A. Analisis Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Kemandirian Di Lingkungan Sosial Pada Remaja Tuna Daksa Di SLB Negeri 1 Mataram
Berdasarkan topik pembahasan yang peneliti uraikan pada bab sebelumnya, peneliti melakukan suatu metode bagi guru untuk menggunakan beberapa langkah untuk meningkatkan kemandirian dalam lingkungan sosial remaja penyandang disabilitas dari SLBN 1 Mataram. Berikut langkah-langkah demonstrasinya:
Seperti yang diutarakan Nana Sudjana, metode demonstrasi umumnya dilakukan pada tahap persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebelum menerapkan metode demonstrasi pada remaja penyandang disabilitas, guru harus melakukan beberapa langkah, seperti: :. Persiapan pasca pelaksanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut metode demonstrasi.
1. Persiapan
Berdasarkan hasil analisis data peneliti menemukan adanya persiapan yang dilakukan oleh guru wali kelas terkait metode demonstrasi yang akan di berikan pada remaja tunadaksa guna untuk meningkatkan kemandirian remaja tunadaksa di lingkungan sosial. Adapun bentuk persiapan yang dilakukan guru yaitu:
a. Guru menyiapkan materi yang akan disampaikan pada anak.
b. Guru menyiapkan alat peraga yang akan digunakan seperti berupa benda, video ataupun contoh nyata yang terjadi dilingkungan.
2. Pelaksanaan
Berdasarkan hasil analisis data peneliti menemukan benar adanya pelaksanaan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemandirian pada remaja tunadaksa di lingkungan sosial. Adapun pelaksanaan yang diterapkan guru sebagai berikut:
a. Guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode demonsttrasi yang dimana guru menyiapkan media yang diperlukan seperti video, dan benda-benda yang mendukung.
39
b. Guru memperhatikan keadaan anak sebelum memulai pembelajaran, apakah anak dalam keadaan sehat atau tidak.
Agar media dapat tersampaikan dan diterima dengan baik oleh remaja tunadaksa.
c. Guru selalu bisa menciptakan suasana yang harmonis agar anak nyaman ketika menerima pembelajaran.
d. Guru juga memberikan kesempatan pada anak apabila anak tidak paham, maka anak di izinkan untuk bertanya.
3. Tindak lanjut
Tindak lanjut yang dimaksud ketika diberikan pembelajaran melalui metode demonstrasi selesai diterapkan guru meninjau kembali sejauh mana hasil demonstrasi dipahami oleh remaja tunadaksa. Dengan cara bertanya, atau dengan cara menyuruh anak untuk memperagakan kembali apa yang disampaikan guru tadi. Apabila remaja tunadaksa paham dengan apa yang disampaikan dan diperagakan oleh guru, artinya anak paham dengan cara atau metode yang digunakan. Akan tetapi apabila anak belum paham dengan materi atau pembelajaran yang disampaikan melalui metode demonstrasi, berarti guru harus mengulang kembali atau menggunakan media lain yang lebih mudah untuk dipahami anak tunadaksa.
B. Analisi Hasil Dari Penerapan Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Kemandirian di Lingkungan Sosial Pada Remaja Tuna Daksa di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Mataram
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemandirian sosial pada remaja tunadaksa di SLBN 1 Mataram menujukan hasil yang baik. Dimana sebelum menggunakan metode tersebut remaja tunadaksa di SLBN kesulitan dalam memahami apa yang dimaksud dengan kemandirian seperti melakukan sutu kegiatan secara mandiri, yaitu bekerja sendiri, misalnya menyelesaikan tugas sendiri, bekerja secara teratur, bekerja keras dan bersungguh-sungguh, meupun kreatif. Selanjutnya kemandirian sosial seperti cara bergaul dan berkomunikasi baik dengan orang lain. Bertanggung jawab seperti ketika melakukan kesalahan anak langsunsung meminta maaf, atau ketika mendapatkan sesuatu anak langsung mengucapkan terimakasih
40
dan hal lainnya.Namun, ada juga anak yang masih belum mandiri baik dalam pekerjaan, bergaul, bertanggung jawab maupun berkomunikasi dengan temannya.
