• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

Dalam dokumen LEMBAR PERSEMBAHAN (Halaman 35-40)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran jamur Candida albicans pada saliva penderita Diabetes Melitus dengan desain cross sectional.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Agustus 2021.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Mohammad Natsir Kota Solok.

3.3 Populasi dan Sampel

1.

Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah pasien penderita penyakit Diabetes melitus yang berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Mohammad Natsir Kota Solok mulai dari tanggal 21 April sampai dengan 10 Mei 2021

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah saliva dari 10 orang pasien rawat jalan dan rawat inap penderita Diabetes meIitus di Rumah Sakit Umum Daerah Mohammad Natsir Kota Solok.

17 3.4 Persiapan Penelitian

3.4.1. Persiapan alat

Alat yang digunakan adalah: Mikroskop, pinset, Neraca Analitik, Cawan Timbangan, Erlemeyer, Ose, Bunsen, Pipet Tetes, Cawan Petri, Inkubator dan Autoclave.

3.4.2. Persiapan Bahan

Bahan Yang Digunakan Adalah Saliva, Alkohol 70%, NaCl Fisiologis 0,9%, Media SDA, Cloramphenicol, Aquades, Aluminium Foil, kapas, Gentian violet, Lugol, Safranin, Emersi Oil, Tabung Steril Koran Kaca Objek, Deck Glass.

Lidi, dan Korek Api.

3.4.3. Cara kerja 1. Sterilisasi alat

Sebelum melaksanakan penelitian, Botol, Tabung Erlenmeyer, Corong, Pinset, Ose yang akan digunakan disterilisasi terebih dahulu dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121oC selama 15 menit.

2. Pembuatan Media SDA

Komposisi media SDA adalah media agar sabouraud, setiap liter sabouraud mengandung Pepton mikologi 10 gram, Glukosa 40 gram, Agar 15 gram, Aquadest 1000 ml. Pembuatan media SDA dilakukan dengan cara timbang 65 gram bubuk SDA dan chloramphenicol 500 gram kemudian dimasukkan kedalam erlemeyer lalu dilarutkan dengan aquades sebanyak 1000 ml. Selanjutnya dipanaskan dengan kompor listrik sambil di aduk hingga tercampur sempurna lalu tutup rapat tabung erlenmeyer dengan kapas, kapas tersebut di lapisi dengan aluminium foil. Lalu disterilkan di dalam autoclave selama 15-20 menit dengan suhu 188-121oC dalam tekanan 1-2 atm, setelah medium dingin (40-50oC) masukkan medium ke dalam cawan petri yang sebelumnya telah dipanaskan pinggirannya dengan api dan terakhir diratakan (Sintia, 2016).

18 3. Pengambilan Saliva

Cara pengambilan saliva, Pasien diminta untuk mengumpulkan salivanya dalam mulut, setelah terkumpul pasien di minta memasukkan saliva tersebut ke dalam tabung steril yang telah di sediakan oleh peneliti.

4. Penanaman saliva

Ambil saliva pasien kemudian goreskan pada media SDA. Media dibungkus dengan Koran lalu masukkan kedalam incubator pada suhu 37oC selama 48 jam.

3.4.4. Pengamatan

1. Pengamatan secara makroskopis

Diambil sampel saliva dengan penyerapan menggunakan lidi kapas steril selama satu sampai lima menit. Diinokulasikan pada tabung reaksi agar miring Sabauraud Dextrose Agar (SDA) secara merata. Diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam dan koloni Candida albicans akan terlihat (K, Irianto, 2013).

2. Pengamatan mikroskopis 1) Pewarnaan garam

Langkah yang pertama dilakukan adalah bersihkan kaca objek menggunakan tisu atau kapas alkohol. Panaskan jarum ose menggunakan lampu spritus, kemudian dinginkan beberapa menit pada suhu kamar. Selanjutnya ambil koloni yang diduga (+) dan dioleskan secara merata di atas kaca objek tunggu hingga benar - benar kering.

