BAB III METODE PENELITIAN
F. Metode Pengumpulan Data
Sebelum melakukan pengumpulan data yang nantinya akan disusun sebagai hasil penelitian, maka peneliti harus memastikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan fakta dan keadaan yang ada,. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data-data sesuai apa yang ada dilapangan tanpa ada rekayasa dan manipulasi.
Dalam penelitian kualitatif ada tiga metode pengumpulan datang yang biasa di gunakan oleh peneliti diantaranya adalah:
a. Observasi
Teknik Pengumpulan data dalam suatu literasi atau karya ilmiah dapat dilakukan salah satunya melalui observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku objek yang orang yang diteliti. Dengan maksud untuk mendapatkan informasi dari objek tersebut dengan cara turun langsung ke lapangan atau membagikan kuisioner kepada objek yang akan diteliti.
b. Wawancara
Wawancara sering dilakukan dalam suatu karya ilmiah untuk mendapatkan data yang ril tanpa ada manipulasi. Wawancara merupakan salah satu jenis pengumpul data dengan melakukan sebuah timbal balik atau dalam kata lain merupakan sebuah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua
pihak, dengan cara peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden untuk menggali informasi yang di inginkan dan responden menjawab pertanyaan peneliti sesuai dengan keadaan dan fakta yang ada.
c. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai teknik terakhir dalam metode pengumpulan data. Yang mana semua kegiatan yang telah berlangsung dapat di jadikan sebagai bukti dengan adanya gambar.
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Profil Desa Paisuluno
1. Sejarah Desa
Desa paisuluno berada sejak zaman Kerajaan Banggai dengan nama Tolobuang, nama tempat ini didiami oleh Putra Sulung perndiri Kerajaan Banggai dengan nama ini pula pangeran tak dikenali memilih tempat yang sangat tepat untuk tinggal karena jauh dari kesibukan dan jangkauan oleh siapapun.
Sampai sang pangeran wafat dan tempat makamnya yaitu batu dan bentuk payung yang didalamnya dimakamkan bersama bajju kerajaan dan benda pusaka lainnya titipan ayahanda sendiri yang sudah memilih tinggal di pulau jawa pada zaman itu, namun saat sekarang ini makam sang pangeran tidak dikenal itu, tidak dapat dilihat oleh kasat mata dan menjadi misteri kerajaan Banggai.
Sepeninggalnya sang pangeran kekuasaan pemerintah dilanjutkan oleh Jogugu, setelah wafat kepala pemerintahan diserahkan kepada Tamai Yandabong, setelah wafat, empat tokoh bersaudara bermusyawarah yang salah satu diantaranya adalah tokoh wanita dengan pemerintahan seumur hidup, sepeninggal tokoh wanita dilantiklah Laso Patukuki dengan gelar Tonggol Muda dengan masa pemerintahan inilah dipindah ke sabangkuni yang kemudian dipindah lagi ke Komba-Komba, sampai beliau wafat pada tahun 1929.
Sejatah ini belum diketahui seberapa umurkah sejarah pemerintahan yang dituturkan ini, pada tahun 1929 di Komba-Komba tidak ada sumber air sehingga pada tahun 1930 pihak Hindia Belanda mengetahui adanya mimpi masyarakat tentang sumber air inilah tempat pencucian koubah perang pada zaman tobelo oleh pendekar Tarenga.
Tempat ini masih meninggalkan suatu bukit yang penuh dengan tengkorak yang letaknya tidak jauh sebelah barat desa ini. Setelah diketahui sumber air itu oleh pihak Hindia Belanda mereka langsung mengadakan pengecekan ternyata benar dengan nama Paisuolumong.