Berdasarkan data yang didapatkan, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, subjek atas nama Noel diketahui mampu bekerja sendiri secara kreatif hal tersebut dilihat melalui kesadaran dan kemampuan noel dalam membantu teman kelasnya yang menggunakan kursi roda. Disamping Noel juga dapat bekerja secara teratur yang dimana hal tersebut, dapat dilihat ketika Noel berada di sekolah ia melakukan kegiatan membersihkan lingkungan sekolah dan maupun ruang kelas dan juga bagaimana ia mampu menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
Selain disekolah, Noel juga mampu bekerja secara teratur dirumah seperti membersihkan kamar, membersihkan diri dan hal lainnya.
Kemudian Noel ini juga mampu bergaul dengan teman-temanya, baik temannya di lingkungan sekolah maupun temannya dilingkungan rumah. Hal tersebut, dilihat melalui bagaimana Noel ini berkomunikasi serta bermain dengan temannya.
Kedua, subjek atas nama Pandey dikenal mampu bekerja mandiri dan kreatif tanpa menunggu atau mengambil keputusan sendiri. Hal itu dapat dilihat melalui kesadaran Pandi yang juga suka membantu mendorong temannya yang duduk di kursi roda, ia juga suka membersihkan papan tulis apabila melihat papan tersebut kotor, serta membersihkan kelas seperti menyapu dan merapikan kursi dan meja dikelas. Selain di sekolah, Pandi juga merupakan kreatif dirumah. Dimana ketika ia berada dirumah ia selalu membersihkan rumah, merapikan tempat tidur, dan kegitan lainnya tanpa harus diminta oleh orang tuanya. Kemudian dalam hal bergaul Pandi ini mampu bergaul baik dengan teman-temannya hal itu dilihat dari Pandi yang aktif bermain bola, bermain game, dan bercanda dengan temannya. Disamping itu, pandi juga mampu bekerja keras dan bersungguh-sungguh, hal itu dapat dilihat melalui ketika mendapatkan tugas ia mampu menyelesaikan dengan cepat dan tepat waktu, ketika diberikan permainan oleh guru ia yang paling aktif dan cekatan dalam menyelesaikan permainan tersebut. Diketahui Pandi ini juga dapat bertanggung jawab hal itu dapat dilihat ketika melakukan kesalahan
41
anak langsunsung meminta maaf, atau ketika mendapatkan sesuatu anak langsung mengucapkan terimakasih dan hal lainnya.
Ketiga, subjek atas nama Gede diketahui remaja tunadaksa ini belum bisa bekerja secara mandiri, hal itu, dilihat dari Gede yang masih harus diarahkan dan dibantu dalam mengerjakan sesuatu, baik pekerjaan rumah mapun pekerjaan sekolah. Kemudian ia belum mampu bekerja keras, itu dapat dilihat dari Gede yang terlihat sulit dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru disekolah.
Selanjutnya ia juga belum bisa bergaul dengan baik, dimana Gede belum bisa berkomunikasi, ia hanya akan terdiam ketika berkumpul dengan temannya.
Metode demonstrasi pada penelitian ini bisa membantu pada hal menaikkan kemandirian remaja pada lingkungan sosial, hal ini sinkron menggunakan jurnal penelitian yg sudah dilakukan dalam tahun 2016 sang Helina menggunakan judul Meningkatkan Kemandirian Melalui Metode Demonstrasi Pada Anak Usia 5-6 Di Tk Aba 010 Cabang Kuok Kabupaten Kampar output berdasarkan penelitian tadi menyatakan adanya peningkatan kemandirian dalam anak sebanyak atau menggunakan sekor 593 atau 74,1 sesudah penerapan metode demonstrasi. Indikator penelitian yg diamati dalam penelitian tadi, menujukan perkembangan yg baik dalam aspek percaya diri. Dimana anak menujukan perilaku berani pada hal bertanya & menjawab pertanyaan yg pada berikan pengajar, berani memukakan pendapat, bertanggung jawab pada melaksanakan tugas,
& bisa menyelesaikanya. Perilaku yg pada perlihatkan atau timbul dalam anak membutikan keefektivitasan metode demonstrasi, hal ini sinkron yg dikatakan sang Rostia bawah metode demontsrasi merupakan cara mengajar dimana seseorang pengajar menujukan, menerangkan suatu peroses pembelajaran sebagai akibatnya semua murid pada kelas bisa melihat, mengamati, medengan mungkin meraba-raba & mencicipi peroses yg pada tujukan sang pengajar menggunakan metode ini, proses penerimaan murid terhadap pembelajaran akan lebih bekesan secara mendalam sebagai akibatnya menciptakan pengertian menggunakan baik & sempurna. Anak didik
42
jua bisa mengamati & memperhatikan dalam apa yg pada perlihat pengajar selama pembelajaran berlangsung.54
54EDUCHILD Vol. 5 No. 1 Tahun 2016
43 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Diketahui bahwa penerapan metode demonstrasi pada remaja tuna daksa dalam meningkatkan kemandirian di lingkungan sosial remaja tuna daksa guru perlu melakukan beberapa langkah seperti melakukan kesiapan, melakukan pelaksanaan dan melakukan tindak lajut setelah diterapkannya metode demonstrasi.
2. Bedasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bawah penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan kemandirian dilingkungan sosial pada remaja tuna daksa menunjukan hasil yang baik. Dimana dari ketiga remaja tuna daksa dua diantaranya sudah memiliki kemandirian baik dalam bekerja secara mandiri, bekerja sungung-sungguh, bekerja secara teratur, kereatif, mampu bergaul dan bertanggung jawab. Akan tetapi, peneliti juga menemukan satu remaja tuna daksa yang belum memiliki kemandirian baik dalam bekerja keras, bekerja sendiri, bergaul, bertanggung jawab maupun dalam bergaul.
B. Saran 1. Guru
Meskipun efektif bagi guru yang mengajar di SLBN 1 Mataram, saran untuk menguasai berbagai strategi dan metode pembelajaran agar dapat diterapkan di kelas dalam beragam bervariasi.
2. Sekolah
Sekolah didorong untuk melakukan kegiatan penilaian internal terhadap metode pembelajaran minimal sebulan sekali.
44
DAFTAR PUSTAKA
Ali strategi penelitian pendidikan, (bandung:angkasa, 1992).
Abuddin Nata, perspektip islam tentang strategi pembelajaran (Jakarta:
kencana 2014).
Astri Dwi Wulandari, Studi Deskriptif Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita Di Panti Sosial Binanetra Amal Mulia Kota Bengkulu, (Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin,Adab Dab Dakwa Institut Agama Islam Negeri Iain Bengkulu).
Abdul Salim, Pemberdayaan Penyandang Cacat Menuju Kearah Kemandirian, (Surakarta:PPRR Lemlit UNS, 2000).
Albi Anggito, d.k.k., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandungt: CV Jejak, 2018).
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran. (Jakarta Ciputat Pers, 2002).
Cholid Narbuko Dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta:
Bumi Aksara 2004).
Bandi Delphie, Psikologi Perkembangan (Anak Berkebutuhan Khusus), (Sleman PT. Intan Sejati, 2009).
Djamaludin Ancok, Pengembang Dan Peluasan Kesempatan Kerjaa Dalam Rangka Peningkatkan Kualitas Hidup Penyandang Cacat,. (Jakarta : Depertemensosial RI, 1991.
Eti Nurhayati, Psikologi Pendidikan Inovatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010).
Frieda Magunsong. Psikologi Dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Jilid Kedua, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI, 2011).
45
Hikmah Nurhasanah, Bimbingan Kemandirian Anak Tuna Daksa Melalui Ekstrakurukuler Olahraga Adaptif Di Slb Negeri 1 Bantul Yogyakarta.(Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, Uin Sunan Kalijaga, 2017)
Herlina, Meningkatkan Kemandirian Melalui Metode Demonstrasi Pada Anak Usia 5-6 tahun di TK ABA 010 Cabang Kuok Kabupaten Kamper, Jurnal EDUCHIL, Vol. 5, No. 1, Thn. 2016.
http://slb –kbatam. org/index. Php?pilihan=hal&id=76 diakses 28-april- 2015, pukul 12.16 WIB
Hurlocek, Elizabeth b. 1980.Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakrta: erlangga
I Kade Oka Supribawa Dan Moh Ischak, “Pengaruh Karekteristik Lingkungan Sosial Perkotaan Terhadap Konsep Pembangunan Pura Adhitiya Jaya Di Rawamangun Jakarta,”t.t.
