• Tidak ada hasil yang ditemukan

dampak perceraian tanpa melalui pengadilan agama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "dampak perceraian tanpa melalui pengadilan agama"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan masalah

Pasal 115: “Perceraian hanya dapat dilakukan di hadapan Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama mengadili dan gagal mendamaikan kedua belah pihak. 12. Namun ada sebagian orang yang melanggar aturan tersebut dan memilih untuk bercerai di luar pengadilan agama. berlangsung di luar pengadilan agama sah sepanjang memenuhi syarat dan selaras.

Dampak Perceraian di Luar Pengadilan Agama Terhadap Status Perceraian Menurut hukum perkawinan, perceraian hanya dapat dilakukan di hadapan Pengadilan Agama, setelah pengadilan yang bersangkutan mengadili dan gagal mendamaikan kedua belah pihak.

Tujuan penulisan

Manfaat penulisan

TINJAUAN TEORITIS

  • Pengertian perceraian
  • Dasar dan hukum perceraian
  • Syarat-syarat perceraian
  • Kerangka konseptual

Talak Raj’i adalah talak yang dilakukan oleh seorang suami terhadap isterinya yang telah menikah, yang terjadi tanpa ganti rugi harta benda, tidak didahului dengan talak, atau didahului dengan talak pertama dan kedua. Dan jika sang suami belum menyetubuhinya, atau memberinya talak batin dengan memberikan hartanya, atau talak yang melengkapi talak tiga, maka itu adalah bain talak.13. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa talak bain adalah talak yang melengkapi talak rangkap tiga, yaitu talak sebelum perpisahan dan talak dengan balasan.

Para Fuqaha sepakat bahwa talak yang menghasilkan talak ba'in bagi orang yang merdeka adalah tiga kali lipat, jika didirikan secara terpisah (tidak sekaligus). 17. Dan wanita yang diceraikan menjadi ajnab (orang asing) atau suaminya, maka tidak halal baginya untuk menyetubuhinya, dan tidak ada satupun di antara mereka yang saling mewarisi jika mereka meninggal sebelum berakhirnya Idaat atau sesudahnya. b) Talaq Ba'in Kubro, yaitu talak ketiga yang memisahkan suami istri dan tidak halal keduanya menikah lagi, sebelum istri menikah dengan laki-laki lain secara wajar (tidak direkayasa). Yang dimaksud dengan talak sunni adalah talak yang dibolehkan oleh pencipta syariat, yaitu talak yang gugur menurut ajaran syariat Islam, dan hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu jatuhnya talak dan keadaan. penurunan angka perceraian19.

Jika suami menceraikan isterinya dengan tiga talak dalam satu lafaz atau talak berasingan tetapi dalam waktu suci yang sama, atau ketika dia sedang haid dan selepas bersalin, atau apabila dia menceraikannya dalam masa suci, ketika itu dia menyetubuhinya. dia sedangkan kandungannya tidak jelas, maka sesungguhnya bid'ah talak itu haram, haram syarak dan pelakunya adalah berdosa. Menurut Imam Taqiyuddin, Sarih adalah perkataan yang jatuh dengan kata cerai, yang tidak lagi bergantung kepada niat, kerana pembuat syariah mencipta perkataan itu untuk menyatakan cerai. Perkataan li'an diambil daripada perkataan al-la'nu yang bermaksud jauh dan mengutuk atau mengutuk.

Talak yang dilakukan oleh orang yang belum dewasa tidak sah karena syarat laki-laki yang hendak menikah haruslah orang dewasa, talak yang dilakukan oleh anak atau anak yang belum dewasa tidak sah. Ulama Hanabilah menyatakan bahwa talak yang dilakukan oleh anak yang sudah mumayyiz adalah sah, artinya talak yang dilakukan oleh anak yang sudah mumayyiz adalah sah, dan talaknya gugur.28. Artinya, perkataan talak yang disampaikan kepada istri dimaksudkan untuk menyingkirkannya secara rohani, bukan untuk tujuan lain.

Hal serupa juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), yaitu pada pasal 113 disebutkan: ..perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian, dan putusan pengadilan.” 34 Mengenai hak mutlak perceraian, yaitu di tangan laki-laki, sebagaimana dalam ajaran hukum fiqh, peraturan perundang-undangan tentang perkawinan di Indonesia juga memberikan hak mutlak kepada suami untuk menceraikan isterinya, namun dengan ketentuan.35 1) Perceraian harus dilakukan di pengadilan agama.

