• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

Dalam dokumen analisis yuridis terhadap tindak pidana (Halaman 60-64)

48

Dasar 1945 (UUD 1945), Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

2. Pendekatan Konseptual (conceptual approach), adalah pendekatan yang dilakukan dengan sudut pandang atau analisa dalam menyelesaikan permasalahan, sehingga dalam penelitian dilihat dari aspek konsep- konsep hukum yang melatar belakangi atau bahkan dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkadung dalam penormaan. Disamping dalam perundang-undangan, konsep hukum juga diketemukan di dalam putusan-putusan pengadilan baik lewat doktrin-doktrin dan pandangan- pandangan para sarjana, sebagaimana peneliti dapat mengidentifikasi konsep tersebut dalam perundang-undangan dan putusan pengadilan.

3. Pendekatan Kasus (case appoarch), dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan yang tetap. Maka penulis dalam penelitian ini meneliti tentang kasus studi Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor : 15/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Dps.

B. Sumber Penelitian

1. Bahan primer adalah bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya memiliki otoritas.70 Adapun bahan hukum primer terdiri dari perundang- undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan, dan putusan hakim. Dalam penulisan skripsi ini

70 Marzuki, Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, 181.

menggunakan bahan primer studi Putusan Pengadilan Denpasar Nomor :15/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Dps.

2. Bahan sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tersebut meliputi buku-buku, kamus- kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, komentar-komentar atas putusan pengadilan, skripsi, dan website/internet resmi.71

C. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini yakni begitu isu hukum ditetapkan, peneliti melakukan penelusuran untuk mencari bahan- bahan hukum yang relevan terhadap isu yang dihadapi. Karena pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah pendekatan perundang- undangan (statute approach), pendekatan konseptual (conceptual approach), dan pendekatan kasus (case approach).

Maka teknik pengumpulan datanya yaitu, peneliti menentukan masalah perlindungan hukum yang berkaitan dengan judul penelitian ini, kemudian mencari peraturan- perundang-undangan mengenai atau berkaitan dengan judul penelitian serta penelusuran buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum yang berkaitan dengan judul penelitian penulis.

D. Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum pada dasarnya tergantung pada jenis datanya, bagi penelitian hukum normatif yang bahan hukumnya terdiri dari: bahan hukum primer dan bahan hukum skunder. Maka dalam analis bahan hukum

71 Marzuki, Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,181

tersebut tidak bisa melepaskan diri dari berbagai penafsiran yang dikenal dalam ilmu hukum.72 Berdasrkan penjelasan analisa bahan hukum diatas, penulis menganalisisnya menggunakan cara pendekatan perundang- undangan (statute approach), pendekatan konseptual (conceptual approach), pendekatan kasus (case approach). Yang diperkuat dengan sumber bahan hukum yaitu primer dan skunder.

Suatu analisis yuridis normatif pada khususnya menekankan pada metode deduktif sebagai pegangan utama dan metode induktif sebagai tata kerja penunjang. Analisis normatif terutama menggunakan bahan-bahan kepustakaan sebagai sumber data penelitiann.

72 Amirudin, Zainal Azikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 181

52 BAB IV PEMBAHASAN

A. Deskripsi dan Posisi Kasus Tindak Pidana Korupsi Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Pada Kabupaten Jembrana Dalam Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 15/PID.SUS.TPK/2016/PN.DPS

Sebuah upaya tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat atau pegawai negeri yang direncanakan bersama-sama adalah sebuah tindak pidana korupsi yang adanya perencanaan sebelumnya. Sehingga ancaman pidana yang dapat diberikan akan lebih berat jika dibandingkan dengan kasus korupsi yag lainya.

Seperti sebuah kasus korupsi yang dilakukan oleh orang biasa tanpa jabatan di atur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU TIPIKOR) yang dimana Pasal 2 tersebut lebih berat dan umum dari pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU TIPIKOR) terhadap korupsi yang dilakukan oleh pejabat atau pegawai negeri yang lebih ringan hukumannya.

