• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Perhitungan Bagi Hasil

Dalam dokumen skripsi - IAIN Repository (Halaman 35-44)

BAB II LANDASAN TEORI

B. Bagi Hasil

4. Metode Perhitungan Bagi Hasil

a. Bagi Hasil dengan Menggunakan Revenue Sharing

Dasar perhitungan bagi hasil yang menggunakan revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan atas penjualan dan/atau pendapatan kotor atas usaha sebelum dikurangi dengan biaya. Bagi hasil dalam revenue sharing dihitung dengan mengalikan nisbah yang telah disetujui dengan pendapatan bruto. Pada bagi hasil dengan prinsip

30 Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Pricing di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 98

20

revenue sharing, yang dibagikan adalah pendapatan (revenue), maka pemilik dana (Shahibul Maal) menanggung kerugian jika usaha dilikuidasi dan jumlah aktiva lebih kecil dari kewajiban31.

Contoh perhitungan bagi hasil metode revenue sharing. Nisbah yan ditetapkan adalah 50% untuk Lembaga Keuangan Syariah dan 50%

untuk anggota. Dalam hal ini LKS sebagai Shahibul Maal dan anggota sebagai Mudharib, bila pendapatan Mudharib sebesar Rp 10.000.000 maka perhitungan bagi hasilnya sebagai berikut:

1) Nisbah bagi hasil untuk Lembaga Keuangan Syariah adalah 50%, maka bagi hasil yang diterima Lembaga Keuangan Syariah adalah 50% × Rp 10.000.000 = Rp 5.000.000.

2) Nisbah bagi hasil untuk anggota adalah 50%, maka bagi hasil yang diterima anggota adalah 50% × Rp 10.000.000 = Rp 5.000.000.

b. Bagi Hasil dengan Menggunakan Profit/ Loss Sharing

Dasar perhitungan bagi hasil dengan menggunakan profit/loss sharing merupakan bagi hasil yang dihitung dari laba/ rugi usaha. Kedua pihak, Lembaga Keuangan Syariah maupun anggota akan memperoleh keuntungan atas hasil usaha ysng dialankan oleh Mudharib dan ikut menanggung kerugian bila usahanya mengalami kerugian32. Jika

31 Nur Syamsudin Buchori, Koperasi Syariah., h. 199

32 Ismail, Perbankan Syariah., h. 99

21

kerugian disebabkan bukan karena kelalaian Mudharib (pengusaha) maka ditanggung Shahibul Maal dan bukan Loss Sharing, yakni kerugian dibebankan kepada Mudharib33.

Contoh perhitungan bagi hasil dengan metode Profit/ Loss Sharing: Dalam contoh revenue sharing, nisbah antara LKS dan anggota adalah 50%:50%, misalnya total biaya adalah Rp 5.000.000 maka perhitungan bagi hasilnya sebagai berikut:

1) Bagi hasil untuk Lembaga Keuangan Syariah adalah 50% × (Rp 10.000.000 − Rp. 5.000.000) = Rp 2.500.000.

2) Bagi hasil yang diterima oleh anggota adalah 50% × (Rp 10.000.000

− Rp 5.000.000) = Rp 2.500.000.

Metode perhitungan bagi hasil yang diterapkan di LKS seperti BMT terdiri dari 2 sistem, yaitu revenue sharing dan profit sharing. Pada Revenue sharing perhitungan bagi hasil didasarkan pada pendapatan kotor sebelum dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan Sedangkan dalam profit sharing perhitungan bagi hasil didasarkan pada hasil laba/ rugi dari usaha yang di jalankan.

33 Nur Syamsudin Buchori, Koperasi Syariah., h. 199

22 5. Implementasi Prinsip Bagi Hasil

a. Produk Funding

Produk funding atau penghimpunan dana yang menggunakan prinsip bagi hasil adalah simpanan berjangka Mudharabah.34 Dalam prinsip ini penyimpan bertindak sebagai pemilik dana (Shahibul Maal) sedangkan BMT atau Lembaga Keuangan Syariah bertindak sebagai pengelola dana (Mudharib). Dana yang dikumpulkan BMT ini dimanfaatkan lalu disalurkan dalam pembiayaan, baik dalam bentuk Murabahah, Ijarah maupun untuk pembiayaan Mudharabah.