Pada tahun 1931 pemerintahan dipindahkan ke Paisuolumong yang kemudian diganti dengan nama Paisulumoang. Kepala desa pemerintahan dipimpin oleh Madopi sampai pada tahun 1949, kemudian pada tahun 1949 kepala desa digantikan oleh Adamula sampai tahun 1956, pada tahun 1951 pemerintahan dipindahkan di Langga(Paisuluno) dimana tempat ini sudah dibayar dengan harga Rp. 400. pada tahun 1956 kepala desa diganti oleh .Pain Yaisa kemudian digantikan oleh Pationg Ninda sampai pada tahun 1968, pada tahun 1969-1986 kepala desa digantikan oleh Thamrin Samila, pada tahun 2000-2005 kepala desa digantikan oleh Nursin Lentanga, pada tahun 2006-2018 kepala desa dipimpin oleh Asman A Mandola, pada tahun 2018-saat ini kepala desa dipimpin oleh Basri Dale.38
38 Profil desa Paisuluno tahun 2021
2. Geografis dan Topografi a Geografis
Desa Paisuluno adalah 1006’30” LS-2020’00” LS dan 122040’00”BT- 124013’30” BT. Desa Paisluno terletak 100 KM dari IbuKota Kabupaten Banggai Kepulauan, dengan luas wilayah 28 Km2. Dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan desa Montop - Sebelah timur berbatasan dengan teluk Ambelang - Sebelah selatan berbatasan dengan teluk Komba-Komba - Dan sebelah barat berbatasan dengan desa Minanga 1) Luas Kemiringan Lahan (Rata-Rata)
a) Datar 500 Ha b) Pegunungan 150 Ha c) Lembah 50 Ha
2) Ketinggian diatas permukaan laut (rata-rata) < 700 m b Klimatologi
Keadaan iklim di desa Paisuluno terdiri dari : Musim panas, musim hujan dan musim pancaroba. Dimana musim panas biasanya terjadi pada bulan Juli s/d
Desember, Musim Pancaroba terjadi pada bulan januari s/d februari dan musim hujan
terjadi pada bulan maret s/d juni dengan curah hujan 1500 mm/Th, dengan suhu udara rata-rata 27oc.39
c Mata pencaharian
Penduduk desa Paisuluno sebagian besar lapangan pekerjaan terdiri dari pertanian dan perikanan.40
Petani Pedagang PNS Nelayan
60 8 10 org 50 org
d Luas lahan Pertanian41
Pola penggunaan tanah umumnya di gunakan sebagai lahar perkebunan (kelapa, jagung, jambu mente, dll)
1. Perkebunan kelapa : 20 Ha 2. Perkebunan mente : 200 Ha
3. Coklat : 7 Ha
4. Kemiri : 20 Ha
5. Palawija : 63 Ha
e Kepemilikan ternak42
39 Profil desa Paisuluno tahun 2021
40 Profil desa Paisuluno tahun 2021
41 Profil desa Paisuluno tahun 2021
Ayam/Itik Sapi Kerbau Kuda Kambing
400 50 0 0 0
f Sarana dan prasarana desa43 Kantor
Desa
Balai Desa
Jalan Kabupaten
Jalan Kecamatan
Jalan Desa
Masjid Sekolah
1 Bh 1 Bh 7 Km 2 Km 1,5Km 1 Bh 1 Bh
3. Demografi a. Jumlah Penduduk44
Jumlah Penduduk Desa Paisuluno Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai Kepulauan, berdasarkan data Profil Desa tahun 2021 sebesar 976 jiwa yang terdiri dari 513 laki laki dan perempuan 463 jiwa sesuai dengan tabel dibawah ini:
42 Profil desa Paisuluno tahun 2021
43 Profil desa Paisuluno tahun 2021
44 Rencana kerja pemerintah desa Paisuluno tahun 2021
No.
Kelompok Umur (Tahun)
Laki-Laki Perempuan Jumlah Prosentase (%)
1. 0 – 9 110 Jiwa 83 Jiwa 193 Jiwa 20%
2. 10 – 19 75 Jiwa 90 Jiwa 165 Jiwa 17%
3. 20 – 29 87 Jiwa 83 Jiwa 170 Jiwa 17%
4. 30 – 39 83 Jiwa 65 Jiwa 148 Jiwa 15%
5. 40 – 49 75 Jiwa 69 Jiwa 144 Jiwa 15%
6. 50 – 59 48 Jiwa 36 Jiwa 84 Jiwa 9 %
7. 60 + 35 Jiwa 37 Jiwa 72 Jiwa 7 %
Jumlah 513 Jiwa 463 Jiwa 976 Jiwa 100%
b. Tingkat Pendidikan45
Pendidikan adalah salah satu instrumen penting untuk peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan. Di Desa Paisuluno masih terdapat 49 perempuan yang belum tamat SD dan 73 laki laki. Selengkapnya sebagaimana dalam table berikut:
No. Pendidikan Jumlah
1. Tidak/Belum pernah sekolah 1
2. Belum Tamat SD 55
3. Tamat SD 196
3. Tamat SLTP 103
4. Tamat SLTA 83
5. Tamat Akademi / PT 32
Jumlah 470
4. Kondisi Masyarakat desa Paisuluno
Masyarakat desa Paisuluno adalah masyarakat yang baik dan ramah, masyarakat yang masih memiliki kekompakan antara satu dengan yang lain.