Dengan demikian tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat atau pegawai negeri pun bisa di pidana dengan hukuman penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 tahun dan jeda waktu paling lama 20 tahun (dua puluh tahun). Sebelum peneliti lebih lanjut dalam memberikan uraian terkait penerapan dari hukum pidana secara formil dari kasus Putusan Nomor : 15/PID.SUS.TPK/2016/PN.DPS.

1. Posisi Kasus

Berdasarkan surat putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor : 15/PID.SUS.TPK/2016/PN.DPS. Adapun kronologis peristiwa dalam duduk perkara terjadinya tindak pidana korupsi dana bantuan sosial pada Kabupaten Jembrana ini bermula dari terdakwa Prof. Drg. I Gede Winasa selaku Bupati Jembrana 2 periode pada saat itu dari tahun 2000-2010 dan menjadi Ketua Umum Yayasan Tat Twam Asi.73

Selaku Bupati Jembrana Prof. Drg. I Gede Winasa menghadiri acara dies natalis sekolah tinggi ilmu teknik jembrana (STITNA) dan serta mengajar di salah satu sekolah tinggi kesehatan (STIKES).

Sehingga pada saat itu pula terdakwa menyampaikan pemberitahuan secara lisan yang pada programnya bahwa pemerintah Kabupaten Jembrana membuat suatu program bantuan sosial berupa bantuan beasiswa Jembrana pendidikan berprestasi.

Berdasarkan penyampaian pada saat itu terdakwa tidak menyebutkan bahwa syarat-syarat untuk mendapatkan bantuan beasiswa tersebut harus memiliki kualifikasi IPK 2,5 akan tetapi dari syarat-syarat bantuan beasiswa pendidikan berprestasi tersebut sudah diatur di dalam Peraturan Bupati Jembrana Nomor 4 Tahun 2009.

Dari program Bupati Jembrana atas bantuan beasiswa pendidikan berperestasi menunjuk Diknas untuk memperosesya. Sehingga Diknas

73 Putusan Pengadilan Negeri denpasar Nomor 15/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Dps hal. 19

sendiri membentuk tim pendataan dan seleksi di tingkat Kabupaten Jembrana dengan anggota terdiri dari:

a. Dinas Pendidikan, Pemuda Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jembrana

b. Kepala Seksi Pendidikan Kecamatan se- Kabupaten Jembrana c. Kepala Sekolah se- Kabupaten Jembrana

d. Yayasan Dana Pendidikan Kabupaten Jembrana

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda Olah Raga, Pariwisata dan Kebudayaan (Dikporaparbud) Jembrana ketika itu di jabat oleh Drs. I Nyoman Suryadi dan diganti oleh Drs. Anak Agung Gede Putrayasa, M.Si. Pada saat beliau menjabat tidak pernah dilaksankan oleh masing- masing tim dalam seleksi dan pendataan bantuan beasiswa beperestasi tersebut pada periode masa jabatannya dari januari 2009 sampai dengan desember 2010 yang bergantian menjabat sebagai Kepala Dinas Dikporaparbud Jembrana.74

Sehingga pada saat itu para tim seleksi dan pendataan bantuan beasiswa pendidikan berprestasi membuat surat persyaratan pemberian beasiswa bagi mahasiswa sekolah tinggi ilmu teknik Jembrana (STITNA) dan sekolah tinggi kesehatan Jembrana (STIKES) tanpa mencantumkan syarat kualifikasi IPK kepada terdakwa, akan tetapi terdakwa pada saat itu paham dalam Peraturan Bupati Jembrana Nomor

74 Putusan Pengadilan Negeri denpasar Nomor 15/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Dps hal. 21

4 Tahun 2009 yang mensyaratkan bahwa bantuan beasiswa pendidikan berperestasi di syaratkan dengan kualifikasi IPK.75

Adapun surat yang ditandatangani terdakwa sebagai berikut:

a. Proposal bantuan beasiswa dari pihak penerima bantuan yang sudah di acc terdakwa selaku bupati

b. Hasil kajian dari Dinas Dikporaparbud yang sudah di acc terdakwa selaku bupati

c. Surat Keputusan Bupati tentang pemberian bantuan beasiswa pendidikan kepada mahasiswa

