• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

G. Metode penelitian

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Penulis menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan peristiwa terkini.

Ini menyangkut deskripsi, pencatatan, analisis dan interpretasi kondisi saat ini, baik yang terjadi atau yang ada. Dengan kata lain, peneliti deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keadaan saat ini. Mengingat pekerjaan ini merupakan pekerjaan lapangan, dalam hal ini penulis menggunakan metode fokus penelitian. Penelitian ini berfokus untuk mengeksplorasi bagaimana rasa percaya diri meningkatkan kemampuan beradaptasi sosial remaja penyandang disabilitas

35 Sutan Suriya & M. Hariwijaya, Tes Buku Dan Kepribadian, (Yogyakarta: Pt.

Citra Aji Prama, 2012), H. 2

36T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa,. . ., H.98

24

fisik di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Mataram. Fokus penelitian ini harus ditetapkan karena keterbatasan personel, waktu, dan kemungkinan keuangan. Data dikumpulkan selama survei lapangan.

2. Subjek Peneliti

Penelitian dilaksanakan di SLB (Sekolah Luar Biasa) Negeri 1 Mataram.Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah memudahkan peneliti dalam mendapatkan data karena sebelumnya peneliti pernah melakukan observasi disana untuk memenuhi tugas mata kuliah atau PKL. Sedangkan untuk kelas tunadaksa SMA Christofel Noel Wita, Apriana Fajri dan I Gede.

Dua dari siswa ini termasuk dalam katagori ketunadaksaan riang, sedangkan yang satu dikatagorikan ketunadaksaan berat. Tiga dari siswa ini mengalami ketunadaksaan dari sejak lahir seperti Noel yang tangannya yang masih kaku di bagian persendian, mulutnya kalau ngomong seperti dibilang miring sehingga ngomong kadang engga jelas,kadang jelas tapi enggasih sejelas ngomong orang normal pada umumnya. Sama halnya dengan Fajri tangnya yang masih kaku di bagaian persendian dan kalau ngomong juga kadang engga jelas, kadang jelas dua anak ini yang di katagorikan ketunadaksaan riangan. Kalau Gede persendian lehernya yang kuraang terlalu menunduk, tangnya juga masih dibilang berat kekakuanya seperti kalau nulis tangnya diatas meja kakinya juga ikut diatas tangan itu seperti saling menyusun antar tangan dibawa teru kaki diatasnya dan ngomongya juga kurang jelas.

3. Jenis dan sumber data

Penelitian ini jenis datanya yaitu data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber aslinya yaitu sekolah yang menjadi obyek penelitian berupa kata- kata atau tindakan dan informan.37Data skunder adalah sumber

37 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi Dan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm.

122.

25

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. 38

Data primer, sumber data diperoleh langsung dari sumber aslinya.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara pada orang tua siswa dan observasi untuk pengumpulan data.

Data sekunder, sumber daya diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, seperti buku, jurnal catatan yang telah tersusun dalam arsip dan lainya yang dimiliki oleh SLB (Sekolah Luar Biasa) Negeri 1 Mataram yang berkaitan dengan kepercayaan diri untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sosial pada remaja tuna daksa di sekolah luar biasa (Slb) Negeri 1 Mataram.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan antara lain yaitu:

a. Obsevasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Bentuk observasi yang digunakan peneliti adalah observasi non partisipatif.

Observasi non partisipan dilakukan oleh peneliti yang mengunjungi SLB (sekolah luar biasa) secara langsung.

b. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih saling berhadapan dan mendengar informasi atau informasi secara langsung.39

Teknik wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara tidak terstruktur. Artinya, peneliti tidak mengkaji terlebih dahulu pedoman pertanyaan yang diajukan kepada informan.

c. dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata document yang berarti dokumen. Dalam metode dokumentasi, peneliti menggali

38 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2008), Hlm. 225.

39Ibid, hlm. 83.

26

bagaimana guru dapat meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial remaja tunagrahita ini.

5. Metode analisis data

Dikutip oleh Lexie, seperti yang dijelaskan Patton. J.

Moeloeng menyatakan bahwa analisis data mengatur urutan data dan mengaturnya ke dalam pola, kategori dan unit dasar deskripsi. Untuk menganalisis data yang ada, peneliti menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Artinya, kami menganalisis data sebagaimana adanya, menganalisisnya terhadap kritik terhadap data, dan mencari jalan keluar.40

Proses analisis data ini dimulai dengan menyusun data yang terkumpul berdasarkan urutan pembahasan yang direncanakan sehingga peneliti memahami realitas yang ada dan membuat interpretasi yang cukup untuk menarik kesimpulan.