Dalam simpanan berjangka Mudharabah bagi hasil diberikan apabila rata-rata saldo di atas minimal (nisbah ditentukan pada awal pembukaan buku rekening). Anggota mendapat bagi hasil sesuai kesepakatan nisbah yang ditentukan.

b. Produk Lending

Terdapat beberapa produk lending atau penyaluran dana yang berdasarkan prinsip bagi hasil, yaitu:

1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan dana usaha bagi pembelian, pengadaan, atau penyediaan unsur-unsur barang dalam rangka perputaran usaha. Yang termasuk

34 Nurul Huda, et.al, Baitul Maal Wa Tamwil Sebuah Tinjauan Teoritis, (Jakarta: Amzah, 2016), h. 76

23

dalam pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan Mudharabah dan musyarakah,

2. Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan sarana atau prasarana usaha (aktiva tetap)35.

3. Pembiayaan untuk Pertanian, yaitu pembiayaan dalam hal pertanian seperti menyerahkan lahannya kepada orang yang akan bercocok tanam atau mengelolanya, sedangkan hasilnya akan dibagi diantara keduanya.36Yang termasuk dalam pembiayaan ini yaitu muzaraah dan musaqah.

Bagi hasil dapat diimplementasikan dalam 2 produk, yaitu produk funding dan produk lending. Dalam produk funding terdapat simpanan berjangka Mudharabah yang bagi hasilnya diberikan berdasarkan rata-rata saldo diatas minimal, sedangkan dalam produk lending tedapat pembiayaan modal kerja, investasi dan pertanian.

C. Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000

Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000, menjelaskan tentang aturan-aturan atau petunjuk yang harus di patuhi oleh Lembaga Keuangan Syariah yang menggunakan pembiayaan Mudharabah sebagai berikut:

35 Ibid., h. 79

36 Rachmat Syafe’I, Fiqih Muamalah., h. 206

24 1. Ketentuan Pembiayaan

a. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.

b. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai Shahibul Maal (pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha). Sedangkan pengusaha (nasabah/ anggota) bertindak sebagai Mudharib atau pengelola usaha.

c. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).

d. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama dan sesuai dengan syari’ah, dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

e. Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

f. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari Mudharabah kecuali jika Mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.

25

g. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan Mudharabah tidak ada jaminan, namun agar Mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari Mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila Mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

h. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN.

i. Biaya operasional dibebankan kepada Mudharib.

j. Dalam hal penyandang dana (LKS) tidak melakukan kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, Mudharib berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang telah dikeluarkan.

2. Rukun dan Syarat Pembiayaan

a. Penyedia dana (Sahibul Maal) dan pengelola (Mudharib) harus cakap hukum.

b. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).

Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern.

c. Modal ialah sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada Mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat

26

diketahui jumlah dan jenisnya, berbentuk uang atau barang yang dinilai, jika dalam bentuk asset maka aset tersebut harus dinilai pada waktu akad, tidak berbentuk piutang dan harus dibayarkan kepada Mudharib baik secara bertahap maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

d. Keuntungan Mudharabah adalah jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari modal. Syarat keuntungan harus diperuntukkan bagi kedua pihak, bagian keuntungan proporsional harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan, perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan, penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari Mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.

e. Kegiatan usaha oleh pengelola (Mudharib), sebagai perimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh penyedia dana, harus memperhatikan hal-hal berikut:

1) Kegiatan usaha adalah hak eksklusif Mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

27

2) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan Mudharabah, yaitu keuntungan.

3) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum Syari’ah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan Mudharabah, dan harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.

3. Beberapa Ketentuan Hukum Pembiayaan

a. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.

b. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi.

c. Pada dasarnya, dalam Mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan d. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.37

37 Fatwa DSN MUI No.07/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Mudharabah (qiradh).

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah field Research, atau penelitian lapangan. Penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti, suatu tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi dilokasi tersebut.38 Penelitian lapangan dalam penelitian ini berlokasi di BTM Sakinatul Ummah Jl. Hos Cokro Aminoto Desa Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah Kabupaten Lampung Timur.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk memaparkan hasil pengamatan tanpa diadakan pengujian hipotesis- hipotesis.39 Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.40 Deskriptif kualitatif merupakan meneliti dan menilai apa yang terjadi di lapangan, dalam hal ini adalah mendeskripsikan

38 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Sekripsi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 96

39 Ibid.,

40 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), Cet- 25, h. 75

29

pelaksanaan bagi hasil produk pembiayaan mudharabah di BTM Sakinatul Ummah Braja Selebah Lampung Timur.

