. tahun 2019 sampai dengan 2021 dengan nilai current ratio berada dibawah standar industri yaitu 200%, maka dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan masih kurang baik. Hal ini telah diteliti sebelumnya (Kamriya maulana, 2019)dan (Nur Anisa Suci Ramadani, 2021), dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

58

kamriya maulana, bahwa current ratio PT. Telekomunikasi Indonesia Tbkpada tahun 2016 sampai dengan 2018 berdasarkan current ratio dinyatakan baik. Karena berdasarkan hasil perhitungan rata-rata current ratio selama 3 tahun yaitu 1,05 kali, yang artinya jumlah aktiva lancar sebanyak 1,05 kali atau1,05 : 1 antara aktiva lancar dengan utang lancar. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Anisa Suci Ramadani bahwa Rasio lancar PT Telkom Indonesia tbk. mengalami penurunan secara beturut-turut selama periode 2016 sampai dengan 2020. Hal ini menggambarkan perusahaan kurang baik dalam memenuhi kewajiban atau hutang jangka pendeknya. Rata-rata rasio lancar PT. Telkom indonesia sebesar 91,42% yang berarti angkanya tidak memenuhi standar rasio keuangan. Standar rasio lancar nilainyasebesar 100%-200%.

Berdasarkan hasil dari kedua penelitian sebelumnya dapat dilihat bahwa current ratio dari tahun 2016 sampai dengan 2018 dinyatakan baik.

Berbeda dengan hasil penelitian dari tahun 2016 sampai dengan 2020 current ratio PT Telkom Indonesia dinyatakan kurang baik, itu artinya kinerja keuangan PT Telkom Indonesiaberdasarkan current ratio mengalami kemunduran.

2. Analisis Quick Ratio dalam mengukur kinerja keuangan pada PT Telkom Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Kinerja keuangan PT Telkom Indonesia Tbk. dilihat melalui analisis likuiditas dengan rasio cepat(Quick Ratio).

Tabel 2.8

Hasil Penghitungan Quick Ratio Tahun Aset Lancar Persedia

an

Hutang Lancar

Quick Ratio

Standar Industri 2019 41.722.000.

000

585.000.

000

58.369.000.

000 70.47% Kurang

Baik 2020 46.503.000.

000

983.000.

000

69.093.000.

000 65.88% Kurang

Baik 2021 61.277.000.

000

779.000.

000

69.131.000.

000 87.51% Kurang

Baik Sumber data: Data diolah

Quick Ratio (Rasio Cepat) Adalah rasio cepat dimana ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti daripada rasio lancar karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang dianggap aktiva lancar yang sedikit tidak likuid dan kemungkinan menjadi sumber kerugian.

Tahun 2020 quick ratiosebesar 65,88%, hal ini terlihat dari hasil penghitungan pada tahun 2019 Quick Ratio sebesar 70,47% turun menjadi 65,88%. Turunnya Quick Ratioini disebabkan karena persediaan pada tahun 2020 meningkat dari tahun 2019, persediaan pada tahun 2019 sebesar Rp585.000.000 naik menjadi Rp983.000.000 pada tahun 2020.

Tahun 2021 Quick Ratio meningkat sebesar 87,51%, hal ini terlihat dari hasil penghitungan pada tahun, 2020 sebesar 65,88% menjadi 87,51%, hal ini disebabkan karena persediaan turun dari tahun 2020 hingga 2021 sebesar Rp983.000.000 turun menjadi Rp779.000.000.

60

Kinerja keuangan perusahaan dari rasio likuiditas PT Telkom Indonesia Tbk. berdasarkan quick ratio dinyatakan kurang baik. Dapat dilihat bahwa rasio cepat dari tahun 2019 sampai 2021 mengalami fluktuasi dimana terjadi kenaikan aset lancar dari tahun 2019 ke tahun 2020 sebesar Rp4.781.000.000 sedangkan dari tahun2020 ke tahun 2021juga naik sebesar Rp14.774.000.000. Aset lancar yang terusmengalami kenaikan sedangkan persediaan yang mengalami naik turun dengan kenaikan hutang lancar sehingga perbandingan antara aset lancar setelah dikurangi persediaan tidak memenuhi kemampuan perusahaan.

Hal ini telah diteliti sebelumnya (Kamriya maulana, 2019) dari hasil analisis data dengan menggunakan standar industri untuk Quick ratio adalah 1,5 kali, hal ini menunjukkan kinerja keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk berdasarkan quick ratio dinyatakan baik , berbeda dengan hasil penelitian sekarang bahwa quick ratio dari PT Telkom Indonesia dari tahun 2019 sampai dengan 2021 dinyatakan kurang baik, itu artinya kinerja keuangan PT Telkom Indonesia berdasarkan quick ratio mengalami kemunduran.

Berdasarkan hasil penghitungan analisis rasio likuiditas di atas, dapat diketahui bahwa presentase Current Ratio dan Quick Ratio PT Telkom Indonesia Tbk. pada tahun 2019 sampai dengan 2021 mengalami naik turun itu artinya kinerja keuangan PT Telkom Indonesia dinilai masih kurang baik. Hal ini sangat berguna untuk melihat kondisi suatu perusahaan, baik kondisi pada saat ini maupun dijadikan sebagai alat untuk memprediksi untuk kondisi di masa yang akan datang (forecast analyzing). Oleh karena itu, kinerja keuangan PT Telkom Indonesia pada tahun 2019

Dalam dokumen TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Halaman 64-67)

Dokumen terkait