Setelah sediaan kering di fiksasi dengan penambahan larutan Gentian violet (Gram A) diamkan selama 5 menit selanjutnya cuci menggunakan air yang mengalir Kaca objek yang telah di cuci, digenangi dengan larutan Lugol (Gram B) selama 1 menit selanjutnya cuci lagi menggunakan air mengalir. Kemudian dicelupkan ke dalam larutan alcohol sampai tidak ada lagi zat warna pada kaca objek. Sisa alkohol pada kaca objek dicuci dengan aquades atau air mengalir. Selanjutnya

19 penambahan larutan safranin (Gram D) selama 30 detik dan bersihkan mengg gunakan air mengalir lalu keringkan. Langkah terakhir tetesi emersi oil pada sediaan lalu baca menggunakan mikroskop dengan pembesaran 100x

2) Tes pembentukan tabung kecambah (Germ Tube)

Pemeriksaan tabung kecambah bertuajuan untuk memebedakan Candida albican dan non Candida albicans dengan berdasarkan pembentukan kecambah pada media yang mengandung protein. Tes germ tube dilakukan dengan cara tabung reaksi diisi dengan media cair yang mengandung protein seperti putih telur, serum atau plasma. Putih telur dimasukkan dalam incubator pada suhu 37oC selama 15-30 menit.

Selanjutnya media dikeluarkan dari incubator. Koloni Candida albicans di ambil sedikit menggunakan jarum ose yang sudah di panaskan dengan api bunsen selanjutnya masukkan ke dalam media cair.

Hancurkan koloni Candida albicanssampai koloni jamur terurai lalu inkubasi pada suhu 37oC selama 2-3 jam. Selanjutnya siapkan kaca objek dan deck glass. Larutan media diambil dengan pipet atau ose dan diletakkan di atas objek glass kemudia tutup menggunakan deck glass.

Sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x.

hasil dikatakan positif bila ditemukan sel ragi yang berkecambah dan dinyatakan negatif apabila yang tumbuh hanya blastospora atau sel ragi.

3.4.5. Pengolahan Data

Analisis ini digunakan untuk mendapatkan distribusi dari variabel yang dilakukan pada penelitian yaitu normal, batas tinggi normal, tinggi dan sangat tinggi (Notoatmojdo, 2015). Hasil penelitian digambarkan secara diskriptif dengan menggunakan rumus :

x 100%

20 Keterangan :

F : persentase

f : frekuensi ( jumlah sampel yang positif) n : jumlah seluruh sampel

Dari hasil distribusi frekuensi, maka hasil dapat dinyatakan sebagai berikut : 0 % : Tidak satu pun

1 % - 25 % : Sebagian kecil 26 % - 49 % : Hampir sebagian 50 % : Sebagian

51 % - 75 % : Sebagian besar 76 % - 99 % : Hampir seluruh 100 % : Seluruh

21

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil isolasi yang telah di lakukan terhadap 10 sampel saliva Pada Penderita Diabetes Melitus Di RSUD M. Natsir Solok dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Jamur Candida albicans pada penderita Diabetes Melitus Di RSUD M. Natsir Solok

HASIL PEMERIKSAAN JAMUR

SPESIES JAMUR KULTUR

PADA MEDIA SDA

MIKROSKOPIS PEWARNAAN

GRAM

TABUNG KECAMBAH

Sampel 1 (+) Gram positif Positif Candida albicans Sampel 2 (+) Gram positif Positif Candida albicans Sampel 3 (+) Gram positif Positif Candida albicans

Sampel 4 (-) Negatif Negatif Negatif

Sampel 5 (+) Gram positif Positif Candida albicans

Sampel 6 (-) Negatif Negatif Negatif

Sampel 7 (-) Negatif Negatif Negatif

Sampel 8 (+) Gram positif Positif Candida albicans Sampel 9 (+) Gram positif Positif Candida albicans

Sampel 10 (-) Negatif Negatif Negatif

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas didapatkan hasil pengamatan secara makroskopis sebanyak 6 sampel positif jamur Candida albicans dan 4 sampel negative Candida albicans. Secara mikroskopis dengan menggunakan pewarnaan gram didapatkan hasil 6 gram positif dan 4 sampel negatif jamur Candida albicans, dengan menggunakan tabung kecambah didapatkan hasil 6 Positf Candida albicans dan 4 sampel negatif jamur Candida albicans.