METODE PENELITIAN

  • Lokasi dan Objek Penelitian
  • Fokus Penelitian
  • Sumber Data
  • Instrumen Penelitian
  • Metode Pengumpulan Data

Tingkat agama di Desa Paisuluno mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku perceraian sehingga menyebabkan banyak masyarakat yang memutuskan untuk bercerai di luar pengadilan agama. Lain halnya dengan ibu Fitri saat diwawancarai di rumahnya: “Menurut saya proses perceraian saya masih sah karena kami tidak mempunyai cukup uang untuk melakukan perceraian di pengadilan dan menurut saya akan tetap sah meskipun proses perceraian saya masih sah, perceraian terjadi di luar pengadilan agama, banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya perceraian masyarakat desa paisuluno di luar pengadilan, salah satu faktor yang mendasar adalah faktor ekonomi dan juga menjadi salah satu penyebab keluarnya rumah tangga. -perceraian pengadilan.

Dampak negatif perceraian di luar pengadilan tidak hanya berdampak pada pasangan suami istri, namun juga pada tumbuh kembang anak. Melakukan perceraian di pengadilan tentunya memakan banyak waktu sehingga mereka bercerai di luar pengadilan. Minimnya pengetahuan dan informasi menyebabkan sebagian masyarakat melakukan perceraian di luar pengadilan agama, tanpa mengikuti prosedur hukum yang ada.

Faktor selanjutnya yang membuat masyarakat enggan untuk bercerai di pengadilan agama adalah karena takut masyarakat setempat mengetahui permasalahan yang dialaminya, dan rasa malu terhadap masyarakat membuat kedua belah pihak memilih untuk bercerai di luar pengadilan agama. pengadilan. Akibat perceraian di luar pengadilan tidak hanya berdampak pada istri, tetapi juga suami. Begitu pula dengan perempuan: suami yang bercerai di luar pengadilan akan menghadapi kesulitan ketika ingin menikah lagi dengan perempuan lain.

Perceraian yang dilakukan di luar pengadilan tidak akan mempunyai akta cerai yang sah dan dapat dilaksanakan. Faktor lain yang mempengaruhi sebagian orang adalah masalah keuangan, kita menemukan banyak orang yang bercerai di luar pengadilan agama karena terkendala masalah keuangan, biaya yang mahal dan transportasi yang banyak. Ada sebagian orang yang memilih bercerai di luar pengadilan agama karena dibatasi oleh waktu, perceraian di pengadilan agama membutuhkan waktu yang sangat lama, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk mendapatkan apa pun.

Seharusnya ada undang-undang perkawinan yang memuat sanksi tegas bagi pelaku perceraian di luar pengadilan agama agar masyarakat lebih disiplin dalam menjalankan undang-undang yang berlaku.

HASIL PENELITIAN

Pendapat Masyarakat Yang Melakukan Perceraian di Luar Pengadilan 37

Di Indonesia, perceraian merupakan suatu perbuatan yang diatur oleh konstitusi, yang kewenangannya berada pada Mahkamah dan Pengadilan Agama. Status perceraian mereka tidak sah secara hukum karena tidak diputuskan di depan sidang pengadilan agama, artinya mereka tidak dapat menikah lagi di kantor agama karena tidak mempunyai kartu kuning atau surat keputusan dari agama. pengadilan. Saat memutuskan cerai di pengadilan, yang harus dipersiapkan kedua belah pihak adalah biaya perceraian.

“Kami masyarakat Desa Paisuluno pada umumnya bercerai di luar pengadilan, termasuk saya, karena proses di pengadilan memakan waktu yang lama dan ketika saya harus menceraikan suami saya, saya bercerai seperti biasa.” 55. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Kasma : “Tentunya ketika terjadi perceraian, setiap orang tidak ingin permasalahan yang dialaminya diketahui banyak orang, sehingga kami memutuskan untuk bercerai di luar pengadilan agama agar tidak menjadi masalah. topik pembicaraan di masyarakat." 58. Demikian pula halnya dengan perceraian yang dilakukan oleh sebagian orang yang ketika berpisah dari pasangannya, memilih untuk bercerai di luar pengadilan agama tanpa mengetahui apa dampaknya di kemudian hari, baik bagi keluarga, suami, istri, terutama anak-anaknya.