6. Teknik Validitas Data

Validitas data dilakukan dengan beberapa teknik, diantaranya yaitu:

a. Kecukupan Refrensi

Bahan referensi untuk melakukan penelitian adalah bahan tertulis, catatan arsip, dan buku tentang pertanyaan penelitian yang berfungsi sebagai alat untuk menggabungkan dan mengadaptasi ulasan tertulis untuk tujuan evaluasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pencarian terus menerus terhadap referensi yang ditemukan dan dianggap relevan dengan penelitian, dan setelah referensi ditemukan dan dianggap relevan dengan topik penelitian, referensi tersebut diidentifikasi dalam penelitian ini.

b. triangulasi

Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber atau dari sumber lain. Ini dilakukan:

40Ibid., h. 139

27

1) Membandingkan data hasil wawncara yang satu dengan hasil wawncara yang lain; membandingkan hasil dokumentasi yang satu dengan dokumentasi yang lain.

2) Memeberikan hasil wawncara dengan hasil dokumentasi, membandingkan data hasil wawncara dengan data obsevasi, dan membandingkan data hasil dokumentasi dengan data obsevasi. 41

H. Sistematik pembahasan

Karya ini disusun secara sistematis sebagai berikut.

Bab I, Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah dan kegunaan, ruang lingkup dan konteks penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bagian II berisi alasan, yaitu tinjauan terhadap sumber-sumber perpustakaan, dan menjadi sudut pandang peneliti. Ini tentang pengembangan rasa percaya diri anak cacat yang bersekolah di SLB Mataram di Provinsi 1.

Bagian III, Penyajian Data. Bab ini merupakan penyajian lengkap data penelitian pada fokus penelitian. Bab ini berisi tentang:

Sekilas tentang sejarah dan perkembangan Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Mataram. Letak geografis, fasilitas, struktur, organisasi, visi, misi dan tujuan, pendidikan (guru). Pengembangan rasa percaya diri pada remaja penyandang disabilitas fisik di SLB Negeri 1 Mataram.

Bab IV penutup.Bab ini berisi kesimpulan dan saran.Kesimpulan merupakan suatu ringkasan dari seluruh kajian, sedangkan saran merupakan rekomendasi pemikiran peneliti terkait dengan permasalahan yang diteliti.

41Ibid.

28 BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah SLB Negeri 1 Mataram

Sehubungan Program Rencana Strategi dari Kementerian Negara Republik Indonesia yaitu di Direktorat pembinaan Sekolah Luar Biasa mengharapkan agar setiap kabupaten kota harus memiliki sekolah luar biasa negeri. Karena di kota Mataram sampai tahun 2004 belum memiliki SLB negeri. Sehingga Direktorat PSLB menawarkan bahwa kota Mataram supaya mengajukan proposal untuk dibangun Uint Sekolah Baru untuk SLB Negeri. Akhirnya pada tahun 2004 dapat menyelesaikan proposal sehingga berdirilah SLB Negeri Pembina Mataram di jl.

Adi Sucipto No. 42, Kelurahan Pejarakan Karya, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Povinsi Nusa Tenggara Bara, dengan luas tanah 15.081 m dan luas bangunan 7865,6 m. SLB Negeri pembinan diresmikan pada tanggal 26 februari 2005 oleh Bapak Drs. H.B. Thamrin Rayes dan kepala sekolah yang menjabat saat itu adalah Bapak Mardiyono, SE. kemudian di tahun 2018 SLB Pembina Mataram berubah nama menjadi SLB Negeri 1 Mataram dengan kepala sekolah dijabat oleh Bapak Drs. Agung Wijayanto, M.Phil. SNE.42

42PPT Profil SLBN 1 Mataram

29 2. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SLB NEGERI 1 MATARAM

3. Visi dan Misi a. Visi

Terwujudnya pelayanan pendidikan yang optimal, berkarakter, mandiri, dan berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Misi

1) Memberikan pelayanan yang optimal bagi anak berkebutuhan khusus.

2) Meningkatkan mutu pendidikan luar biasa melalui penanaman imtaq.