22 Tabel 4.2 Hasil Isolasi makroskopis koloni yang tumbuh pada media SDA NO

KODE SAMPEL

JENIS KELAMIN

(L/P)

UMUR

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS

KET

1. RF L 61 Bentuk Koloni tak

beraturan

Warna Koloni Putih Bau Koloni Asam Menyengat

2. NM P 41 Bentuk Koloni Bulat

Warna Koloni Putih Bau Koloni Asam

3. EY P 49 Bentuk Koloni Bulat,

benang-benang dan ukuran tidak beraturan

Warna Koloni Putih Kekuningan

Bau Koloni Agak Asam

4. RW P 61 Bentuk Koloni Tidak

beraturan

Warna Koloni Putih Bau Koloni Asam

5. MH P 72 Bentuk Koloni Bulat

dan benang-benang Warna Koloni Putih Kekuningan

Bau Koloni Asam menyengat

6. JS P 71

Bentuk Koloni Bulat Warna Koloni Putih kecoklatan

Bau Koloni Asam

23 Tabel 4.3 Hasil isolasi mikroskopis Pewarnaan gram dan Tabung Kecambah

NO KODE

SAMPEL

JENIS KELAMIN

(L/P)

UMUR (Tahun)

Pemeriksaan Mikroskopis Pewarnaan

Gram

Tabung Kecambah

1. RF L 61

2. NM P 41

3. EY P 49

4. RW P 61

5. MH P 72

24

6. JS P 71

Tabel 4.4 Persentase hasil isolasi Jamur Candida albicans pada saliva penderita Diabetes Melitus

NO Hasil

Pemeriksaan

Jumlah Persentase (%)

1 Positif adanya jamur Candida albicans 6 60 2 Negatif adanya jamur Candida albicans 4 40

Jumlah 10 100

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas didapatkan hasil persentase identifikasi jamur Candida albicans pada saliva penderita Diabetes Melitus yaitu 60% sampel positif dan 40% sampel

Tabel 4.5 Persentase hasil isolasi Jamur Candida albicans pada saliva penderita Diabetes melitus berdasarkan jenis kelamin

NO Jenis kelamin (L/P) Jumlah Persentase %

1 L 1 10

2 P 5 50

Jumlah 6 60

Hasil peresentasi pada Tabel 4.5 berdasarkan jenis kelamin penderita Diabetes melitus persentase tertinggi ada pada penderita Diabetes Melitus perempuan yaitu

25 50% dan persentase terendah ada pada penderita Diabetes Melitus laki-laki yaitu 10%.

Tabel 4.6 Persentase hasil isolasi Jamur Candida albicans pada saliva penderita diabetes melitus berdasarkan jenis riwayat keluarga menderita Diabetes Melitus.

NO Riwayat Keluarga Jumlah Persentase %

1 Ada 1 10

2 Tidak ada 5 50

Jumlah 6 60

Hasil persentasi pada Tabel 4.6 berdasarkan riwayat keluarga menderita Diabetes Melitus, persentase tertinggi ada pada penderita Diabetes Melitus yang tidak mempunyai riwayat keluarga menderita Diabetes Melitus yaitu 50% dan persentase terendah ada pada penderita Diabetes Melitus yang mempunyai riwayat keluarga menderita Diabetes Melitus yaitu 10.

4.2. Pembahasan

Diabetes Melitus merupakan faktor terjadi penyakit kandidiasis pada mulut, penderita Diabetes melitus memiliki glukosa ektra dalam sekresi saliva. Gula yang ada pada saliva tertumpuk pada mukosa sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan jamur, akibatnya pada saliva penderita Diabetes melitus akan ditemukan jamur Candida albicans. Kelainan saliva telah menjadi komplikasi dalam mulut pada penderita Diabetes melitus yang menyebabkan berbagai komplikasi pada area tersebut. Ada beberapa hal yang disebabkan oleh tergangguanya kelenjar saliva salah satunya adalah keadaan pH rendah yang menyebabkan jamur Candida albicas tumbuh dan berkembang biak (Johnson, 2016).