B. Sumber data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa sumber data yaitu, sumber data primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data pertama dimana sebuah penelitian dihasilkan.41 Dalam menentukan besarnya jumlah sampel maka peneliti menggunakan teknik sampling purposive sampling, yaitu dengan menunjuk anggota populasi tertentu, dilakukan atas dasar pertimbangan tertentu, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya42. Dengan demikian sampel data primer dalam penelitian ini berjumlah 11 orang, yaitu terdiri dari Manajer dan 10 anggota yang merupakan bagian dari anggota pembiayaan mudharabah di BTM Sakinatul Ummah Desa Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah Kab. Lampung Timur.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling dilakukan karena beberapa pertimbangan yaitu keterbatasan

41 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), h. 129

42 Sugiyono, metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 24, h. 85

30

waktu dan dana sehingga tidak dapat diambil sampel yang besar, dan sampel yang penulis ambil hanya sesuai kebutuhan atas dasar tujuan yang ingin di capai.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber untuk mendapatkan informasi tambahan yang diperoleh dari sumber kedua/skunder atau bahan-bahan pelengkap.43 Dalam penelitian ini sumber data sekunder berupa buku-buku yang membahas tentang pelaksanaan bagi hasil produk pembiayaan mudharabah. Buku-buku tersebut antara lain: Mudharabah dalam Teori dan Praktik karangan Neneng Nurhasanah, Koperasi syariah Teori &

Praktik karangan Nur Syamsudin Buchori, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil karangan Muhammad Ridwan, Baitul Maal Wa Tamwil karangan Nurul Huda, fiqih Muamalah karangan Rachmat Syafe’i, serta buku-buku lain yang dapat menunjang dalam penulisan penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

43 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 105.

31

mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.44 Jenis-jenis wawancara antara lain:

a) Wawancara Terstruktur (structural Interview)

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

b) Wawancara semi-struktur (Semistructure Interview)

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

c) Wawancara Tak Berstruktur (Unstructured Interview)

Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara

44 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), Cet-32, h. 186

32

yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan45.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.46

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara tak berstruktur. Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan bagi hasil produk pembiayaan mudharabah, yang akan diperoleh dari Bapak Aries Zulfikar, ST selaku Manager BTM Sakinatul Ummah dan 10 anggota yang melakukan pembiayaan mudharabah di BTM Sakinatul Ummah (Bambang, Tugiban, Listiana, Boymen, Slamet, Siswandi, Sukiman, Agus Witono, Suwito, Sumardi).

2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

45 Sugiyono, Metode Penelitian., 233

46 Ibid., h. 231

33

Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.47

Metode ini dilakukan untuk mengumpukan data-data yang ada di Baitul Tamwil Muhammadiyah tentang sejarah berdirinya BTM Sakinatul Ummah, Struktur Organisasi BTM Sakinatul Ummah dan data anggota yang melakukan pembiayaan mudharabah.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.48 Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display (penyajian) data, dan kesimpulan atau verifikasi

1. Reduksi data adalah bentuk analisis menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

Reduksi data dalam penelitian ini akan muncul dalam proses pengumpulan data yang peneliti ambil dari beberapa sumber data tentang pelaksanaan bagi hasil produk pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul

47 Ibid., h.240.

48Ibid., h. 244

34

Ummah. Kemudian data-data terkait sumber data tersebut akan peneliti uraikan kemudian disajikan.

2. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.

Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.

Penyajian data dalam penelitian ini terletak dalam pembahasan.

Data-data yang di munculkan maka akan disajikan dalam bentuk analisis di pembahasan.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dilakukan apabila keseluruhan data sudah disajikan dalam pembahasan, maka akan di tarik kesimpulan berdasarkan data-data yang sudah di bahas tentang pelaksanaan bagi hasil produk pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah dalam perspektif Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-MUI/IV/2000.