Berdasarkan hasil uraian diatas terhadap bantuan beasiswa pendidikan berprestasi dalam pencairanya dilaksanakan sesuai periode oleh mahasiswa STITNA dan STIKES masing-masing mahasiswa akan dipanggil ke bagian keuangan sekretariat daerah Kebupaten Jembrana melalui Dinas Dikporaparbud Kabupaten Jembrana, sehingga masing- masing mahasiswa yang menerima beasiswa menyetorkan dana bantuan beasiswa ke nomer rekening yang dimiliki oleh masing-masing sekolah yang ada di Jembrana. Adapun dana bantuan beasiswa bagi mahasiswa sekolah tinggi kesehatan (STIKES) dan sekolah tinggi ilmu teknik Jembrana (STITNA) yang telah dilakukan pembayaran berdasarkan atas penerbitan Surat Pencairan Dana (SP2D) sudah ada di dalam lampiran putusan 2009-2010.

75 Putusan Pengadilan Negeri denpasar Nomor 15/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Dps hal. 22

Menimbang tersedianya anggaran bantuan beasiswa pendidikan berprestasi yang tertampung dibagian ekonomi pembangunan dan sosial budaya pada sekretariat kabupaten jembrana. Pendidikan selama 1 (satu) tahun sejumlah Rp. 7.294.075,00 (tujuh milyar dua ratus sembilan puluh empat juta tujuh puluh lima ribu rupiah) dan sebelum perubahan anggaran terdapat Rp. 5.294.075.000,00 ( lima milyar dua ratus sembilan puluh empat juta tujuh puluh lima ribu rupiah).

Selanjutnya bantuan beasiswa pendidikan ini merupakan salah satu pembiayaan yang terdapat pada pos anggaran belanja bantuan sosial organisasi kemasyarakatan dengan kode anggaran 1.20.03.00.00.5.1.01.

dengan jumlah Rp. 16.419.875.000.00 (enam belas milyar empat atus sembilan belas juta delapan ratus tujuh puluh lima ribu rupiah).

Sedangkan pada tahun 2010 menurut dokumen pelaksanaan perubahan anggaran satuan kerja perangkat daerah (DPPAD-SKPD) Kabupaten Jembrana tanggal 8 oktober 2010, bantuan beasiswa pendidikan selama satu tahun sebesar Rp.7.877.247.500.00 (tujuh milyar delapan ratus tujuh puluh tujuh juta dua ratus empat puluh tujuh ribu lima ratus rupiah).76

Adapun hasil perincian penyaluran bantuan beasiswa Mahasiswa STITNA dan STIKES Kabupaten Jembrana dari tahun 2009 sampai 2010 (ada di lampiran putusan), maka hasil audit badan pengawasan keuangan dan pembangunan perwakilan Provinsi Bali Nomor : SR-627/PW22/5/2015 tanggal 23 desember 2015 menemukan

76 Putusan Pengadilan Negeri denpasar Nomor 15/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Dps hal. 24

perincian yang merugikan keuangan perekonomian negara dan daerah Kabupaten Jembrana sebesar RP.2.328.000.000.00 (dua milyar tiga ratus dua puluh delapan juta rupiah).77

2. Dakwaan Tuntutan Jaksa

Dinyatakan pihak terdakwa Prof. Drg. I Gede winasa, Jaksa Penuntut Umum terhadap dakwaan yaitu melakukan pelanggaran dari beberapa Pasal diantaranya adalah Pasal 2 Juncto, Pasal 18 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang telah diubah dan ditambah tentang perubahan atas Undang- Undang 31 Tahun 1999 Juncto, Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) Juncto, Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP).

Atas dakwaan Jaksa Penuntut Umum setelah diamati dan juga dicermati dari kasus ini serta melakukan penimbangan dan didasarkan dari banyak pertimbangan, ternyata adanya beberapa unsur dakwaan yang diberikan adalah unsur kumulatif-subsidadaritas kesatu dan kedua.

Jaksa Penuntut Umum yang dapat dibuktikan dan meyakinkan pada tindakan Prof. Drg. I Gede winasa sehingga dengan demikian, haruslah diberikan pernyataan yang bersalah dalam upaya melakukan sebuah tindak pidana sebagaimana dari hal dakwaan Penuntut Umum itu yang kemudian adanya keharusan untuk diberikan penjatuhan pidana, atas

77 Putusan Pengadilan Negeri denpasar Nomor 15/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Dps, hal 19

perbuatan yang sesuai dengan kemanusiaan, keadilan dan kepastian hukum.