Ibid., h. 139 Sutrisno Hadi, Metode Research (Jakarta: Adi Iffsel, 1986).
Kamtono S.Pd (Tuna Jaksa) Sekolah Luar Biasa (SLB) NEGERI 1 MATARAM, Wawancara Tgl 17 Mei 2022.
La Iru, “Pengaruh Lingkungan Sosial, Pendidikan, Penghasilan, Media Massa Dan Kepemimpinan Terhadap Perilaku Ketuhanan Yang Maha Esa, Sesama Manusia Dan Alam Sekitar (Studi Di Provinsi Sulawesi Tenggara),” Jurnal Inovasi, 9, No 1 (Maret 2012).
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013).
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung PT. Remaja Rosda Karya. 1989).
Mulyani Sumantri, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Muzayyin, 2011).
M Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996).
46
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi Dan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta:
Kencana, 2004).
Nuraini Soyomukti, Pendidikan Perespektif Globalisasi, ed. Azis Safa (Jogjakarta: Arruzzmedia, 2008).
Nur Azman, Kamus Standar Bahasa Indonesia (Mandung Fokus Media, 2013).
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, ed Yayat Sri Hayati (Jakarta: Erlangga, 2006).
Rizki Amalia, Pelaksanaan Bimbingan Karir Islami Dalam Mengembangkan Kemandirian Siswa Tuna Daksa Di Sekolah Luar Biasa-Pri Buaran Kota Pekalongan, (Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ushuluddin, Adab Dab Dakwah Istitut Agama Islam Negeri Pekalongan
Riana Monalisa Tamara, “Peranan Lingkungan Sosial Terhadap Pembentukan Sikap Peduli Lingkungan Peserta Didik Di Sma Negeri Kabupaten Clanjur” Jurnal Geografi Gea 16, No, 1 (22 Agustus 2016) : 46, https://doi.org/10.17509/gea.v16i1.3467 Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002).
Soehajo Danusastro, Belajar Mandiri Sebagai Sarana Peningkat Mutu Pendidikan Dan Perluas Kesempatan Belajar (Surakarta: Upt Pamong Uns., 1988).
Siti Aisyah dan Amrazi Zakso, “Analisis Faktor Lingkungan Sosial Penyebab Anak Tidak Melanjutkan Pendidikan Ke Smp Di Desa Setalik” t.t.
Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja Edisi Keenam Jakarta: Erlangga
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2008).
47
Sutan Suriya & M. Hariwijaya, Tes Buku Dan Kepribadian, (Yogyakarta:
Pt. Citra Aji Prama, 2012).
Tayar Yusuf Dan Saeful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Granfindo Persada, 1995).
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa.
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1996).
Udi Nur Astuti, Usaha Meningkatkan Kemandirian Anak Tunarungu Di Sekolah Luar Biasa B Wiyata Dharma 1 Tempel . Skripsi Sarjana Pengembangan Masyarakat Islam (Yogyakarta:Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011).
QS, Al-Ghafir, Juz 24, Ayat
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Pustaka Firdaus 2012).
Zakiah drajat, metodik khusus pengajaran agama islam, (Jakarta: bumi akasaea).
Wawancara
Ibu Cici Wulandari, (Wali Kelas) Wawancara, Mataram, 21 Juli 2022.
Ibu Cherly Wawancara, (Orang tua Christofe Noel Witak) Pada Tanggal 26 Juli 2022
Ibu Aton Wawancara, (Orang tua Apriana Fajri) Pada Tanggal 29 juli 2022
Inengah Yudistra, Wawancara, (Orang tua I Gede) Mataram, 24 juli 2022
Syafi’I, Observasi Remaja Tunadaksa, 23 juli 2022.
Syafi’I, Observasi Remaja tunadaksa, Mataram, 25 Juli 2022.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM
MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DI LINGKUNGAN SOSIAL PADA REMAJA TUNA DAKSA DI SLB NEGERI 1 MATARAM Pedoman wawancara dengan orang tua siswa :
No. Aspek-Aspek Pertanyaan Jawaban 1. Kemandirian 1. Bagaiamana
keseharian anak dalam melakukan sesuatu ? 2. Apakah anak bisa
mandiri ?