Masyarakat desa Paisuluno umumnya memiliki dua macam penghasilan yang pertama yaitu dengan berkebun diantaranya kelapa, jambu mente, cokelat, jagung dll.
Yang kedua adalah nelayan dengan memanfaatkan hasil laut diantaranya ikan, cumi, udang, gurita dan agar-agar. Desa paisuluno adalah satu-satunya desa dengan mayoritas penduduk yang menganut agama islam. Tingkat religius masyarakat desa
45 Rencana kerja pemerintah desa Paisuluno tahun 2021
paisuluno masih sangat rendah bisa dilihat ketika tiba waktu shalat yang mana jamaah yang hadir dimasjid masih sangat kurang. Ini terjadi karena desa paisuluno yang jauh dari ibukota, kurangnya para muballig dan kurangnya minat anak-anak untuk belajar agama islam di pondok-pondok dan pesantren. Tingkat religius yang ada didesa paisuluno sangat berpengaruh terhadap perilaku perceraian yang ada, sehingga banya masyarakat yang memutuskan untuk bercerai diluar pengadilan agama.
5. Struktur Organisasi Pemerintah Desa
Struktur pemerintahan di Desa Paisuluno bisa dikatakan cukup lengkap lembaga-lembaga umum yang ada ditingkat desa, berjalan dengan baik. Administrasi desa juga mengalami peningkatan dan telah terkomputerisasi dengan baik.
Pembangunan masyarakat, merupakan suatu usaha yang sangat kompleks dan multi-dimensi. Banyak sekali aspek yang berperan didalamnya. Pemerintahan desa paisuluno sangat menyadari akan hal tersebut. Membangun masyarakat tidak hanya sekedar membangun gedung, jamban dan talud.
Pembangunan desa Paisuluno juga tidak lepas dari kerjasama lembaga- lembaga yang ada ditingkat desa, mulai dari BPD, LPMD, Perangkat Desa, Dusun, dan RT/RW. Sampai dengan partisipasi masyarakat.46
46 Rencana kerja pemerintah desa Paisuluno tahun 2021
B. Pendapat masyarakat yang melakukan perceraian di luar pengadilan
Tujuan seorang melakukan pernikahan tentunya mengiginkan kehidupan yang tentram dan damai. Namun ketika pernikahan sudah berjalan, seringkali terjadi pertengkaran yang akhirnya membuat hubungan suami dan istri renggang sehingga berakhir pada perpisahan.
Islam telah menjelaskan secara detail masalah pereraian dan memberikan peringatan kepada kedua bela pihak untuk memikirkan apa akibat buruk yang akan terjadi ketika harus berpisah antara suami dan istri. Karena banyak akibat buruk yang terjadi ketika terjadi perceraian baik kepada suami istri atau kepada anak-anak.
Sesuai undang-undang yang berlaku, bahwa perceraian yang terjadi harus sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku dimasyarakat. Akan tetapi ada sebagian masyarakat yang melanggar aturan-aturan itu dan memilih untuk bercerai di luar pengadilan agama.
Banyak kita dapatkan di masyarakat yang melakukan perceraian tanpa melalui pengadilan,yang mereka anggap sah tanpa mereka mengetahui apa akibat dari perceraian tersebut. Sama halnya dengan ibu Hesti Auliya: “Perceraian yag terjadi antara saya dan suami saya adalah sah-sah saja walaupun tanpa melalui pengadilan, cerai yang terjadi antara kami sah menurut agama, hanya saja tidak memiliki kekuatan hukum dan harus menikah dibawah tangan”47
47 Wawancara dengan ibu Hesti Auliya (30 Tahun) Pada Tanggal 15 November 2021
Lain halnya dengan ibu Fitri ketika di wawancarai di kediamannya: “Saya rasa proses cerai saya tetap sah karena kami tidak memiliki biaya yang cukup untuk melakukan perceraian di depan pengadilan dan saya rasa tetap sah meskipun perceraian saya diluar pengadilan agama.48
Sama halnya dengan ibu Rini: ”Saya memiliki kesepakatan dengan suami saya bahwa kami tidak bercerai didepan pengadilan agama, dan saya anggap sah ketika suami telah menjatuhkan talak, walaupun tidak tercata di Undang-Undang, karena kami berani mengambil resiko.”49
C. Hukum perceraian di luar pengadilan
Semua manusia ingin menjalani kehidupan dengan tenang dan damai, terlebih seorang suami dan istri. Pasangan suami istri yang sudah menikah pasti mendambakan keluarga yang harmonis dari awal pernikahan hingga kematian memisahkan antara satu dengan yang lain. Akan tetapi melihat kenyataan yang ada banyak terjadi pertengkaran antara kedua pasangan. Sehingga, membuat rumah tangga menjadi goyang dang berakhir pada perceraian.