B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim (Ratio Decidendi) Pada Perkara Tindak Pidana Korupsi Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Kabupaten Jembrana Dalam Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 15/PID.SUS.TPK/2016/PN.Dps

Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai badan tertinggi pelaksana kekuasaan kehakiman yang membawahi empat badan peradilan dibawahnya telah menentukan bahwa putusan hakim harus mempertimbangkan segala aspek yang bersifat yuridis, filosofis dan sosiologis.78 Maka kekuasaan kehakiman adalah badan yang selaku menentukan dan memberikan kekuatan kaidah-kaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh hakim melalui putusan-putusannya.

Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang diciptakan dalam suatu negara dan daerah, sehingga menjamin keselematan dan kenyamanan keadilaan di masyarakat.

Selanjutnya putusan hakim adalah hal puncak dan juga klimaks dari sebuah perkara yang dilakukan pemeriksaan serta mengadili.

Sehingga dengan demikian pihak hakim pun harus bisa memberikan perhatian semua hal dalam mengambil keputusan. Jika seorang hakim mengambil suatu keputusan, pihaknya akan selalu melakukan upaya agar

78 Mahkamah Agung RI, Pedoman Perilaku Hakim (Code Of Counduct), Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan, Pusdiklat Teknis, (Jakarta: Peradilan M.A R.I, 2004), 2.

segala putusannya bisa diterima secara umum dan hakim pun mendapatkan kenyamanan apabila dapat memberikan rasa puas kepada berbagai pihak yang memiliki kepentingan suatu perkara yang disebabkan oleh adanya kebenaran, keadilan yang didasari adanya pertimbangan secara legal maupun non legal.

a. Pertimbangan Hukum Hakim

Majelis hakim membuat pertimbangan agar terdakwa pada dakwaan kumulatif-subsidaritas kesatu primair tindakan terdakwa yang tertuang dan memiliki ancaman pidana sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Juncto, Pasal 18 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP Juncto, Pasal 64 ayat 1 KUHP. Dengan demikian dakwaan kumulatif- subsidaritas kedua perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 Juncto, Pasal 18 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Pasal 55 ayat 1 ke- 1 KUHP Juncto, Pasal 64 ayat 1 KUHP.

Berdasarkan dakwaan pertama primair adalah berkenaan perbuatan terdakwa melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1) Juncto, Pasal 18 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Juncto, Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP Juncto, Pasal 64 ayat 1 KUHP, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :79

1) Unsur setiap orang,

79 Putusan Pengadilan Negeri denpasar Nomor 15/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Dps, hal. 108

2) Unsur secara melawan hukum,

3) Unsur melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,

4) Unsur yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,

5) Unsur orang yang melakukan, menyuruh melakukan dan turut serta melakukan,

6) Unsur sebagai perbuatan berlanjut.

Interpretasi unsur “Setiap Orang” secara konstekstual, yang dimaksud dengan setiap orang pada unsur dakwaan disini adalah perseorangan atau termasuk korporasi sebagai subyek hukum yang telah didakwa melakukan tindak pidana korupsi dan yang dapat dipertanggungjawabkan di hadapan hukum.

Pihak yang didakwa Prof. Drg. I Gede Winasa yang kemudian dihadapkan di persidangan oleh Jaksa Penuntut Umum, pada saat memulai persidangan terdakwa memberikan pernyataan secara tegas membenarkan bahwa identitas dan keberadaan terdakwa sebagaimana identitas yang tercamtum dalam berkas perkara putusan Nomor : 15/PID.SUS.TPK/2016/PN.DPS sehingga atas dasar uraian di atas, unsur pertama yaitu “setiap orang” telah dianggap terpenuhi.80

Selanjutnya Unsur “Secara melawan hukum” atas perbuatan terdakwa prof. Drg. I Gede Winasa dalam tindak pidana korupsi dana