26 Media kultur yang dipakai untuk biakan jamur Candida albicans adalah Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dengan penambahan antibiotik pada media bertujuan untuk menekan bakteri yang tumbuh bersama jamur di dalam bahan klinis.

Media SDA berfungsi untuk membedakan jamur Candida albicans dengan spesies jamur lain dan dapat mendeteksi jamur kontaminan untuk produk farmasi.

Pemeriksaan jamur secara langsung dapat dilakukan dengan pewarnaan gram dan tabung kecambah. Pemeriksaan secara pewarnaan gram digunakan untuk melihat jamur Candida albicans berdasarkan morfologinya, tetapi tidak dapat mengidentifikasi spesiesnya. Sedangkan Pemeriksaan tabung kecambah bertujuan untuk membedakan jamur Candida albicans dan non Candida albicans dengan berdasarkan pembentukan kecambah pada media yang mengandung protein.

Hasil pemeriksaan secara makroskopis pada tabel 4.2. terdapat 6 koloni jamur Candid albicans. Jamur Candida albicans dapat tumbuh pada media SDA dengan PH 4,5-6,5. Sampel yang tumbuh bentuknya bulat, benang-benang dan tidak beraturan, dengan warna koloni yang ditemukan yaitu putih susu, putih dan putih kecoklatan. Pada bau koloni yang ditemukan pada media yaitu, bau asam dan asam menyengat. Sampel yang tidak tumbuh disebabkan oleh keadaan pH tinggi pada saliva penderita Diabetes melitus. Keadaan pH yang tinggi menyebabkan koloni tidak tumbuh pada media SDA. Faktor Penyebab Pertumbuhan jamur Candida albicas pada saliva penderita Diabetes Melitus adalah keadaan pH yang rendah pada saliva.

Hasil pengamatan mikroskopis Pewarnaan gram dan Tabung Kecambah terdapat pada Tabel 4.3 yaitu 6 sampel gram positif dan 4 sampel negatif. Pada pewarnaan gram berbentuk bulat atau bulat lonjong. Pada Germ Tube (Tabung kecambah) Sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x dengan pengamatan ditemukan sel ragi yang berkecambah atau berbentuk lonjong seperti tabung memanjang.

27 Berdasarkan persentase jenis kelamin penderita Diabetes melitus pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa persentase tertinggi ada pada penderita Diabetes melitus berjenis kelamin perempuan yaitu 50% (5 sampel positif jamur Candida albicans). Hal ini sangat berhubungan dengan teori bahwasanya perempuan lebih mudah terserang penyakit dikarenakan siklus hormonal yang dialaminya. Menurut Farizal (2017) yang mengemukakan bahwa didapat estimasi sampel saliva pada wanita yang terindikasi adanya jamur C. albicans dengan penyakit Diabetes melitus di RS dr. Muhammad Yunus kota Bengkulu yaitu dengan persentase 52% dan prevalensi DM pada perempuan setelah diperiksa dokter gejalanya akan meningkat terus meningkat seiring bertambhanya usia yaitu lebih tinggi 1,7% dibandingkan kaum laki-laki.

Dalam penelitian ini persentase Perempuan lebih banyak hal ini disebabkan karena perempuan lebih berisiko terkena diabetes melitus yang menjadi faktor predisposisi kandidiasis oral. Salah satu faktornya adalah obesitas, karena perempuan cenderung rendah aktifitas fisiknya dibandingkan laki-laki dan pola makan yang serba instan, sehingga penyakit akan mudah bersarang di tubuh (Putri, 2013).

Berikutnya adalah hasil dari pertumbuhan jamur Candida albicans berdasarkan riwayat keluarga menderita Diabetes Melitus, didapat 1 sampel (10%) positif dengan riwayat keluarga menderita Diabetes Melitus dan 5 sampel (50%) positif dengan tidak ada riwayat keluarga mengidap Diabetes Melitus.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 10 sampel saliva penderita Diabetes melitus didapatkan disimpulkan bahwa terdapat jamur Candida albicans pada penderita diabetes melitus.