Islam sudah memberikan peringatan dan rambu-rambu dan kebebasan kepada suami dan istri untuk lebih memikirkan sebaik-baiknya agar tidak salah dalam mengambil tindakan. Karena semua tindakan yang diambil memiliki dampak masing-masing. Entah itu dampak kepada masyarakat, keluarga, suami, istri
48 Wawancara dengan Ibu Fitri (43 Tahun) Pada Tanggal 17 November 2021
49 Wawancara dengan Ibu Ririn (40 tahun) Pada Tanggal 17 November 2021
terlebih kepada anak-anak. Dapat kita bayangkan bagaimana siksanya seorang perempuan yang tidak nyaman terhadap rumah tangganya, tetapi jalan perceraian tidak dibuka. Oleh karena itu, perceraian dalam situasi dan kondisi seperti ini sangat diperlukan untuk menghentikan penderitaan batin.
Berbicara mengenai perceraian, dalam hukum Indonesia sudah memiliki undang-undang yang berlaku yang harus dijalankan oleh semua orang, baik itu berupa proses dan tahapan-tahapan yang akan dilalui ketika pasangan suami istri memutuskan untuk bercerai.
Melihat kembali hukum perceraian, bahwa tidak ada satupun pendapat para ulama yang mengharuskan untuk bercerai di depan pengadilan agama, hal itu tidak terlepas dari pendapat para ulama terdahulu. Perceraian yang terjadi di luar pengadilan agama selama memenuhi syarat dan rukun maka perceraian itu sah.
Di Negara Indonesia bahwa perceraian adalah suatu perilaku yang telah diatur oleh Undang-Undang Dasar yang kewenangannya dimiliki oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan Agama. Selain lembaga pengadilan yang sah, keputusannya dianggap tidak sah dan tidak mengikat serta tidak memiliki kekuatan hukum.
Hal ini menunjukan pada Pasal 39 ayat (1) UUP menyatakan: ‘Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan”. Dan menurut Pasal 115 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa “putusnya perkawianan hanya
dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama, setelah Pengadilan Agama tersebut tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.”50
Tidak selamanya suatu hukum selalu dipatuhi oleh masyarakat, seperti hal nya yang terjadi di masyarakat di desa Paisuluno yang mempunyai kesadaran hukum yang bisa dikatakan minim, walaupun pada dasarnya masyarakat desa Paisuluno sebagian sudah mengetahui peraturan mengenai perceraian.
Banyak sekali faktor yang melatar belakangi mesyarakat desa Paisuluno melakukan perceraian di luar pengadilan, salah satu faktor yang sangat mendasar yaitu faktor ekonomi dan juga menjadi salah satu penyebab utama dari perceraian di luar pengadilan.
Walaupun lembaga yang berwenang tidak memberi sanksi pidana secara langsung, akan tetapi banyak sekali dampak negatif yang masyarakat akan merasakan. Status perceraian mereka yang tidak mempunyai kekuatan hukum karena tidak diputuskan didepan sidang Pengadilan Agama, menyebabkan tidak dapat menikah kembali dikantor Urusan Agama karena tidak memiliki kartu kuning atau surat keputusan dari Pengadilan Agama.
Dampak negatif dari perceraian di luar Pengadilan tidak hanya berdampak terhadap suami maupun istri tetapi terhadap perkembangan anak pun menjadi dampak negatif. Anak tidak mendapatkan nafkah secara teratur karena tidak ada satu putusan yang memiliki kekuatan hukum sehingga tidak dapat memaksa pihak ayah untuk memberikan nafkahnya secara teratur baik dari waktu pemberiannya
maupun jumlah materi yang diberikan.