35

Penelitian ini menggunakan teknik analisa data kualitatif, dengan teknik induktif, yaitu berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian dianalisis dan akhirya ditemukan pemecahan persoalan yang bersifat umum.49

Cara berfikir ini, peneliti gunakan untuk menguraikan tentang pelaksanaan bagi hasil produk pembiayaan mudharabah di BTM Sakinatul Ummah Desa Braja Harjosari Kec. Braja Selebah Kab. Lampung Timur, kemudian ditarik kesimpulan secara umum.

Penarikan kesimpulan secara umum dalam penelitian ini yaitu menentukan pelaksanaan bagi hasil produk pembiayaan mudharabah di BTM Sakinatul Ummah Desa Braja Harjosari Kec. Braja Selebah Kab. Lampung Timur, apakah sudah sesuai dengan Fatwa DSN MUI No. 07/DSN- MUI/IV/2000.

49 Moh. Kasiram, Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), Cet-2, h. 193

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum BTM Sakinatul Ummah Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur

1. Sejarah dan Perkembangan BTM Sakinatul Ummah Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur

Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM) sakinatul Ummah adalah unit usaha yang bergerak dalam bidang simpan pinjam syariah yang mempunyai 2 (dua) kegiatan yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyakurkan kembali dana kepada masyarakat. Dalam kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat, BTM Sakinatul Ummah beroperasi dengan bersifat bisnis yang berlandaskan syariah agama Islam.

BTM Sakinatul Ummah berkedudukan di Desa Braja Harjosari, tepatnya di Jl. Hos Cokro Aminoto Kecamatan Braja Selebah Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. BMT Sakinatul Ummah didirikan pada tahun 1998. Rapat pembentukan BMT. Sakinatul Ummah diselenggarakan di Desa Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah Kabupaten Lampung Timur, diadakan pada hari jum’at tanggal 24 Juli 1998 pada pukul 17.00 s.d 24.00 WIB, bertempat di gedung SMU 3 Muhammadiyah dan dihadiri sebanyak 50 orang yang sebagian besar menyatakan siap dan sanggup mengambil saham serta menjadi anggota. Dalam rapat tersebut diputuskan menetapkan nama yaitu Koperasi Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Sakinatul

37

Ummah, yang beralamatkan di Desa Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah Kabupaten Lampung Timur. Setelah menentukan nama kemudian mengesahkan Anggaran Dasar Koperasi Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Sakinatul Ummah dan mengesahkan dewan pengawas dan dewan pengurus.50

Pada tahun 2014 BMT. Sakinatul Ummah melakukan Pembaharuan Badan Hukum dikarenakan badan hukum yang lama telah kadaluarsa serta menambahkan dan merubah nama pada BMT menjadi BTM. Sakinatul Ummah Lampung dengan No Badan Hukum: 30/BH/X.7/XII/2014.51

Seiring perkembangannya BTM Sakinatul Ummah telah mempunyai 2 kantor, yaitu kantor pusat yang berada di Jl. Hos Cokro Aminoto dan kantor kas yang berada di area pasar Braja Harjosari, tepatnya di Jl. Raya Braja Harjosari.

Moto BTM. Sakinatul Ummah dalam menjalankan usahanya adalah

“Menjalin Kemitraan, Menuai Keberkahan”, dengan visi “Menjadi Lembaga Keuangan Mikro Berbasis Syariah Yang Terkemuka Dan Terpercaya”. Adapun misi dari BTM. Sakinatul Ummah adalah:

a. Menjadi lembaga keuangan yang terpercaya dengan pelayanan yang prima.

b. Menjadi lembaga yang memberi kemanfaatan bagi mitra.

50 Dokumentasi sejarah BTM Sakinatul Ummah, Desa Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur

51 Ibid.,

38

c. Menjadi lembaga yang mampu mensejahterakan kehidupan karyawan, anggota dan mitra dari segi ekonomi.