3) Memberikan peserta didik memiliki pribadian yang mencintai tanah air dan lingkungan

4) Mewujudkan peserta didik yang dapat menerfapkan nilai yang disiplin komunikatif, cinta lingkungan dalam

30

kehidupan sehari-hari di sekolah, keluarga maupun masyarakat.

5) Mempersiapkan peserta didik agar berpengetahuan dan berkeperibadian serta mempunyai keterampilan untuk hidup mandiri dalam menghadapi perkembangan terknologi dalam era globalisasi.

6) Membentuk peserta didik memiliki etos kerja dan daya juang yang professional dan bertanggung jawab.

7) Memebentuk pribadi peserta didik yang mampu bekerja sama, solidaritas dan anti kekerasan.

4. Keadaan Peserta Didik

a. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di SLB Negeri 1 Mataram:

1) Tunanetra

2) Tunarungu/wicara 3) Tunagrahita 4) Tunadaksa 5) Autis

b. Jenjang pendidikan

1) TKLB : Tamat Kanak Luar Biasa 2) SDLB : Sekolah Dasar Luar Biasa

3) SMPLB : Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa 4) SMLB : Sekolah Menengah Luar Biasa.43

Tabel 2.1

Jumlah Peserta Didik SLB Negeri 1 Mataram Kekhususan TKLB SDLB SMPLB SMALB Total

Tunanetra 1 1

Tunarungu 2 20 5 7 34

Tunagrahita 56 28 18 102

Tunadaksa 3 2 3 8

Autis 20 3 6 20

Jumlah 2 100 38 34 174

Sumber : TU SLB NEGERI 1 Mataram

43 Ibid

31

5. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Keadaan Tenaga Pendidika

Tabel 2.2

Keadaan Tenaga Pendidikan SLB Negeri 1 Mataram No Status

Pendidikan

Laki- laki

Perempuan Jumlah

1 Guru Tetap (PNS) 8 11 19

2 Guru Depak - - -

3 Guru Tidak Tetap 4 11 15

4 Guru Bantuan - - -

Jumlah 12 22 34

Sumber : TU SLB NEGERI 1 Mataram 6. Data Informan

Tabel. Data Informan 2.3

No Keterangan Informan I Informan II Informan III

Informan IV 1. Nama

Informan

Ibu Cici Wulandari

Bapak Inengah Yudistra

Ibu Cherly

Ibu Aton

2 Pendidikan Terakhir

S.pd SMA

Sederajat

SMA Sederajat

SD Sederajat 3. Jabatan Guru Wali

kelas

Orang tua murid I Gede

Orang tua murid Christofel noel wita

Orang tua murid Apriana fajri B. Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan

Kemandirian di Lingkungan Sosial Pada Remaja Tuna Daksa di Sekolah Luar Biasa (Slb) Negeri 1 Mataram

Adapun metode demonstrasi dalam meningkatkan kemandirian di lingkungan sosial pada remaja tuna daksa di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Mataram maka dalam bab ini peneliti akan

32

memaparkan hasil wawancara dengan guru kelas tuna daksa berdasarkan beberapa aspek dari penerapan metode demonstrasi di SLB Negeri 1 Mataram.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan selaku guru wali kelas Ibu Cici Wulandari terkait aspek penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemandirian di lingkungan sosial pada remaja tunadaksa sebagai berikut:

Ya tentunya saya sebagai guru menggunakan metode tersebut.Alasan saya menggunakan metode demonstrasi ini supaya anak bisa ikut terjun langsung dan menyaksikan langsung materi pembelajaran yang guru demonstrasikan seperti kehidupan dilingkungan sosial. Menurut saya metode demonstrasi ini bisa tersampaikan dengan baik kepada anak- anak memang jauh lebih paham jika materi ini didemonstrasikan kalau kita jelaskan saja pasti susah sekali harus berulang kali-kali pun kadang mereka belum paham intinya sangat membantu memang metode demonstrasi ini supaya guru mempermudah materi pembelajaran.dan anak- anak juga bisa paham secara baik. Dan juga tentunya disini dek setiap guru tentu mempunyai hambatan dalam mendemonstrasikan pelajaran akan tetapi tidak semua materi bisa didemonstrasikan mungkin ada beberapa materi yang tidak bisa didemonstrasikan karena materi itu sipatnya abstrak dan susah untuk demonstrasikan jadi kadang kita tayangkan vidio atau kita contohkan dengan hal yang lain atau memang tidak bisa kita hadirkan langsung benda aselinya untuk demonstrasi kaya gitu jadinya tindak semua materi bisa menggunakan metode demonstrasi ini.44

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa di SLBN 1 Mataram setiap guru menggunakan metode demonstrasi dalam proses pemberian pembelajaran, termasuk guru tuna daksa juga menggunakan metode tersebut. adapun tujuan penggunaan metode ini agar anak lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru meskipun harus dilakukan secara berulang-ulang.