Pada prinsinya tujuan perkawinan menurut Undang-undang No 1 Tahun 1974 membentukan keluarga yang bahagia dan kekal, pasal 1 menegaskan
“perkawianan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Untuk itu, penjelasan umum menyatakan suami perlu saling membatu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya.
D. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian diluar pengadilan di desa Paisuluno
Diantara Faktor yang menjadi sebab masyarakat desa Paisuluno melakukan perceraian diluar pengadilan agama adalah sebagai berikut:
1. Faktor ekonomi
Ketika memutuskan untuk melakukan perceraian di pengadilan maka yang harus disiapkan oleh kedua belapihak adalah biaya perceraian. oleh karena itu, masyarakat desa paisuluno memutuskan untuk melakukan perceraian diluar pengadilan seperti yang disampaikan oleh ibu Ontuk ketika diwa wancarai:
“ketika bercerai dengan suami saya kami memutuskan untuk bercerai diluar pengadilar agama, karena sy tidak memiliki biaya pada waktu itu terlebih saya
memiliki anak yang harus di beri makan dan disekolahkan”.51
Sama halnya dengan ibu Rini ketika ditemui di kediamannya : “Perceraian dipengadilan sangat memakan biaya yang banyak mulai dari transportasi ke pengadilan, membayar pengacara, hakim dll, sementara biaya yang saya miliki lebih baik saya gunakan untuk kepentingan anak-anak, selain itu juga jarak yang sangat jauh tentu kami harus sewa mobil atau kapal tentu memakan biaya yang banyak.”52
Sedangkan menurut kepala Dusun III bapak Gisman A. Diamo bahwa : “Kami selaku pemerintah desa sudah memberi peringatan kepada masyarakat agar melakukan perceraian di pengadilan tetapi kembali lagi kepada masing-masing orang karena memiliki kondisi dan kendala masing-masing”53.
2. Faktor Waktu
Masalah yang dimiliki oleh masyarakat selain faktor ekonomi adalah masalah waktu. Melakukan perceraian di pengadilan tentu memakan waktu yang banyak sehingga mereka melakukan perceraian diluar pengadilan. Seperti yang di sampaikan oleh ibu Haja: “Salah satu yang menjadi kendala kami adalah masalah waktu, terlebih lagi ketika melakukan perceraian di pengadilan krna belum tentu sehari selesai pasti memakan waktu hingga berminggu-minggu, apalagi jarak yang
51 Hasil wawancara dengan ibu ontuk (40 tahun) pada tanggal 12 November 2021
52 Hasil wawancara dengan ibu Rini (37 tahun) pada 15 November 2021
53 Hasil wawancara dengan bapak Gisman A. Diamo (45 tahun) pada 16 November 2021
harus di tempuh untuk ke kabupaten 3-4 jam”.54
Sama halnya dengan Ibu Nurhayati ketika kami wawancarai beliau mengatakan:
“Kami masyarakat desa paisuluno rata-rata melakukan perceraian di luar pengadilan, termasuk saya salah satunya karena ketika kami berurusan dengan pengadilan maka akan memakan banyak waktu, oleh karena itu ketika saya harus bercerai dengan dengan suami maka saya bercerai seperti biasa.”55
3. Kurangnya Kesadaran Hukum
Kurangnya pengetahuan dan informasi sehingga menyebabkan sebagian masyarakat melakuka perceraian di luar pengadilan agama, tanpa mengikuti prosedur Undang-Undang yang ada. Seperti yang disampaikan oleh ibu Ririn:
“Sebenarnya saya tidak tahu kalau bercerai harus melalui proses pengadilan, karena kuranya informasi dan pengetahuan yang saya miliki sehingga kami bercerai seperti biasa, saya tidak tahu bagaimana proses bercerainya dan juga tahapannya”.56
Sama halnya dengan ibu masni ketika diwawancarai dikediamannya: “Sebagian besar masyarakat tidak mengetahui kalau bercerai harus melalui melalui pengadilan agama,karena kondisi kami yang kurang memahami terhadap masalah hukum. Dan saya juga beranggapan walaupun tidak melalui pengadilan agama
54 Hasil wawancara dengan Ibu Haja (31 Tahun) pada tanggal 21 November 2021
55 Wawancara dengan Ibu Nurhayati (46 Tahun) pada tanggal 12 November 2021
56 Wawancara dengan Ibu Ririn (40 Tahun) Pada tangga 12 November 2021
perceraian saya tetap sah.57
4. Takut di ketahui oleh masyarakat umum