2. Struktur Organisasi BTM Sakinatul Ummah Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur

Susunan Organisasi BTM. Sakinatul Ummah masa bakti 2014 -2019 sebagai berikut:

a. Dewan Pengawas Syari`ah Ketua : Drs. Budi Hermanto Anggota I : Suradi, S.pd

Anggota II : Rismawan b. Dewan Pengawas

Ketua : Hi. Fatihul Qomar Anggota I : Misbani

Anggota II : Abu Nurwanto c. Dewan Pengurus

Ketua : Aries Zulfikar, ST Sekretaris : Eko Setiawan, ST Bendahara : Sasmara

Sampai dengan saat ini BTM. Sakinatul Ummah Lampung memiliki 18 karyawan pengelola dengan komposisi sebagai berikut:

a. Manager Pusat : Aries Zulfikar, ST b. Ka. Bag. Marketing : Eko Setiawan, Amd

39 c. Ka. Bag. Operasional : Sasmara d. Adm. Pembiayaan : Nurmaidah

e. Wawancaraor : Yogi Gunawan Affandi, Amd f. Ka. Kantor Kas : Rani Riana

g. Telller : Mesikem, Amd h. Teller Kantor Kas : Dina Nur Asifka i. Teller : Anisa Cintya A. A j. Pembukuan : Desi Permatasari k. Ka. Remedial : Rahmat Fauzi l. Marketing Funding : Mahfud Hasan m. Marketing Funding : Eka Purwaningsih n. Marketing Funding : Eni Susilowati o. Customer Service : Yuni Prabawati p. Customer Service : Windi Wijayanti q. Pembukuan : Susi Susanti

r. Marketing Funding : Khumaidatul Rumaiyah s. Marketing Funding : Heni Tiawan

t. Remedial : Awalul Hasani

3. Produk-produk BTM Sakinatul Ummah Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur

Dalam perjalanan bisnisnya BTM. Sakinatul Ummah selalu melakukan inovasi dari waktu ke waktu baik produk maupun pelayanan

40

mengikuti kebijakan dan perkembangan serta kondisi ekonomi khususnya kondisi masyarakat sekitar. Produk–produk BTM. Sakinatul Ummah adalah sebagai berikut :

a. Simpanan:

1) Simpanan Mudharabah 2) Simpanan Qurban

3) Simpanan Haji dan Umrah 4) Simpanan Pendidikan

5) Simpanan Berjangka Mudharabah 6) Simpanan Tamasya

b. Pinjaman /Pembiayaan 1) Murabahah

2) Mudharabah 3) Musyarakah 4) Qodrul Hasan

B. Pelaksanaan Bagi Hasil Produk Pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah Braja Harjosari Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur

Pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah, aspek awal yang harus diperhatikan ketika seorang anggota hendak mengajukan permohonan pembiyaan Mudharabah adalah melihat dahulu jenis usahanya. Jika usaha seperti perdagangan menurut pihak BTM dapat di akadkan dengan Mudharabah, maka pembiayaan tersebut akan diakadkan dengan Mudharabah

41

dengan imbal bagi hasil yang disepakati. Tetapi jika setelah dilakukan wawancara menurut pihak BTM tidak bisa menggunakan akad Mudharabah, maka otomatis diganti dengan akad yang lain yang sesuai, karena pihak BTM tidak memaksakan suatu pembiayaan menggunakan akad Mudharabah.52

Jenis usaha yang dibiayai dalam pembiayaan Mudharabah yang diterapkan oleh BTM Sakinatul Ummah yaitu usaha yang sudah berjalan, bukan sebuah usaha yang baru akan di mulai. Menurut Pak Aris selaku Manajer BTM Sakinatul Ummah, membiayai suatu usaha yang baru akan dimulai memiliki resiko yang tinggi.

Jenis usaha yang dibiayai adalah usaha yang sudah berjalan kira-kira 2 tahun, maka bisa diketahui bahwa usaha tersebut akan berkembang atau tidak untuk kedepannya. Membiayai sebuah usaha yang sudah berjalan resikonya lebih sedikit dan masih bisa untuk di minialisir dari pada usaha yang baru akan dimulai. Jadi alokasi dana dalam pembiayaan Mudharabah yang diterapkan oleh BTM Sakinatul Ummah yaitu untuk penambahan modal bukan sebagai modal utama.53

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada angggota pembiayaan Mudharabah di BTM Sakinatul Ummah Lampung, mereka menyebutkan bahwa alokasi dana pembiayaan Mudharabah mereka gunakan

52 Wawancara dengan Bapak Aris Zulfikar, ST selaku manajer BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 17 Juli 2018

53 Wawancara dengan Bapak Aris Zulfikar, ST selaku manajer BTM Sakinatul Ummah, pada tanggal 18 Juli 2018

Dalam dokumen skripsi - IAIN Repository (Halaman 35-44)

Dokumen terkait