80 Putusan Pengadilan Negeri denpasar Nomor 15/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Dps, hal. 109

bantuan sosial, yang dimana atas perbuatan terdakwa memberikan wejangan pemberian beasiswa tanpa menyebutkan persyaratan yang telah ditetapkannya dalam peraturan yang ditandatanganinya sendiri dan anjuran terdakwa kepada pelaksana teknis agar tidak mempersulit proses pengajuan beasiswa Stikes dan Stitna, sehingga tindakan terdakwa yang melakukan intervensi kepada staff yang bertugas melakukan kajian dengan perintah agar segera mengirimkan kajian, padahal petugas tersebut telah memberitahukan kepada terdakwa bahwa banyak mahasiswa Stikes/Stitna tidak memenuhi syarat.

Sehingga Majelis Hakim mencermati dan mempertimangkan unsur yang kedua ini. Oleh sebab itu apakah perbuatan terdakwa tesebut termasuk kategori penyalah gunaan kewenangan atau tidak?.

Berdasarkan uraian di atas, maka karena salah satu unsur sifat melawan hukum tindak pidana korupsi sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tidak termasuk di dalamnya, karena ”penyalahgunaan wewenang”, dimana tindak pidana korupsi penyalahgunaan wewenang dirumuskan dan dinormakan secara khusus dan tersendiri di dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi. Sehingga dengan demikian dalam dakwaan primair tersebut tidak terpenuhi, maka unsur selanjutnya tidak urgen lagi untuk dibuktikan dan dakwaan primair Jaksa Penuntut Umum haruslah dinyatakan tidak terbukti oleh karena

itu terdakwa secara hukum harus dibebaskan dari dakwaan primair tersebut.

Selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan dakwaan kumulatif yang kedua yaitu dakwaan subsidair, yaitu terdakwa didakwa melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan Pasal 3 Juncto, Pasal 18 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang telah diubah dan ditambah tentang perubahan atas Undang-Undang 31 Tahun 1999 Juncto, Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Juncto, Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang unsur-unsurnya sebagai berikut:81

1) Unsur setiap Orang,

2) Unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,

3) Unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan,

4) Unsur dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,

Terhadap unsur “setiap orang” ini, pada pembuktian terdakwa terdahulu, yaitu dakwaan pertama primair telah dinyatakan terbukti, maka dengan mengambil alih pertimbangan dalam dakwaan tersebut

81 Putusan Pengadilan Negeri denpasar Nomor 15/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Dps, hal. 117

dan menerapkannya dalam dakwaan kedua subsidair ini, Majelis Hakim berpendapat bahwa unsur setiap orang telah terpenuhi.

Unsur “dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi”, karena unsur ini bersifat subyektif yang menunjukkan sikap bathin pelaku dari suatu tindak pidana. Di dalam ilmu pengetahuan hukum pidana, istilah dengan tujuan ini di persamakan dengan istilah “dengan maksud” sehingga istilah ini menunjuk pada sikap bathin sebagai kesengajaan, dimana suatu perbuatan maupun akibatnya sejak semula diinsyafi sebagai tujuan yang diketahui dan dikehendaki atau juga disebut dengan willens en wetens oleh pelaku.

Berdasarkan fakta-fakta persidangan, berdasarkan surat keputusan Bupati Jembrana, selanjutnya diserahkan kepada pengguna anggaran untuk menerbitkan SPM yang ditujukan kepada Kabag Keuangan selaku BUD untuk diterbitkan surat perintah pencairan dana (SP2D) yang diterima oleh masing-masing perwakilan dari mahasiswa baik dari STIKES dan STITNA keterangan saksi-saksi, dan keterangan terdakwa, serta keterkaitan dengan barang bukti yang digunakan, maka telah terungkap berbagai fakta yaitu :82

1) Pada tanggal 12 pebruari 2009 pada saat terdakwa Prof. Drg. I Gede winasa sebagai Bupati Jembrana berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.61-987 pada tanggal 31 oktober

82 Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 15/Pid.Sus.TPK/2016/PN.Dps, hal. 118

2005, telah mendatangani Peraturan Bupati Jembrana Nomor 4 Tahun 2009 sebagai dasar pelaksanaan kegiatan program pemberian beasiswa pendidikan kepada siswa SMU, SM Kajuruan Umum, dan Mahasiswa Kabupaten Jembrana tahun 2009.