28

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian Identifikasi Jamur Candida albikans Pada Penderita Diabetes Melitus di RSUD M. Natsir dengan 10 sampel saliva penderita Diabetes melitus yang dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2021 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Karakteristik jamur Candida albicans pada media SDA yaitu bentuknya bulat, benang-benang dan tidak beraturan, dengan warna koloni yang ditemukan yaitu putih susu, putih dan putih kecoklatan. Pada bau koloni yang ditemukan pada media adalah bau asam dan asam menyengat. Pengamatan mikroskopis Pada pewarnaan gram berbentuk bulat atau bulat lonjong.

Pengamatan Germ Tube (Tabung kecambah) ditemukan sel ragi yang berkecambah atau berbentuk lonjong seperti tabung memanjang.

2. Dari hasil pemeriksaan berdasarkan identifikasi Tabung kecambah ditemukannya sel ragi yang berkecambah atau berbentuk lonjong seperti tabung memanjang. Hasil pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pada saliva penderita Diabetes melitus terdapat jamur Candida albicans.

5.2 Saran

Diharapkan penderita Diabetes Melitus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan serta rutin melakukan kontrol gula darah setiap satu bulan sekali sesuai dengan petunjuk dokter yang menangani.

29

DAFTAR PUSTAKA

ADA. (2017). Standarts of Medical Care in Diabetes. www.diabetes.org/diabetescare.

Diakses 19 Februari 2020

Ermawati, N. (2013). Identifikasi Jamur Candida albicans pada Penderita Stomatitis dengan Menggunakan Metode Swab Mukosa Mulut pada Siswa SMK Analis Bhakti Wiyata Kediri. Skripsi. Kediri: Universitas PGRI.

Getas, I. W., Wiadnya I., B.R., dan Waguriani L., A. (2014). Pengaruh Penambahan Glukosa dan Waktu Inkubasi Pada Media SDA Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans. Media Bina Ilmu, vol 8, no. 1, pp. 51-7.

i gusti A. N. Damayanti, “Pola Hygiene Sanitasi Wanita Penderita DM pada Kasus Kandidiasi di Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Lombok Barat,” no.

1978, pp. 38–44, 2014

International Diabetes Federation. (2017). IDF Diabetes Atlas 6th Edition 2017.www.teknolab.jurnal.com. Diakses 19 Februari 2020.

I. W. Getas, I. G. Ayu, N. Danuyanti, I. Ayu, and W. Widiartini, “Hubungan Perilaku Hygiene dan Sanitasi Terhadap Tingkat Kandidiasis dari Hasil Pemeriksaan Urine Wanita Penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Narmada Kecamatan Narmada, Lombok Barat,” Media Bina Ilm., vol. 7, no. 1978, pp. 5– 10, 2013.

Jiwintarum, Y., Urip, Wijaya, A. F., & Diarti, M. W. (2017). Media Alami untuk Pertumbuhan Jamur Candida Albicans Penyebab Kandidiasis dari Tepung Biji Kluwih (Atyocarpus Communis), 11(2), 158–170

Johnson, P.K. (2016). Evaluasi Profil Saliva antara Tipe Dewasa 2 Diabetes Mellitus Pasien di India Selatan. Jurnal Teknologi Laboratorium, 7(8), 1592.

http://www.teknolabjournal.com/indek.php/Jtl/article/download/44/78.Diakse s 13 Februari 2020

K. Irianto, Parasitologi Medis, 1st ed. Bandung: Alfabeta, 2013.

Notoatmodjo Soekijdo, Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka cipta, 2010 Clinical Samples in Iran, Jundishapurr Journal Microbiol, 8(6), 1-4.

30 M. Dhanya and S. Hegde, “Salivary glucose as a diagnostic tool in Type II diabetes mellitus: A case-control study,” Niger. J. Clin. Pract., vol. 19, no. 4, pp. 486–

490, 2016

Mohammadi, M., Safara, & M. Mortezaaee, V. (2015). Inn Vitro Activiti of Caspofungin Against Fluconazole-Resistant Candida Species Isolated From Mutiawati, V. K. (2016). Mikrobiologi pada C. albicans. Jurnal Kedokteran Syiah

Kualalumpur, 16(1), 53-63. https://www.unsyiah.ac.id. Diakses 15 Februari 2020

Notoatmodjo Soekijdo, Metodologi Penelitian kesehatan. Jakarta: PT. Rineka cipta, 2010.