Berdasarkan ketentuan tersebut, sejak berlakunya Undang-Undang Perkawinan, yaitu sejak tanggal 1 Oktober 1975, tidak dimungkinkan terjadinya perceraian di luar proses pengadilan. Namun tampaknya disahkannya undang-undang perkawinan tidak banyak memberikan dampak bagi sebagian masyarakat Desa Paisuluno yang sudah terbiasa melakukan perceraian di luar jalur pengadilan, padahal perceraian dapat berdampak buruk terhadap status perceraian. . yaitu status perceraian. Hal ini diperkuat dengan perkataan hakim Pengadilan Agama Kabupaten Banggai Kepulauan, Bapak. Hasrun Hakim, SH saat wawancara, “Status hukum perceraian yang tidak dilakukan di pengadilan sudah sangat jelas bahwa perceraian itu tidak sah, berdasarkan Pasal 115 KHI.”60.

Hal ini dialami oleh tergugat penulis yang bernama Sultan He yang mengatakan bahwa: “perceraian yang dilakukan di luar proses pengadilan, berarti tidak dapat menikah lagi melalui Biro Agama. Perceraian yang dilakukan di luar proses pengadilan, tidak mempengaruhi kejiwaan”. keadaan anak, namun kadang-kadang bapaknya tidak membayar nafkah secara tetap dan dalam jumlah yang tetap, apabila perceraian itu dilakukan oleh Pengadilan Agama, maka hal itu ditetapkan oleh Pengadilan, sesuai dengan Pasal 56 huruf (f) UU Konstitusi Hukum Islam.

Dampaknya bagi pria, pengadilan agama akan mempersulit mereka yang ingin menikah lagi karena tidak memiliki akta cerai resmi dari pengadilan.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perceraian di Luar Pengadilan

Dampak Perceraian Yang di Lakukan di Luar Pengadilan Agama

Jadi, jika perempuan tersebut ingin menikah lagi, dia akan bermasalah dengan Kantor Urusan Agama. Hal ini dialami oleh responden kami yang bernama Salma dan Eni, mereka menemui kendala saat ingin menikah lagi melalui Kantor Agama. Ketika terjadi perceraian, maka akan membawa dampak yang sangat berpengaruh terhadap keluarga dan anak.

Perceraian apapun yang terjadi niscaya akan mengganggu psikologis anak, ketika anak berada dalam lingkungan keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya, hidup berdampingan dengan sosok ayah, dengan sosok ibu, tiba-tiba ia menemukan dirinya sendiri. dalam lingkungan keluarga yang penuh dengan permasalahan .yang pada akhirnya ia harus hidup bersama satu sosok saja, ibu atau ayah. Dalam kasus ini, Iyan, tanggal lahir Paisuluno 20 Agustus 2006, nama ayah Rahim dan nama ibu Ontuk, merupakan sepasang suami istri yang memilih bercerai di luar pengadilan. Andai perceraian orang tuanya sudah melalui pengadilan, tentu kondisi yang dialami Iyen bisa berbeda.

Perceraian tanpa campur tangan pengadilan pada dasarnya sah menurut agama karena tidak ada perintah atau larangan yang mengharuskan perceraian di pengadilan, namun jika kita kembali ke hukum yang berlaku khususnya di Indonesia maka perceraian tanpa campur tangan pengadilan tidaklah sah. diterima oleh hukum yang berlaku dan dianggap ilegal, sah. Perceraian antara suami istri tentunya membawa banyak akibat, baik bagi keluarga, suami istri bahkan bagi anak-anaknya. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya masyarakat muslim terhadap permasalahan yang berkaitan dengan perkawinan, perceraian dan pewarisan, sehingga masyarakat tidak menggunakan peradilan agama sebagai sarana untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan hukum khususnya perceraian perampasan.

Fitri Julisa, Jamaluddin dan Faisal, “Analisis Peradilan Terhadap Perceraian Di Luar Hukum Berdasarkan Hukum Perkawinan dan Menurut Pendapat Para Ahli Fikih Islam”. Rasyid Roihan, UU tentang Acara Peradilan Agama; UU No. 7 Tahun 1989, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan judul “PANDANGAN HAKIM DALAM PERKARA PERCERAIAN YANG DISEBABKAN TIDAK MEMILIKI KETURUNAN PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM (STUDI DI PENGADILAN AGAMA BANTUL 1 B)”.