2) Pada masing-masing perwakilan mahasiswa bahwa benar membawa SP2D ke Bank BPD Bali Cabang Negara selaku Bank yang ditunjuk untuk dana bantuan beasiswa dan masing-masing perwakilan mahasiswa menyetorkan ke Bank BPD Bali Cabang Negara untuk mentrasfer ke masing masing rekening STIKES dan STITNA.

3) Setelah seluruh dana bantuan beasiswa yang sudah diterima oleh kedua Sekolah Tinggi tersebut kemudian oleh Bendahara STIKES dan Bendahara STITNA Jembrana melakukan rekapitulasi penerimaan beasiswa, lalu Bendahara dua Sekolah Tinggi tersebut menyetorkan ke rekening Yayasan Tat Twam Asi Jembrana dengan Nomor : 016.02.02.02602-5 pada Bank BPD Bali Cabang Negara atas permintaan Yayasan Tat Twam asi Kabupaten Jembrana Prof. Drg. I Gede winasa yang juga ketika itu menjabat sebagai Bupati Jembrana, untuk biaya operasional kedua Sekolah tinggi tersebut disarankan untuk mengajukan Rencana Anggaran Belanja (RAB) ke Yayasan Tat Twam Asi.

4) Di dalam persidangan tidak dapat dirinci secara detail beberapa jumlah dana yang keluar dari rekening Yayasan Tat Twam Asi

untuk biaya operasional STIKES dan STITNA Jembrana, akan tetapi berdasarkan bukti SP2D Yayasan Tat Twam Asi telah menerima dana beasiswa dari STIKES dan STITNA Jembrana sebesar Rp.4.059.000.000,00 (empat milyar lima puluh sembilan juta rupiah) termasuk diantaranya termasuk bantuan beasiswa yang tidak memenuhi syarat sebesar Rp.2.322.000.000.00 (dua milyar tiga ratus dua puluh dua juta rupiah) sebagaimana hasil temuan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPKP) sudah terlampir dalam putusan.

Unsur “menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan”, menimbang bahwa unsur ini terdiri dari beberapa sub unsur yang bersifat alternatif, yang mengatur tentang cara bagaimana perbuatan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi tersebut dilakukan, sehingga apabila salah satu elemen unsur dimaksud telah terpenuhi maka keseluruhan unsur dimaksud disini telah terpenuhi.

Unsur “dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara”, bahwa kerugian negara yang dimaksud disini adalah kerugian yang dialami oleh Negara sebagai akibat yang timbul dari perbuatan penyalahgunaan wewenang dalam perilaku dan dalam penyelenggaraan pemerintah negara. Berdasarkan di dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 telah menegaskan

bahwa keuangan negara adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena : 1) Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban

Pejabat Negara, baik ditingkat pusat maupun daerah.

2) Berada dalam pengurusan dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan, Badan Hukum dan perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara.

Dengan demikian berdasarkan uraian pertimbangan dalam unsur point 3 sebelumnya, telah menguraikan tentang telah terjadinya penyalahgunaan kewenangan, oleh karena itu unsur dapat merugikan keuangan negara dan perekonomian negara telah terpenuhi.

Berdasarkan atas keseluruhan unsur-unsur pertimbangan hakim yang sudah di uraikan di dalam persidangan, maka selanjutnya Penasihat Hukum terdakwa dan terdakwa sendiri yang pada pokoknya mohon agar terdakwa dibebaskan dari segala dakwaan, sebagaimana Materi Pledoi Penasehat Hukum terdakwa sudah ada di (dalam lampiran putusan).

Maka setalah Majelis mencermati materi Pledoi dari Penasihat Hukum terdakwa maupun terdakwa sendiri, bilamana pula dikaitkan dengan bukti yang diajukan terdakwa yang sifatnya meringankan diri terdakwa, Majelis berpendapat bahwa Penasehat Hukum terdakwa

Dalam dokumen analisis yuridis terhadap tindak pidana (Halaman 60-64)

Dokumen terkait