Berdasarkan hasil observasi peneliti dilapangan, peneliti menemukan adanya penggunaan metode demonstrasi yang digunanakan guru

44Ibu Cici Wulandari, (Wali Kelas) Wawancara, Mataram, 21 Juli 2022.

33

dalam memberikan atau menyampaikan materi kepada anak tuna daksa remaja di SLBN 1 Mataram.Metode tersebut biasa digunakan guru dengan menggunakan media atau alat peraga berupa vidio atau lainya.45

Selanjutnya adapun penjelasan Ibu cici terkait langkah-langkah penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemandirian di lingkungan sosial pada remaja tunadaksa sebagai berikut:

Biasanya untuk langkah-langkah metode demonstrasi ini pertama guru harus mempersiapkan dulu, melihat kondisi anak, melihat kesiapan anak dalam belajar anak ini bisanya sampai dimana kekurangan kerugianya apalagi kita sudah asesmen kita sudah tau kondisi anak baru kita tentukan materinya atau kita siapkan materinya, materinya seperti apa yang mau didemonstrasikan berarti materi ini suda pasti bisa didemonstrasikan kita siapkan materi itu dengan mateng, kita siapkan medianya alat dan bahannya. Setelah itu untuk pada pelaksananya kita siapkan kondisi anaknya maksunya jangan sampai anak ini sakit atau apa, jangan sampai anak ini memang lagi engga mood, nah itu kita jelaskan pada anak materi hari ini tentang apa,tujuannya iniistilahnya kita memotivasi duluanak sebelum kita mulai pemebelajaran setelah itu kita peraktekan materi itu secara untuh, setelah di peraktekan baru kita evaluasimateri yang kita demonstrasikan. kemudian ketika anak engga paham dalam materi yang di demonstrasikan kita akan mengulangi lagi dan kita cari tahu kesalahan dimana, ini kenapa ko belum paham mungkin medianya salah, mungkin penyampainya yang kurang tepat, mungkin bahasanya yang kurang baku atau bahasanya yang kurang mudah dimengerti atau kondisi anak yang memang kurang fit, mungkin pikiranya kemana.46

Berdasarkan hasil wawancara diatas terkait aspek langkah- langkah penerapan metode demonstrasi dapat disimpulkan bahwa guru harus mempersiapkan materi maupun media yang akan diberikan terlebih dahulu, melihat kondisi anak dan melihat kesiapan anak agar apa yang disampaikan guru dapat diterima anak dengan maksimal.

Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan, bahwasanya guru

45Syafi’I, Observasi Remaja Tunadaksa, 23 Juli 2022.

46 Ibu Cici Wulandari, (Wali Kelas) Wawancara, Mataram, 21 Juli 2022.

34

selalu menyiapkan media terlebih dahulu selanjutnya guru menanyakan kondisi anak setiap akan melakasanakan proses pembelajaran.47

C. Hasil Dari Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Kemandirian di Lingkungan Sosial Pada Remaja Tuna Daksa di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Mataram

Hasil dari Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Kemandirian di Lingkungan Sosial Pada Remaja Tuna Daksa di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Mataram yang dilakukan oleh guru kelas terhadap siswa kelas tuna daksa berdasarkan wawancara dengan orang tua siswa sebagai berikut.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan pertama Bapak Inengah Yudistra orang tua dari Gede menyatakan sebagai berikut:

Iya dek, biasanya anak saya dalam memulai hal baru semangatnya sangat tinggi contohnya seperti jalan, ngomong dll, karna dulu sebelum masuk sekolah SLB ini anak saya menggunakan kursi roda sekarang banyak perubahan.Adapun bimbingan yang saya berikan setiap hari kepada anak saya dek dalam keseharinya itu seperti ketika makan ambil sendok sendiri, mengerjakan tugas rumah dan lainnya.Akan tetapi, anak saya ini masih di arahkan, tetap di kontrol dan di damping karna tangan masih kaku untuk melakuan sesuatu.Begitupun dalam hal merawat dirinya seperti mandi masih dimandikan karna tanganya anak saya masih kaku untuk melakukan hal tersebut. Kalau saya pribadi dek biasanya apa yang anak saya dapatkandi sekolah saya ajarkan itu juga saya terapkan kembali dirumah supaya anak bisa bersungguh-sungguh dan terbiasa melakuan kegiatan apapun secara mandiri.Kalau untuk pergaulannya saya membebaskan anak saya untuk bergaul dengan siapa saja, tapi kalau misalkan untuk melakukan sesuatu sendiri dilingkungan sosial sendiri belum bisa jadi anak saya hanya membiarkan untuk selalu berada dilingkungan rumah saja. Berhubung juga rumah saya kan dipinggir jalan48

47 Syafi’I, Observasi Remaja Tunadaksa, 23 juli 2022.

48Bapak Inengah Yudistra, (Orang tua I gede) Wawancara, Mataram, 24 juli 2022.

35

Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua siswa diatas dapat diketahui bahwa anaknya yang bernama Gede sudah mandiri dalam mengambil sendok, minum dan lainnya.Hanya saja dalam hal merawat diri sendiri dan melakukan kegiatan sosial dilingkungan tempat tinggal anak belum dapat melakukan secara mandiri.Karena anak masih harus tetap dalam pengawasan orang tua.Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa Gede belum dapat melakukan sesuatu secara mandiri, anak masih harus tetap diawasi.49

Berikut hasil wawancara dengan informan kedua Ibu Cherlyorang tua dari Noel menyatakan sebagai berikut:

Iya dek anak saya kalau saya berikan tugas mampu dia kerjakan dengan baik cuman agak terlambat jadinya waktunya panjang tapi semua dia mau untuk mengerjakannya.Iya dek anak saya semangatnya sangat tinggi untuk memulai hal baru.Bimbingan yang saya berikan dek kepada anak saya sepereti terapi atau melakukan sesuatu berulang-ulang setiap hari dengan sendirinya contohnya seperti bangun tidur saya suruh untuk ngerapiin tempat tidurnya, menyapu kamarnya tiap pagi dan mengeluarkan bekas mandi seperti kain atau handuk untuk dijemur diluar ini dilakukan setiap hari.Iya dek kalau merawat dirinya seperti mandi atau bersih-bersih dirinya, kemudian nyapu, ngepel, lipat pakian, jemur pakaian, dll tapi yang ringan atau yang sedang-sedang dan juga yang bisa dia kerjkan.bisa dia lakukan dengan sendirinya dan makan juga dengan sendirinya cuma ngancingi baju belum bisa soalnya jari tanganya masih kaku untuk memasukan ke lubang yang kecil itu.Iya dek anak saya bisacontohnya seperti saling tegur sapa di lingkungan sosial tanpa sadar kan melakukan dengan sendirinya. Tapi kalau mengerjakan sesuatu yang sulit baru di bantu apalagi untuk motoriknya tangan kanannya kita bantu seperti buka bungkus emi, tali sepatu dan masang kancing baju masih di bantu..50

Berdasarkan hasil wawancara ibu Cherly selaku orang tua dari Noel dapat disimpulkan bahwa anaknya dapat melakukan kegiatan secara mandiri seperti membantu temannya, mandi, lipat pakaian,

49Syafi’I, Observasi Remaja tunadaksa, Mataram, 25 Juli 2022.

50 Ibu Cherly Wawancara,(Orang tua Christofel Nowel Witak) Pada Tanggal 26 Juli 2022

36

jemur pakaian, makan, minum sendiri, dan hal lainnya yang kehidupannya sehari-hari dilingkungan sosial. Akan tetapi, kalau untuk melakukan pekerjaan berat ananknya belum bisa melakukan secara mandiri termasuk mengkancing dan membuka kancing baju.Hal tersebut karena, untuk motorik tangan kanannya masih kaku sehingga anak masih harus dibantu sesekali orang tuanya. Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan bahwa Noel dapat melakukan sesuatu secara mandiri seperti dia suka membantu temannya yang menggunakan kursi roda, bergaul sama teman-temannya dia dapat menulis sendiri dan lain-lain.51

Selanjutnya hasil wawancara peneliti dengan ibu Aton selaku orang tua dari Pandi menyatakan sebagai berikut:

Iya dek anak saya mampu untuk melakukannya contohnya seperti menyapu anak saya bisa dia lakukan, saya sebagai orang tua juga harus tau seperti apa tugas yang saya berikan kepada anak saya dilihat dari kodisi tanganya yang masih kaku yang bisa dia lakukan saja yang saya suruh.Dia sangat bersemangat dalam memulai hal baru terutama dirinya yang kurang dari segi fisik tapi semangatnya yang tinggi untuk hal baru.Bimbingan yang saya berikan kepada anak setiap hari itu seperti memakai baju sendiri,mandi sendiri seperti itu yang saya berikan kepada anak saya supaya dia mandiri untuk melakukannya. Untuk pergaulannya saya mengizinkan dia bermain sama temen-temennya yang ada di lingkungan sosial sekitarnya, sampe-sampe anak saya ini kalau udah di izinkan untuk bermain sama temen-temnnya jarang dirumah. Biasanya anak saya ketika ingin melakukan sesuatu dia akan berinisiatif dengan sendirinya tanpa harus disuruh seperti bersih rumah, menyapudan lain-lain. Kalau dalam hal merawat diri anak saya bisa merawat dirinya seperti mandi setelah mandi pasang pakaian secara teratur mengerjakannya, yang engga bisa anak saya cuma sikat gigi karna tangannya masih kaku baru saya bantu kalau itu.untuk di lingkungan sosial anak saya aktif bergaul dengan teman-temannya, seperti bermain bola, bermain game dengan temannya.52

51Syafi’I, Observasi Remaja tunadaksa, Mataram, 25 Juli 2022.

52 Ibu Aton Wawancara, (Orang tua Apriana Fajri) Pada Tanggal 29 juli 2022

37

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Aton selaku orang tua dari Pandi dapat disimpulkan bahwa Pandi merupakan anak yang aktif dan dapat melakuka kegiatan apapun secara mandiri.Seperti menyapu rumah, mandi, makan dan hal lain sebagainya. Begitupun dilingkungan sosial pandi ini dapat bersosial dengan baik, ia dapat bermain bola dan bermain game dengan teman-temanya.Adapun hasil observasi peneliti menemukan bahwa Pandi dapat melakukan pekerjaan atau kegiatan secara mandiri. Dimana dia aktif dalam bermain bola, komunikasi dengan temannya, ia dapat menulis sendiri, dan hal lainnya.53

53Syafi’I, Observasi Remaja tunadaksa, Mataram, 25 Juli 2022.

38 BAB III PEMBAHASAN

A. Analisis Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Kemandirian Di Lingkungan Sosial Pada Remaja Tuna Daksa Di SLB Negeri 1 Mataram

Berdasarkan topik pembahasan yang peneliti uraikan pada bab sebelumnya, peneliti melakukan suatu metode bagi guru untuk menggunakan beberapa langkah untuk meningkatkan kemandirian dalam lingkungan sosial remaja penyandang disabilitas dari SLBN 1 Mataram. Berikut langkah-langkah demonstrasinya:

Seperti yang diutarakan Nana Sudjana, metode demonstrasi umumnya dilakukan pada tahap persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebelum menerapkan metode demonstrasi pada remaja penyandang disabilitas, guru harus melakukan beberapa langkah, seperti: :. Persiapan pasca pelaksanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut metode demonstrasi.

1. Persiapan

Berdasarkan hasil analisis data peneliti menemukan adanya persiapan yang dilakukan oleh guru wali kelas terkait metode demonstrasi yang akan di berikan pada remaja tunadaksa guna untuk meningkatkan kemandirian remaja tunadaksa di lingkungan sosial. Adapun bentuk persiapan yang dilakukan guru yaitu:

a. Guru menyiapkan materi yang akan disampaikan pada anak.

b. Guru menyiapkan alat peraga yang akan digunakan seperti berupa benda, video ataupun contoh nyata yang terjadi dilingkungan.

2. Pelaksanaan

Berdasarkan hasil analisis data peneliti menemukan benar adanya pelaksanaan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemandirian pada remaja tunadaksa di lingkungan sosial. Adapun pelaksanaan yang diterapkan guru sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode demonsttrasi yang dimana guru menyiapkan media yang diperlukan seperti video, dan benda-benda yang mendukung.

Dokumen terkait