3. Apakah anak bisa mengurus dirinya sendiri ?
4. Apakah anak bisa melaklukan sesuatu dengan sendirinya setiap hari ?
2. Bertanggung jawab
1. Apakah anak
bertanggung jawab ? 2. Bagaimana anak
dalam melakukan tugasnya ?
3. Apakah anak bisa mengerjakan sesuatu dengan baik di lingkungan sosial ? 4. Anak akan meminta
maaf jika berbuat salah kepada orang lain ?
3. Otonomi 1. Apakah anak bisa melakukan sesuatu dengan sendirinya ? 2. Apakah anak bisa
mengerjakan sendiri walaupun sulit ? 4. Inisiatif 1. Apakah anak bisa
berpikir untuk melakukan sesuatu ketika di lingkungan sosial ?
2. Apakah anak bisa kreatif di lingkungan sosial ?
5. Kontrol diri 1. Apakah anak bisa mengontrol dirinya ketika emosi ?
2. Apakah anak bisa mengendalikan
dirinya ketika emosi dengan tindakan ? 3. Apakah anak mampu
mengatasi masalah tanpa emosi ?
Pedoman wawancara dengan Guru :
No. Aspek-Aspek Pertanyaan Jawaban 1. Penerapan
metode demonstarsi
1. Bagaiamana cara guru untuk melakukan penerapan metode demonstrasi ? 2. Mengapa guru
menggunakan metode demonstrasi tersebut ? 3. Apakah metode
tersebut bisa dipahami dengan baik ?
4. Apakah siswa antusias dengan metode yang guru gunakan ? 2. Tujuan
metode demonstrasi
1. Apakah tujuan dari metode demonstarsi ? 2. Apa saja yang harus
diperhatikan guru dalam penggunaan metode demonstrasi ? 3. Apakah metode
demonstrasi bisa tersampaikan dengan baik ?
3. Kelebihan dan
kekurangan metode demonstrasi
1. Bagaimana menurut bapak atau ibu apa sih kelebihan dari metode demonstrasi sehingga di gunakan di sekolah ini?
2. Kekurangannya kira- kira apa saja pak terutama untuk anak-
anak tuna daksa metode ini ?
3. Apakah perhatian siswa terpokus pada metode yang di demonstrasikan?
4. Langkah- langkah metode demonstrasi
1. Bagaimana langkah- langkah didalam penerapan metode demonstrasi seperti apa saja tahap- tahapnya pak?
2. Apakah sama tidak tahapan metode demostrasi yang di gunakan untuk anak normal dengan anak tuna daksa kalau ada perbedaannya kira-kira perbedaannya dimana?
3. Ketika sudah dilakukan metode demonstrasi apakah ada tindak lajut berupa evaluasi dari pihak guru atau pihak sekolah ?
2. Lampiran 2
LEMBAR OBSERVASI
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DALAM
MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DI LINGKUNGAN SOSIAL PADA REMAJA TUNA DAKSA DI SLB NEGERI 1 MATARAM No. Tahap Indikator
Jawaban
Keterangan Iya Tidak
1. Penerapan metode demontrasi
1. Bagaimana cara guru untuk melakukan penerapan metode demonstrasi
2. Tujuan metode demonstarsi
1. Apa tujuan dari metode
tersebut?
2. Apakah metode demonstrasi bisa di pahami dengan baik oleh siswa?
3. Kelebihan dan kekurang metode demonstrasi
1. Apa kelebihan metode
demonstarsi ini?
2. Apa kekurangan metode
demonstrasi ini?
4. Langka- langka metode demontasi
1. Apa langkah- langka guru dalam metode demonstrasi ini?
3. Lampiran 3
DOKUMENTASI POTO KEGIATAN PENELITIAN
Kegiatan Wawancara Dengan Guru Sekaligus Wali Kelas SLB Negri 1 Mataram
Kegiatan Wawancara Dengan Wali Murid 1 SLB Negri 1 Mataram
Kegiatan Wawancara Dengan Wali Murid 2 SLB Negri 1 Mataram
Kegiatan Wawancara Dengan Wali Murid 3 SLB Negri 1 Mataram