PERKENI. (2015). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia. PERKENI: Jakarta. https://respiratory.unimus.ac.id. Diakses 19 Februari 2020

Priyoto. (2015). Perubahan dalam Perilaku Kesehatan Konsep dan Aplikasi.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Putri, A. U. (2013). Uji Potensi Antifungi Ekstrak Berbagai Jenis Lamun Terhadap Fungi Candida albicans. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin.

https://www.repository.unhas.ac.id. Diakses 20 Februari 2020

Sakaguchi, H. (2017). Treatment and prevention of oran candidiasis in elderly patiens. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28566666.Diakses 20 Februari 2020.

Sintia. 2016. Pratikum mikrobiologi dasar. Cetakan pertama. CV Trans infi media.

Jakarta timur

Soedarto, (2015). Mikologi Kedokteran. Jakarta: Sugungseto Sujaya, I Nyoman. (2011). Pola Konsumsi Makanan.

31 Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

32

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian

33 Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

Identifikasi Jamur Candida albicans pada Saliva Penderita Diabetes Mellitus Responden yang terhormat,

Saya Adella Aristi, Mahasiswi Universitas Perintis Indonesia yang sedang mengadakan penelitian di RSUD M. Natsir. Saya mohon kesediaan Bapak/Ib untuk bersedia memberikan saliva Bapak/Ibu untuk menjadi sampel penelitian saya yang berjudul Identifikasi Jamur Candida albicans pada Saliva Penderita Diabetes Mellitus, tujuan saya disini untuk melihat apakah pada saliva penderita diabetes tersebut tumbuh jamur candida albicans . Sebelum itu saya juga disini meminta kepada Bapak/Ibu untuk mengisi kuisioner ini secara lengkap dan benar. Semua informasi bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik. Atas bantuannya, saya ucapkan terimakasih.

A. IDENTIFIKASI RESPONDEN

Nama :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin : a.) Laki - laki b.) Perempuan B. RIWAYAT KESEHATAN

1. Kapan Bapak/Ibu di diagnosa menderita penyakit Diabetes Mellitus ? 2. Waktu mulai berobat………….

34

3. Hasil pemeriksaan gula darah terakhir, isi salah satu yang diketahiu Gula darah sewaktu……….

Gula sarah puasa………..

Gula darah habis puasa…………

4. Berat badan………..Tinggi badan………

5. Apakah ada keluarga Bapak/Ibu yang terkena penyakit Diabetes Mellitus ?

□ Ada, siapa,,,,, □ Tidak ada □ Tidak Tahu 6. Keluhan yang Bapak/Ibu rasakan saat ini atau yang pernah dirasakan ?

□ Tidak ada

□ Ada yaitu

□ Mudah lapar □ Sering kencing □ Mudah haus

□ Kesemutan □ Lainnya, sebutkan….

7. Kapan keluhan itu muncul ?

□ Sewaktu - waktu □ Waktu Ada Masalah □ Istirahat

□ Sehabis bekerja □ Saat bekerja □ Lainnya

35 Lampiran 4 Hasil Penelitian

NO KODE

SAMPEL

JENIS KELAMIN (L/P)

UMUR (Tahun)

HASIL IDENTIFIKASI

1. RF L 61 Positif Candida albicans

2. NM P 41 Positif Candida albicans

3. EY P 48 Positif Candida albicans

4. ZD P 46 Negatif Candida albicans

5. RW P 61 Positif Candida albicans

6. AN P 56 Negatif Candida albicans

7. HD P 52 Negatif Candida albicans

8. MM P 72 Positif Candida albicans

9. JM P 71 Positif Candida albicans

10 SF L 52 Negatif Candida albicans

36 Lampiran 5 Dokumentasi

Dokumentasi Pengambilan Sampel

Pengambilan Sampel

37

Pewarnaan Gram

Pembacaan Hasil Di Bawah Mikroskop

38

Pembuatan Tabung Kecambah

39 Lampiran 6 Bukti Bimbingan

Dalam dokumen LEMBAR PERSEMBAHAN (Halaman 35-40)

Dokumen terkait