Faktor selanjutnya yang menyebabkan masyarakat enggan melakukan perceraian di pengadilan agama karena mereka takut bahwa masyarakat sekitar akan mengetahui malasah yang sedang mereka alami, rasa malu terhadap masyarakat sehingga membuat kedua bela pihak memilih untuk bercerai di luar pengadilan agama. Seperti yang disampaikan oleh ibu Kasma: “Ketika terjadi perceraian tentunya semua orang tidak ingin masalah yang sedang mereka alami diketahui oleh banyak orang, sehingga kami memutuskan untuk bercerai di luar pengadilan agama, agar tidak menjadi bahan pembicaraan di tengah masyarakat”.58
Sama halnya dengan apa yang disampaikan oleh Ibu Haryati: “Saya tidak ingin masalah yang sedang saya alami diketahui oleh masyarakat luas apalagi masalah perceraian yang terjadi di rumah tangga saya, karena masyarakat akan terus bertanya dan menggali informasi tentang kami. Untuk menutupi rasa malu ini kami bersepakat untuk melakukan perceraian diluar pengadilan agama.”59
57 Wawancara dengan Ibu masni (36 Tahun) pada tanggal 13 November 2021
58 Wawancara dengan ibu kasma (35 tahun) pada tanggal 21 November 2021
59 Wawancara dengan Ibu Haryati ( 42 Tahun) pada tanggal 21 November 2021
E. Dampak perceraian yang di lakukan di luar pengadilan agama
Segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia tentu memiliki dampak. Baik itu berupa dampak yang baik ataupun dampak yang buruk, masing-masing dampak tersebut akan diterima oleh si pelaku. Sama halnya dengan perceraian yang dilakukan oleh sebagian orang yang ketika berpisah dengan pasagannya mereka memilih untuk bercerai diluar pengadilan agama tanpa mengetahui apa dampak yang akan terjadi di hari kemudian baik itu kepada keluarga, suami, istri terlebih kepada anak-anak.
1. Akibat Perceraian di Luar Pengadilan Agama terhadap Status Perceraian Sesuai dengan undang-undang perkawinan, perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama, setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka sejak berlakunya undang-undang perkawinan secara efektif, yaitu sejak tanggal 1 Oktober 1975 tidak dimungkinkan terjadinya perceraian di luar prosedur Pengadilan. Untuk perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri. Namun nampaknya, dengan ditetapkannya undang- undang perkawinan tersebut tidak begitu berpengaruh bagi sebagian masyarakat desa Paisuluno, yang sudah terbiasa dengan melakukan perceraian di luar prosedur Pengadilan, padahal perceraian tersebut dapat menimbulkan dampak yang negatif terhadap status perceraian, yaitu status perceraian tersebut
tidak memiliki kekuatan hukum, karena putusan cerai tersebut tidak dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama. Hal ini diperkuat dengan perkataan hakim Pengadilan Agama Kabupaten Banggai Kepulauan Bapak Hasrun Hakim, SH pada waktu wawancara" Suatu Perceraian yang tidak dilakukan di Pengadilan sudah sangat jelas status hukumnya, bahwa perceraian tersebut tidak sah, berdasarkan pasal 115 KHI".60
Agama Islam Pada dasarnya dalam membenarkan seorang suami yang akan menceraikan istrinya hanya cukup dengan mengatakan kata-kata talak didepan wanita tersebut, akan tetapi Indonesia adalah negara yang memiliki hukum yang telah diatur oleh pemerintah, dan sebagai warga negara kita harus taat kepada peraturan pemerintah, selama tidak bertentangan dengan ketentuan hukum Islam itu sendiri, karena taat kepada pemerintah merupakan bagian dari kewajiban sebagai umat Muslim. Pada dasarnya pemerintah membentuk suatu peraturan tentang perceraian bertujuan agar tertibnya administrasi seperti halnya masalah pencatatan perkawinan, kelahiran anak serta mempersulit perceraian. Hal ini pada dasarnya sesuai dengan prinsip hukum Islam mengenai perceraian yaitu mempersulit terjadinya perceraian.
2. Akibat Perceraian di Luar Pengadilan Agama terhadap istri
Perceraian yang dilakukan di luar sidang Pengadilan akan berpengaruh dan mempunyai dampak negatif terhadap istri, yaitu:
60 Wawancara dengan bapak Hasrun Hakim (40 Tahun) pada tanggal 21 November 2021